akibat karmanya sendiri

Started by Deva19, 29 July 2010, 08:58:33 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Deva19

Quote from: Mr.Jhonz on 29 July 2010, 10:15:13 AM
Bro,masuk media ga?
*pasti kasus besar kalo ampe ada 2 karyawan mate sekaligus..

Btw,umumnya kalo ada warga yg menolong malah di cap negatif oleh masyarakat dan keluarga,di bilang "pahlawan kesiangan"..
Sebuah ironi yg di masyarakat!

saya gak tau pasti, bro!  saya sendiri berstatus wartawan disebuah surat kabar lokal bandung. tapi tidak meliput dan menginvestigasi lebih jauh kasus tersebut, karena pada waktu itu saya sedang ada tugas dari redaksi untuk mengungkap kasus lainnya. ternyata, redaksi pun tidak menugaskan yang lain untuk meliput berita tersebut.

Deva19

Quote from: Kainyn_Kutho on 29 July 2010, 10:47:17 AM
Quote from: Yuri-chan on 29 July 2010, 10:35:20 AM
maap saya bukannya antipati sama bang deva, tapi kok ucapan dari tetangganya bang deva, bang deva bisa tahu? apalagi ucapannya itu kok...malah kesannya maksa2in pake bahasa buddhis?
Pulang dari warnet setelah kejadian, tetapi bisa mendengar penganiayaan, melihat celurit penganiaya (tajam & mengkilap), mendengar opini BANYAK tetangga pada saat kejadian.

Quote from: yuri
bang kaiyn...cemane toh..kan TS pake logika mikirnya

Quote from: ryu
setelah dari warnet baru mendengar cerita itu. mungkin pakai bahasa kek di koran jadi lebih seru ceritanya di bumbui macam2.

Quote from: kutho
"Logika" tingkat tinggi seperti lagunya peterpan.

Quote from: kutho
Mungkin juga sih. Pulang warnet langsung bangunin semua tetangga, "interogasi" apa saja yang mereka lakukan.
Tetangga A: Saya cuma melihat dari jendela
Tetangga B: Kalau saya dari lubang kunci
Tetangga C: Kalau saya sih cuma guling-guling di ranjang saja
Tetangga D: Kalau saya hanya bingung-bingung saja
Tetangga E: Saya mau menolong tapi tidak tahu
Tetangga F: Saya telpon polisi, tapi tidak ada pulsa
Tetangga G: Saya mengutuk kebengisan mereka (entahlah pakai HHK atau bukan)
Tetangga H: Saya berdoa agar ada keajaiban
Tetangga I: Saya menghunus pedang tapi ditahan sama "J"
Tetangga J: Saya menghalangi "I" dan berkata, "biarin saja, itu karmanya"
Tetangga K: Kejadiannya pukul 1.30 dini hari, tetapi tidak ada dari kami yang tidur, jadi kami semua tahu persis kronologisnya dari awal sampai akhir

Setelah selesai dengan tetangga, maka di-"interogasi" juga polisinya.
Polisi A: kami datang membunyikan sirene agar orang-orang memberi jalan, tetapi sepertinya ada yang tidak senang karena sirene membuat penganiaya tahu kedatangan kami dan buru-buru kabur.
Polisi B: kami bawa mereka ke rumah sakit, tapi sudah tidak tertolong lagi dan korban meninggal.


Yang paling hebat, ternyata korban juga sempat di-"interogasi".
Korban 1: Kami habis lembur jadi pulangnya telat sekali dan setelah itu kami pergi ke rumah rekan kami sampai pukul 1.30.
Korban 2: Ketika pulang kami bertemu geng motor yang menganiaya kami dengan alasan menghalangi jalan.

Quote from: myavise
[at]  TS: Lain kali kalo cerita, apa adanya aja bro, gak seru juga gak apa. Kalo banyak penambahan di sana sini nanti orang gak nangkap pesan ceritanya, malah menilai-nilai apakah ini cerita beneran ato fiksi.

jangan payah gitu donk! dikasih bahasa logika gak ngerti. dikasih bahasa sastra gak ngerti juga.

kejadian tersebut saya kisahkan dengan gaya bahasa sastra, tentu saja dengan sentuhan seni dan budaya sastra, variasi alur, hiperbola, ironi, sarkasme, personifikasi dan defersonifikasi, tanpa mengubah fakta yang sebenarnya berdasarkan sumber berita.

saya memang tidak mendengar atau melihat lansung kejadian tersebut. tapi saya mendengar dan mendapatkan informasi dari berbagai sumber, yaitu keluarga sendiri dan para tetangga. semua informasi yang saya dapat tersebut diolah menjadi sebuah "karya sastra" yang dikemukakan untuk menyampaikan pesan. adapun, kepekaan pembaca terhadap kamampuan menangkap pesan sebuah tulisan sastrawi itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. oleh karena itu, jika ada orang tidak mengerti dan merasa bingung dengan arti sebuah puisi, itu belum tentu salah si pembuat puisi. sementara yang lain bisa menikmatinya.

soal istilah "karma" yang diklaim sebagai "istilah budhism", perlulah kiranya ditelaah kembali. apakah istilah "karma" selama berabad-abad ini hanya digunakan oleh orang-orang budhis saja atau digunakan oleh para pemeluk agama lain juga? perlu pula dicermati, sebenarnya yang menggunakan istilah karma itu budhisme ataukah hinduisme? yang saya tau, hanya sebagian kecil kelompok budhis yang menggunakan istilah karma. pada umumnya, budhisme menggunakan istilah kamma, bukan "karma".

kamma dan karma adalah dua istilah yang berbeda, walaupun dianggap memiliki makna yang sama. terlepas dari maknanya sama atau tidak, faktnya mazhab budhis theravada tidak menggunakan istilah Karma, tetapi kamma. tul kan?



Indra

Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 02:47:24 PM

kamma dan karma adalah dua istilah yang berbeda, walaupun dianggap memiliki makna yang sama. terlepas dari maknanya sama atau tidak, faktnya mazhab budhis theravada tidak menggunakan istilah Karma, tetapi kamma. tul kan?


Kamma lebih sering digunakan di forum ini, karena kebetulan member di forum ini sebagian besar bermazhab theravada, tapi di dunia nyata belum tentu demikian.

Hendra Susanto

dlm penyampaian berita, alangkah baiknya tidak menggunakan bahasa sastra yg kemungkinannya sangat besar untuk mengacaukan inti berita

Jerry

Quote from: Kainyn_Kutho on 29 July 2010, 12:00:19 PM
Quote from: Yuri-chan on 29 July 2010, 11:07:13 AM
bang kaiyn...cemane toh..kan TS pake logika mikirnya :)
"Logika" tingkat tinggi seperti lagunya peterpan.
Lagunya Peterpan bukannya "Khayalan" tingkat tinggi? :D

appamadena sampadetha

Deva19

#20
Quote from: Kainyn_Kutho on 29 July 2010, 01:51:46 PM
Quote from: Mayvise on 29 July 2010, 12:57:05 PM
Intinya, setiap orang itu berbeda. Ada yang punya keberanian tapi gak punya kemampuan. Ada yang punya kemampuan tapi takut/cuek/trauma/parno. Ada yang gak mampu tapi nekat. Ada yang mampu dan berani tapi penuh pertimbangan. Yah, macem-macem lah. Bagaimana dengan kita sendiri? umm... gak tau ya, soalnya kita gak di posisi itu sih, jadi sebaiknya gak usa nge-judge "betapa penakutnya dia", atau "cuek banget sih", dsb., karena kita gak tau bagaimana sikap kita seandainya kita di posisi itu.

Kejadian seperti itu juga bukanlah kasus khusus sama sekali. Psikologi menamakan fenomena di mana orang melihat suatu kejahatan namun tidak melakukan apa-apa, sebagai "bystander effect".
Pada Maret 1964, Catherine Susan Genovese diserang oleh seorang psikopat. Dia ditusuk dan berlari-lari minta diselamatkan, tetapi bahkan tidak ada yang peduli atau menelpon polisi. New York Times mencatat 38 orang sebagai saksi dan hanya diam saja. Dia berlari sampai akhirnya ditusuk beberapa kali dan diperkosa ketika sekarat. Kemudian dompetnya diambil dan ia ditinggalkan begitu saja. Lewat sekitar 1 jam sejak pertama kali ia ditusuk sampai akhirnya ditinggalkan, baru kemudian ada yang menelpon ambulans. Ia akhirnya meninggal dalam perjalanan.

dan apakah kita akan termasuk kepada golongan orang-orang yang bengong saja ketika melihat wanita diperlakukan seperti itu dihadapan kita. apakah kita akan mengikuti kebiasaan masyarakat banyak yang cuek, enggan menolon tapi justru penuh curiga.

Quote from: unic77
Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebut karena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagi perduli terhadap sesama. "Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa. Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkan tempat tinggal dan alamat tetap. Ini merupakan tamparan untuk bangsa Indonesia", ujarnya.



http://unic77.blogspot.com/2010/07/kasihan-gan-menggendong-mayat-anaknya.html

apakah kita akan hanya berpangku tangan saat kebiadaban terjadi. dan karena berpegang pada ahimsaisme, maka lebih baik membunuh diri dari pada melawan kejahatan dengan kekerasan, seperti yang dilakukan bikhu ini :

Quote from: unic77


Pada tanggal 11 juni 1963, seorang biksu Buddha yg bernama Thich Quang Duc, membakar dirinya sendiri di sebuah persimpangan padat pusat kota Saigon, Vietnam saksi-saksi ditempat pd peristiwa itu menuturkan, bahwa biksu Thich Quang Duc bersama beberapa biksu lainnya sampai ke lokasi dengan mengendarai sebuah mobil. Thich Quang Duc keluar dari mobil tsbt dan langsung mengambil posisi lotus tradisional di tengah jalanan yg ramai tersebut dan rekan2 sesama biksu membantu dia meniramkan bensin ke sekujurtubuhnya sendiri.

Dia menyalakan api dengan korek api dan langsung membakar seluruh tubuhnya dalam beberapa menit. Yang buat gw angkat jempol( saluutt!) saksi2 menambahkan.. dr awal api membakar tubuh Thich Quang Duc, sampai dia detik2 terakir dia meninggal dengan tubuh yg hangus terbakar, dy sama skali tidak bergerak,not even a muscle!Dan tak ada suara apapun yg keluar dr mulut biksu tersebut,ketenangan yang diperlihatkan biksu Thich Quang Duc, membuat perbedaan yg mencolok dengan kegaduhan dan ratapan orang-orang yg melihat langsung disekitarnya..



adalah untuk menunjukkan sikap protes menuntut kesamaan hak bagi para penganut ajaran Buddha dengan rezim Diem. sebelumnya para biksu2 di Vietnam sering melakukan protes atas tindakan kaum2 mayoritas yg menghambat sampai dengan segala usaha pembantaian yg dilakukan pihak2 tertentu terhadap para penganut ajaran Buddha. Mereaka jg menuntut keadilan ditegakkan atas pihak2 yg bertanggungjawab melakukan kejahatan manusia.Namun semua bentuk protes para biksu2 ini tidak memperoleh tanggapan dr rezim Deim sehingga puncaknya, biksu Thich Quang Duc melakukan aksi pengorbanan diri nya sendiri.

Shining Moon

yee...malah ngalihin ke berita lain, piye to sampeyan..ngakunya wartawan??
Life is beautiful, let's rock and roll..

Deva19

Quote from: Hendra Susanto on 29 July 2010, 02:51:58 PM
dlm penyampaian berita, alangkah baiknya tidak menggunakan bahasa sastra yg kemungkinannya sangat besar untuk mengacaukan inti berita

ho..ho... saya wartawan bung. dan sudah menjalani pendidikan kewartawanan. perlu saya tunjukan kartu wartawan saya? dan saya tau, bagaimana cara menulis berita dan bagaimana menulis sastra, serta bagaimana menulis berita dengan sentuhan sastra. kalau saya tidak mengerti aturan itu, mungkin sudah lama saya dipecat oleh redaksi. untunglah ente bukan Pimred nya. sehingga penilaian anda tidak berpengaruh sama sekali terhadap karier saya. cuma berpengaruh terhadap opini orang-orang yang mudah terpangaruh saja diantara pendiskusi yang ada di sini sebagai "bad opinion to bad names of calling".

Deva19

tidak ada undang-undang jurnalistik yang melarang menulis berita dengan menggunakan bahasa sastra. apalagi, di sini saya tidak bermaksud menulis berita aktual sebagaimana biasanya saya menulis untuk koran.

Deva19

Quote from: Yuri-chan on 29 July 2010, 03:09:13 PM
yee...malah ngalihin ke berita lain, piye to sampeyan..ngakunya wartawan??

orang-orang di sini sentimen semua ya. saya posting apapun salah jadinya. hebat, para sentimenter dan para pencari kesalahan orang lain!

K.K.

Quote from: Jerry on 29 July 2010, 03:02:09 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 29 July 2010, 12:00:19 PM
Quote from: Yuri-chan on 29 July 2010, 11:07:13 AM
bang kaiyn...cemane toh..kan TS pake logika mikirnya :)
"Logika" tingkat tinggi seperti lagunya peterpan.
Lagunya Peterpan bukannya "Khayalan" tingkat tinggi? :D
:D Sudah disensor dengan gaya bahasa eufemisme malah "dibocorin".

Indra

Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:13:30 PM
Quote from: Yuri-chan on 29 July 2010, 03:09:13 PM
yee...malah ngalihin ke berita lain, piye to sampeyan..ngakunya wartawan??

orang-orang di sini sentimen semua ya. saya posting apapun salah jadinya. hebat, para sentimenter dan para pencari kesalahan orang lain!

cuma salah board bro, kalau posting di Pojok Seni pasti tidak akan dikritik

dhammadinna

bukannya sentimen... ini hanya saran... kalo saya liat sih, pembaca bukannya mencari pesan di balik postingan bro deva, tapi malah menilai-nilai, ini kisah nyata atau bukan... Jadi kita kasih saran aja, jadi lain kali tulisan bro Deva bisa lebih baik lagi...

J.W


J.W

Quote from: Indra on 29 July 2010, 03:16:28 PM
Quote from: Deva19 on 29 July 2010, 03:13:30 PM
Quote from: Yuri-chan on 29 July 2010, 03:09:13 PM
yee...malah ngalihin ke berita lain, piye to sampeyan..ngakunya wartawan??

orang-orang di sini sentimen semua ya. saya posting apapun salah jadinya. hebat, para sentimenter dan para pencari kesalahan orang lain!

cuma salah board bro, kalau posting di Pojok Seni pasti tidak akan dikritik
Kafe jongkok ajeee