Pandangan Sang Buddha terhadap Profesi sebagai Pemain Teater (Aktor)

Started by Nevada, 11 February 2010, 09:50:05 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Rina Hong

The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

dhammadinna

Quote from: Rina Hong on 15 February 2010, 11:08:09 AM
at mayvise : itu kata2 tingkat tinggi ;D

Yang mana sis? ttg Upaya Kausalya?

IMO, memang Upaya Kausalya itu, sebagian tidak dapat kita pahami (karena gak ada penjelasan yang cukup). Tapi tidak semua juga kan... contohnya yang tentang Dana Parami. Boddhisatta dengan sangat ikhlasnya menyerahkan anak-anaknya ketika diminta. Saya awalnya menilai Boddhisatta tidak bijak. Tapi akhirnya saya tau alasan di balik itu semua, dan sayalah orang yang tidak bijak krn sudah men-judge bodhisatta.

Nah saya menyarankan bahwa kalo mau memberi contoh, sebaiknya yang kita sendiri sudah paham betul tentang contoh tersebut. Jadi bila ditanya, kita bisa menjelaskan dengan baik :) Akhirnya si penanya, bisa mengakui Ketidakbijaksanaannya (seperti saya  :-[ ).

Tapi kalo si penanya hanya dibilang bahwa: "itu upaya kausalya lho, putthujana gak akan ngerti. Boddhisatta maha bijak, beliau tau apa yang beliau lakukan. Pasti ada alasannya. Pasti ada, jadi terima aja". Nah kalo seperti itu, si penanya gak akan merasa puas.

Indra

OOT dikit, tapi ini menarik

Quote from: Mayvise on 15 February 2010, 11:26:25 AM
Quote from: Rina Hong on 15 February 2010, 11:08:09 AM
at mayvise : itu kata2 tingkat tinggi ;D

Yang mana sis? ttg Upaya Kausalya?

IMO, memang Upaya Kausalya itu, sebagian tidak dapat kita pahami (karena gak ada penjelasan yang cukup). Tapi tidak semua juga kan... contohnya yang tentang Dana Parami. Boddhisatta dengan sangat ikhlasnya menyerahkan anak-anaknya ketika diminta. Saya awalnya menilai Boddhisatta tidak bijak. Tapi akhirnya saya tau alasan di balik itu semua, dan sayalah orang yang tidak bijak krn sudah men-judge bodhisatta.


boleh di-share sis, apakah "alasan di balik itu" menurut sis?


Indra

Quote from: Mayvise on 15 February 2010, 12:46:21 PM
^ ^ ^ bisa liat di sini aja ya biar lebih lengkap:

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13149.0.html

saya tidak membaca ada bagian "alasan di balik" itu pada thread itu. bisa lebih spesifik, sis?

gajeboh angek

menurut RAPB, Bodhisatta melakukan segala macam pelanggaran sila, kecuali berbohong.
gak tau kalau pertunjukan, itu masuk kategori bohong gak yak?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

dhammadinna

Quote from: Indra on 15 February 2010, 04:40:21 PM
saya tidak membaca ada bagian "alasan di balik" itu pada thread itu. bisa lebih spesifik, sis?

Nah, awalnya itu, saya masih oke-oke aja waktu diceritakan bahwa Boddhisatta mendanakan harta, walaupun konsekuensinya beliau sampai diusir dari istana. Tapi kemudian saya protes karena anak dan isterinya juga bersedia didanakan  :|

Akhirnya, saya berpikir (mohon koreksi bila salah), Dana Paramita adalah Kesempurnaan dari Memberi (Perfection of Giving) yang intisarinya, selain kemurahan hati, juga ketidakmelekatan. Beliau sedang menyempurnakan paraminya, oleh karena itu selain tidak melekat pada harta, tidaklah mengherankan bila beliau juga berusaha tidak melekat pada keluarga.

Tapi IMO, don't try this at home :)) karena sebetulnya beliau tidak "memberi secara membuta". Selain dalam rangka penyempurnaan parami, Boddhisatta tahu bahwa anaknya tidak akan dijadikan budak dalam waktu yang lama dan beliau melihat bahwa brahmana tersebut layak menerima dana tersebut. (Maaf, tentang "layak" ini saya juga tidak paham mengapa brahmana ini dilihat "layak" menerima dana).

adi lim

Quote from: Kelana on 14 February 2010, 05:07:22 PM
Titipan pertanyaan dari umat awam.
upaya kausalya itu apa ya? Sorry OT dikit

Rina Hong : itu kata2 tingkat tinggi

upaya kausalya itu bahasa tingkat sesama Bodhisatta, jadi hanya para Bodhisatta baru ngerti.
jadi umat awam tidak perlu ngerti. :)) :))
karena akhir cerita pastilah alasan adalah Boddhisatta melakukan upaya kausalya !!!!!
_/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Rina Hong

Quote from: adi lim on 18 February 2010, 09:54:54 AM
Quote from: Kelana on 14 February 2010, 05:07:22 PM
Titipan pertanyaan dari umat awam.
upaya kausalya itu apa ya? Sorry OT dikit

Rina Hong : itu kata2 tingkat tinggi

upaya kausalya itu bahasa tingkat sesama Bodhisatta, jadi hanya para Bodhisatta baru ngerti.
jadi umat awam tidak perlu ngerti. :)) :))
karena akhir cerita pastilah alasan adalah Boddhisatta melakukan upaya kausalya !!!!!
_/\_

Well... mungkin kalian menangkap perkataann "bahasa tingkat tinggi " itu salah satunya upaya Kausalya...

tapi maksud Rina bahasa tingkat tinggi itu bukan kata2 itu...

bahasa tingkat tinggi itu berupa sindiran yg hanya org2 tertentu yg mengerti (org yg disindir)

org yg membacanya pikir itu hanya sebuah pernyataan biasa.

rasanya gw ga mengiyahkan pernyataan sis may... itu kata Sis May, bukan kata Rina...  ^-^ lagi2 salah paham...

Quote from: Mayvise on 15 February 2010, 11:26:25 AM
Quote from: Rina Hong on 15 February 2010, 11:08:09 AM
at mayvise : itu kata2 tingkat tinggi ;D

Yang mana sis? ttg Upaya Kausalya?

IMO, memang Upaya Kausalya itu, sebagian tidak dapat kita pahami (karena gak ada penjelasan yang cukup). Tapi tidak semua juga kan... contohnya yang tentang Dana Parami. Boddhisatta dengan sangat ikhlasnya menyerahkan anak-anaknya ketika diminta. Saya awalnya menilai Boddhisatta tidak bijak. Tapi akhirnya saya tau alasan di balik itu semua, dan sayalah orang yang tidak bijak krn sudah men-judge bodhisatta.

Nah saya menyarankan bahwa kalo mau memberi contoh, sebaiknya yang kita sendiri sudah paham betul tentang contoh tersebut. Jadi bila ditanya, kita bisa menjelaskan dengan baik :) Akhirnya si penanya, bisa mengakui Ketidakbijaksanaannya (seperti saya  :-[ ).

Tapi kalo si penanya hanya dibilang bahwa: "itu upaya kausalya lho, putthujana gak akan ngerti. Boddhisatta maha bijak, beliau tau apa yang beliau lakukan. Pasti ada alasannya. Pasti ada, jadi terima aja". Nah kalo seperti itu, si penanya gak akan merasa puas.
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

dhammadinna

^ ^ ^ Owh, maaf sis, saya salah paham, saya kira "kata-kata tingkat tinggi" = "Upaya Kausalya"  :)

_/\_

marcedes

jadi kita tidak perlu tahu untuk apa Boddhisatva berpura-pura? gitu? cukup terima saja....
kembali pada diri masing-masing, kalau saya orang nya mau tahu banyak...
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

dhammadinna

^ ^ ^ bukannya kita sedang menunggu klarifikasi dari yang ngerti Mahayana? coz kuncinya ada di pernyataan bahwa Pangeran Siddhatta telah mencapai kebuddhaan sejak berkalpa-kalpa yang lalu. Pernyataan ini kan kontradiktif dengan Theravada yang menyatakan bahwa Pangeran Siddhatta mencapai kebuddhaan pada kehidupan saat ini...

Kalo misalnya pernyataan yang "katanya" dari Mahayana tersebut ternyata tidak ada, berarti Pangeran Siddhatta atau Sang Buddha tidak pernah berpura-pura.

bond

Setau saya sih, Pangeran siddharta ngak pernah pura2.....mungkin yg dimaksud mencapai kebuddhaan = sifat2 bodhi pada tingkat bodhisatva tertentu. Dan itu pun tidak dikatakan Samasambuddha. Keknya pernah dibahas deh. Ini menurut pandangan mereka mahayana.(lihat bodhisatva 1-10) diluar bro bisa menerima atau tidak, tetapi itulah konsepnya/teorinya, kecuali bro uda mengalami dan bisa merubah teori itu jadi kitab baru.. ;D

Dan uda diulang-ulang jawabannya dan pertanyaannya juga diulang2 kembali). Cuma mr. Mercy masih penasaran. Alangkah baiknya pertanyaan yg sama tidak diulang2, kalau tidak mengerti, langsung terjun pelajari ke mahayana. Saya rasa bro Gandalf juga bosan jawabinnya. ;))

Dalam suatu konteks memang mahayana berbeda konsep dengan theravada tetapi ada hal yg juga sama. Tetapi perlu diketahui bahwa perjalanan spritual seseorang entah bodhistava melalui theravada ataupun mahayana seringkali bersinggungan dengan sifat2 transendental. Seperti kasus yg pernah sis Mayvise bilang, seorang bodisatta yg memberikan anaknya....dst...apalagi seringkali mereka2 itu memiliki kesaktian2 yg sulit diungkap yakni spiritual transendental. Sehingga ada banyak konsep diluar benar atau tidak.  Manusia yg belum mencapai titik itu hanya bisa berpaku pada teori2 teksbook entah mahayana atau theravada.
Termasuk upaya kausalya yg mungkin menurut kita nyeleneh...tetapi sesungguhnya kita tidak tau persis Dhamma yg terkandung.. Kecuali sudah ada yg mencapai bodhisatva atau menjadi Arahat. Tetapi hal nyeleneh ini jangan diartikan pembenaran karena keterbatasan kita yg tidak mengalami langsung dengan mengatakan semua perbuatan nyeleneh boleh dilakukan.

Perjalanan menjadi bodhisatva itu puannnnjang sekali.......bahkan setelah dapat konfirmasi dari Samasambuddha perlu waktu yg panjaaaang pula sehingga, banyak hal yg tidak ketahui dalam rentang itu....apalagi hanya berisi dari kitab suci itu tidak merangkai semua sejarah secara detil beserta semua aspeknya.

Upaya kausalya ini pun kebanyakan dipelajari secara teksbook. Tetapi Aplikasi sebenarnya....tidak ada yg tau persis..yg ada hanyalah konsep2 belaka. Nah karena ketidakmengertian yg berlarut-larut sering menjadi penasaran dan tidak puas. Nah kalau sudah begini, salah yg menjawab upaya kausalya, atau yg bertanya, atau upaya kausalyanya....yg pasti karena ketidakmampuan dari penanya dan penjawab yg mungkin belum mengalami hal itu bukan...dan kebetulan dari dua mazhab yg berbeda...habislah tambah semrawut...jawaban pasti ada di hati kita masing2 kalau sudah mau mempraktekannya dengan jernih.

Saya ambil contoh nyata : kasus Ajahn Mun melihat Buddha.....ada muncul komentar...aha! itu tidak mungkin , atau aha!! penulisnya meragukan-->nah disini muncul yg sebenarnya keyakinan yg sifatnya subjektif....tanpa pembuktian langsung, karena memang demikianlah pembuktian langsung itu diperlukan . padahal begitu  org mengatakan tidak mungkin, telah terjebak pada pandangan nihilis(perlu diketahui penjelasannya sudah ada ), atau ketika mengomentari penulisnya....org itu hanya berkomentar seakan-akan tingkatan batinnya lebih hebat dari sang penulis dan mengalaminya. Tetapi bagi Mahayana hal itu bisa diterima diluar apakah itu benar atau tidak.

Dhamma itu tidak hanya segenggam daun simsapa. Karena sekalipun kita mempelajari segenggam daun simsapa dari Sang Tathagata sering muncul dalam praktek daun2 lainnya...nah bisakah kita  mengenali itu...

Makanya bro mercy kalau dari jawaban Gandalf sekiranya kurang mengena terhadap pertanyaan2 bro ttg mahayana ada baiknya tanya lsg didarat kepada mahayanis supaya tidak penasaran dan semakin OOT. Ini saran saya. Karena topik ini lebih kepada profesi pemain drama. Beda dengan Bodhisatva. Dari pada karena ketidaktahuan kita dalam pencarian membuat judgement2 yg belum tentu benar .

Smoga berkenan dan mengerti... _/\_ :backtotopic:
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

marcedes

saya sudah pernah di beri jawaban, waktu itu dikatakan bahwa bodhisatva berpura-pura demi memperlihatkan "betapa sulitnya mencapai pencerahan"

waktu itu saya belum terpikirkan dan menerima saja jawaban itu, tetapi entah kenapa sekarang malah terpikirkan "alasan kuat" bahwa tidak lah mungkin bodhisatva memperlihatkan "betapa sulitnya mencapai pencerahan pada sebuah Pohon, guna nya apa?"

Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!