Seputar master LU (LSY) & Living Buddha & True Buddha School.

Started by johan3000, 21 July 2010, 05:55:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

fabian c

Quote
Quote
Quote
Quote from: dtgvajra on 03 August 2010, 04:40:00 PM

kalau demikian halnya ,  buku vinaya ada tertulis bhiksu kencing harus jongkok, berarti harus dituruti juga ya?
apa makna dari sila/vinaya tersebut?



loh saya sudah biasa melihat para bhikkhu yg kencing jongkok, menurut komentar itu adalah untuk alasan kesehatan (CMIIW)

penjelasannya menarik sekali, tolong dijelaskan lebih lanjut manfaat kencing jongkok buat kesehatan itu apa?  lalu tolong dijelaskan pula manfaat bhiksu gak memakai kolor buat kesehatan itu apa?


mungkin Bro harus bertanya kepada ahli kesehatan, saya bahkan tidak peduli dengan kesehatan saya sendiri.

saya tidak tahu soal bhikshu, tetapi kalau bagi bhikkhu, vinaya punya aturan seorang bhikkhu hanya memakai 3 potong jubah, jubah bawah, atas, dan luar, kolor termasuk jubah bagian mana ya?

vinaya juga melarang membunuh, menurut Bro, apa gunanya tidak membunuh, kalau kita punya mantera membunuh, dan bisa lolos dari polisi?


Kalau saya pernah bertanya kepada bhikkhu, dan beliau menjawab, vinaya utk bhikkhud agar kencing jongkok bukan berdiri dikeluarkan karena pada suatu ketika ada seorang samanera yang kencing di sebuah tepi jurang, kencing ke jurang maksudnya, tanpa mengetahui ada seorang bhikkhu senior yang sedang bermeditasi, di bawah; sehingga bhikkhu tersebut bermandikan air kencing samanera. Kejadian ini dilaporkan kepada Sang Buddha, dan keluarlah vinaya tersebut.  Harap jangan tanya saya ada di vinaya pitaka yg mana, saya tidak tahu.


Teman-teman sekalian, sekedar sharing.

Seorang Bhikkhu harus kencing jongkok memang merupakan suatu kepantasan, itu merupakan suatu norma di kalangan masyarakat yang memakai jubah atau bersarung untuk kencing jongkok, karena bila tidak jongkok dan mereka harus mengangkat sarung atau jubahnya tentu kelihatan tidak pantas dan tidak sopan, oleh karena itu Sang Buddha memberikan peraturan bhikkhu maupun Samanera harus kencing jongkok.

Mungkin teman-teman pernah mendengar ada pepatah yang mengatakan:
"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang berarti apabila guru memberi contoh yang tidak baik, maka murid bisa meniru lebih buruk lagi.

Pepatah ini disebabkan masyarakat kita jaman dahulu menggunakan sarung dan untuk kesopanan, pengguna sarung harus kencing jongkok (coba bayangkan bila pengguna sarung, kencing berdiri).

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Indra

Quote from: fabian c on 03 August 2010, 08:13:56 PM
Quote
Quote
Quote
Quote from: dtgvajra on 03 August 2010, 04:40:00 PM

kalau demikian halnya ,  buku vinaya ada tertulis bhiksu kencing harus jongkok, berarti harus dituruti juga ya?
apa makna dari sila/vinaya tersebut?



loh saya sudah biasa melihat para bhikkhu yg kencing jongkok, menurut komentar itu adalah untuk alasan kesehatan (CMIIW)

penjelasannya menarik sekali, tolong dijelaskan lebih lanjut manfaat kencing jongkok buat kesehatan itu apa?  lalu tolong dijelaskan pula manfaat bhiksu gak memakai kolor buat kesehatan itu apa?


mungkin Bro harus bertanya kepada ahli kesehatan, saya bahkan tidak peduli dengan kesehatan saya sendiri.

saya tidak tahu soal bhikshu, tetapi kalau bagi bhikkhu, vinaya punya aturan seorang bhikkhu hanya memakai 3 potong jubah, jubah bawah, atas, dan luar, kolor termasuk jubah bagian mana ya?

vinaya juga melarang membunuh, menurut Bro, apa gunanya tidak membunuh, kalau kita punya mantera membunuh, dan bisa lolos dari polisi?


Kalau saya pernah bertanya kepada bhikkhu, dan beliau menjawab, vinaya utk bhikkhud agar kencing jongkok bukan berdiri dikeluarkan karena pada suatu ketika ada seorang samanera yang kencing di sebuah tepi jurang, kencing ke jurang maksudnya, tanpa mengetahui ada seorang bhikkhu senior yang sedang bermeditasi, di bawah; sehingga bhikkhu tersebut bermandikan air kencing samanera. Kejadian ini dilaporkan kepada Sang Buddha, dan keluarlah vinaya tersebut.  Harap jangan tanya saya ada di vinaya pitaka yg mana, saya tidak tahu.


Teman-teman sekalian, sekedar sharing.

Seorang Bhikkhu harus kencing jongkok memang merupakan suatu kepantasan, itu merupakan suatu norma di kalangan masyarakat yang memakai jubah atau bersarung untuk kencing jongkok, karena bila tidak jongkok dan mereka harus mengangkat sarung atau jubahnya tentu kelihatan tidak pantas dan tidak sopan, oleh karena itu Sang Buddha memberikan peraturan bhikkhu maupun Samanera harus kencing jongkok.

Mungkin teman-teman pernah mendengar ada pepatah yang mengatakan:
"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang berarti apabila guru memberi contoh yang tidak baik, maka murid bisa meniru lebih buruk lagi.

Pepatah ini disebabkan masyarakat kita jaman dahulu menggunakan sarung dan untuk kesopanan, pengguna sarung harus kencing jongkok (coba bayangkan bila pengguna sarung, kencing berdiri).

_/\_

LSY kencingnya berdiri, jongkok, atau berlari?

4DMYN

Quote from: Indra on 03 August 2010, 06:13:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 04:24:06 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 03:39:32 PM
maaf mengecewakan anda, sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa saya bukan ahli vinaya. saya hanya mampu menjelaskan sebatas apa yg saya tau, jika jawaban saya tidak puas dan anda membutuhkan lebih banyak lagi, silahkan anda bertanya kepada orang lain atau membaca Vinaya Pitaka.

minum arak memang melanggar vinaya, tapi obat adalah satu dari kebutuhan bhikkhu, jadi bagaimana mungkin Sang Buddha melarang bhikkhu menggunakan barang kebutuhannya? tapi kalau saya meminum obat yg mana dalam obat itu terkandung alkohol, itu sebutannya tetap minum obat bukan minum arak. kalau tidak percaya coba tanyakan sama anak atau keponakan anda yg masih TK
tidak memahami vinaya tapi berani menyalahkan jawaban mahaguru Lu Sheng Yen.  pandangan Mahaguru Lu Sheng Yen tentang arak jauh lebih masuk akal daripada pandangan anda :, (btw anda tau manfaat minum kopi? lagi-lagi beliau ngobrol dengan Buddha Shakyamuni dan mendapatkan banyak wejangan)

saya cukup memahami vinaya walaupun saya tidak berani mengaku sabagai ahli, dan saya cukup paham soal pasal minum arak ini.
Mungkin saja Buddha Sakyamuni minum kopi, karena kopi tidak melanggar Vinaya, yg sulit dipercaya adalah ngopi di kafe. ngarang cerita yg lebih masuk akal gitu loh. saya tidak mengemukakan pandangan, apa yg saya katakan tentang vinaya itu adalah apa yg tertulis dalam Pitaka, dan tidak ada bagian yg saya rekayasa. bukan seperti Tuan LSY yg merekayasa dan memutar balikkan Vinaya untuk membenarkan watak pemabuknya.

cukup memahami vinaya tapi ketika ditanya soal ramuan obat yang mengandung arak, diminum bersama arak kesulitan menjawabnya. apakah ini dinamakan cukup? anda seharusnya belajar lagi dari mahaguru Lu Sheng Yen soal vinaya. dan lagi-lagi anda memfitnah mengenai watak pemabuk seorang guru besar. apakah anda memiliki bukti?
jawaban anda tentang arak jauh dari memuaskan.



4DMYN

Quote from: fabian c on 03 August 2010, 08:13:56 PM
Quote
Quote
Quote
Quote from: dtgvajra on 03 August 2010, 04:40:00 PM

kalau demikian halnya ,  buku vinaya ada tertulis bhiksu kencing harus jongkok, berarti harus dituruti juga ya?
apa makna dari sila/vinaya tersebut?



loh saya sudah biasa melihat para bhikkhu yg kencing jongkok, menurut komentar itu adalah untuk alasan kesehatan (CMIIW)

penjelasannya menarik sekali, tolong dijelaskan lebih lanjut manfaat kencing jongkok buat kesehatan itu apa?  lalu tolong dijelaskan pula manfaat bhiksu gak memakai kolor buat kesehatan itu apa?


mungkin Bro harus bertanya kepada ahli kesehatan, saya bahkan tidak peduli dengan kesehatan saya sendiri.

saya tidak tahu soal bhikshu, tetapi kalau bagi bhikkhu, vinaya punya aturan seorang bhikkhu hanya memakai 3 potong jubah, jubah bawah, atas, dan luar, kolor termasuk jubah bagian mana ya?

vinaya juga melarang membunuh, menurut Bro, apa gunanya tidak membunuh, kalau kita punya mantera membunuh, dan bisa lolos dari polisi?


Kalau saya pernah bertanya kepada bhikkhu, dan beliau menjawab, vinaya utk bhikkhud agar kencing jongkok bukan berdiri dikeluarkan karena pada suatu ketika ada seorang samanera yang kencing di sebuah tepi jurang, kencing ke jurang maksudnya, tanpa mengetahui ada seorang bhikkhu senior yang sedang bermeditasi, di bawah; sehingga bhikkhu tersebut bermandikan air kencing samanera. Kejadian ini dilaporkan kepada Sang Buddha, dan keluarlah vinaya tersebut.  Harap jangan tanya saya ada di vinaya pitaka yg mana, saya tidak tahu.


Teman-teman sekalian, sekedar sharing.

Seorang Bhikkhu harus kencing jongkok memang merupakan suatu kepantasan, itu merupakan suatu norma di kalangan masyarakat yang memakai jubah atau bersarung untuk kencing jongkok, karena bila tidak jongkok dan mereka harus mengangkat sarung atau jubahnya tentu kelihatan tidak pantas dan tidak sopan, oleh karena itu Sang Buddha memberikan peraturan bhikkhu maupun Samanera harus kencing jongkok.

Mungkin teman-teman pernah mendengar ada pepatah yang mengatakan:
"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang berarti apabila guru memberi contoh yang tidak baik, maka murid bisa meniru lebih buruk lagi.

Pepatah ini disebabkan masyarakat kita jaman dahulu menggunakan sarung dan untuk kesopanan, pengguna sarung harus kencing jongkok (coba bayangkan bila pengguna sarung, kencing berdiri).

_/\_
Teman-teman sekalian, sekedar sharing.

sekarang sudah banyak sekali toilet model duduk, apakah seorang bhikku tetap harus kencing jongkok di dalam toilet model duduk?

sesuai dengan pepatah:
"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang berarti apabila guru memberi contoh yang tidak baik, maka murid bisa meniru lebih buruk lagi.
coba bayangkan apabila seorang bhikku kencing jongkok di atas toilet model duduk? bagaimana nanti murid-muridnya meniru? mungkin muridnya bisa berdiri diatas toilet model duduk, atau bahkan disko diatas toilet sembari kencing.
_/\_

Indra

Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 09:56:02 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 06:13:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 04:24:06 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 03:39:32 PM
maaf mengecewakan anda, sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa saya bukan ahli vinaya. saya hanya mampu menjelaskan sebatas apa yg saya tau, jika jawaban saya tidak puas dan anda membutuhkan lebih banyak lagi, silahkan anda bertanya kepada orang lain atau membaca Vinaya Pitaka.

minum arak memang melanggar vinaya, tapi obat adalah satu dari kebutuhan bhikkhu, jadi bagaimana mungkin Sang Buddha melarang bhikkhu menggunakan barang kebutuhannya? tapi kalau saya meminum obat yg mana dalam obat itu terkandung alkohol, itu sebutannya tetap minum obat bukan minum arak. kalau tidak percaya coba tanyakan sama anak atau keponakan anda yg masih TK
tidak memahami vinaya tapi berani menyalahkan jawaban mahaguru Lu Sheng Yen.  pandangan Mahaguru Lu Sheng Yen tentang arak jauh lebih masuk akal daripada pandangan anda :, (btw anda tau manfaat minum kopi? lagi-lagi beliau ngobrol dengan Buddha Shakyamuni dan mendapatkan banyak wejangan)

saya cukup memahami vinaya walaupun saya tidak berani mengaku sabagai ahli, dan saya cukup paham soal pasal minum arak ini.
Mungkin saja Buddha Sakyamuni minum kopi, karena kopi tidak melanggar Vinaya, yg sulit dipercaya adalah ngopi di kafe. ngarang cerita yg lebih masuk akal gitu loh. saya tidak mengemukakan pandangan, apa yg saya katakan tentang vinaya itu adalah apa yg tertulis dalam Pitaka, dan tidak ada bagian yg saya rekayasa. bukan seperti Tuan LSY yg merekayasa dan memutar balikkan Vinaya untuk membenarkan watak pemabuknya.

cukup memahami vinaya tapi ketika ditanya soal ramuan obat yang mengandung arak, diminum bersama arak kesulitan menjawabnya. apakah ini dinamakan cukup? anda seharusnya belajar lagi dari mahaguru Lu Sheng Yen soal vinaya. dan lagi-lagi anda memfitnah mengenai watak pemabuk seorang guru besar. apakah anda memiliki bukti?
jawaban anda tentang arak jauh dari memuaskan.




anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."

4DMYN

Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:11:20 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 09:56:02 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 06:13:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 04:24:06 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 03:39:32 PM
maaf mengecewakan anda, sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa saya bukan ahli vinaya. saya hanya mampu menjelaskan sebatas apa yg saya tau, jika jawaban saya tidak puas dan anda membutuhkan lebih banyak lagi, silahkan anda bertanya kepada orang lain atau membaca Vinaya Pitaka.

minum arak memang melanggar vinaya, tapi obat adalah satu dari kebutuhan bhikkhu, jadi bagaimana mungkin Sang Buddha melarang bhikkhu menggunakan barang kebutuhannya? tapi kalau saya meminum obat yg mana dalam obat itu terkandung alkohol, itu sebutannya tetap minum obat bukan minum arak. kalau tidak percaya coba tanyakan sama anak atau keponakan anda yg masih TK
tidak memahami vinaya tapi berani menyalahkan jawaban mahaguru Lu Sheng Yen.  pandangan Mahaguru Lu Sheng Yen tentang arak jauh lebih masuk akal daripada pandangan anda :, (btw anda tau manfaat minum kopi? lagi-lagi beliau ngobrol dengan Buddha Shakyamuni dan mendapatkan banyak wejangan)

saya cukup memahami vinaya walaupun saya tidak berani mengaku sabagai ahli, dan saya cukup paham soal pasal minum arak ini.
Mungkin saja Buddha Sakyamuni minum kopi, karena kopi tidak melanggar Vinaya, yg sulit dipercaya adalah ngopi di kafe. ngarang cerita yg lebih masuk akal gitu loh. saya tidak mengemukakan pandangan, apa yg saya katakan tentang vinaya itu adalah apa yg tertulis dalam Pitaka, dan tidak ada bagian yg saya rekayasa. bukan seperti Tuan LSY yg merekayasa dan memutar balikkan Vinaya untuk membenarkan watak pemabuknya.

cukup memahami vinaya tapi ketika ditanya soal ramuan obat yang mengandung arak, diminum bersama arak kesulitan menjawabnya. apakah ini dinamakan cukup? anda seharusnya belajar lagi dari mahaguru Lu Sheng Yen soal vinaya. dan lagi-lagi anda memfitnah mengenai watak pemabuk seorang guru besar. apakah anda memiliki bukti?
jawaban anda tentang arak jauh dari memuaskan.




anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.
jawaban anda jauh dari memuaskan,  minum arak melanggar vinaya tapi mengapa dibenarkan dalam kasus ramuan obat yang mengandung arak. bila dibenarkan seharusnya tidak melanggar vinaya. bagaimana mungkin anda memberikan jawaban kontradiktif namun mengaku cukup memahami vinaya? pemahaman anda tentang vinaya masih kalah jauh dibandingkan mahaguru Lu Sheng Yen

Quote

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."
ada buktinya tidak tentang hal ini?

4DMYN

Quote from: Hendra Susanto on 03 August 2010, 10:14:51 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 10:11:38 PM
Quote from: Hendra Susanto on 03 August 2010, 10:08:59 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 09:59:41 PM
Quote from: fabian c on 03 August 2010, 08:13:56 PM
Quote
Quote
Quote
Quote from: dtgvajra on 03 August 2010, 04:40:00 PM

kalau demikian halnya ,  buku vinaya ada tertulis bhiksu kencing harus jongkok, berarti harus dituruti juga ya?
apa makna dari sila/vinaya tersebut?



loh saya sudah biasa melihat para bhikkhu yg kencing jongkok, menurut komentar itu adalah untuk alasan kesehatan (CMIIW)

penjelasannya menarik sekali, tolong dijelaskan lebih lanjut manfaat kencing jongkok buat kesehatan itu apa?  lalu tolong dijelaskan pula manfaat bhiksu gak memakai kolor buat kesehatan itu apa?


mungkin Bro harus bertanya kepada ahli kesehatan, saya bahkan tidak peduli dengan kesehatan saya sendiri.

saya tidak tahu soal bhikshu, tetapi kalau bagi bhikkhu, vinaya punya aturan seorang bhikkhu hanya memakai 3 potong jubah, jubah bawah, atas, dan luar, kolor termasuk jubah bagian mana ya?

vinaya juga melarang membunuh, menurut Bro, apa gunanya tidak membunuh, kalau kita punya mantera membunuh, dan bisa lolos dari polisi?


Kalau saya pernah bertanya kepada bhikkhu, dan beliau menjawab, vinaya utk bhikkhud agar kencing jongkok bukan berdiri dikeluarkan karena pada suatu ketika ada seorang samanera yang kencing di sebuah tepi jurang, kencing ke jurang maksudnya, tanpa mengetahui ada seorang bhikkhu senior yang sedang bermeditasi, di bawah; sehingga bhikkhu tersebut bermandikan air kencing samanera. Kejadian ini dilaporkan kepada Sang Buddha, dan keluarlah vinaya tersebut.  Harap jangan tanya saya ada di vinaya pitaka yg mana, saya tidak tahu.


Teman-teman sekalian, sekedar sharing.

Seorang Bhikkhu harus kencing jongkok memang merupakan suatu kepantasan, itu merupakan suatu norma di kalangan masyarakat yang memakai jubah atau bersarung untuk kencing jongkok, karena bila tidak jongkok dan mereka harus mengangkat sarung atau jubahnya tentu kelihatan tidak pantas dan tidak sopan, oleh karena itu Sang Buddha memberikan peraturan bhikkhu maupun Samanera harus kencing jongkok.

Mungkin teman-teman pernah mendengar ada pepatah yang mengatakan:
"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang berarti apabila guru memberi contoh yang tidak baik, maka murid bisa meniru lebih buruk lagi.

Pepatah ini disebabkan masyarakat kita jaman dahulu menggunakan sarung dan untuk kesopanan, pengguna sarung harus kencing jongkok (coba bayangkan bila pengguna sarung, kencing berdiri).

_/\_
Teman-teman sekalian, sekedar sharing.

sekarang sudah banyak sekali toilet model duduk, apakah seorang bhikku tetap harus kencing jongkok di dalam toilet model duduk?

sesuai dengan pepatah:
"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang berarti apabila guru memberi contoh yang tidak baik, maka murid bisa meniru lebih buruk lagi.
coba bayangkan apabila seorang bhikku kencing jongkok di atas toilet model duduk? bagaimana nanti murid-muridnya meniru? mungkin muridnya bisa berdiri diatas toilet model duduk, atau bahkan disko diatas toilet sembari kencing.
_/\_

kencing sambil jongkok mantep lagi... lebih plong rasanya ;D
jika demikian, maka kencing sembari berdisko diatas toilet model duduk tentu jauh lebih enak rasanya  ;D.

walahhh... gak pernah kencing ya :)) :outoftopic: kencing diatas toilet duduk bs jatoh kepeleset toh... mungkin omongan sembarangan demikian yang ditangkap selama ini ;D
iya benar sekali jika ada seorang bhikku kencing jongkok diatas toilet model duduk pun memiliki resiko kepeleset jatuh namun jika beliau tidak kencing jongkok (kencing duduk) , maka bhikku tersebut melanggar vinaya. sungguh kontradiktif.

4DMYN

Quote from: Hendra Susanto on 03 August 2010, 10:17:58 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 10:16:45 PM
Quote from: Hendra Susanto on 03 August 2010, 10:14:51 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 10:11:38 PM
Quote from: Hendra Susanto on 03 August 2010, 10:08:59 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 09:59:41 PM
Quote from: fabian c on 03 August 2010, 08:13:56 PM
Quote
Quote
Quote
Quote from: dtgvajra on 03 August 2010, 04:40:00 PM

kalau demikian halnya ,  buku vinaya ada tertulis bhiksu kencing harus jongkok, berarti harus dituruti juga ya?
apa makna dari sila/vinaya tersebut?



loh saya sudah biasa melihat para bhikkhu yg kencing jongkok, menurut komentar itu adalah untuk alasan kesehatan (CMIIW)

penjelasannya menarik sekali, tolong dijelaskan lebih lanjut manfaat kencing jongkok buat kesehatan itu apa?  lalu tolong dijelaskan pula manfaat bhiksu gak memakai kolor buat kesehatan itu apa?


mungkin Bro harus bertanya kepada ahli kesehatan, saya bahkan tidak peduli dengan kesehatan saya sendiri.

saya tidak tahu soal bhikshu, tetapi kalau bagi bhikkhu, vinaya punya aturan seorang bhikkhu hanya memakai 3 potong jubah, jubah bawah, atas, dan luar, kolor termasuk jubah bagian mana ya?

vinaya juga melarang membunuh, menurut Bro, apa gunanya tidak membunuh, kalau kita punya mantera membunuh, dan bisa lolos dari polisi?


Kalau saya pernah bertanya kepada bhikkhu, dan beliau menjawab, vinaya utk bhikkhud agar kencing jongkok bukan berdiri dikeluarkan karena pada suatu ketika ada seorang samanera yang kencing di sebuah tepi jurang, kencing ke jurang maksudnya, tanpa mengetahui ada seorang bhikkhu senior yang sedang bermeditasi, di bawah; sehingga bhikkhu tersebut bermandikan air kencing samanera. Kejadian ini dilaporkan kepada Sang Buddha, dan keluarlah vinaya tersebut.  Harap jangan tanya saya ada di vinaya pitaka yg mana, saya tidak tahu.


Teman-teman sekalian, sekedar sharing.

Seorang Bhikkhu harus kencing jongkok memang merupakan suatu kepantasan, itu merupakan suatu norma di kalangan masyarakat yang memakai jubah atau bersarung untuk kencing jongkok, karena bila tidak jongkok dan mereka harus mengangkat sarung atau jubahnya tentu kelihatan tidak pantas dan tidak sopan, oleh karena itu Sang Buddha memberikan peraturan bhikkhu maupun Samanera harus kencing jongkok.

Mungkin teman-teman pernah mendengar ada pepatah yang mengatakan:
"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang berarti apabila guru memberi contoh yang tidak baik, maka murid bisa meniru lebih buruk lagi.

Pepatah ini disebabkan masyarakat kita jaman dahulu menggunakan sarung dan untuk kesopanan, pengguna sarung harus kencing jongkok (coba bayangkan bila pengguna sarung, kencing berdiri).

_/\_
Teman-teman sekalian, sekedar sharing.

sekarang sudah banyak sekali toilet model duduk, apakah seorang bhikku tetap harus kencing jongkok di dalam toilet model duduk?

sesuai dengan pepatah:
"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang berarti apabila guru memberi contoh yang tidak baik, maka murid bisa meniru lebih buruk lagi.
coba bayangkan apabila seorang bhikku kencing jongkok di atas toilet model duduk? bagaimana nanti murid-muridnya meniru? mungkin muridnya bisa berdiri diatas toilet model duduk, atau bahkan disko diatas toilet sembari kencing.
_/\_

kencing sambil jongkok mantep lagi... lebih plong rasanya ;D
jika demikian, maka kencing sembari berdisko diatas toilet model duduk tentu jauh lebih enak rasanya  ;D.

walahhh... gak pernah kencing ya :)) :outoftopic: kencing diatas toilet duduk bs jatoh kepeleset toh... mungkin omongan sembarangan demikian yang ditangkap selama ini ;D
iya benar sekali jika ada seorang bhikku kencing jongkok diatas toilet model duduk pun memiliki resiko kepeleset jatuh namun jika beliau tidak kencing jongkok, maka bhikku tersebut melanggar vinaya. sungguh kontradiktif.


hihihiih... udang otak... jgn naek tempat kencingnya toh...
kalo gak naek ke tempat kencingnya itu namanya tidak menjaga kebersihan, sesuai dengan pepatah:
"Guru kencing berdiri, murid kencing berlari" yang berarti apabila guru memberi contoh yang tidak baik, maka murid bisa meniru lebih buruk lagi.
apabila ada bhikku kencing jongkok tidak diatas tempat kencingnya, maka muridnya bisa-bisa berak tidak diatas tempatnya pula.

4DMYN

Quote from: kur0bane on 03 August 2010, 10:19:56 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 03 August 2010, 10:16:04 PM
coba periksa kandung kemihnya barangkali ada sariranya yang menghambat keluarnya kencing.
hahahahaha analisis yang lucu bro:d
wakwakkwawa
bisa tidak anda menggunakan perumpamaan yang lebih sopan untuk objek suci seperti sarira?

Indra

Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 10:14:14 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:11:20 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 09:56:02 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 06:13:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 04:24:06 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 03:39:32 PM
maaf mengecewakan anda, sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa saya bukan ahli vinaya. saya hanya mampu menjelaskan sebatas apa yg saya tau, jika jawaban saya tidak puas dan anda membutuhkan lebih banyak lagi, silahkan anda bertanya kepada orang lain atau membaca Vinaya Pitaka.

minum arak memang melanggar vinaya, tapi obat adalah satu dari kebutuhan bhikkhu, jadi bagaimana mungkin Sang Buddha melarang bhikkhu menggunakan barang kebutuhannya? tapi kalau saya meminum obat yg mana dalam obat itu terkandung alkohol, itu sebutannya tetap minum obat bukan minum arak. kalau tidak percaya coba tanyakan sama anak atau keponakan anda yg masih TK
tidak memahami vinaya tapi berani menyalahkan jawaban mahaguru Lu Sheng Yen.  pandangan Mahaguru Lu Sheng Yen tentang arak jauh lebih masuk akal daripada pandangan anda :, (btw anda tau manfaat minum kopi? lagi-lagi beliau ngobrol dengan Buddha Shakyamuni dan mendapatkan banyak wejangan)

saya cukup memahami vinaya walaupun saya tidak berani mengaku sabagai ahli, dan saya cukup paham soal pasal minum arak ini.
Mungkin saja Buddha Sakyamuni minum kopi, karena kopi tidak melanggar Vinaya, yg sulit dipercaya adalah ngopi di kafe. ngarang cerita yg lebih masuk akal gitu loh. saya tidak mengemukakan pandangan, apa yg saya katakan tentang vinaya itu adalah apa yg tertulis dalam Pitaka, dan tidak ada bagian yg saya rekayasa. bukan seperti Tuan LSY yg merekayasa dan memutar balikkan Vinaya untuk membenarkan watak pemabuknya.

cukup memahami vinaya tapi ketika ditanya soal ramuan obat yang mengandung arak, diminum bersama arak kesulitan menjawabnya. apakah ini dinamakan cukup? anda seharusnya belajar lagi dari mahaguru Lu Sheng Yen soal vinaya. dan lagi-lagi anda memfitnah mengenai watak pemabuk seorang guru besar. apakah anda memiliki bukti?
jawaban anda tentang arak jauh dari memuaskan.




anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.
jawaban anda jauh dari memuaskan,  minum arak melanggar vinaya tapi mengapa dibenarkan dalam kasus ramuan obat yang mengandung arak. bila dibenarkan seharusnya tidak melanggar vinaya. bagaimana mungkin anda memberikan jawaban kontradiktif namun mengaku cukup memahami vinaya? pemahaman anda tentang vinaya masih kalah jauh dibandingkan mahaguru Lu Sheng Yen

Quote

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."
ada buktinya tidak tentang hal ini?

untuk ke dua hal yg anda tanyakan ini, silahkan anda baca kembali postingan saya yg sebelum2nya, sudah saya jawab, berusahalah sedikit, jika anda beritikad baik dalam berdiskusi

Indra

Quote from: kur0bane on 03 August 2010, 10:19:56 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 03 August 2010, 10:16:04 PM
coba periksa kandung kemihnya barangkali ada sariranya yang menghambat keluarnya kencing.
hahahahaha analisis yang lucu bro:d
wakwakkwawa

hah?? bagaimana mungkin ada begitu banyak sarira di tubuhku ini?

Indra

Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 10:21:58 PM
Quote from: kur0bane on 03 August 2010, 10:19:56 PM
Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 03 August 2010, 10:16:04 PM
coba periksa kandung kemihnya barangkali ada sariranya yang menghambat keluarnya kencing.
hahahahaha analisis yang lucu bro:d
wakwakkwawa
bisa tidak anda menggunakan perumpamaan yang lebih sopan untuk objek suci seperti sarira?


menurut anda sarira saya juga suci?

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

73. Not being ill, I will not defecate or urinate while standing: a training to be observed.

74. Not being ill, I will not defecate, urinate, or spit on living crops: a training to be observed.

75. Not being ill, I will not defecate, urinate, or spit in water: a training to be observed.

gak ada aturan gak boleh pake kloset duduk toh?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Indra

baiklah kalau begitu mari membahas soal Rolls Royce

:backtorollsroyce:

4DMYN

Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:23:24 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 10:14:14 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 10:11:20 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 09:56:02 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 06:13:13 PM
Quote from: 4DMYN on 03 August 2010, 04:24:06 PM
Quote from: Indra on 03 August 2010, 03:39:32 PM
maaf mengecewakan anda, sebelumnya saya sudah menjelaskan bahwa saya bukan ahli vinaya. saya hanya mampu menjelaskan sebatas apa yg saya tau, jika jawaban saya tidak puas dan anda membutuhkan lebih banyak lagi, silahkan anda bertanya kepada orang lain atau membaca Vinaya Pitaka.

minum arak memang melanggar vinaya, tapi obat adalah satu dari kebutuhan bhikkhu, jadi bagaimana mungkin Sang Buddha melarang bhikkhu menggunakan barang kebutuhannya? tapi kalau saya meminum obat yg mana dalam obat itu terkandung alkohol, itu sebutannya tetap minum obat bukan minum arak. kalau tidak percaya coba tanyakan sama anak atau keponakan anda yg masih TK
tidak memahami vinaya tapi berani menyalahkan jawaban mahaguru Lu Sheng Yen.  pandangan Mahaguru Lu Sheng Yen tentang arak jauh lebih masuk akal daripada pandangan anda :, (btw anda tau manfaat minum kopi? lagi-lagi beliau ngobrol dengan Buddha Shakyamuni dan mendapatkan banyak wejangan)

saya cukup memahami vinaya walaupun saya tidak berani mengaku sabagai ahli, dan saya cukup paham soal pasal minum arak ini.
Mungkin saja Buddha Sakyamuni minum kopi, karena kopi tidak melanggar Vinaya, yg sulit dipercaya adalah ngopi di kafe. ngarang cerita yg lebih masuk akal gitu loh. saya tidak mengemukakan pandangan, apa yg saya katakan tentang vinaya itu adalah apa yg tertulis dalam Pitaka, dan tidak ada bagian yg saya rekayasa. bukan seperti Tuan LSY yg merekayasa dan memutar balikkan Vinaya untuk membenarkan watak pemabuknya.

cukup memahami vinaya tapi ketika ditanya soal ramuan obat yang mengandung arak, diminum bersama arak kesulitan menjawabnya. apakah ini dinamakan cukup? anda seharusnya belajar lagi dari mahaguru Lu Sheng Yen soal vinaya. dan lagi-lagi anda memfitnah mengenai watak pemabuk seorang guru besar. apakah anda memiliki bukti?
jawaban anda tentang arak jauh dari memuaskan.




anda tidak menyimak Bro, mengenai arak sudah saya jawab sebelumnya.

mengenai Vinaya, saya tidak tertarik mempelajari Vinaya karangan LSY, saya masih setia dengan Vinaya sah dari Buddha Gotama.
jawaban anda jauh dari memuaskan,  minum arak melanggar vinaya tapi mengapa dibenarkan dalam kasus ramuan obat yang mengandung arak. bila dibenarkan seharusnya tidak melanggar vinaya. bagaimana mungkin anda memberikan jawaban kontradiktif namun mengaku cukup memahami vinaya? pemahaman anda tentang vinaya masih kalah jauh dibandingkan mahaguru Lu Sheng Yen

Quote

mengenai watak pemabuk, saya hanya mengikuti pandangan umum, orang yg doyan minum arak umumnya disebut pemabuk. kalau anda keberatan dengan sebutan itu baiklah saya ralat menjadi "watak seorang tukang minum arak" atau "watak buddha tukang minum arak."
ada buktinya tidak tentang hal ini?

untuk ke dua hal yg anda tanyakan ini, silahkan anda baca kembali postingan saya yg sebelum2nya, sudah saya jawab, berusahalah sedikit, jika anda beritikad baik dalam berdiskusi
anda sama sekali tidak bisa memberikan bukti tentang hobi mabuk guru besar saya. Dan jawaban anda tentang arak sama sekali tidak memuaskan, jauh dari apa yang diajarkan guru saya. jika anda beritikad baik, anda tidak akan memfitnah mahaguru saya.