Pandangan Sang Buddha terhadap Profesi sebagai Pemain Teater (Aktor)

Started by Nevada, 11 February 2010, 09:50:05 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Riky_dave

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

Riky_dave

Pada suatu ketika Sang Bhagavà sedang berdiam di Ràjagaha di Hutan Bambu, Taman Suaka Tupai. Kemudian ketua sirkus Talapuña[ 1*] mendekati Sang Bhagavà, memberi hormat kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata kepada Beliau: "Yang Mulia, aku telah mendengar ini dikatakan di antara para aktor masa lalu dalam silsilah guru-guru: 'Jika seorang aktor, dalam teater atau arena, menghibur dan menyenangkan orang-orang dengan kebenaran dan kebohongan,[ 2*] maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan terlahir kembali di antara para deva tertawa.' Bagaimanakah menurut Bhagavà?"

"Cukup, Ketua, biarlah demikian! Jangan menanyakan itu kepada-Ku!"

Untuk kedua kalinya dan untuk ketiga kalinya ketua sirkus Talapuña berkata: "Yang Mulia, aku telah mendengar ini dikatakan di antara para aktor masa lalu dalam silsilah guru-guru ... Bagaimanakah menurut Bhagavà?"

"Tentu saja, Ketua, Aku belum selesai denganmu[ 3*] ketika Aku berkata: 'Cukup, Ketua, biarlah demikian! Jangan menanyakan itu kepada-Ku!' namun demikian, Aku akan tetap menjawabmu. Dalam teater atau arena di antara makhluk-makhluk yang masih belum terbebas dari nafsu, yang masih terikat oleh belenggu nafsu, seorang aktor menghibur mereka dengan hal-hal yang merangsang yang menggairahkan mereka bahkan lebih kuat daripada nafsu. Dalam teater atau arena, di antara makhluk-makhluk yang masih belum terbebas dari nafsu, yang masih terikat oleh belenggu kebencian, seorang aktor menghibur mereka dengan hal-hal yang menjengkelkan yang menggairahkan mereka bahkan lebih kuat daripada kebencian. Dalam teater atau arena, di antara makhluk-makhluk yang masih belum terbebas dari nafsu, yang masih terikat oleh belenggu kebodohan, seorang aktor menghibur mereka dengan hal-hal yang membingungkan yang menggairahkan mereka bahkan lebih kuat daripada kebodohan.

"Demikianlah karena mabuk dan lengah, setelah membuat orang lain mabuk dan lengah, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di 'Neraka Tertawa.' 4*] Tetapi ia yang menganut pandangan seperti ini: 'Jika seorang aktor, dalam teater atau arena, menghibur dan menyenangkan orang-orang dengan kebenaran dan kebohongan, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan terlahir kembali di antara para deva tertawa.' – itu adalah pandangan salah di pihaknya. Bagi seseorang yang berpandangan salah, Aku katakan, hanya ada satu dari dua alam tujuan: neraka atau alam binatang." 5*]

Ketika ini dikatakan, ketua sirkus Talapuña menangis dan meneteskan air mata. [Sang Bhagavà berkata:] "Jadi Aku belum selesai denganmu ketika Aku berkata: 'Cukup, Ketua, biarlah demikian! Jangan menanyakan itu kepada-Ku!'"

"Aku bukan menangis, Yang Mulia, karena apa yang Bhagavà katakan kepadaku, tetapi karena aku telah dibohongi, ditipu sejak lama oleh para aktor masa lalu dalam silsilah guru-guru yang mengatakan: 'Jika seorang aktor, [ 308] dalam teater atau arena, menghibur dan menyenangkan orang-orang dengan kebenaran dan kebohongan, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia akan terlahir kembali di antara para deva tertawa.'

"Bagus sekali, Yang Mulia! Bagus sekali, Yang Mulia! Dhamma telah dijelaskan dalam berbagai cara oleh Bhagavà, bagaikan menegakkan apa yang terbalik, mengungkapkan apa yang tersembunyi, menunjukkan jalan bagi mereka yang tersesat, atau menyalakan pelita dalam kegelapan agar mereka yang memiliki penglihatan dapat melihat bentuk-bentuk. Aku berlindung kepada Bhagavà, dan kepada Dhamma, dan kepada Bhikkhu Saïgha. Bolehkah aku menerima pelepasan keduniawian di bawah Bhagavà, Yang Mulia, bolehkah aku menerima penahbisan yang lebih tinggi?"

Kemudian ketua sirkus Talapuña menerima pelepasan keduniawian dari Sang Bhagavà, ia menerima penahbisan yang lebih tinggi. Dan segera, tidak lama setelah penahbisannya yang lebih tinggi ... Yang Mulia Talapuña menjadi salah satu di antara para Arahanta.

-------------------------
Catatan kaki:

[1*] Namanya berarti "kotak palem." Spk mengatakan bahwa ia diberi nama demikian karena kulit wajahnya berwarna seperti buah palem masak yang baru jatuh dari tangkainya. Ia adalah pemimpin suatu rombongan besar sirkus dan menjadi terkenal di seluruh India. Syair-syairnya, yang menonjol karena ketekunan dalam moral, terdapat pada Th 1091-1145.

[2*] Saccàlikena. Woodward menerjemahkan "dengan kebenaran palsunya" (KS 4:214), tetapi saya mengikuti Spk, yang mengemas ini sebagai suatu kata majemuk dvanda: saccena ca alikena ca.

[3*] Di sini, di mana bentuk kini diperlukan, kita harus membaca seperti pada Be dan Se na labhàmi, dan di bawah, di mana bentuk kata kerja lebih cocok, nàlatthaü. Ee menuliskan kata yang kedua dalam kedua tempat.

[4*] Pahàso nàma nirayo. Spk: Tidak ada neraka dengan nama ini. Ini sesungguhnya adalah bagian dari Neraka Avãci di mana penghuninya disiksa dalam wujud para aktor yang menari dan bernyanyi.

[5*] Baca MN I 387-89, paralel sebagian dengan kalimat ini, walaupun berhubungan dengan pandangan salah yang lain mengenai kelahiran kembali.[/quote]

Ini sudah pas tidak sutta nya?lengkap?
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

ryu

Quote from: GandalfTheElder on 12 February 2010, 09:10:20 PM
Quotebukankah dalam drama ada musavada?

Tidak ada kehendak (cetana) me-musavadakan di sana, semuanya terbuka open. Orang bodoh mana yang gak tahu kalau drama itu cuma pura-pura saja? Orang bodoh mana yang menganggap drama itu menipu? La wong namanya aja udah drama, semuanya bermain untuk menghibur tidak ada niat membohongi.

_/\_
The Siddha Wanderer
Jadi kalau orang bermain drama itu berpura2 agar menghibur bukan berniat membohongi, semakin pura2nya hebat maka pemain akan semakin terkenal.
Kalau Bohisatva bermain drama/penghibur boleh di kasih contohnya gak seperti apa?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

marcedes

Quote from: ryu on 12 February 2010, 09:19:39 PM
Quote from: GandalfTheElder on 12 February 2010, 09:10:20 PM
Quotebukankah dalam drama ada musavada?

Tidak ada kehendak (cetana) me-musavadakan di sana, semuanya terbuka open. Orang bodoh mana yang gak tahu kalau drama itu cuma pura-pura saja? Orang bodoh mana yang menganggap drama itu menipu? La wong namanya aja udah drama, semuanya bermain untuk menghibur tidak ada niat membohongi.

_/\_
The Siddha Wanderer
Jadi kalau orang bermain drama itu berpura2 agar menghibur bukan berniat membohongi, semakin pura2nya hebat maka pemain akan semakin terkenal.
Kalau Bohisatva bermain drama/penghibur boleh di kasih contohnya gak seperti apa?
yah seperti buddha Gotama yang pura-pura bodoh dan pikun akan pencerahan-nya...
pura-pura mencari guru,
pura-pura meditasi 6 tahun,
pura-pura tahan lapar hingga dari depan perut tulang punggung dapat dipegang,
pura-pura butuh istri,
pura-pura cuma sampai arupa jhana...
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

GandalfTheElder

 [at]  mercy:

OOT bosss.....ciakakaka..... la wong lagi bahas JOB jadi aktor drama kok bahas bodhisattva siddharta....  ^-^ ^-^

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

marcedes

Quote from: GandalfTheElder on 13 February 2010, 06:24:29 AM
[at]  mercy:

OOT bosss.....ciakakaka..... la wong lagi bahas JOB jadi aktor drama kok bahas bodhisattva siddharta....  ^-^ ^-^

_/\_
The Siddha Wanderer
kan bro Ryu nanya, contoh nya seperti apa..

lagian bukankah SangBuddha versi mahayana memang demikian? bersandiwara di depan byk audience..
bedanya adalah Aktor bermain dalam sebuah studio atau panggung, sedangkan SangBuddha punya byk panggung...
bedanya dimana?

lagian SangBuddha juga bohongkan? buktinya waktu melihat "orang tua", bahkan SangBuddha berkata dengar kata "orang tua" saja baru pertama kali...jadi disini sangbuddha dikategorikan dalam sutta ini adalah "seorang Aktor" yg berbohong bukankah begitu?

yg jadi pertanyaan adalah "anda mengatakan bahwa ini adalah upayakausalya, sedangkan upayakausalya di pakai guna untuk mengajarkan orang akan dharma"

sekarang
bagaimana mungkin seseorang melihat "betapa beratnya perjalanan hidup untuk mencapai pencerahan kalau ternyata itu semua "bohongan"?

misalkan anda menonton film di TV mengenai "termehek-mehek"....awalnya orang terharu
( karena belum tahu kalau itu REKAYASA )

tetapi APABILA awalnya sudah tertulis "INI ADALAH REKAYASA DAN BOHONGAN"
apakah bisa orang terharu sampai mengeluarkan air mata atau terkagum-kagum? dan berkata "OH BETAPA LUAR BIASANYA BUDDHA"....saya rasa sepertinya itu justru membuat nilai perjuangan seorang Buddha di pandang sebelah mata...

bahkan seorang pemuka agama saja mengatakan bahwa "film ini mengajarkan PEMBODOHAN PUBLIK"
dan hanya orang bodoh yang terkagum-kagum serta terharu pada film sinetron yang fiksi dan palsu....  ;D
bukankah begitu mas gandalf?  :P

dan lagi nilai dharma apa yang di perlihatkan mengenai "ke pura-puraan Gotama?"
(kebetulan sy ingat salah satu member di forum ini pernah mengatakan bahwa Gotama BER-AKTING sengaja berpura-pura guna memperlihatkan "betapa sulit nya mencapai pencerahan" ) sy lupa siapa yah... ^-^

lagian pertanyaan saya di board mahayana tgg tibetan padma,belom anda jawab....saya masih nunggu loh.

Quote from: Sumedho on 13 February 2010, 07:43:13 AM
:backtotopic:
maaf tuhan, saya rasa pembahasan masih dalam lingkup pandangan sutta ini mengenai penyebaran kebohogan dalam "akting" terhadap penyebaran "aliran / keyakinan"...
tapi kalau Tuhan beranggapan demikian, saya mengalah ;D
tak sanggup lawan Sang maha kuasa.
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Sumedho

 [at] marcedes: bukan buat u aja koq, ini buat secara umum. jika masih ada hubungannya silahkan dilanjutkan. mungkin pakai penjelasan sehingga yg baca jadi paham hubungannya.

_/\_
There is no place like 127.0.0.1

GandalfTheElder

 [at]  mercy:
Apa tujuan drama film itu sama dengan tujuan Bodhisattva Siddharta?

Apa drama film bisa membawa pada pencerahan?

Lagipula emang Bodhisattva Siddharta itu sudah tercerahkan sempurna....naaaa...naaaa..???????

Makna perjuangan beliau itu ya dari karir awalnya mulai dr Bodhisattva bhumi 1 sampai 10. Itu juga perjuangan yang sangat sangat bermakna. Anda pikir upaya kausalya itu sendiri bukan perjuangan? ? ? ?  ^-^ Upaya kausalya itu sendiri juga termasuk latihan perjuangan seorang Bodhisattva.

Lagipula kalau anda lihat, Sang Bodhisattva Sakyamuni itu sebenarnya juga ingin menunjukkan bagaimana perjuangannya selama berkalpa-kalpa itu dalam satu wujud perjuanagan dalam satu kehidupan terkahirnya, maka beliau melakukan upaya kausalya. Jadi bukan tanpa maksud atau rekayasa.

Sekarang orang mana tahu perjuangan apa yang dilakukan seseorang di kehidupan lampau?

Tidak tahu kan? Maka karena para prthagjana tidak bisa mengetahuinyaaa..... Bodhisattva Sakyamuni MEWUJUDKAN / MENGGAMBARKAN PERJUANGANNYA SELAMA BERKALPA-KALPA itu dalam wujud perjuangan Petapa Siddharta.

Lihat judul topik di atas mbahas apa bro.... "PROFESI"


_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Kelana

Titipan pertanyaan dari umat awam.
upaya kausalya itu apa ya? Sorry OT dikit
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

marcedes

Quote from: GandalfTheElder on 14 February 2010, 03:05:44 PM
[at]  mercy:
Apa tujuan drama film itu sama dengan tujuan Bodhisattva Siddharta?

saya kan bilang seusai pandangan sutta ini dimana pada intinya adalah "menyebarkan ajaran dengan menggunakan KEBOHONGAN DAN KEBENARAN PALSU"
memangnya kalau drama dianggap berbohong dan karena "status" boddhisatva dianggap "benar" masa gitu sih, kebenaran pakai status ya?

apa bedanya masyarakat mencuri di kriminal kan, presiden korupsi malah di alasan bahwa "terjadi pembenaran"


Apa drama film bisa membawa pada pencerahan?
kalau gitu buat apa Boddhisatva "ber-acting"??? kalau sudah tahu bahwa cara tsb tidak bisa mencerahkan orang...
saya pikir pertanyaan ini lebih cocok di tujukan buat anda.


Lagipula emang Bodhisattva Siddharta itu sudah tercerahkan sempurna....naaaa...naaaa..???????

Makna perjuangan beliau itu ya dari karir awalnya mulai dr Bodhisattva bhumi 1 sampai 10. Itu juga perjuangan yang sangat sangat bermakna. Anda pikir upaya kausalya itu sendiri bukan perjuangan? ? ? ?  ^-^ Upaya kausalya itu sendiri juga termasuk latihan perjuangan seorang Bodhisattva.

Lagipula kalau anda lihat, Sang Bodhisattva Sakyamuni itu sebenarnya juga ingin menunjukkan bagaimana perjuangannya selama berkalpa-kalpa itu dalam satu wujud perjuanagan dalam satu kehidupan terkahirnya, maka beliau melakukan upaya kausalya. Jadi bukan tanpa maksud atau rekayasa.
nah sudah saya katakan di atas, jelas-jelas Gotama berpura-pura ( yah rekayasa dgn pura-pura bedanya dimana bro? )
intinya adalah MEMBOHONGI PUBLIK

sama film acara program "reality show" dan "drama reality" itu beda...
sama halnya dengan termehek-mehek....mana bisa mengundang "kekaguman dan keharuan kalau ternyata REKAYASA"

kalau ga percaya coba search di GOOGLE mengenai itu...anda akan lihat betapa banyak tulisan orang kalau kecewa dengan acara program yg sempat di kira-nya REALITA...



Sekarang orang mana tahu perjuangan apa yang dilakukan seseorang di kehidupan lampau?
Tidak tahu kan? Maka karena para prthagjana tidak bisa mengetahuinyaaa..... Bodhisattva Sakyamuni MEWUJUDKAN / MENGGAMBARKAN PERJUANGANNYA SELAMA BERKALPA-KALPA itu dalam wujud perjuangan Petapa Siddharta.
justru inilah kejanggalan-nya...
Buat apa Siddharta ber-acting mewakili JUTAAN KALPA bahkan MILLIYARAN kalau hanya tertulis dalam sebuah T U L I S A N

lagian SIAPA SAKSI bahwa Buddha meditasi 6 tahun menyiksa diri? hayoo siapa saksi? pohon bodhi? yg benar aja donk
bodoh amat buddha kalau mau TAHAN LAPAR SELAMA 6 TAHUN hanya UNTUK MEMBERI KESAKSIAN LIVE PADA SEBUAH POHON.

kalau memang tujuan Bodhisatva mau menggugah "hati" orang dengan topic "sulitnya mencapai pencerahan" bisa dengan membuat sebuah tanda heboohhh, misalkan gunung diseluruh dunia tertattooo gambar buddha,atau buat stupa raksasa dari emas sebesar gunung Himalaya.
yg pokoknya bisa masuk kategori bangunan "keajaiban dunia" yang pada intinya prestasi dan simbol sesuai....




Lihat judul topik di atas mbahas apa bro.... "PROFESI"


maaf, tapi SUTTA nya membahas bahwa "menyebar sebuah kebenaran palsu dan kebohongan yg dapat membuat pandangan salah maka hanya 2 alam yg di tuju...neraka dan binatang"
dan dalam hal ini Buddha melakukannya.




_/\_

Quote from: Kelana on 14 February 2010, 05:07:22 PM
Titipan pertanyaan dari umat awam.
upaya kausalya itu apa ya? Sorry OT dikit
Upaya kausalya itu maksudnya adalah sebuah tindakan boddhisatva yg tidak dapat di pahami dengan akal dan pikiran manusia...
mirip kemampuan Tuhan dan apa yang di pikirkan Tuhan di agama-agama tetangga yg tidak dapat di pahami dengan akal dan pikiran manusia

se-umpama Boddhisatva melakukan tindakan pelecehan seksual pada anak kecil, kalau di pandangan kita maka tentu adalah tindakan TERCELA dan KRIMINAL.
sedangkan dalam tradisi mahayana apabila Boddhisatva melakukan tindakan pelecehan seksual pada anak, maka dianggap BENAR dan ataupun semata-mata sengaja melakukan itu untuk kebaikan anak tsb.

metta
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

dhammadinna

Quote from: marcedes on 14 February 2010, 06:26:59 PM
se-umpama Boddhisatva melakukan tindakan pelecehan seksual pada anak kecil, kalau di pandangan kita maka tentu adalah tindakan TERCELA dan KRIMINAL.
sedangkan dalam tradisi mahayana apabila Boddhisatva melakukan tindakan pelecehan seksual pada anak, maka dianggap BENAR dan ataupun semata-mata sengaja melakukan itu untuk kebaikan anak tsb.

Bro saran aja, kalo mau kasih contoh ato perumpamaan, sebaiknya dari sutta aja  :) Karena kalo bro memberi pernyataan seperti di atas, seolah-olah kita gak boleh kritis, karena kitalah yang bodoh gak sebanding dengan Boddhisatta, jadi sebaiknya kita diam saja karena beliau tau apa yang beliau lakukan dan kita tidak perlu tau alasannya (tindakan itu pasti benar). Jadi sebaiknya contoh dari sutta aja bro, yang memang kita bisa tau alasan dari "tindakan yang menurut putthujana, gak normal".

Waktu itu, saya pernah baca cerita ttg 10 parami. Bro Marcedes jg yg posting. Ttg Dana Parami, saya memang protes karena kok Bodhisatta menyerahkan anaknya ketika diminta. Saya waktu itu men-judge bahwa Boddhisatta tidak bijaksana. Lalu akhirnya saya tau alasannya dan saya salah sudah men-judge. Mungkin bisa liat lagi di sini
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13149.0.html

Btw, sy uda coba buka broad Mahayana, ada 128pages, bingung bacanya. Tp sy coba komen aja deh..

Quote from: marcedes on 13 February 2010, 12:28:34 AM
yah seperti buddha Gotama yang pura-pura bodoh dan pikun akan pencerahan-nya...
pura-pura mencari guru,
pura-pura meditasi 6 tahun,
pura-pura tahan lapar hingga dari depan perut tulang punggung dapat dipegang,
pura-pura butuh istri,
pura-pura cuma sampai arupa jhana...

Bro Marcedes dan Bro Gandalf, adakah contoh lain dari kepura-puraan atau sandiwara Sang Buddha? soalnya sy kurang setuju sama pernyataan Bro Marcedes di atas... Karena yang saya tau,

1. Pangeran Siddhatta bersungguh-sungguh mencari guru, namun dari sekian banyak guru tersebut, tidak ada yang bisa memberi jawaban ttg bagaimana menghilangkan Dukkha. Oleh karena itu beliau memilih untuk berusaha sendiri.
2. Beliau bersungguh-sungguh meditasi 6 tahun dan menahan lapar sedemikian rupa. Beliau melakukan salah satu dari dua ekstrim yaitu "menyiksa diri", dan akhirnya beliau menyadari bahwa kedua ekstrim (menyiksa diri maupun memuaskan nafsu) harus dihindari karena gak ada gunanya
3. Kalo ttg isteri, ayah dari Pangeran Siddhatta -lah yang berusaha agar Pangeran menikah dengan harapan, anak-Nya kelak tidak meninggalkan istana bila telah berkeluarga.
4. Pangeran Siddhatta memang tidak pernah melihat orang tua (bukan berpura-pura tidak pernah melihat orang tua). Ayah beliau memang sengaja membersihkan istana dari orang tua dan orang sakit, karena berdasarkan ramalan, Pangeran akan meninggalkan istana bila melihat Orang tua, orang sakit, orang mati, dan petapa.

Rina Hong

At mayvise : bro marcedes hanya memberikan perumpamaan atas pernyataan Bro gandalf mengenai kepura2 an bodhisatva (dengan menjadi aktor drama yg memberikan nilai dharma)
;D kata2 nya seperti sungguhan yah... Bro marcedes, bisakah di klarifikasi atas pandangan anda agar org yg baca tidak salah paham, atau mungkin memang saya yg salah paham kepada anda.

Buddha mengajarkan kebenaran maka barulah disebut "dhamma" kalau seumpamanya ada kebohongan dalam setiap perkataan berliau... hal itu tidak pantas disebut "dhamma" di ganti aja jadi "drama" kali yah....
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

marcedes

Quote from: Mayvise on 14 February 2010, 10:20:20 PM
Quote from: marcedes on 14 February 2010, 06:26:59 PM
se-umpama Boddhisatva melakukan tindakan pelecehan seksual pada anak kecil, kalau di pandangan kita maka tentu adalah tindakan TERCELA dan KRIMINAL.
sedangkan dalam tradisi mahayana apabila Boddhisatva melakukan tindakan pelecehan seksual pada anak, maka dianggap BENAR dan ataupun semata-mata sengaja melakukan itu untuk kebaikan anak tsb.

biar tidak salah paham saya kash penjelasan lebih panjang

Bro saran aja, kalo mau kasih contoh ato perumpamaan, sebaiknya dari sutta aja  :) Karena kalo bro memberi pernyataan seperti di atas, seolah-olah kita gak boleh kritis, karena kitalah yang bodoh gak sebanding dengan Boddhisatta, kenyataan memang begitu, makanya sempat saya pertanyakan..tapi jawaban yg di kasih adalah.......silahkan di simak

dalam Sebuah SUTRA mahayana dikatakan bahwa
"boddhistva dalam kalpa yg tak terhitung lamanya TELAH MENCAPAI PENCERAHAN SEMPURNA"
( jadi ketika Gotama lahir dan baru berusia 3 tahun saja, itu telah mencapai pencerahan sempurna )

mari simak kisah jataka Boddhisatva mahasatva(telah mencapai pencerahan sempurna) dalam kisah membunuh 1 pembunuh yg hendak membunuh 500 boddhisatva dalam sebuah kapal...

alkisah bahwa ada 1 pembunuh yg hendak membunuh ke-500 awak dalam kapal...dalam kapal itu ternyata
ada 1 pembunuh yg berniat buruk hendak membunuh 500 orang tsb...jadi bodhisatva melakukan "upayakausalya" dengan membunuh 1 orang itu, karena apabila 1 orang ini membunuh 500 bodhisatva maka lebih baik dirinya membunuh 1 orang ini agar terhindar dari kamma buruk berkalpa-kalpa....walau pun diri bodhisatva masuk ke alam neraka sekalipun, bodhistva ini RELA....

( tentu saja bagi pembaca yg tidak teliti pasti beranggapan bahwa kasus ini mencerminkan "Pengorbanan luar biasa" yakni demi menyelamatkan 1 orang ini, bodhisatva rela masuk neraka.... )

tapi...........................
disitu dikatakan bahwa seorang Boddhistva ini telah mencapai pencerahan sempurna...yg jadi pertanyaan adalah KEMANA KESAKTIAN-NYA ?
sekilas bahwa seorang Buddha saja melakukan kesaktian itu mudah sekali, apalagi hanya mengalahkan 1 pembunuh ? ular besar di hutan uruvela menaklukkan kassapa saja begitu easy...

jadi buat apa bodhisatva membunuh kalau bisa dengan kesaktian mengikat atau membuat 500 orang tsb tak terlihat? buat apa ada korban kalau bisa terhindar?
silahkan anda pikir....



jadi sebaiknya kita diam saja karena beliau tau apa yang beliau lakukan dan kita tidak perlu tau alasannya (tindakan itu pasti benar). Jadi sebaiknya contoh dari sutta aja bro, yang memang kita bisa tau alasan dari "tindakan yang menurut putthujana, gak normal".

Waktu itu, saya pernah baca cerita ttg 10 parami. Bro Marcedes jg yg posting. Ttg Dana Parami, saya memang protes karena kok Bodhisatta menyerahkan anaknya ketika diminta. Saya waktu itu men-judge bahwa Boddhisatta tidak bijaksana. Lalu akhirnya saya tau alasannya dan saya salah sudah men-judge. Mungkin bisa liat lagi di sini
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,13149.0.html

kamu masih bagus dapat penjelasan yg bisa diterima akal......


Btw, sy uda coba buka broad Mahayana, ada 128pages, bingung bacanya. Tp sy coba komen aja deh..

Quote from: marcedes on 13 February 2010, 12:28:34 AM
yah seperti buddha Gotama yang pura-pura bodoh dan pikun akan pencerahan-nya...
pura-pura mencari guru,
pura-pura meditasi 6 tahun,
pura-pura tahan lapar hingga dari depan perut tulang punggung dapat dipegang,
pura-pura butuh istri,
pura-pura cuma sampai arupa jhana...

Bro Marcedes dan Bro Gandalf, adakah contoh lain dari kepura-puraan atau sandiwara Sang Buddha? soalnya sy kurang setuju sama pernyataan Bro Marcedes di atas... Karena yang saya tau,

1. Pangeran Siddhatta bersungguh-sungguh mencari guru, namun dari sekian banyak guru tersebut, tidak ada yang bisa memberi jawaban ttg bagaimana menghilangkan Dukkha. Oleh karena itu beliau memilih untuk berusaha sendiri.
2. Beliau bersungguh-sungguh meditasi 6 tahun dan menahan lapar sedemikian rupa. Beliau melakukan salah satu dari dua ekstrim yaitu "menyiksa diri", dan akhirnya beliau menyadari bahwa kedua ekstrim (menyiksa diri maupun memuaskan nafsu) harus dihindari karena gak ada gunanya
3. Kalo ttg isteri, ayah dari Pangeran Siddhatta -lah yang berusaha agar Pangeran menikah dengan harapan, anak-Nya kelak tidak meninggalkan istana bila telah berkeluarga.
4. Pangeran Siddhatta memang tidak pernah melihat orang tua (bukan berpura-pura tidak pernah melihat orang tua). Ayah beliau memang sengaja membersihkan istana dari orang tua dan orang sakit, karena berdasarkan ramalan, Pangeran akan meninggalkan istana bila melihat Orang tua, orang sakit, orang mati, dan petapa.

pandangan anda itu THERAVADA  :) berbeda dengan pandangan mahayana...

dalam sebuah sutra yang di klaim sutra tertinggi dan terbaik mengalahkan sutra lainnnya dalam pandangan mahayana menyatakan bahwa
"bodhisatva telah mencapai pencerahan sempurna dalam kalpa tak terhitung lamanya"

jadi Gotama yg waktu itu umur 1 hari saja, sudah mencapai pencerahan sempurna  :)
makanya terlihat sangat-sangat aneh bagi saya....masa orang yg sudah mencapai pencerahan sempurna masih mencari istri? mencari guru-guru meditasi? menderita 6 tahun?  aneh bukan...
kira-kira kalau saya bilang itu upayakausalya bisa terima gak?

kemudian berlanjut-lah pada "alasan" apa Gotama ber-akting? katanya "untuk mengajarkan dharma"
maka seperti post-post di atas semua itu saya pertanyakan...

belum lagi masalah Padma dan Buddha yang jelas-jelas memecahkan sendiri sangha lalu berpihak pada 1 sisi...
tolong di jawab please.....siapa saja yg bisa menjawab seluruh mata rantai kejanggalan ini...gw kasih anpau  ;D



Quote from: Rina Hong on 15 February 2010, 10:04:46 AM
At mayvise : bro marcedes hanya memberikan perumpamaan atas pernyataan Bro gandalf mengenai kepura2 an bodhisatva (dengan menjadi aktor drama yg memberikan nilai dharma)
;D kata2 nya seperti sungguhan yah... Bro marcedes, bisakah di klarifikasi atas pandangan anda agar org yg baca tidak salah paham, atau mungkin memang saya yg salah paham kepada anda.

Buddha mengajarkan kebenaran maka barulah disebut "dhamma" kalau seumpamanya ada kebohongan dalam setiap perkataan berliau... hal itu tidak pantas disebut "dhamma" di ganti aja jadi "drama" kali yah....

oleh sebab itu saya pengen ahli mahayana yg memang ahli menjelaskan mengenai "drama" sang Boddhisatva.
bukan menjawab dengan membuat kebingunan baru....
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

dhammadinna

Quote from: marcedes link=topic=14966.msg243381#msg243381
dalam Sebuah SUTRA mahayana dikatakan bahwa
"boddhistva dalam kalpa yg tak terhitung lamanya TELAH MENCAPAI PENCERAHAN SEMPURNA"
( jadi ketika Gotama lahir dan baru berusia 3 tahun saja, itu telah mencapai pencerahan sempurna

Bro, kalimatnya agak janggal neh, gak perlu pake "3 tahun" kalo memang berkalpa yang lalu telah mencapai pencerahan :) Trus, saya memang pernah baca cerita ttg Boddhisatta yang membunuh 1 orang demi menyelamatkan ratusan nyawa lainnya. Tapi di cerita itu tidak menyebutkan bahwa beliau telah menjadi seorang Buddha (telah mencapai pencerahan sempurna).

Btw, di Broad Mahayana uda pernah dibahas? bro indra uda ngasih link-nya tapi g liat ada 128pages, bisa jereng mata carinya ;D Ya sudah gak usa dibahas dulu, mudah-mudahan ada yang ngerti Mahayana jadi bisa memberi penjelasan.

Lalu, yg saya saranin, kalo mau kasih contoh/perumpamaan dari Upaya Kausalya, sebaiknya bro memberi contoh yang "sudah tidak menjadi tanda tanya" bagi diri sendiri. Jadi kalo ada yang tanya ini itu, bro bisa jawab gitu. Atau kalo ditanya, jadinya gak perlu memberi kalimat-kalimat yang seolah-olah bernada Pembenaran atau Pembelaan  :)