Merosotnya Jumalah Umat Buddha di Indonesia: Siapa yang perlu Bertanggungjawab?

Started by dhammasiri, 30 April 2010, 06:22:33 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Adhitthana

Kalo yg gw liat .... kok beda  :o ::)

umat Buddha saat ini malah lebih banyak dan berkembang ......
Basic dulu waktu sekolah Buddha ....... pernah ikutan waisakan di Dhammacakka Sunter
Rame memang tapi tidak se rame sekarang ..... yang waisakan bisa full tempat
jika dulu .... mungkin hanya terisi 1/2 saja

Hal yg ke dua .......
pusat2 Meditasi Buddhis berkembang sangat cepat ....... utk wilayah Jakarta dan Puncak terdapat 5 (yang gw tau) tempat dengan kapasitas peserta 50 - 120 orang
dan setiap liburan panjang ....... pusat2 meditasi ini full


Seperti kata Deva 19 ..... banyak yg diluar sana yg sudah jatuh cinta pada Buddha Dhamma tidak menganti dan tidak perlu ganti identitas agama yg di anut  ;D .....
Gw saksikan sendiri setiap retreat pasti ketemu dgn orang non Buddhis yang mengatakan di KTP masih tertulis agama yg lama ..... tapi hati dan keyakinan sudah terlanjur jatuh cinta pada Buddha sasana  ;)

Kemudian buku2 Buddhis juga sudah lumayan banyak .... dulu yg gw ingat dan tau
cuma buku Kebahagian dalam Dhamma dan Mahaparinibbana sutta
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

wen78

Quote from: dhammasiri on 30 April 2010, 06:22:33 PM
Beberapa waktu lalu, saya mendapt e-mail yang menyebutkan bahwa jumlah statistik umat Buddha telah merosot. Saya tidak ingat secara pasti jumlahnya. Yang menjadi pertanyaan:
1. Siapakah yang perlu bertanggungjawab atas kemerosotan itu?
2. Apakah sebab-sebab kemerosotan itu?
3. Apakah atau bagaimana caranya agar kita tetap dapat mempertahankan jumlah umat Buddha di Indonesia?
Thanks

1 & 2
apakah harus ada yg bertanggung jawab atas atas kemerosotan jumlah umat Buddha?

3
perjodohan dengan Buddhism tidak bisa dipaksakan.
segala post saya yg tidak berdasarkan sumber yg otentik yaitu Tripitaka, adalah post yg tidak sah yg dapat mengakibatkan kesalahanpahaman dalam memahami Buddhism. dengan demikian, mohon abaikan semua statement saya di forum ini, karena saya tidak menyertakan sumber yg otentik yaitu Tripitaka.

Brado

Quote from: Kemenyan on 30 April 2010, 09:18:03 PM

1. Siapakah yang perlu bertanggungjawab atas kemerosotan itu?
    Para sangha, pandita, anda dan saya.


Saya setuju banget paparan dari Bro Kemenyan ini... hanya timbul pertanyaan dalam hati..
Apakah bisa dikatakan, bahwa mereka telah gagal dalam pengabdian dan pelestarian Dhamma ?

Peacemind

Sebenarnya kalau dipikir lebih lanjut, memang jumlah umat Buddha di Indonesia merosot tapi keyakinan umat Buddha yang ada sekarang tampak bertambah kuat. Kemerosotan ini sebenarnya terjadi terutama di daerah pedesaan. Satu contoh, saya pernah mendengar bahwa di salah satu kampung dari salah seorang bhikkhu dari Juwono dikatakan pada jaman dulu ketika agama Buddha baru datang tersebar di Indonesia seluruh penduduk kampung beliau beragama Buddha, tapi sekrang malah lebih dari sebagian penduduknya sudah berpindah muslim. Ini sebenarnya terjadi di banyak daerah. Mereka pindah agama tentu karena kurangnya pengetahuan ajaran Buddha sehingga tidak ada pondasi keyakinan yang cukup. Saat ini meskipun umat Buddha berkurang, tapi tampak keyakinan umat BUddha semakin bertambah terutama bisa dilihat dari banyaknya  peserta yang mengikuti program retret meditasi, pabbajja, Dhamma class dan juga seminar2 bernuansa Buddhis.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Quote from: Peacemind on 30 April 2010, 11:44:23 PM
Sebenarnya kalau dipikir lebih lanjut, memang jumlah umat Buddha di Indonesia merosot tapi keyakinan umat Buddha yang ada sekarang tampak bertambah kuat. Kemerosotan ini sebenarnya terjadi terutama di daerah pedesaan. Satu contoh, saya pernah mendengar bahwa di salah satu kampung dari salah seorang bhikkhu dari Juwono dikatakan pada jaman dulu ketika agama Buddha baru datang tersebar di Indonesia seluruh penduduk kampung beliau beragama Buddha, tapi sekrang malah lebih dari sebagian penduduknya sudah berpindah muslim. Ini sebenarnya terjadi di banyak daerah. Mereka pindah agama tentu karena kurangnya pengetahuan ajaran Buddha sehingga tidak ada pondasi keyakinan yang cukup. Saat ini meskipun umat Buddha berkurang, tapi tampak keyakinan umat BUddha semakin bertambah terutama bisa dilihat dari banyaknya  peserta yang mengikuti program retret meditasi, pabbajja, Dhamma class dan juga seminar2 bernuansa Buddhis.

Tapi secara kualitas perlu dipertanyakan. Saya pernah mendengar seorang Bhikkhu senior mengatakan umat jaman dulu lebih rajin, lebih mau mengeluarkan tenaga untuk membantu perkembangan Dhamma. Mereka rajin chanting & kebaktian, serta penuh kekhidmatan.

Umat sekarang memang banyak, vihara penuh tetapi kualitasnya menurun.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

El Sol

Quote from: dhammasiri on 30 April 2010, 06:22:33 PM
Beberapa waktu lalu, saya mendapt e-mail yang menyebutkan bahwa jumlah statistik umat Buddha telah merosot. Saya tidak ingat secara pasti jumlahnya. Yang menjadi pertanyaan:
1. Siapakah yang perlu bertanggungjawab atas kemerosotan itu?
2. Apakah sebab-sebab kemerosotan itu?
3. Apakah atau bagaimana caranya agar kita tetap dapat mempertahankan jumlah umat Buddha di Indonesia?
Thanks
1. FABB, Aliran Sesat Maitreya and WALUBI
2. FABB, Aliran Sesat Maitreya and WALUBI
3. itu 3 dibubarkan!!

g.citra

Quote1. Siapakah yang perlu bertanggungjawab atas kemerosotan itu?
2. Apakah sebab-sebab kemerosotan itu?
3. Apakah atau bagaimana caranya agar kita tetap dapat mempertahankan jumlah umat Buddha di Indonesia?

1. Haruskah ada 'kambing hitam' dari sebab kemerosotan yang anda pikirkan ?

2. Keraguan dan ketakutan ... itu yang pasti! Karena kecenderungan orang-orang terus memikirkan masa depan yang kenyataannya 'tidaklah pasti' sedangkan dalam Buddhisme, lebih menekankan tentang 'hidup saat ini' dan kenyataan tentang ketidak pastian hidup ini, sering membuat batin tidak tenang yang berakhir membuat sebagian orang mencari kepastian dan mengingkari kenyataan ...

3. Dimulai dari tiap-tiap pribadi ajalah ... Kalau tiap pribadi bisa menjaga 'label' yang di anutnya dengan baik, itu saja sudah dukup koq ...

ryu

Quote from: Sol Capoeira on 01 May 2010, 12:43:27 AM
Quote from: dhammasiri on 30 April 2010, 06:22:33 PM
Beberapa waktu lalu, saya mendapt e-mail yang menyebutkan bahwa jumlah statistik umat Buddha telah merosot. Saya tidak ingat secara pasti jumlahnya. Yang menjadi pertanyaan:
1. Siapakah yang perlu bertanggungjawab atas kemerosotan itu?
2. Apakah sebab-sebab kemerosotan itu?
3. Apakah atau bagaimana caranya agar kita tetap dapat mempertahankan jumlah umat Buddha di Indonesia?
Thanks
1. FABB, Aliran Sesat Maitreya and WALUBI
2. FABB, Aliran Sesat Maitreya and WALUBI
3. itu 3 dibubarkan!!
=))

no 3 harusnya dirikan elsolyana =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Peacemind

Quote from: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 01 May 2010, 12:12:30 AM
Quote from: Peacemind on 30 April 2010, 11:44:23 PM
Sebenarnya kalau dipikir lebih lanjut, memang jumlah umat Buddha di Indonesia merosot tapi keyakinan umat Buddha yang ada sekarang tampak bertambah kuat. Kemerosotan ini sebenarnya terjadi terutama di daerah pedesaan. Satu contoh, saya pernah mendengar bahwa di salah satu kampung dari salah seorang bhikkhu dari Juwono dikatakan pada jaman dulu ketika agama Buddha baru datang tersebar di Indonesia seluruh penduduk kampung beliau beragama Buddha, tapi sekrang malah lebih dari sebagian penduduknya sudah berpindah muslim. Ini sebenarnya terjadi di banyak daerah. Mereka pindah agama tentu karena kurangnya pengetahuan ajaran Buddha sehingga tidak ada pondasi keyakinan yang cukup. Saat ini meskipun umat Buddha berkurang, tapi tampak keyakinan umat BUddha semakin bertambah terutama bisa dilihat dari banyaknya  peserta yang mengikuti program retret meditasi, pabbajja, Dhamma class dan juga seminar2 bernuansa Buddhis.

Tapi secara kualitas perlu dipertanyakan. Saya pernah mendengar seorang Bhikkhu senior mengatakan umat jaman dulu lebih rajin, lebih mau mengeluarkan tenaga untuk membantu perkembangan Dhamma. Mereka rajin chanting & kebaktian, serta penuh kekhidmatan.

Umat sekarang memang banyak, vihara penuh tetapi kualitasnya menurun.

Oh really? Saya malah baru mendengar.  Makanya, harus dipersemangat lagi.

Mr. pao

Quote from: ryu on 01 May 2010, 07:10:11 AM
Quote from: Sol Capoeira on 01 May 2010, 12:43:27 AM
Quote from: dhammasiri on 30 April 2010, 06:22:33 PM
Beberapa waktu lalu, saya mendapt e-mail yang menyebutkan bahwa jumlah statistik umat Buddha telah merosot. Saya tidak ingat secara pasti jumlahnya. Yang menjadi pertanyaan:
1. Siapakah yang perlu bertanggungjawab atas kemerosotan itu?
2. Apakah sebab-sebab kemerosotan itu?
3. Apakah atau bagaimana caranya agar kita tetap dapat mempertahankan jumlah umat Buddha di Indonesia?
Thanks
1. FABB, Aliran Sesat Maitreya and WALUBI
2. FABB, Aliran Sesat Maitreya and WALUBI
3. itu 3 dibubarkan!!
=))

no 3 harusnya dirikan elsolyana =))
:))
Jika ada yang menampar pipi kananku aku akan segera memberikan pipi kirinya telapak kananku, karena dengan demikian hutang karma kita akan segera selesai ditempat. ;D

Tommy Fong

Kalau menurut sy banyak umat Buddha yg pindah agama dan sy bisa pastikan bahwa 99% yang pindah agama itu adalah umat Buddha yg tidak mengerti ajaran Buddha Gotama tapi hanya mengikuti tradisi orang Tionghoa saja. Sejauh ini sy tidak pernah bertemu orang dr Buddha Theravada yg pindah ke agama lain.

andrew

Quote from: Tommy Fong on 01 May 2010, 05:25:48 PM
Kalau menurut sy banyak umat Buddha yg pindah agama dan sy bisa pastikan bahwa 99% yang pindah agama itu adalah umat Buddha yg tidak mengerti ajaran Buddha Gotama tapi hanya mengikuti tradisi orang Tionghoa saja. Sejauh ini sy tidak pernah bertemu orang dr Buddha Theravada yg pindah ke agama lain.

saya ada teman-teman yang aktifis buddhis theravada yang pindah agama...

teman saya aktivis buddhis theravada... di kampus dia menjadi ketua UKM Buddha...
ehh.... setelah sekian lama ngga ketemu...  tahun lalu ketemu... agama sudah lain...

bahkan ajaran buddha nya sama sekali udah nga berbekas di pikirannya sama sekali...

kita waktu itu ngobrol di pinggir pantai... ada orang yang mencari kerang...

komentarnya... wah asiknya kalo cari kerang... abis itu bisa dimakan...

waksss...  udah ngga ada bekas dari sila yang dulu sering dia baca... panatipata veramani sikhapadam samadiyami...

teman saya yang lain ada juga... aktifis vihara theravada... setelah beberapa  tahun ngga bertemu...
ketemu dia ditempat makan... eh... udah pakai kalung simbol agama lain.... :)

ada lagi... kakak teman saya.... yang aktifis vihara theravada... pindah kuliah di australia ... eh disana pindah agama juga... padahal katanya di australia agama buddha berkembang pesat...

ini aktifis theravada semua loh... :)

sebetulnya saya sedih... lihat teman-teman yang pindah agama...

apa lagi pada nyatanya mereka itu bukan buddhis ktp, atau buddhis yang cuma hari raya datang ke vihara...
atau cuma seminggu sekali pujabakti di vihara...

tapi lebih dari itu...   

semasa aktif dulu mereka bisa nginap di vihara setiap minggu nya bisa lebih dari semalam...

teman -teman saya ini bisa dibilang militan theravada...  jadi dalam pikiran saya mustahil pindah agama...
eh pada nyatanya... :)

saya ingat waktu itu teman saya yang pernah jadi ketua UKM Buddha mencari kaset di vihara buat  didengar...
saya sodorkan kaset tradisi mahayana, dia tidak berminat sama sekali.... karena bukan theravada...



tentang kakak teman saya.... teman saya mengatakan andai kakaknya ngga fanatik theravada... n mau melongok tradisi buddhis diluar theravada... bisa jadi dia tidak akan pindah agama lain....


apa ada yang salah dengan pola pembinaan theravada saat  ?

Tommy Fong

Quote from: andrew on 01 May 2010, 06:59:53 PM
Quote from: Tommy Fong on 01 May 2010, 05:25:48 PM
Kalau menurut sy banyak umat Buddha yg pindah agama dan sy bisa pastikan bahwa 99% yang pindah agama itu adalah umat Buddha yg tidak mengerti ajaran Buddha Gotama tapi hanya mengikuti tradisi orang Tionghoa saja. Sejauh ini sy tidak pernah bertemu orang dr Buddha Theravada yg pindah ke agama lain.

saya ada teman-teman yang aktifis buddhis theravada yang pindah agama...

teman saya aktivis buddhis theravada... di kampus dia menjadi ketua UKM Buddha...
ehh.... setelah sekian lama ngga ketemu...  tahun lalu ketemu... agama sudah lain...

bahkan ajaran buddha nya sama sekali udah nga berbekas di pikirannya sama sekali...

kita waktu itu ngobrol di pinggir pantai... ada orang yang mencari kerang...

komentarnya... wah asiknya kalo cari kerang... abis itu bisa dimakan...

waksss...  udah ngga ada bekas dari sila yang dulu sering dia baca... panatipata veramani sikhapadam samadiyami...

teman saya yang lain ada juga... aktifis vihara theravada... setelah beberapa  tahun ngga bertemu...
ketemu dia ditempat makan... eh... udah pakai kalung simbol agama lain.... :)

ada lagi... kakak teman saya.... yang aktifis vihara theravada... pindah kuliah di australia ... eh disana pindah agama juga... padahal katanya di australia agama buddha berkembang pesat...

ini aktifis theravada semua loh... :)

sebetulnya saya sedih... lihat teman-teman yang pindah agama...

apa lagi pada nyatanya mereka itu bukan buddhis ktp, atau buddhis yang cuma hari raya datang ke vihara...
atau cuma seminggu sekali pujabakti di vihara...

tapi lebih dari itu...   

semasa aktif dulu mereka bisa nginap di vihara setiap minggu nya bisa lebih dari semalam...

teman -teman saya ini bisa dibilang militan theravada...  jadi dalam pikiran saya mustahil pindah agama...
eh pada nyatanya... :)

saya ingat waktu itu teman saya yang pernah jadi ketua UKM Buddha mencari kaset di vihara buat  didengar...
saya sodorkan kaset tradisi mahayana, dia tidak berminat sama sekali.... karena bukan theravada...



tentang kakak teman saya.... teman saya mengatakan andai kakaknya ngga fanatik theravada... n mau melongok tradisi buddhis diluar theravada... bisa jadi dia tidak akan pindah agama lain....


apa ada yang salah dengan pola pembinaan theravada saat  ?
Kalau begitu sy punya jawaban yg lain. Dalam ajaran agama lain orang yg sudah penuh dosa bisa diampuni dan masuk sorga hanya dengan mengakui j***s sebagai penyelamat. Tentu ajaran ini sangat menarik; bayangkan orang yg sudah berbuat dosa seabrek-abrek, dosanya bisa hilang begitu saja. Dalam ajaran i***m pun ada yg seperti itu; bahkan membunuh orang dlm jihad ganjarannya sorga. Sedangkan orang beragama Buddha seperti kita untuk mencapai Nirvana saja susahnya minta ampun. Ini masalah kepercayaan saja. Tapi kalau orang yang dosanya sudah menumpuk tentu saja agama Budha menjadi pilihan yang terakhir (nggak menarik). Enakkan pakai jalan tol dari pada pakai jalan yg penuh lobang, macet lagi.

Sukma Kemenyan

Quote from: andrew on 01 May 2010, 06:59:53 PMapa ada yang salah dengan pola pembinaan theravada saat  ?
Karena anda memiliki 3 contoh kasus,
kalau saya boleh tau...

Apa jawaban mereka ketika anda tanyakan, kenapa pindah ?

Forte

Quote from: Tommy Fong on 01 May 2010, 07:23:32 PM
Kalau begitu sy punya jawaban yg lain. Dalam ajaran agama lain orang yg sudah penuh dosa bisa diampuni dan masuk sorga hanya dengan mengakui j***s sebagai penyelamat. Tentu ajaran ini sangat menarik; bayangkan orang yg sudah berbuat dosa seabrek-abrek, dosanya bisa hilang begitu saja. Dalam ajaran i***m pun ada yg seperti itu; bahkan membunuh orang dlm jihad ganjarannya sorga. Sedangkan orang beragama Buddha seperti kita untuk mencapai Nirvana saja susahnya minta ampun. Ini masalah kepercayaan saja. Tapi kalau orang yang dosanya sudah menumpuk tentu saja agama Budha menjadi pilihan yang terakhir (nggak menarik). Enakkan pakai jalan tol dari pada pakai jalan yg penuh lobang, macet lagi.
itu kan "JALAN TOL" versi mereka.. pertanyaan apakah bener2 JALAN TOL ?  :P
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148