mengumpulkan paramita untuk menjadi Samyaksambuddha itu egois!!

Started by El Sol, 23 February 2008, 03:04:05 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

El Sol

pada saat PENGEN terlahir sebagai seorang Samyaksambuddha..bukankah PENGEN itu sebenarnya adalah cermin dari KEINGINAN kita untuk DIRI KITA SENDIRI MENCAPAI KESEMPURNAAN SEMPURNA?

_/\_

tesla

^apakah nibbana yg dialami oleh Arahat & SammasamBuddha berbeda?

kenapa dikatakan egois?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

El Sol

^
Nibbana yakni hilangnya dosa,lobha dan Moha..itu sama..

tetapi seorang Sammasambuddha lebih tinggi karena beliau ada kemampuan untuk mengajar dan kekuatan2 lainya...

..

yg aku katakan bukanlah Samyaksambuddha...yg aku katakan egois adalah makhluk2 Mahayana yg menyatakan didepan umum paramita mereka untuk menolong seluruh makhluk hidup...karena menurut gw..mereka menolong mereka(orang lain) untuk menolong diri mereka sendiri...sperti missionaries kr****n yg mengconvert orang lain agar diri mereka bisa masuk surga...

jika seorang Boddhisatta yg asli..aku rasa beliau tidak akan mengutarakan Paramita mereka..setoejoe?

tesla

mengutarakan paramita itu bagaimana ya?

bukannya hal yg bagus kalau ada mahkluk lain yg ber-inspirasi utk menjadi Buddha di masa mendatang demi membantu yg lain terbebas dari penderitaan? :hammer:

soal apakah parami mereka sudah cukup atau belum utk menyatakan aspirasi mereka, menurutku ga jadi soal deh :p
paling tinggal dikumpulin lagi paraminya beberapa asenkheya kappa lagi...

& perlu diingat, yg dapat ber-aspirasi menjadi Buddha itu bahkan tidak memasuki tingkat kesucian pertama, so sangat beresiko utk melakukan akusala kamma yg berat2 di waktu mendatang...
sebuah pengorbanan yg sangat besar.

:lotus:
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

chingik

> mengumpulkan paramita untuk menjadi Samyaksambuddha itu egois!!

Bro Elsol, yang dilakukan oleh Buddha Gotama saat menjadi Bodhisatta memang begitu. Tapi bukan egois, Beliau bahkan mengorbankan tubuhnya demi memenuhi paramita itu. Yang penting visi dan misinya demi manfaat semua makhluk. Kalo tidak ada orang yang bercita2 mencapai Sammasambuddha, bagaimana bisa muncul Arahat Savaka? Bagaimana dhamma bisa diketahui oleh makhluk2 yang seperti dalam kubangan lumpur? Sedangkan para Pacceka Buddha tidak mengajarkan dhamma seperti halnya seorang Sammasambuddha.


pada saat PENGEN terlahir sebagai seorang Samyaksambuddha..bukankah PENGEN itu sebenarnya adalah cermin dari KEINGINAN kita untuk DIRI KITA SENDIRI MENCAPAI KESEMPURNAAN SEMPURNA?

Memang benar itu adalah cerminan dari keinginan sendiri, tapi keinginan yang membawa manfaat kepada makhluk lain, itu keinginan yang berlandaskan pada kusala citta.

Kalo penjelasan di atas tidak memuaskan, menurut bro El Sol, mesti bagaimana jalan yang terbaik? Mohon pencerahannya. Lha kita2 ini lagi belajar, kalo bro yang mencapai kesucian terlebih dulu, dan ternyata saya jatuh ke alam neraka karena mempraktikkan jalan yang sesat, mohon bimbingannya, saya percaya pertemuan kita di sini adalah suatu ikatan jodoh kamma juga, so...pls.. :)

El Sol

Quote from: tesla on 23 February 2008, 03:26:53 PM
mengutarakan paramita itu bagaimana ya?
buat dikit kebaikan dah digede2in..biar pada tao kalo dia itu suci...trus mulai menghina Theravada bilank kalo Theravada itu egois karena mementingkan diri sendiri..padahal kita..umat Theravada ada membantu yg lain juga..cuma ajah gk digede2in kayak Mahayana..dikit2..masukin ke koran..ato gk dikit2 bilank Bodhicitta..bla bla...I'm sick of it!
Quote
bukannya hal yg bagus kalau ada mahkluk lain yg ber-inspirasi utk menjadi Buddha di masa mendatang demi membantu yg lain terbebas dari penderitaan? :hammer:
bagus..seh..tapi majority di Mahayan itu menurut aye cuma pura2...

Quote
soal apakah parami mereka sudah cukup atau belum utk menyatakan aspirasi mereka, menurutku ga jadi soal deh :p
paling tinggal dikumpulin lagi paraminya beberapa asenkheya kappa lagi...

& perlu diingat, yg dapat ber-aspirasi menjadi Buddha itu bahkan tidak memasuki tingkat kesucian pertama, so sangat beresiko utk melakukan akusala kamma yg berat2 di waktu mendatang...
sebuah pengorbanan yg sangat besar.

:lotus:
alar..menurut gw Mahayana skarang itu pura2 doank lar..diluar ngomong mao sempurnain paramita demi makhluk lain..tapi didalemnye itu mao diri sendiri menjadi Sammsambuddha

El Sol

Quote from: chingik on 23 February 2008, 03:28:25 PM
> mengumpulkan paramita untuk menjadi Samyaksambuddha itu egois!!

Bro Elsol, yang dilakukan oleh Buddha Gotama saat menjadi Bodhisatta memang begitu. Tapi bukan egois, Beliau bahkan mengorbankan tubuhnya demi memenuhi paramita itu. Yang penting visi dan misinya demi manfaat semua makhluk. Kalo tidak ada orang yang bercita2 mencapai Sammasambuddha, bagaimana bisa muncul Arahat Savaka? Bagaimana dhamma bisa diketahui oleh makhluk2 yang seperti dalam kubangan lumpur? Sedangkan para Pacceka Buddha tidak mengajarkan dhamma seperti halnya seorang Sammasambuddha.
Buddha Gotama melakukan paramita dengan tidak memandang paramita..tetapi kalian Mahayana melaksanakan paramita dengan mengandalkan Paramita itu sendiri...ngerti yg gw maksud? menurut gw kalian tidak akan mencapai tahap Sammsambuddha..karena kemelekatan pada paramita itu sendiri...
Quote
pada saat PENGEN terlahir sebagai seorang Samyaksambuddha..bukankah PENGEN itu sebenarnya adalah cermin dari KEINGINAN kita untuk DIRI KITA SENDIRI MENCAPAI KESEMPURNAAN SEMPURNA?

Memang benar itu adalah cerminan dari keinginan sendiri, tapi keinginan yang membawa manfaat kepada makhluk lain, itu keinginan yang berlandaskan pada kusala citta.

Kalo penjelasan di atas tidak memuaskan, menurut bro El Sol, mesti bagaimana jalan yang terbaik? Mohon pencerahannya. Lha kita2 ini lagi belajar, kalo bro yang mencapai kesucian terlebih dulu, dan ternyata saya jatuh ke alam neraka karena mempraktikkan jalan yang sesat, mohon bimbingannya, saya percaya pertemuan kita di sini adalah suatu ikatan jodoh kamma juga, so...pls.. :)

jalan terbaik menurut gw adalah jadi Arahat of course...kalo pengen jadi seorang Sammsambuddha..kayakne gk perlu deh sok sok ambil sumpah paramita dan merendahkan mereka yg tidak mengambil sumpah paramita...

menurut gw kalo emnak bener2 mao menjadi seorang sammasambuddha..pikiran untuk menjadi sammasambuddha itu dihilangkan dulu, lalu...lupakan paramitta..dan bantulah makhluk lain tanpa memikirkan diri sendiri...

oh iyah tambahan..kalo bisa yg bener2 pengen jadi Samyaksambuddha..tinggalkan keduniawian sekarang juga..gk usah tunggu lage..kalo masih tunggu2..itu namane pura2 ato diluar doank ngakune mao jadi Samyaksambuddha

tesla

Quote from: El Sol on 23 February 2008, 03:34:17 PM
buat dikit kebaikan dah digede2in..biar pada tao kalo dia itu suci...trus mulai menghina Theravada bilank kalo Theravada itu egois karena mementingkan diri sendiri..padahal kita..umat Theravada ada membantu yg lain juga..cuma ajah gk digede2in kayak Mahayana..dikit2..masukin ke koran..ato gk dikit2 bilank Bodhicitta..bla bla...I'm sick of it!

bagus..seh..tapi majority di Mahayan itu menurut aye cuma pura2...

alar..menurut gw Mahayana skarang itu pura2 doank lar..diluar ngomong mao sempurnain paramita demi makhluk lain..tapi didalemnye itu mao diri sendiri menjadi Sammsambuddha

mungkin El Sol ada pengalaman buruk dg Mahayana,
mungkin ada Mahayana yg sudah menghinamu...

jangan pukul rata donk...
ga semua Mahayana menghina Theravada,
dan ga semua Theravada 'tidak' menghina Mahayana ^-^

"All beings are as they are conditioned by their kamma"
:lotus:
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Quote from: chingik on 23 February 2008, 03:28:25 PM
Memang benar itu adalah cerminan dari keinginan sendiri, tapi keinginan yang membawa manfaat kepada makhluk lain, itu keinginan yang berlandaskan pada kusala citta.

mending bahas ini deh...
apakah keinginan menjadi SammasamBuddha adalah kusala citta?

kalau pendapatku, bukan kusala citta, bahkan akusala citta.
dg mempertahankan keinginan ini seorang Boddhisatta bahkan tidak mematahkan satu belenggupun agar tetap terlahir di samsara menyempurnakan 10 paraminya...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

El Sol

Quote from: tesla on 23 February 2008, 03:51:09 PM
Quote from: El Sol on 23 February 2008, 03:34:17 PM
buat dikit kebaikan dah digede2in..biar pada tao kalo dia itu suci...trus mulai menghina Theravada bilank kalo Theravada itu egois karena mementingkan diri sendiri..padahal kita..umat Theravada ada membantu yg lain juga..cuma ajah gk digede2in kayak Mahayana..dikit2..masukin ke koran..ato gk dikit2 bilank Bodhicitta..bla bla...I'm sick of it!

bagus..seh..tapi majority di Mahayan itu menurut aye cuma pura2...

alar..menurut gw Mahayana skarang itu pura2 doank lar..diluar ngomong mao sempurnain paramita demi makhluk lain..tapi didalemnye itu mao diri sendiri menjadi Sammsambuddha

mungkin El Sol ada pengalaman buruk dg Mahayana,
mungkin ada Mahayana yg sudah menghinamu...

jangan pukul rata donk...
ga semua Mahayana menghina Theravada,
dan ga semua Theravada 'tidak' menghina Mahayana ^-^

"All beings are as they are conditioned by their kamma"
:lotus:





gk ada Mahayana yg menghina gw...

gw abis baca buku Mahayana(yg dari zaman dulu maupun sampe zaman skarang) majority itu bilank kalo Theravada itu egois!...

Islam ngajarin Jihad...itu karena emank ajaranne gk bener..dan banyak Mahayana menghina Theravada karena memang mereka diajarkan untuk memandang diri mereka lebih superior daripada Theravada...lebih tepat bukan salah umat Mahayana..tetapi salah yg buat Mahayana...si Nagarjuna!

El Sol

Quote from: tesla on 23 February 2008, 03:56:05 PM
Quote from: chingik on 23 February 2008, 03:28:25 PM
Memang benar itu adalah cerminan dari keinginan sendiri, tapi keinginan yang membawa manfaat kepada makhluk lain, itu keinginan yang berlandaskan pada kusala citta.

mending bahas ini deh...
apakah keinginan menjadi SammasamBuddha adalah kusala citta?

kalau pendapatku, bukan kusala citta, bahkan akusala citta.
dg mempertahankan keinginan ini seorang Boddhisatta bahkan tidak mematahkan satu belenggupun agar tetap terlahir di samsara menyempurnakan 10 paraminya...

kusala citta itu Niat baik khan? Akusala citta itu niat jahat khan?

kalo iya...

menurut gw seh Kusala Citta...karena tujuanne pure untuk membantu makhluk lain..dan bukanne untuk membanggakan diri sendiri or buat ngaku2 kalo dia suci...


tesla

kalau definisi saya, ga ada niat baik ataupun niat jahat...

kusala = bermanfaat ke pencerahan

akusala = tidak bermanfaat ke pencerahan (alias menjauhkan dari pencerahan)

krn keinginan tsblah boddhisatta terus berputar di samsara, padahal sudah punya kualifikasi seorang arahat.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Bodhisatta Metteya :

The aspiration has one of four conditions (paccaya): the man is inspired because (1) he sees a Teaching Buddha, or (2) he hears of the great power of a Teaching Buddha, or (3) he hears the Doctrine of a Teaching Buddha being taught and the powers of a Buddha explained, or (4) he is a man of lofty temperament and noble disposition. Bodhisatta Metteyya comes under the second condition, as we shall see.

The aspiration has four causes (hetu):

1. The Great Bodhisatta has already fulfilled his duties under former Buddhas and acquired the supporting conditions (upanissaya) for fulfilling his task. These supporting conditions create a clear distinction between the Great Bodhisatta and the beings intent on becoming Awakened as disciples or Pacceka Buddhas. Great Bodhisattas are endowed with lucid faculties and lucid knowledge, while the others do not. He practises for the welfare and happiness of many, out of compassion for the world, for the good, welfare, and happiness of Devas and men. The others practise mainly for their own welfare. He applies skilfulness to his practise through his ability to create opportunities to benefit others and through his skill in distinguishing what is and what is not possible.

2. He is by nature compassionate, ready to give his own body and life to alleviate the suffering of others.

3. He is willing to struggle and strive for a long time, despite the great hardships he will encounter.
     
4. He relies on good friends who restrain him from evil and establish him in what is good.


Finally, the aspiration is based on four powers (Bala): (1) internal power (ajjhattika-bala), (2) external power (bahira-bala), (3) the power of the supporting conditions (upanissaya-bala), and (4) the power of effort (payoga-bala). The internal power is the longing or undeviating inclination for supreme Awakening based on his personal ideals and reverence for the Dhamma. The external power is this same longing based on consideration of others. Through developing the supporting conditions, he has the power of this longing. And the power of effort means he is endowed with the appropriate effort for attaining supreme Awakening. His effort will be thorough and he will persevere in his work.

Itu menurut Theravada... Jeleknya di mana?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

chingik

 
Quote
mending bahas ini deh...
apakah keinginan menjadi SammasamBuddha adalah kusala citta?

kalau pendapatku, bukan kusala citta, bahkan akusala citta.
dg mempertahankan keinginan ini seorang Boddhisatta bahkan tidak mematahkan satu belenggupun agar tetap terlahir di samsara menyempurnakan 10 paraminya...


Dalam konsep Mahayana,  Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan tahapan bodhisattva sungguh teramat panjang. Dalam Ekottaragama Sutra jilid 16, sang Buddha mengatakan, "Saya berlatih dengan gigih selama 3 asamkhyeyea kalpa untuk mencapai pencerahan sempurna".  Karena sifat tahapannya itulah maka jalan bodhisattva pun terbagi menjadi berbagai tingkatan. Dalam Avatamsaka Sutra, tahapan bodhisattva itu terbagi menjadi 52 tingkatan yang terdiri atas:
1.   10 tingkat keyakinan
2.   10 tingkat kediaman
3.   10 tingkat xing
4.   10 tingkat huixiang
5.   10 tingkat bhumi
6.   1 tingkat pencerahan setara
7.   1 tingkat pencerahan menakjubkan (Buddha).
Seorang praktisi jalan bodhisattva haruslah mengikis 2 jenis belenggu, yakni :
1. Belenggu pandangan                                  2. Belenggu pikiran.
Kemudian belenggu pandangan terbagi lagi menjadi 5 jenis. Untuk dapat masuk ke tahap tingkat pertama dari tingkat Keyakinan, maka seorang bodhisattva harus mengikis ke 5 jenis belenggu pandangan ini terlebih dahulu. Apakah 5 jenis belenggu pandangan itu ?, yakni:
1.   Kepercayaan tentang adanya diri;
2.   Pandangan ekstrim; seperti percaya bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian (nihilis), dan percaya bahwa manusia yang telah mati akan tetap terlahir kembali sebagai manusia, hewan yang mati akan tetap terlahir kembali sebagai hewan ;
3.   Pandangan sesat; seperti tidak percaya tentang hukum karma ;
4.   Kemelekatan pada 3 jenis pandangan di atas ;
5.   Kemelekatan pada pandangan tentang praktik sila yang menyesatkan, seperti menjalani pola hidup anjing, sapi, dan lain sebagainya, menaburi diri dengan abu dan berpuasa secara ekstrim.   
Dengan kata lain, berapa lama pun berlatih, jika belenggu pandangan ini tidak berhasil dikikis, maka sang praktisi masih belum dapat disebut memasuki ke dalam tahapan bodhisattva. Jika ke 5 jenis belenggu pandangan ini telah terkikis,  barulah disebut mencapai tingkat Keyakinan pertama, maka dia setara dengan tingkat Sotapanna bagi orang yang mengarungi cita-cita Kearahatan. Ibarat banyak jalan menuju ke Roma, secara prinsip hasil yang dicapai adalah sama. Setelah mencapai tahapan ini, sang bodhisattava masih perlu berjuang untuk mencapai tahapan yang lebih tinggi lagi atau dalam istilah lain terus mentransformasikan kualitas batin yang buruk menjadi kualitas batin yang lebih baik menuju ke tingkatan yang lebih tinggi.  Dari tingkat Keyakinan pertama kemudian masuk ke tingkat Keyakinan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga memasuki  tingkat Keyakinan ke tujuh yang dicapai melalui pengikisan 5 jenis belenggu pikiran yakni keserakahan, kebencian, kebodohan, kesombongan dan keraguan, maka sang bodhisattva baru disebut terbebas dari samsara, meraih tingkat kesucian yang setara dengan Arahat. Kemudian setelah mencapai tingkat Keyakinan ke sepuluh dan memasuki tingkat pertama dari tingkat Kediaman, maka sang bodhisattva barulah disebut sebagai seorang Bodhisattva Mahasattva. Demikian seterusnya dari tahap awal (tingkat Keyakinan) hingga mencapai tingkat ke 10 dari tingkat Huixiang, maka rentang waktu yang ditempuh untuk mencapai tahapan itu adalah selama satu asamkhyeya kalpa. Satu asamkhyeya kalpa adalah satuan waktu yang berlangsung dalam waktu yang tak terhitung jangkauannya. Kitab Abhidharma kosa menyatakan bahwa 1 asamkhyeya kalpa sebanding dengan 1 X 10 pangkat 59 maha kalpa. Tidak ada satu kesepakatan dalam menentukan berapa angka yang sebenarnya, namun tidak ada yang memungkiri bahwa itu adalah angka yang tidak dapat terbayangkan.
Dari tingkat ke 10 Huixiang kemudian memasuki tingkat Bhumi pertama.  Dan dari tingkat ini terus berlanjut hingga mencapai tingkat Bhumi ke 7, maka waktu yang ditempuh juga berlangsung selama satu asamkhyeya kalpa. Setelah itu, dari tingkat Bhumi ke 8, 9, 10 dan satu tingkat pencerahan setara, juga membutuhkan waktu selama satu asamkhyeya kalpa untuk mencapainya. Dengan demikian maka seorang bodhisattva terhitung mulai dari tingkat Keyakinan pertama hingga mencapai Pencerahan Setara memerlukan waktu selama 3 asamkhyeya kalpa. Hingga pada tahap inipun masih belum meraih Pencerahan sempurna.  Untuk menyempurnakan tingkat Buddha, maka masih harus mengumpulkan lagi sejumlah 100 jenis pahala selama 100 kalpa, baru kemudian disebut sempurna, dan saat itulah baru meraih Anuttara Samyaksambuddha.
Tradisi Theravada  mengatakan bahwa waktu yang tempuh Buddha Gotama saat mengarungi jalan bodhisattva adalah 4 asankhyeya kalpa + 100.000 kalpa. Meskipun penafsirannya sedikit berbeda dengan pandangan Mahayana, namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa  jalan bodhisattva untuk meraih Pencerahan Sempurna memang membutuhkan waktu yang luar biasa panjang.   
Penjelasan di atas berdasarkan konsep Mahayana. Tentu berbeda dengan konsep Theravada. Kita belum berkapasitas menjudge mana yang benar atau salah, so mari berdiskusi secara baik tanpa dicemari oleh tuduhan2 yang tidak perlu.

Sebagai tambahan, mungkin ada yang bertanya bahwa selama menjadi Bodhisatva mana mungkin mencapai kesucian Arahat?? (Sebenarya yang dicapai bukan Kearahatan, cuma levelnya identik dengan Arahat, karena telah mengikis 10 belenggu, cuma karena aspirasinya adalah Samyaksambuddha, maka ada kusala citta yang mendorongnya utk memenuhi aspirasi itu) . Jika telah mengikis 10 belenggu batin (selevel Arahat), masak masih bisa terlahir sebagai Siddharta???? bukankah terkikisnya 10 belenggu itu berarti mencapai Nibbana? Kok bisa terlahir lagi?? 
nah...berhubung kita berbicara dalam koridor Mahayana, maka dalam Mahayana menjelaskan bahwa Siddharta dari lahir, meninggalkan kehidupan keluarga, menaklukkan Mara, mencapai pencerahan , semua ini adalah "pertunjukkan" iddhi bala sekaligus sebuah teladan agar orang2 dapat memahami prinsip pelatihan dharma dari tahapan awal. Karena selama di Surga Tusita, Beliau telah berstatus Bodhisatva Mahasatva yang telah mencapai Kebijaksanaan mendekati seorang Sammasambuddha. Jadi  Mencapai Kebuddhaan, dalam konsep Mahayana adalah membutuhkan sedikit 'sentuhan' terakhir lagi untuk menyempurnakan karirnya sepanjang Asankheya kalpa itu. Begitu lho mas.. 


chingik

Tanggapan u/ Bro El Sol.
Quote
Buddha Gotama melakukan paramita dengan tidak memandang paramita..tetapi kalian Mahayana melaksanakan paramita dengan mengandalkan Paramita itu sendiri...ngerti yg gw maksud? menurut gw kalian tidak akan mencapai tahap Sammsambuddha..karena kemelekatan pada paramita itu sendiri...
Ya...pendapat anda benar. Itu pula yang selama ini dilakukan oleh Praktisi Mahayana sejati. Pendapat anda ini sangat selaras dengan Sutra Intan-->Buddha menasihati bhw seorang Bodhisatva tidaklah boleh melekat pada hal-hal seperti itu.
Tampaknya bro Elsol memiliki potensi nih . serius lho.
Kalo praktisi Mahayana umum sih...terus terang masih jauh..kalo masih banyak yang pura2, memang sih.., Buddha pun telah meramalkannya dalam Sutra Mahayana bahwa di masa sekarang kondisi nya memang begitu, tapi praktisi Mahayana Sejati itu tetap ada juga kok, tapi sangat langka.  Ada master XuYun.  Bhiksu DaoXuan. Bhiksu DaoXuan berpegang teguh pada vinaya juga, beliau bahkan tidak tidur baring sepanjang hidup. Beliau adalah pengembang Vinaya yg sangat dihormati di Tiongkok. Sampai ada kisah dewa memberi persembahan karena keteguhannya menjalankan Vinaya. Ini hanya contoh kecil. dan mash ada lagi. Jadi bukan tidak ada. Kalo yang pura2 juga ada , siapa sih yang mau memungkiri...

Quotebuat dikit kebaikan dah digede2in..biar pada tao kalo dia itu suci...trus mulai menghina Theravada bilank kalo Theravada itu egois karena mementingkan diri sendiri..padahal kita..umat Theravada ada membantu yg lain juga..cuma ajah gk digede2in kayak Mahayana..dikit2..masukin ke koran..ato gk dikit2 bilank Bodhicitta..bla bla...I'm sick of it!

Perbuatan seperti itu juga ditentang dalama ajaran Mahayana. Jadi jika bro Elsol melihat ada umat Mahayana yang demikian, maka itu memang kebodohan sang umat. Bukan ajaran Mahayana.

Yang bilang Theravada egois itu siapa? Coba cari kitab Suci Mahayana mana yang bilang Theravada itu egois?
Yang egois itu kaum Hinayana, itu beda dengan Theravada lho. Hinayana itu artinya orang yang beraspirasi kecil. Bukan sekte lho. Dan Theravada itu saya rasa tidak beraspirasi kecil. 
Saya berpendapat demikian, karena sebenarnya Theravada juga mengajarkan 10 Paramita, juga mengapresiasi cita2 Sammasambuddha seperti tertulis dalam Buddhavamsa. Itu bukan gaya Hinayana lho bro....,  jadi jangan terpancing marah dengan umat Mahayana yang terlalu bodoh jika menganggap Theravada itu Hinayana.  Saya aja ikut ga senang jika mereka menganggap begitu.

Quotejalan terbaik menurut gw adalah jadi Arahat of course...kalo pengen jadi seorang Sammsambuddha..kayakne gk perlu deh sok sok ambil sumpah paramita dan merendahkan mereka yg tidak mengambil sumpah paramita...
Pilihan setiap orang memang beda-beda. Itu hak masing masing. Saya sendiri tetap merasa lebih afdol mengikuti jejak guru Buddha Gotama. Beliau sebenarnya sanggup mencapai Arahat saat di masa Buddha Dipankara, tapi beliau akhirnya memilih Sammasambuddha. Berkat Buddha Gotama lah, maka kehidupan ini saya dapat mengenal Dhamma yg begitu indah. Maka pilihan saya adalah mengikuti jejak Buddha Gotama, yakni menjadi Sammasambuddha. Tapi ini pilihan yang sulit. Berhubung bro bilang pilihan ini adalah pilihan yang sok, maka saya jadi agak ciut, tapi saya balik renung lagi, memang sulit pilihan ini, tapi lain lalang lain belalang, saya masih tetap memilihnya  :)
Jika memandang rendah orang yang tidak mengambil sumpah paramita, maka tenang bro El sol, saya juga memberi jaminan orang seperti itu tidak akan mencapai Sammasambuddha. namun terima kasih telah mengingatkan. Oya, dalam Sutra Mahayana ada bahas ttg ini, jadi saya percaya, orang yg memandang rendah itu pasti belum baca Sutra seperti itu.. :)

Quote
menurut gw kalo emnak bener2 mao menjadi seorang sammasambuddha..pikiran untuk menjadi sammasambuddha itu dihilangkan dulu, lalu...lupakan paramitta..dan bantulah makhluk lain tanpa memikirkan diri sendiri...

oh iyah tambahan..kalo bisa yg bener2 pengen jadi Samyaksambuddha..tinggalkan keduniawian sekarang juga..gk usah tunggu lage..kalo masih tunggu2..itu namane pura2 ato diluar doank ngakune mao jadi Samyaksambuddha
ya...ya..benar. Kalo ingin jadi Arahat harus demikian juga bukan? Jadi mari kita saling mengingatkan  :P

Quotebanyak Mahayana menghina Theravada karena memang mereka diajarkan untuk memandang diri mereka lebih superior daripada Theravada...lebih tepat bukan salah umat Mahayana..tetapi salah yg buat Mahayana...si Nagarjuna!
Sekali lagi, Mahayana tidak menghina Theravada kecuali Umat Mahayana yang Bodoh. Kalo memandang Mahayana lebih superior dari Theravada, itu kebodohan seorang pelajar Mahayana, jangan terlalu digubris. Nagarjuna tidak pernah menghina Theravada, Beliau hanya mengkritik kaum Hinayana yang benar2 egois. Theravada tidak egois bukan? jadi tidak perlu merasa kesal sama Nagarjuna. Oya, Nagarjuna bukan pembuat Mahayana, karena beliau belajar dari guru2 Mahayana yang sudah turun temurun juga. Beliau hanya membuatnya menjadi populer.  Demikian infonya.  :)