Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.

Started by johan3000, 21 July 2010, 05:55:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Indra

Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 10:42:48 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:23:24 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 10:14:14 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:11:20 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 09:56:02 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 06:13:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 04:24:06 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 03:39:32 PM
maaf mengecewakan anda, sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa saya bukan ahli vinaya. saya hanya mampu menjelaskan sebatas apa yg saya tau, jika jawaban saya tidak puas dan anda membutuhkan lebih banyak lagi, silahkan anda bertanya kepada orang lain atau membaca Vinaya Pitaka.

minum arak memang melanggar vinaya, tapi obat adalah satu dari kebutuhan bhikkhu, jadi bagaimana mungkin Sang Buddha melarang bhikkhu menggunakan barang kebutuhannya? tapi kalau saya meminum obat yg mana dalam obat itu terkandung alkohol, itu sebutannya tetap minum obat bukan minum arak. kalau tidak percaya coba tanyakan sama anak atau keponakan anda yg masih TK
tidak memahami vinaya tapi berani menyalahkan jawaban mahaguru Lu Sheng Yen.  pandangan Mahaguru Lu Sheng Yen tentang arak jauh lebih masuk akal daripada pandangan anda :, (btw anda tau manfaat minum kopi? lagi-lagi beliau ngobrol dengan Buddha Shakyamuni dan mendapatkan banyak wejangan)

saya cukup memahami vinaya walaupun saya tidak berani mengaku sabagai ahli, dan saya cukup paham soal pasal minum arak ini.
Mungkin saja Buddha Sakyamuni minum kopi, karena kopi tidak melanggar Vinaya, yg sulit dipercaya adalah ngopi di kafe. ngarang cerita yg lebih masuk akal gitu loh. saya tidak mengemukakan pandangan, apa yg saya katakan tentang vinaya itu adalah apa yg tertulis dalam Pitaka, dan tidak ada bagian yg saya rekayasa. bukan seperti Tuan LSY yg merekayasa dan memutar balikkan Vinaya untuk membenarkan watak pemabuknya.

cukup memahami vinaya tapi ketika ditanya soal ramuan obat yang mengandung arak, diminum bersama arak kesulitan menjawabnya. apakah ini dinamakan cukup? anda seharusnya belajar lagi dari mahaguru Lu Sheng Yen soal vinaya. dan lagi-lagi anda memfitnah mengenai watak pemabuk seorang guru besar. apakah anda memiliki bukti?
jawaban anda tentang arak jauh dari memuaskan.




anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.
jawaban anda jauh dari memuaskan,  minum arak melanggar vinaya tapi mengapa dibenarkan dalam kasus ramuan obat yang mengandung arak. bila dibenarkan seharusnya tidak melanggar vinaya. bagaimana mungkin anda memberikan jawaban kontradiktif namun mengaku cukup memahami vinaya? pemahaman anda tentang vinaya masih kalah jauh dibandingkan mahaguru Lu Sheng Yen

Quote

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."
ada buktinya tidak tentang hal ini?

untuk ke dua hal yg anda tanyakan ini, silahkan anda baca kembali postingan saya yg sebelum2nya, sudah saya jawab, berusahalah sedikit, jika anda beritikad baik dalam berdiskusi
anda sama sekali tidak bisa memberikan bukti tentang hobi mabuk guru besar saya. Dan jawaban anda tentang arak sama sekali tidak memuaskan, jauh dari apa yang diajarkan guru saya. jika anda beritikad baik, anda tidak akan memfitnah mahaguru saya.



jawaban sudah diberikan, jika anda tidak bisa menerimanya, maka masalah ada di pihak anda, silahkan anda jawab sendiri sesuai apa yang memuaskan anda

Adhitthana

‎"Hasil terbaik dari memeluk suatu agama adalah adanya transformasi tingkah laku dan perbuatan seseorang, bukan hanya sekedar memiliki kemampuan melafalkan syair-syair dari sesuatu yang disebut kitab suci ataupun melakukan ritual, upacara-upacara secara simultan. dengan cara-cara pratek per-dukunan" ........

  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

4DMYN

Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:48:46 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 10:42:48 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:23:24 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 10:14:14 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:11:20 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 09:56:02 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 06:13:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 04:24:06 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 03:39:32 PM
maaf mengecewakan anda, sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa saya bukan ahli vinaya. saya hanya mampu menjelaskan sebatas apa yg saya tau, jika jawaban saya tidak puas dan anda membutuhkan lebih banyak lagi, silahkan anda bertanya kepada orang lain atau membaca Vinaya Pitaka.

minum arak memang melanggar vinaya, tapi obat adalah satu dari kebutuhan bhikkhu, jadi bagaimana mungkin Sang Buddha melarang bhikkhu menggunakan barang kebutuhannya? tapi kalau saya meminum obat yg mana dalam obat itu terkandung alkohol, itu sebutannya tetap minum obat bukan minum arak. kalau tidak percaya coba tanyakan sama anak atau keponakan anda yg masih TK
tidak memahami vinaya tapi berani menyalahkan jawaban mahaguru Lu Sheng Yen.  pandangan Mahaguru Lu Sheng Yen tentang arak jauh lebih masuk akal daripada pandangan anda :, (btw anda tau manfaat minum kopi? lagi-lagi beliau ngobrol dengan Buddha Shakyamuni dan mendapatkan banyak wejangan)

saya cukup memahami vinaya walaupun saya tidak berani mengaku sabagai ahli, dan saya cukup paham soal pasal minum arak ini.
Mungkin saja Buddha Sakyamuni minum kopi, karena kopi tidak melanggar Vinaya, yg sulit dipercaya adalah ngopi di kafe. ngarang cerita yg lebih masuk akal gitu loh. saya tidak mengemukakan pandangan, apa yg saya katakan tentang vinaya itu adalah apa yg tertulis dalam Pitaka, dan tidak ada bagian yg saya rekayasa. bukan seperti Tuan LSY yg merekayasa dan memutar balikkan Vinaya untuk membenarkan watak pemabuknya.

cukup memahami vinaya tapi ketika ditanya soal ramuan obat yang mengandung arak, diminum bersama arak kesulitan menjawabnya. apakah ini dinamakan cukup? anda seharusnya belajar lagi dari mahaguru Lu Sheng Yen soal vinaya. dan lagi-lagi anda memfitnah mengenai watak pemabuk seorang guru besar. apakah anda memiliki bukti?
jawaban anda tentang arak jauh dari memuaskan.




anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.
jawaban anda jauh dari memuaskan,  minum arak melanggar vinaya tapi mengapa dibenarkan dalam kasus ramuan obat yang mengandung arak. bila dibenarkan seharusnya tidak melanggar vinaya. bagaimana mungkin anda memberikan jawaban kontradiktif namun mengaku cukup memahami vinaya? pemahaman anda tentang vinaya masih kalah jauh dibandingkan mahaguru Lu Sheng Yen

Quote

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."
ada buktinya tidak tentang hal ini?

untuk ke dua hal yg anda tanyakan ini, silahkan anda baca kembali postingan saya yg sebelum2nya, sudah saya jawab, berusahalah sedikit, jika anda beritikad baik dalam berdiskusi
anda sama sekali tidak bisa memberikan bukti tentang hobi mabuk guru besar saya. Dan jawaban anda tentang arak sama sekali tidak memuaskan, jauh dari apa yang diajarkan guru saya. jika anda beritikad baik, anda tidak akan memfitnah mahaguru saya.



jawaban sudah diberikan, jika anda tidak bisa menerimanya, maka masalah ada di pihak anda, silahkan anda jawab sendiri sesuai apa yang memuaskan anda
anda memfitnah mahaguru saya dengan mengatakan beliau memiliki hobi mabuk.

Indra

saya sudah meralat kata "mabuk"

ngomong2 soal FITNAH, coba kita perhatikan bagaimana SANG MAHA GURU BUDDHA HIDUP memfitnah Theravada

"Ketentuan bhiksu Theravada dalam hal makan sangat keras, tidak menyentuh 5 jenis makanan berbau tajam, sebab itu semacam makanan yang bisa meningkatkan pikiran birahi, mereka tidak makan. Walaupun, di dalam Sila Tantra tidak pantang vegetarian atau non vegetarian, namun, saat mau makan, sila Theravada yang sesungguhnya harus melakukan visualisasi, daging divisualisasi menjadi batu, sayur mayur divisualisasi menjadi rumput. Visualisasi yang lebih keras lagi, daging divisualisasi menjadi kotoran, poo, makanan enak, Anda harus bayangkan menjadi poo, Anda baru makan, divisualisasi menjadi bau, Anda baru makan. Divisualisasi menjadi batu, visualisasi menjadi rumput, mengunyah sayur-mayur berarti mengunyah rumput, malah tidak boleh masak, bukan hasil tumis, goreng, kukus, masak, bakar, tim di dapur kita! Setiap pagi, menopang sebuah patra, persembahan dari orang lain akan ditaruh di dalamnya, atau disusun menjadi satu baris, Anda pilih sendiri, sudah ada rute tertentu. Menopang patra maksudnya mengisi makanan ke dalam patra tersebut, mengisi makanan seharian mereka. Mereka tidak makan di atas jam 12, setelah lewat tengah hari, tidak ada makan malam, tidak ada cemilan malam, sebanyak itulah makan siang, setelah Anda makan, bertahan terus sampai besok pagi, lalu menopang patra lagi. Tengah hari makan sekali, saat matahari tepat di tengah, makan sesedikit itu. Jadi, bhiksu Theravada tidak ada yang gemuk-gemuk, semuanya kurus kering, sebab, ia makan sehari sekali pada tengah hari. Makan yang satu kali ini pun harus divisualisasi menjadi bau, divisualisasi menjadi poo, divisualisasi menjadi batu, divisualisasi menjadi rumput, Anda baru makan. Demi mempertahankan hidup, demikianlah sila Theravada menghadapi hasrat makan. Mereka menghadapi tidur dengan menggunakan "Budaodan", Anda tidak dibiarkan tidur berbaring, semuanya tidur duduk, sebab, bila tidur berbaring, bisa tidur seperti babi mati, Anda pun menciptakan karma di dalam mimpi."

sumber : http://indonesia.tbsn.org

Mokau Kaucu

Quote from: Kainyn_Kutho on 02 August 2010, 06:48:14 PM
Quote from: dtgvajra on 02 August 2010, 06:32:25 PM
[at]  Sdr Indra, yg jadi masalah dalam gelar tsb adalah kata "Buddha", kalau kata "Hidup" diganti "Mati" atau "Palsu" , para pengikutnya yg tidak terima.
Kalau pendapat saya sih, coret kata Buddha nya , pakai istilah yg lain atau bikin istilah baru. Tegasnya bikin merk baru, jangan menggunakan merk dagang perusahaan lain. Coba saja ada yg bikin air minum merk Pure Aqua dengan kemasan mirip Agua, atau Teb botol Sosro Asli, dengan kemasan sama dgn Teh botol  Sosro, pasti diajukan ke pengadilan.

Salam damai utk semua.

Buddha atau "yang tercerahkan" itu 'kan bukan eksklusif milik kalangan tertentu. Sama saja misalnya "nibbana", sejak dahulu banyak yang menggunakan istilah itu, hanya saja penjelasannya masing-masing berbeda. Jadi sah-sah saja bagi siapa pun menggunakann "Buddha". Bahkan saya sedang berpikir kalau mau bikin aliran, namanya "Real True Buddha School", atau "Original True Buddha School".



Back to awal TS, Marketing Brand

Bro K Kutho, kapan buka aliran Original True Buddha School nya?  Ada Money back guarantee?
Kalau ada guarantee saya usus diganti saja  menjadi Guaranteed Original True Buddha School (GO TBS), lebih marketable deh.

Peace  bro.
~Life is suffering, why should we make it more?~

4DMYN

Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:06:34 PM
saya sudah meralat kata "mabuk"

anda terus meyebarkan fitnah busuk, anda ralat jadi apa coba?

Indra

Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:16:41 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:06:34 PM
saya sudah meralat kata "mabuk"

anda terus meyebarkan fitnah busuk, anda ralat jadi apa coba?

tidak menyimak ini sudah menjadi kebiasaan atau memang kebudayaan LSY ? baca lagi Bro, tidak perlu mengumbar emosi di sini, hanya akan memperlihatkan kebodohan anda

4DMYN

Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:21:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:16:41 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:06:34 PM
saya sudah meralat kata "mabuk"

anda terus meyebarkan fitnah busuk, anda ralat jadi apa coba?

tidak menyimak ini sudah menjadi kebiasaan atau memang kebudayaan LSY ? baca lagi Bro, tidak perlu mengumbar emosi di sini, hanya akan memperlihatkan kebodohan anda

Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:11:20 PM

anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."

saya menyimak kebohongan dan fitnah anda yang ini.

kur0bane

Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:06:34 PM
saya sudah meralat kata "mabuk"

ngomong2 soal FITNAH, coba kita perhatikan bagaimana SANG MAHA GURU BUDDHA HIDUP memfitnah Theravada

"Ketentuan bhiksu Theravada dalam hal makan sangat keras, tidak menyentuh 5 jenis makanan berbau tajam, sebab itu semacam makanan yang bisa meningkatkan pikiran birahi, mereka tidak makan. Walaupun, di dalam Sila Tantra tidak pantang vegetarian atau non vegetarian, namun, saat mau makan, sila Theravada yang sesungguhnya harus melakukan visualisasi, daging divisualisasi menjadi batu, sayur mayur divisualisasi menjadi rumput. Visualisasi yang lebih keras lagi, daging divisualisasi menjadi kotoran, poo, makanan enak, Anda harus bayangkan menjadi poo, Anda baru makan, divisualisasi menjadi bau, Anda baru makan. Divisualisasi menjadi batu, visualisasi menjadi rumput, mengunyah sayur-mayur berarti mengunyah rumput, malah tidak boleh masak, bukan hasil tumis, goreng, kukus, masak, bakar, tim di dapur kita! Setiap pagi, menopang sebuah patra, persembahan dari orang lain akan ditaruh di dalamnya, atau disusun menjadi satu baris, Anda pilih sendiri, sudah ada rute tertentu. Menopang patra maksudnya mengisi makanan ke dalam patra tersebut, mengisi makanan seharian mereka. Mereka tidak makan di atas jam 12, setelah lewat tengah hari, tidak ada makan malam, tidak ada cemilan malam, sebanyak itulah makan siang, setelah Anda makan, bertahan terus sampai besok pagi, lalu menopang patra lagi. Tengah hari makan sekali, saat matahari tepat di tengah, makan sesedikit itu. Jadi, bhiksu Theravada tidak ada yang gemuk-gemuk, semuanya kurus kering, sebab, ia makan sehari sekali pada tengah hari. Makan yang satu kali ini pun harus divisualisasi menjadi bau, divisualisasi menjadi poo, divisualisasi menjadi batu, divisualisasi menjadi rumput, Anda baru makan. Demi mempertahankan hidup, demikianlah sila Theravada menghadapi hasrat makan. Mereka menghadapi tidur dengan menggunakan "Budaodan", Anda tidak dibiarkan tidur berbaring, semuanya tidur duduk, sebab, bila tidur berbaring, bisa tidur seperti babi mati, Anda pun menciptakan karma di dalam mimpi."

sumber : http://indonesia.tbsn.org

waduh master lu itu bener2 tau theravada nga sih? kalo namanya buddha itu pasti udah mencapai arahat kan? masa jalan savaka aja nga tau

Indra

Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:29:58 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:21:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:16:41 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:06:34 PM
saya sudah meralat kata "mabuk"

anda terus meyebarkan fitnah busuk, anda ralat jadi apa coba?

tidak menyimak ini sudah menjadi kebiasaan atau memang kebudayaan LSY ? baca lagi Bro, tidak perlu mengumbar emosi di sini, hanya akan memperlihatkan kebodohan anda

Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:11:20 PM

anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."

saya menyimak kebohongan dan fitnah anda yang ini.

tuh kan anda bisa ketemu, di situ saya sudah meralat tidak menyebut "pemabuk" lagi.

jika guru anda mengajarkan pengikutnya agar mempersembahkan arak, apakah itu untuk dibuang atau diminum Bro? ayo jawab dengan menggunakan nurani anda

Indra

Quote from: kur0bane on 03 August 2010, 11:30:17 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:06:34 PM
saya sudah meralat kata "mabuk"

ngomong2 soal FITNAH, coba kita perhatikan bagaimana SANG MAHA GURU BUDDHA HIDUP memfitnah Theravada

"Ketentuan bhiksu Theravada dalam hal makan sangat keras, tidak menyentuh 5 jenis makanan berbau tajam, sebab itu semacam makanan yang bisa meningkatkan pikiran birahi, mereka tidak makan. Walaupun, di dalam Sila Tantra tidak pantang vegetarian atau non vegetarian, namun, saat mau makan, sila Theravada yang sesungguhnya harus melakukan visualisasi, daging divisualisasi menjadi batu, sayur mayur divisualisasi menjadi rumput. Visualisasi yang lebih keras lagi, daging divisualisasi menjadi kotoran, poo, makanan enak, Anda harus bayangkan menjadi poo, Anda baru makan, divisualisasi menjadi bau, Anda baru makan. Divisualisasi menjadi batu, visualisasi menjadi rumput, mengunyah sayur-mayur berarti mengunyah rumput, malah tidak boleh masak, bukan hasil tumis, goreng, kukus, masak, bakar, tim di dapur kita! Setiap pagi, menopang sebuah patra, persembahan dari orang lain akan ditaruh di dalamnya, atau disusun menjadi satu baris, Anda pilih sendiri, sudah ada rute tertentu. Menopang patra maksudnya mengisi makanan ke dalam patra tersebut, mengisi makanan seharian mereka. Mereka tidak makan di atas jam 12, setelah lewat tengah hari, tidak ada makan malam, tidak ada cemilan malam, sebanyak itulah makan siang, setelah Anda makan, bertahan terus sampai besok pagi, lalu menopang patra lagi. Tengah hari makan sekali, saat matahari tepat di tengah, makan sesedikit itu. Jadi, bhiksu Theravada tidak ada yang gemuk-gemuk, semuanya kurus kering, sebab, ia makan sehari sekali pada tengah hari. Makan yang satu kali ini pun harus divisualisasi menjadi bau, divisualisasi menjadi poo, divisualisasi menjadi batu, divisualisasi menjadi rumput, Anda baru makan. Demi mempertahankan hidup, demikianlah sila Theravada menghadapi hasrat makan. Mereka menghadapi tidur dengan menggunakan "Budaodan", Anda tidak dibiarkan tidur berbaring, semuanya tidur duduk, sebab, bila tidur berbaring, bisa tidur seperti babi mati, Anda pun menciptakan karma di dalam mimpi."

sumber : http://indonesia.tbsn.org

waduh master lu itu bener2 tau theravada nga sih? kalo namanya buddha itu pasti udah mencapai arahat kan? masa jalan savaka aja nga tau

"dia pikir dia tau" aka "sok tau"

Indra

Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:29:58 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:21:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:16:41 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:06:34 PM
saya sudah meralat kata "mabuk"

anda terus meyebarkan fitnah busuk, anda ralat jadi apa coba?

tidak menyimak ini sudah menjadi kebiasaan atau memang kebudayaan LSY ? baca lagi Bro, tidak perlu mengumbar emosi di sini, hanya akan memperlihatkan kebodohan anda

Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:11:20 PM

anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."

saya menyimak kebohongan dan fitnah anda yang ini.

Bro, hati2 dengan sikap anda, anda sedang berhadapan dengan seorang yg punya relik dan masih hidup. ayo tunjukkan hormat anda

4DMYN

Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:35:05 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:29:58 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:21:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:16:41 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:06:34 PM
saya sudah meralat kata "mabuk"

anda terus meyebarkan fitnah busuk, anda ralat jadi apa coba?

tidak menyimak ini sudah menjadi kebiasaan atau memang kebudayaan LSY ? baca lagi Bro, tidak perlu mengumbar emosi di sini, hanya akan memperlihatkan kebodohan anda

Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:11:20 PM

anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."

saya menyimak kebohongan dan fitnah anda yang ini.

tuh kan anda bisa ketemu, di situ saya sudah meralat tidak menyebut "pemabuk" lagi.

jika guru anda mengajarkan pengikutnya agar mempersembahkan arak, apakah itu untuk dibuang atau diminum Bro? ayo jawab dengan menggunakan nurani anda
itu untuk persembahan ke altar dharmapala atau dewa bumi, cara mempersembahkannya adalah dengan menuangkan arak tersebut di depan altar dharmapala atau dewa bumi. jadi arak tersebut tidak diminum oleh manusia.


Indra

Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:38:09 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:35:05 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:29:58 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:21:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 11:16:41 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:06:34 PM
saya sudah meralat kata "mabuk"

anda terus meyebarkan fitnah busuk, anda ralat jadi apa coba?

tidak menyimak ini sudah menjadi kebiasaan atau memang kebudayaan LSY ? baca lagi Bro, tidak perlu mengumbar emosi di sini, hanya akan memperlihatkan kebodohan anda

Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:11:20 PM

anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."

saya menyimak kebohongan dan fitnah anda yang ini.

tuh kan anda bisa ketemu, di situ saya sudah meralat tidak menyebut "pemabuk" lagi.

jika guru anda mengajarkan pengikutnya agar mempersembahkan arak, apakah itu untuk dibuang atau diminum Bro? ayo jawab dengan menggunakan nurani anda
itu untuk persembahan ke altar dharmapala atau dewa bumi, cara mempersembahkannya adalah dengan menuangkan arak tersebut di depan altar dharmapala atau dewa bumi. jadi arak tersebut tidak diminum oleh manusia.



begitukah? jadi anda mengatakan bahwa guru anda LSY tidak minum arak?

ini sebenarnya topik remeh, saya ingin pindah ke topik yg lebih hot, tapi kalau anda memaksa, saya akan memberikan bukti lain lagi.

Indra

Quote from: Indra on 03 August 2010, 11:06:34 PM
saya sudah meralat kata "mabuk"

ngomong2 soal FITNAH, coba kita perhatikan bagaimana SANG MAHA GURU BUDDHA HIDUP memfitnah Theravada

"Ketentuan bhiksu Theravada dalam hal makan sangat keras, tidak menyentuh 5 jenis makanan berbau tajam, sebab itu semacam makanan yang bisa meningkatkan pikiran birahi, mereka tidak makan. Walaupun, di dalam Sila Tantra tidak pantang vegetarian atau non vegetarian, namun, saat mau makan, sila Theravada yang sesungguhnya harus melakukan visualisasi, daging divisualisasi menjadi batu, sayur mayur divisualisasi menjadi rumput. Visualisasi yang lebih keras lagi, daging divisualisasi menjadi kotoran, poo, makanan enak, Anda harus bayangkan menjadi poo, Anda baru makan, divisualisasi menjadi bau, Anda baru makan. Divisualisasi menjadi batu, visualisasi menjadi rumput, mengunyah sayur-mayur berarti mengunyah rumput, malah tidak boleh masak, bukan hasil tumis, goreng, kukus, masak, bakar, tim di dapur kita! Setiap pagi, menopang sebuah patra, persembahan dari orang lain akan ditaruh di dalamnya, atau disusun menjadi satu baris, Anda pilih sendiri, sudah ada rute tertentu. Menopang patra maksudnya mengisi makanan ke dalam patra tersebut, mengisi makanan seharian mereka. Mereka tidak makan di atas jam 12, setelah lewat tengah hari, tidak ada makan malam, tidak ada cemilan malam, sebanyak itulah makan siang, setelah Anda makan, bertahan terus sampai besok pagi, lalu menopang patra lagi. Tengah hari makan sekali, saat matahari tepat di tengah, makan sesedikit itu. Jadi, bhiksu Theravada tidak ada yang gemuk-gemuk, semuanya kurus kering, sebab, ia makan sehari sekali pada tengah hari. Makan yang satu kali ini pun harus divisualisasi menjadi bau, divisualisasi menjadi poo, divisualisasi menjadi batu, divisualisasi menjadi rumput, Anda baru makan. Demi mempertahankan hidup, demikianlah sila Theravada menghadapi hasrat makan. Mereka menghadapi tidur dengan menggunakan "Budaodan", Anda tidak dibiarkan tidur berbaring, semuanya tidur duduk, sebab, bila tidur berbaring, bisa tidur seperti babi mati, Anda pun menciptakan karma di dalam mimpi."

sumber : http://indonesia.tbsn.org

Bro 4DMYN, bagaimana komentar anda atas ajaran guru anda di atas?