Pandangan Sang Buddha terhadap Profesi sebagai Pemain Teater (Aktor)

Started by Nevada, 11 February 2010, 09:50:05 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

stephen chow

Hanya 1 propesi aktor yang saya yakin mendapatkan karma buruk yang lebih besar daripada propesi aktor lainya yaitu "aktor film blue" contohnya ya miyabi. Hahahaha..
Menjadi Baik adalah moralitas sejati..
Berbuat Baik adalah mungkin sekadar jalan menuju tujuan..
Y.M. Dr. H. Saddhatissa..

Rina Hong

kalo nonton saja, tidak ada perasaan terikat dan penonton menggangap film hanya film... ok2 aja kan?
kalo memerankan dan berperan hanya sebagai pemeran tanpa ikut berpandangan salah, berniat membohongi... ok2 saja kah?

kalo gitu apa sutradaranya yang kamma buruk?


that is his wrong view. Now, there are two destinations for a person with wrong view, I tell you: either hell or the animal womb.

ini artinya kalo kedua pihak diantara mereka yg berpandangan salah mengenai aktor yang masuk ke alam neraka atau dewa itu akan lahir di alam neraka atau rahim binatang.  ---> bener ga?


_/\_ thanks sebelumnya atas penjelasannya.
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

marcedes

Quote from: Rina Hong on 12 February 2010, 09:28:02 AM
kalo nonton saja, tidak ada perasaan terikat dan penonton menggangap film hanya film... ok2 aja kan?
kalo memerankan dan berperan hanya sebagai pemeran tanpa ikut berpandangan salah, berniat membohongi... ok2 saja kah?

kalo gitu apa sutradaranya yang kamma buruk?


that is his wrong view. Now, there are two destinations for a person with wrong view, I tell you: either hell or the animal womb.

ini artinya kalo kedua pihak diantara mereka yg berpandangan salah mengenai aktor yang masuk ke alam neraka atau dewa itu akan lahir di alam neraka atau rahim binatang.  ---> bener ga?


_/\_ thanks sebelumnya atas penjelasannya.
menurut aku, dalam sutta tersebut yang jatuh ke alam penderitaan adalah

Quote"Yang Mulia, aku telah mendengar ini dikatakan di antara para aktor masa lalu dalam silsilah guru-guru: 'Jika seorang aktor, dalam teater atau arena, menghibur dan menyenangkan orang-orang dengan kebenaran dan kebohongan,

kalau cuma main film seperti mr.bean saya pikir itu gpp...lagian "semua" penonton tahu kalau itu joke...jadi tidak ada yg di tipu atau dibelokkan pandangannya.



Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

dhammadinna

Quote from: Rina Hong on 12 February 2010, 09:28:02 AM
kalo nonton saja, tidak ada perasaan terikat dan penonton menggangap film hanya film... ok2 aja kan?
kalo memerankan dan berperan hanya sebagai pemeran tanpa ikut berpandangan salah, berniat membohongi... ok2 saja kah?

IMO, kalo nonton sesuatu, misalnya sinetron ato film, saya rasa sih sedikit banyak akan berpengaruh ke kita, walaupun kita hanya merasa itu hanya sekedar film. Misalnya di film digambarkan bahwa orang yang keren adalah orang yang "berani" mengutarakan emosinya (misalnya dengan cara marah). Kalo kita nonton film jenis ini berulang-ulang, lalu kita mulai berpikir bahwa marah merupakan sesuatu yang keren.

Lalu, walaupun seorang artis tidak bermaksud membohongi atau menambah kilesa dirinya dan penontonnya, alias dia hanya memerankan naskah. Tapi bila dengan peran tersebut, kilesanya dan kilesa penontonnya bertambah, maka dia telah melakukan perbuatan tidak bajik karena Ketidaktahuannya itu.

Nevada

Dalam Sutta ini, Sang Buddha hanya menjelaskan bahwa orang-orang yang menggenggam pandangan salah, akan menuju salah satu dari dua alam berikut pada kelahiran berikutnya; yaitu terlahir ke alam binatang atau ke alam neraka. Sekali lagi, penyebabnya adalah PANDANGAN SALAH. Bukan profesi sebagai pemain teater atau aktor.

Dalam Sutta ini Sang Buddha berbicara dalam koridor profesi pemain teater (aktor), sebab Beliau ditanya oleh ketua sirkus Talapuna. Jadi jangan mengambil intepretasi bahwa Sang Buddha menyatakan bahwa profesi sebagai pemain teater (aktor) akan mengakibatkan seseorang terlahir ke alam binatang atau neraka.

Mahasi Sayadaw juga memiliki pandangan mengenai artis (aktor dan aktris). Beliau berpendapat bahwa profesi seperti ini cenderung mengondisikan mereka untuk melakukan pelanggaran Pancasila; khususnya adalah musavada. Apalagi dalam kehidupan gemerlap sebagai selebritis, profesi seperti ini bisa mendesak mereka untuk melakukan perbuatan yang kurang baik. Namun ironisnya, profesi sebagai artis ini justru dielu-elukan oleh publik. :)

Penonton yang menonton film, sinetron atau pertunjukkan teater; sebaiknya tidak mudah tenggelam dalam cerita. Karena jika sampai hal ini terjadi, maka penonton sudah terangsang oleh hal-hal yang menggairahkan, hal-hal yang penuh kebencian, dan hal-hal yang membingungkan.

dhammadinna

Yup, memang sutta ini sebetulnya menekankan tentang Pandangan Salah. Tapi diberi penjelasan pula mengapa pandangan ini adalah salah. Pandangan yang benar adalah: orang yang masih belum bebas dari kilesa lalu menambah kilesa orang lain pula, maka dia telah melakukan hal yang tidak bajik (bahkan bisa masuk neraka). Kebetulan di sutta ini, orang tersebut adalah seorang aktor. Tapi sebetulnya 'aktor' di sini bukan hanya orang yang berakting di atas panggung. Bahkan orang-orang non-aktor seperti kita juga bisa menambah kilesa diri sendiri dan orang lain. Jadi kita juga harus hati-hati yah...

Nb: tapi tetap jangan mengeneralisir istilah aktor, karena IMO, tidak semua aktor memerankan peran yang menambah kilesanya dan kilesa penontonya.

hatRed

i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

Quote from: Mayvise on 12 February 2010, 10:26:37 AM
Yup, memang sutta ini sebetulnya menekankan tentang Pandangan Salah. Tapi diberi penjelasan pula mengapa pandangan ini adalah salah. Pandangan yang benar adalah: orang yang masih belum bebas dari kilesa lalu menambah kilesa orang lain pula, maka dia telah melakukan hal yang tidak bajik (bahkan bisa masuk neraka). Kebetulan di sutta ini, orang tersebut adalah seorang aktor. Tapi sebetulnya 'aktor' di sini bukan hanya orang yang berakting di atas panggung. Bahkan orang-orang non-aktor seperti kita juga bisa menambah kilesa diri sendiri dan orang lain. Jadi kita juga harus hati-hati yah...

Nb: tapi tetap jangan mengeneralisir istilah aktor, karena IMO, tidak semua aktor memerankan peran yang menambah kilesanya dan kilesa penontonya.

Buddhisme tidak pernah menyalahkan faktor eksternal sebagai penyebab munculnya kekotoran batin. Kotoran batin itu muncul karena diri sendiri, dan dapat dikikis oleh diri sendiri. Bila ada orang yang mengatakan bahwa orang yang terpengaruh oleh cerita film (pertunjukkan) adalah manusiawi; maka sebenarnya orang yang tidak terpengaruh oleh cerita film (pertunjukkan) itu juga manusiawi.

Jadi para pemain teater (aktor) sebenarnya tidak bisa menambah kotoran batin ke penontonnya. Namun yang benar adalah, kebanyakan para penonton membiarkan kotoran batin bertambah dalam dirinya ketika melihat film (pertunjukkan). :)

Sang Buddha hanya menjelaskan bahwa profesi sebagai pemain teater (aktor) ini cenderung menonjolkan hal-hal yang menggairahkan, penuh kebencian dan membingungkan. Bila penonton melihat hal ini dan ikut tenggelam bersamanya, maka ini adalah hal yang kurang baik.

Pada masa itu, profesi sebagai pemain teater (aktor) di India dilihat sebagai profesi yang "baik". Pemain teater ini biasanya mempertunjukkan suatu drama mengenai kisah-kisah hikayat maupun mitologi dewa-dewa; maupun cerita seputar kepercayaan di India dahulu. Drama ini dipertunjukkan dengan menggunakan dialek umum yang dikenal dengan Prakrit Dramatis; yang notabene diterapkan dalam Drama Sanskrit.

Pada masa itu, beredar kepercayaan bahwa pemain teater seperti ini ketika meninggal, bisa terlahir kembali ke alam para deva yang tertawa. Namun Sang Buddha menjelaskan bahwa pemain teater seperti ini ketika meninggal, maka bisa terlahir kembali ke alam neraka tertawa. Jika ada orang yang menggenggam pandangan salah bahwa pemain teater seperti ini ketika meninggal bisa terlahir kembali alam para deva yang tertawa; maka itu adalah PANDANGAN SALAH. Karena pandangan salah inilah, makanya pemain teater ketika meninggal bisa terlahir ke alam binatang atau alam neraka.


GandalfTheElder

Karena ini forum Diskusi Umum, maka saya akan melengkapinya dari pandangan Mahayana sendiri:

"Para Bodhisattva..... mengamalkan apapun juga di dunia yang bermanfaat bagi makhluk-makhluk berindria, seperti .. lagu dan tarian, drama, musik, cerita dan hiburan - apa pun juga yang lainnya yang tak membahayakan atau melukai, yang mengundang manfaat dan kesejahteraan bagi semua makhluk, yang para Bodhisattva jalankan, dituntun oleh welas asih, untuk menempatkan mereka di jalan para Buddha." (Dasabhumika Sutra, Avatamsaka Sutra)

"Beberapa Bodhisattva muncul dalam wujud para penghibur (entertainers)." (Gandavyuha Sutra, Avatamsaka Sutra)

Lebih lanjut dikatakan dalam sutra tersebut bahwa para Bodhisattva menguasai berbgaai seni ketrampilan, semuanya ditujukan untuk mendukung karir pencerahan mereka memberi manfaat bagi semua makhluk.

Maka dari itu saya tidak setuju apabila aktor drama dipukul rata masuk neraka semua.

Para aktor drama yang berPANDANGAN SALAH tentu ada kemungkinan terlahir di alam yg lebih rendah misal alam binatang atau neraka.

Tetapi para aktor yang memiliki tujuan mengINSPIRASI para makhluk dalam DHARMA, maka itu adalah karya Bodhisattva.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

ryu

Quote from: GandalfTheElder on 12 February 2010, 08:30:03 PM
Karena ini forum Diskusi Umum, maka saya akan melengkapinya dari pandangan Mahayana sendiri:

"Para Bodhisattva..... mengamalkan apapun juga di dunia yang bermanfaat bagi makhluk-makhluk berindria, seperti .. lagu dan tarian, drama, musik, cerita dan hiburan - apa pun juga yang lainnya yang tak membahayakan atau melukai, yang mengundang manfaat dan kesejahteraan bagi semua makhluk, yang para Bodhisattva jalankan, dituntun oleh welas asih, untuk menempatkan mereka di jalan para Buddha." (Dasabhumika Sutra, Avatamsaka Sutra)

"Beberapa Bodhisattva muncul dalam wujud para penghibur (entertainers)." (Gandavyuha Sutra, Avatamsaka Sutra)

Lebih lanjut dikatakan dalam sutra tersebut bahwa para Bodhisattva menguasai berbgaai seni ketrampilan, semuanya ditujukan untuk mendukung karir pencerahan mereka memberi manfaat bagi semua makhluk.

Maka dari itu saya tidak setuju apabila aktor drama dipukul rata masuk neraka semua.

Para aktor drama yang berPANDANGAN SALAH tentu ada kemungkinan terlahir di alam yg lebih rendah misal alam binatang atau neraka.

Tetapi para aktor yang memiliki tujuan mengINSPIRASI para makhluk dalam DHARMA, maka itu adalah karya Bodhisattva.

_/\_
The Siddha Wanderer
Berarti para Bodhisattva Menggenggam pandangan ketika meninggal akan terlahir di surga barat?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

GandalfTheElder

 [at] ryu:

Tujuan para Bodhisattva adalah menginspirasi para makhuk supaya belajar Dharma. Mereka TIDAK menggenggam pandangan bahwa dengan drama, mereka bisa terlahir di Sukhavati, tetapi mereka menggenggam pandangan bahwa memberikan manfaat bagi semua makhluk adalah salah satu faktor menuju Sukhavati.

Jadi bukan dramanya yang jadi fokus, tetapi bagaimana para Bodhsiattva berusaha untuk menginsiprasi para makhluk. Di Dasabhumika Sutra juga dikatakan para Bodhisattva belajar ilmu pengobatan, ilmu geologi dsb untuk membantu semua makhluk dengan pengetahuan seni dan ilmu pengetahuan mereka.

Karena Bodhisattva tidak melekat pada cara, maka cara bisa bermacam-macam salah satunya drama.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

ryu

Quote from: GandalfTheElder on 12 February 2010, 08:55:08 PM
[at] ryu:

Tujuan para Bodhisattva adalah menginspirasi para makhuk supaya belajar Dharma. Mereka TIDAK menggenggam pandangan bahwa dengan drama, mereka bisa terlahir di Sukhavati, tetapi mereka menggenggam pandangan bahwa memberikan manfaat bagi semua makhluk adalah salah satu faktor menuju Sukhavati.

Jadi bukan dramanya yang jadi fokus, tetapi bagaimana para Bodhsiattva berusaha untuk menginsiprasi para makhluk. Di Dasabhumika Sutra juga dikatakan para Bodhisattva belajar ilmu pengobatan, ilmu geologi dsb untuk membantu semua makhluk dengan pengetahuan seni dan ilmu pengetahuan mereka.

Karena Bodhisattva tidak melekat pada cara, maka cara bisa bermacam-macam salah satunya drama.

_/\_
The Siddha Wanderer
bukankah dalam drama ada musavada?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Riky_dave

please all use indonesia language [kasihani lah saya..hihihi]
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

GandalfTheElder

Quotebukankah dalam drama ada musavada?

Tidak ada kehendak (cetana) me-musavadakan di sana, semuanya terbuka open. Orang bodoh mana yang gak tahu kalau drama itu cuma pura-pura saja? Orang bodoh mana yang menganggap drama itu menipu? La wong namanya aja udah drama, semuanya bermain untuk menghibur tidak ada niat membohongi.

"Kebohongan" di Sutta di atas saya lihat bukan dalam konteks Musavada tetapi permainannya.

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.