comotan dari blog tetangga

Started by bond, 27 July 2009, 11:11:16 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

morpheus

Quote from: upasaka on 14 August 2009, 12:15:08 AM
Adalah satu itikad baik di mana seorang non-petapa datang pada seorang bhikkhu untuk berdiskusi. Bukannya seorang bhikkhu yang datang pada seorang non-petapa. Sikap 'meminta' bhikkhu untuk datang ini menunjukkan kalau hal itu merupakan wujud ketidak-hormatan pada anggota Sangha.

Ini bukan perosalan "siapa cari buku harus datang ke toko buku". Ini adalah perihal socializing, ini perihal tata krama, dan ini adalah satu barometer untuk melihat seberapa tinggi tingkat kebijaksanaan dan kedewasaan seseorang.
ini adalah perbedaan nilai. memang dalam tradisi theravada orthodox, role bhante itu teramat sakral sampai sedemikian dipujanya (baca the broken buddha karangan s. dhammika untuk mengerti betapa sakralnya role bhante di srilangka dan thailand. kayaknya juga di indonesia sih).

pendapat saya, kesakralan ini berefek kurang sehat (lagi2 dari buku the broken buddha dan pengamatan saya sendiri) dan seharusnya dikembalikan ke tempat yg seharusnya (desakralisasi seperti yg kita lihat pada tradisi buddhism lain). bisakah kita memandang bhante itu sebagai individual, seperti anda dan saya, yg sedang memfokuskan diri pada pencarian spiritual. itu saja, tanpa embel2 lain...

saya melihat role bhante di theravada orthodox mirip seperti brahmin di hindu. hanya brahmin yg boleh menyentuh dan mempelajari veda, karenanya yg selain brahmin (ksatria, sudra, dll) harus melayani dan membela brahmin karena hanya brahmin lah yg mempunyai "hubungan" khusus dengan dewa... tentunya ini tidak berlaku dalam buddhism dan harus dirubah. semua bisa saja mempelajari buddha dhamma dan bhikkhu adalah orang yg fokus pada spiritual dengan menjalani peraturan vinaya...

jadi saya pikir apa salahnya bhante dan orang awam bercakap2 tanpa dinding pemisah sakralisasi...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

williamhalim

Quote from: johan3000 on 14 August 2009, 08:38:12 AM
jadi

just keep it silent and do the meditation.

Bisakah bro beri pandangan/hubungan mengenai meditasi dan ajaran Buddha (4KM, 8J) ?

thanks sebelumnya


IMO,
Meditasi dan JMB-8 tidak terlalu berkaitan secara nyata..
Tapi MENGIKIS DUKKHA berkaitan sekali dengan JMB-8

Kalau MMD hanya sekedar untuk bermeditasi menenangkan diri sih sah2 aja meng-emohi JMB-8.
Tapi jika menyatakan MMD adalah untuk memotong kilesa, maka tidak akan bisa lari dari Ajaran (Tipitaka)  secara lengkap.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

ryu

Quote from: morpheus on 14 August 2009, 08:48:32 AM
Quote from: upasaka on 14 August 2009, 12:15:08 AM
Adalah satu itikad baik di mana seorang non-petapa datang pada seorang bhikkhu untuk berdiskusi. Bukannya seorang bhikkhu yang datang pada seorang non-petapa. Sikap 'meminta' bhikkhu untuk datang ini menunjukkan kalau hal itu merupakan wujud ketidak-hormatan pada anggota Sangha.

Ini bukan perosalan "siapa cari buku harus datang ke toko buku". Ini adalah perihal socializing, ini perihal tata krama, dan ini adalah satu barometer untuk melihat seberapa tinggi tingkat kebijaksanaan dan kedewasaan seseorang.
ini adalah perbedaan nilai. memang dalam tradisi theravada orthodox, role bhante itu teramat sakral sampai sedemikian dipujanya (baca the broken buddha karangan s. dhammika untuk mengerti betapa sakralnya role bhante di srilangka dan thailand. kayaknya juga di indonesia sih).

pendapat saya, kesakralan ini berefek kurang sehat (lagi2 dari buku the broken buddha dan pengamatan saya sendiri) dan seharusnya dikembalikan ke tempat yg seharusnya (desakralisasi seperti yg kita lihat pada tradisi buddhism lain). bisakah kita memandang bhante itu sebagai individual, seperti anda dan saya, yg sedang memfokuskan diri pada pencarian spiritual. itu saja, tanpa embel2 lain...

saya melihat role bhante di theravada orthodox mirip seperti brahmin di hindu. hanya brahmin yg boleh menyentuh dan mempelajari veda, karenanya yg selain brahmin (ksatria, sudra, dll) harus melayani dan membela brahmin karena hanya brahmin lah yg mempunyai "hubungan" khusus dengan dewa... tentunya ini tidak berlaku dalam buddhism dan harus dirubah. semua bisa saja mempelajari buddha dhamma dan bhikkhu adalah orang yg fokus pada spiritual dengan menjalani peraturan vinaya...

jadi saya pikir apa salahnya bhante dan orang awam bercakap2 tanpa dinding pemisah sakralisasi...

perbedaannya mungkin adlh anggota sangha sebisa mungkin menghindari perdebatan yang tidak berguna sedangkan orang awam tuh senang berdebat yang tidak berguna =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

Quote from: Anatta on 14 August 2009, 07:43:30 AM
[at]  Morpheus: Anda memakai contoh pertentangan yg terjadi antara Christian dan non-Christian (si atheis). Nah, kasus Hudoyo ini lain bung! Dia ini 'mengaku' umat Buddha tapi mengajarkan ajaran yang menyesatkan umat Buddha. Karena dia ini memang umat Buddha maka tepatlah apa yg dikatakan oleh rekan Upasaka bahwa non-pertapa harus mendatangi bhikkhu.
bang anatta, penilaian menyesatkan atau tidak itu adalah opini dan opini itu sifatnya subjektif...
nyatanya ada pembaca yg menilai tulisan pak hudoyo itu biasa2 aja...

Quote from: Anatta on 14 August 2009, 07:43:30 AM
Tetapi yang terjadi adalah bahwa kemana-mana dia berkoar-koar 'mengajarkan 'dhamma' yang pada kenyataannya hanyalah menyesatkan banyak orang.
setahu saya pak hudoyo ngomong dia adalah pengajar vipassana, bukan pengajar agama buddha...
gak bener tuh yg anda bilang. pintu terbuka lebar untuk menolak apa yg dia tulis...


Quote from: Anatta on 14 August 2009, 07:43:30 AM
Untuk itulah kita, umat buddha, membutuhkan kawan-kawan yang bisa memberikan informasi yang benar ttg apa itu Dhamma; yg bisa menunjukkan 'penyimpangan2' ajaran Hudoyo.
"informasi benar" itu subjektif. bagi sebagian orang bisa saja dianggap informasi benar, sebagian lain merasa ini gak benar.
perbedaan pendapat adalah hal yg wajar. yg gak wajar itu gara2 berbeda pendapat lalu melakukan penyerangan pribadi dan ad hominem.
bisakah kita membiarkan pembaca yg menilai sendiri tanpa memakai penyerangan pribadi?

Quote from: Anatta on 14 August 2009, 07:43:30 AM
Nah, disinilah letak pentingnya forum DC ini. Makanya saya minta thread ini, demi kepentingan umat Buddha, jangan ditutup. Kita berharap teman2 disini akan selalu membahas pendapat2 Hudoyo, sehingga buat umat2 Buddha yg masih 'hijau' bisa mengerti apa sesungguhnya ajaran Buddha seperti yg ada si Tipitaka (bukannya Tisutta seperti yang Hudoyo ajarkan!)
silakan bang. itu hal yg bagus selama dilakukan dengan fair dan jujur...

Quote from: Anatta on 14 August 2009, 07:43:30 AM
Kalau dibilang forum ini gak seimbang..., saya rasa gak betul juga. Karena pada kenyataannya kita disini membahas pendapat2 yg dilontarkan Hudoyo, meskipun dalam bentuk copas saja. Terlebih lagi, seperti kata rekan Ryu, Hudoyo itu sering ngintip2 kesini (dan blog2 yang lain) kok. Jadi biarlah komunikasi kita dg Hudoyo terjadi dengan model yang begini. Karena forum ini mempunyai tugas yang jauh lebih penting daripada hanya menyadarkan seorang Hudoyo, yaitu ingin memberikan pengertian yang benar kepada anggotanya.
tadinya forum ini adem ayem kok, sampai ada copas yg dibawa ke forum ini... padahal orangnya gak ada.
kalo dibilang seimbang sih, jelas ngaco. coba itung jumlah member yg kontra berapa biji... tanpa pembelaan diri dari yg bersangkutan.

Quote from: Anatta on 14 August 2009, 07:43:30 AM
Jadi bung Morpheus, kita umat Buddha ini sudah mempunyai 'mainstream' tersendiri, yakni tipitaka. Memang benar bahwa SB mengajarkan Kalama Sutta, tetapi -- kepada Hudoyo -- tolong pelajari sutta itu dengan baik, dari awal sampai akhir sutta, termasuk latar belakang diajarkannya sutta tersebut.
agak salah alamat kalo anda menulis di sini. mendingan langsung ke samaggi phala. orangnya di sana.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

morpheus

Quote from: williamhalim on 14 August 2009, 08:43:36 AM
Terbukti bahwa kita bisa menilai seseorang dari perkataan dan perbuatannya (tulisannya)
Terbukti bahwa wajar dan sah2 saja bagi kita untuk menilai sikap batin (emosi) seseorang dalam berdiskusi.
kata2 itu adalah ekspresi saya dalam berkomunikasi karena saya menganggap om markos sebagai teman. saya tidak menilai isi hati om markos.
anda mempermasalahkan hal kecil sampai2 menghubungkan yg saya maksud dengan ekspresi percakapan saya.

Quote from: williamhalim on 14 August 2009, 08:43:36 AM
Jika ada seorang yg berani mengaku MASTER dan berani MENGKRITIK AJARAN BESAR. Ya, wajar dan sah2 saja orang-orang akan menyerbu beliau dgn berbagai macam pertanyaan, pengetesan, perdebatan atas TEORI yg ditawarkannya. Jika TEORInya lemah, pasti akan terjadi silat lidah yg tidak sehat seperti: Kalian melakukan penyerangan terhadap saya, Jangan menilai pribadi saya, dsbnya.... Justru, Seorang MASTER SPIRITUAL HARUS DINILAI DARI PERILAKUNYA, BUKAN HANYA DARI TEORINYA.

Jika ia berani menunjukkan suatu teori dan mendobrak tradisi lama, maka ia harus dapat menunjukkan bahwa teori dia tsb memang ampuh, paling tidak pada dirinya sendiri...
silakan serbu dengan berbagai pertanyaan dan argumen.
anda benar, sangat wajar. yg gak wajar itu penyerangan pribadi dan ad hominem...

soal perilaku, saya tetap berpendapat kita tidak bisa menilai batin orang lain dari tulisannya...
yg namanya penilaian perilaku itu sangat subjektif, tergantung kacamata pemirsanya.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Anatta

Quote from: williamhalim on 14 August 2009, 08:43:36 AM
Mengenai tanggapan Bro Morphesu atas postingan saya (mungkin juga thp postingan2 rekan yg lain) bahwa jangan kita menilai Pak Hudoyo dari tulisannya doang krn belum tentu dia begitu....

berikut postingan Bro Morph:

Quote from: morpheus on 13 August 2009, 03:46:33 PM
berulang kali di sini dibicarakan mengenai perilaku, sikap ataupun perbuatan (dalam hal ini tulisan).

sadarkah kita bahwa kita gak akan bisa mengetahui isi hati sesungguhnya hanya dengan membaca tulisan?
.......bisakah menilai ego seseorang engan melihat perbuatan saja ?

sebuah fakta bahwa di forum ini ada impresi yg berbeda terhadap tulisan yg sama.

bicara masalah ribut. apa itu yg sedang ribut?
tulisannya yg ribut, penulisnya ribut ataukah batin pembacanya yg ribut?


Ya tentu saja BISA Bro Morph...
Berikut, Bro telah melakukannya.. menilai emosi seseorang hanya dari tulisannya..

Quote from: morpheus on 13 August 2009, 11:10:59 PM
Quote from: markosprawira on 13 August 2009, 05:59:24 PM
Lalu?
jadi kalau meditator boleh memaki2, boleh bilang ini dhamma tapi itu bukan dhamma?
...

jangan esmosi dulu bang...


Terbukti bahwa kita bisa menilai seseorang dari perkataan dan perbuatannya (tulisannya)
Terbukti bahwa wajar dan sah2 saja bagi kita untuk menilai sikap batin (emosi) seseorang dalam berdiskusi.

Jika ada seorang yg berani mengaku MASTER dan berani MENGKRITIK AJARAN BESAR. Ya, wajar dan sah2 saja orang-orang akan menyerbu beliau dgn berbagai macam pertanyaan, pengetesan, perdebatan atas TEORI yg ditawarkannya. Jika TEORInya lemah, pasti akan terjadi silat lidah yg tidak sehat seperti: Kalian melakukan penyerangan terhadap saya, Jangan menilai pribadi saya, dsbnya.... Justru, Seorang MASTER SPIRITUAL HARUS DINILAI DARI PERILAKUNYA, BUKAN HANYA DARI TEORINYA.

Jika ia berani menunjukkan suatu teori dan mendobrak tradisi lama, maka ia harus dapat menunjukkan bahwa teori dia tsb memang ampuh, paling tidak pada dirinya sendiri...

::



Anumodana utk rekan Williamhalim atas penjelasannya. Memang Hudoyo dan 'fans' nya sering memakai 'standard ganda' yang demikian itu. Melarang sesuatu tapi melakukannya sendiri. Berkata A tapi bertindak B. Menganjurkan PIKIRAN BERHENTI tapi selalu mengajak PIKIRANNYA SENDIRI BERJUMPALITAN KESANA KEMARI. Ini adalah salah satu ciri 'mental-disorder!'.

Untuk menunjukkan kesimpang siuran cara berpikir master MMD, saya copas kan omongan Hudoyo di salah satu FB : "If You Meet the Buddha on the Road, Kill Him!" tertanggal 30 Juli 2009.

Hudoyo HupudioItulah maksud dari "Bunuh Buddha" yang dilontarkan oleh Master Zen itu, dan dijelaskan oleh Andikha Rama Wiputra.

Jangan pernah punya perasaan bahwa pengetahuan Anda tentang Buddha, Dhamma & Sangha sudah benar, SELAMA ANDA MASIH PUTHUJJANA. Apalagi lalu mencap orang lain yang berbeda pendapat dengan Anda sebagai 'SALAH/MENYIMPANG". Kalau begitu, jelas Andalah yang salah!Karena di dalam setiap pikiran kita selalu ada aku yang ingin memiliki atau menolak apa yang kita cerap.
TIDAK ADA SAMMA-DITTHI dalam batin seorang puthujjana. Camkan itu. Kalau sudah ada samma-ditthi, maka ia sudah menjadi ariya.
July 30 at 3:56pm

Hudoyo HupudioNamanya juga ARIYA-atthangika-magga!
July 30 at 3:59pm
=========================================================================================================
....(Jangan pernah punya perasaan bahwa pengetahuan Anda tentang Buddha, Dhamma & Sangha sudah benar, SELAMA ANDA MASIH PUTHUJJANA. Apalagi lalu mencap orang lain yang berbeda pendapat dengan Anda sebagai 'SALAH/MENYIMPANG". Kalau begitu, jelas Andalah yang salah!)....Nah, Hudoyo ini memposisikan dirinya sebagai apa? Kalau dia Puthujjana (karena saya yakin kalau dia itu  bukan Ariya. Salah satu ciri ariya adalah bahwa dia mempunyai keyakinan yang teguh terhadap Tiratana, sedangkan kita semua tahu bahwa Hudoyo tidak mempunyai itu!) kenapa dia ngotot dan begitu keras kepalanya bekoar-koar bahwa ajaran dan pemahaman dia tentang Tisutta itu sudah benar?? Lebih lanjut lagi, dia  tidak menyetujui sikap saling menyalahkan, tetapi kenyataannya dia sendiri juga menyalahkan orang........CAPEK DEHHHHH..... =)) =)) =))

[at]  Johan3000: Pertanyaan anda sudah dijawab dengan panjang lebar oleh rekan-rekan di thread ini. Silakan cari postingan-postingan sebelumnya. Jadi saya tidak perlu mengulanginya lagi.

Semoga semua mahluk berbahagia.  ^:)^ ^:)^ ^:)^

williamhalim

Quote from: morpheus on 14 August 2009, 09:20:07 AM

soal perilaku, saya tetap berpendapat kita tidak bisa menilai batin orang lain dari tulisannya...
yg namanya penilaian perilaku itu sangat subjektif, tergantung kacamata pemirsanya.

PERILAKU adalah Cerminan Batin, mula2 sih bisa disamarkan, tapi semakin didobrak dan dipicu, lama kelamaan akan keluar sifat aslinya... <--- ini yg sy amati dari Master MMD

TEORI adalah permainan intelektual, tidak bisa dijadikan pedoman. Teori bisa dibuat seindah mungkin.... TEORI bisa dibuat sematematis mungkin.

Bagi kita semua putthujana, sah2 saja bagi kita beragumen Teori disini (praktek kita sih jangan ditanya :))).

Tapi jika seoang Master sudah hadir, dia harus menunjukkan kaliber 'master' nya tsb... seorang 'MASTER' bukanlah seorang putthujana biasa lagi... Seorang MASTER -yg berani membawa Konsepnya sendiri, yg bahkan berani mendobrak konsep lama- jelas harus mempunyai kualitas batin yg berbeda... Seorang MASTER adalah orang yg selaras antara TEORI n PERILAKU.

Inilah yg membedakan seorang MASTER dan MURID (putthujana).

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Nevada

Quote from: ryu on 14 August 2009, 08:54:23 AM
Quote from: morpheus on 14 August 2009, 08:48:32 AM
Quote from: upasaka on 14 August 2009, 12:15:08 AM
Adalah satu itikad baik di mana seorang non-petapa datang pada seorang bhikkhu untuk berdiskusi. Bukannya seorang bhikkhu yang datang pada seorang non-petapa. Sikap 'meminta' bhikkhu untuk datang ini menunjukkan kalau hal itu merupakan wujud ketidak-hormatan pada anggota Sangha.

Ini bukan perosalan "siapa cari buku harus datang ke toko buku". Ini adalah perihal socializing, ini perihal tata krama, dan ini adalah satu barometer untuk melihat seberapa tinggi tingkat kebijaksanaan dan kedewasaan seseorang.
ini adalah perbedaan nilai. memang dalam tradisi theravada orthodox, role bhante itu teramat sakral sampai sedemikian dipujanya (baca the broken buddha karangan s. dhammika untuk mengerti betapa sakralnya role bhante di srilangka dan thailand. kayaknya juga di indonesia sih).

pendapat saya, kesakralan ini berefek kurang sehat (lagi2 dari buku the broken buddha dan pengamatan saya sendiri) dan seharusnya dikembalikan ke tempat yg seharusnya (desakralisasi seperti yg kita lihat pada tradisi buddhism lain). bisakah kita memandang bhante itu sebagai individual, seperti anda dan saya, yg sedang memfokuskan diri pada pencarian spiritual. itu saja, tanpa embel2 lain...

saya melihat role bhante di theravada orthodox mirip seperti brahmin di hindu. hanya brahmin yg boleh menyentuh dan mempelajari veda, karenanya yg selain brahmin (ksatria, sudra, dll) harus melayani dan membela brahmin karena hanya brahmin lah yg mempunyai "hubungan" khusus dengan dewa... tentunya ini tidak berlaku dalam buddhism dan harus dirubah. semua bisa saja mempelajari buddha dhamma dan bhikkhu adalah orang yg fokus pada spiritual dengan menjalani peraturan vinaya...

jadi saya pikir apa salahnya bhante dan orang awam bercakap2 tanpa dinding pemisah sakralisasi...

perbedaannya mungkin adlh anggota sangha sebisa mungkin menghindari perdebatan yang tidak berguna sedangkan orang awam tuh senang berdebat yang tidak berguna =))

Bhikkhu yang bijak seharusnya tidak lagi memusingkan urusan duniawi. Mereka seharusnya melepaskan segala bentuk sifat duniawi. Lantas apa gunanya bhikkhu datang dan berdiskusi, seolah sedang mempromosikan pandangannya sebagai produk marketing saja.

Dan adalah kesalahan cara pandang sebagian Umat Buddha (saya lihat Anda juga termasuk di sini), untuk memperlakukan bhikkhu dengan ekstrim; yakni "disakralkan" atau pun "dianggap sederajad". Untuk masalah ini, tidak perlu kita bahas di sini.

Kembali ke permasalahan awal... Ini hanya perihal apakah Pak Hudoyo mau menerima tawaran dari Sdr. Fabian untuk menemui bhikkhu itu atau tidak. Sudah dikatakan oleh Sdr. Fabian, kalau mau seh ok, kalau tidak mau juga tidak apa-apa. Tapi kok dari diskusi ini seolah mengindikasikan Pak Hudoyo mau 'menantang balik' tapi tidak ingin maju duluan?

Bhikkhu itu dan Sdr. Fabian berdiri dalam posisi netral, ingin memberikan kesempatan untuk membuktikan Dhamma. Tapi Pak Hudoyo (dan Anda juga saat ini) berdiri dalam posisi kuda-kuda siaga untuk menyerang. Seolah tawaran itu menjadi satu ancaman, yang harus diladeni dengan memasang barrier dan menyediakan serangakaian antisipasi berikutnya.

Siapa yang masih berlari?


Sumedho

Saya copas dari milis dan FB (fitnah?) Pak Hudoyo, biar berimbang ;P

Quote
BENNY (SUMEDHO) WU:

Hudoyo Hupudio: "Anda cuma bisa memperdebatkan hal-hal lahiriah saja &
tidask mampu melihat lebih dalam lagi. Melihatkah Anda sekarang bahwa
kata-kata Buddha, Krishnamurti dan saya sama?"
-----------------------------------------
Astaga....

==========================
HUDOYO:

hehehe ... justru dengan sengaja saya memasang pancingan. ... Ternyata ada
juga ikan yang terpancing. :)

Rekan Benny Sumedho kaget luar biasa ketika membaca tulisan saya di atas.
Dikiranya saya berkata: "Buddha, Krishnamurti dan saya sama." Itulah
sebabnya mengapa dia kaget luar biasa. -- Coba simak lagi dengan teliti
apa yang aaya tulis di atas.

Salam hangat,
Hudoyo


Ini balasan saya

Quote
Terima kasih Pak Hud atas sanjungan dan "membaca" pikiran saya. Dan juga terima kasih untuk mengarahkan opini pembaca seakan2x itu pendapat saya. Semoga para pembaca bisa menilai sendiri.
Oh iya, dendam pak Hud sama saya sepertinya sampai ke ubun2x, sampai satu kata saya saja itu dipublikasikan kesemua tempat lengkap dengan interpretasi yg mendiskreditkan saya. Semoga segera bisa melepas Pak.

Sati,
Sumedho
There is no place like 127.0.0.1

HokBen

Quote from: williamhalim on 14 August 2009, 09:47:32 AM
TEORI adalah permainan intelektual, tidak bisa dijadikan pedoman. Teori bisa dibuat seindah mungkin.... TEORI bisa dibuat sematematis mungkin.

tul, Imam Samudra aja bisa dengan pandainya menulis buku "Aku Melawan Teroris"...
teroinya disusun indah dan banyak yg terbuai; jihad, mujahid, syuhada, amar ma'ruf nahi munkar...
tapi bisa kita liat prilaku/tindakan orang ybs bukan?

ryu

Sebenernya apakah ada perbedaan seorang praktisi MMD dengan Puthujana?
kalau berbeda apa?
kalau sama berarti untuk apa dong MMD ?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

morpheus

buat will dan upasaka:
dalam hal ini persepsi kita berbeda jauh. gak bisa diteruskan.

buat suhu:
dalam hal ini saya ngeliat pak hudoyo salah...
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

williamhalim

Quote from: morpheus on 14 August 2009, 10:33:59 AM
buat will dan upasaka:
dalam hal ini persepsi kita berbeda jauh. gak bisa diteruskan.

Ya, saat ini tampaknya begitu.
Thanks atas diskusinya Bro Morph

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Nevada

Quote from: morpheus on 14 August 2009, 10:33:59 AM
buat will dan upasaka:
dalam hal ini persepsi kita berbeda jauh. gak bisa diteruskan.

buat suhu:
dalam hal ini saya ngeliat pak hudoyo salah...


OK.

Anatta

[at]  Morpheus:
...(bang anatta, penilaian menyesatkan atau tidak itu adalah opini dan opini itu sifatnya subjektif...
nyatanya ada pembaca yg menilai tulisan pak hudoyo itu biasa2 aja...
)...Opini akan bersifat subjektif kalau kita berlandaskan dengan pendapat pribadi kita masing-masing. Tetapi kita ini kan mempunyai Tipitaka yang bisa dijadikan bahan rujukan? Apakah dengan merujuk kepada Tipitaka anda katakan subjektif??

...(setahu saya pak hudoyo ngomong dia adalah pengajar vipassana, bukan pengajar agama buddha...
gak bener tuh yg anda bilang. pintu terbuka lebar untuk menolak apa yg dia tulis...
)...Kata yang saya pakai adalah 'dhamma'. Vipassana adalah dhamma. Tidak bisa dipisahkan.

...("informasi benar" itu subjektif. bagi sebagian orang bisa saja dianggap informasi benar, sebagian lain merasa ini gak benar.
perbedaan pendapat adalah hal yg wajar. yg gak wajar itu gara2 berbeda pendapat lalu melakukan penyerangan pribadi dan ad hominem.
bisakah kita membiarkan pembaca yg menilai sendiri tanpa memakai penyerangan pribadi?
)...Saya merasa seolah-olah Hudoyo sendiri yang mengucapkan kata tersebut. Bung, acuan kita disini adalah Tipitaka. Jangan diputar-putar terus lahh...

...(tadinya forum ini adem ayem kok, sampai ada copas yg dibawa ke forum ini... padahal orangnya gak ada.
kalo dibilang seimbang sih, jelas ngaco. coba itung jumlah member yg kontra berapa biji... tanpa pembelaan diri dari yg bersangkutan.
)...Lho??? Emangnya sekarang nggak adem ayem?? Anda merasa gerah?? Seperti yang sudah saya bilang bahwa kita disini mempunyai kepentingan yang lebih besar dari pada sekedar menyadarkan Hudoyo. Kita ingin tempat ini bisa menjadi acuan buat mereka yang ingin mengerti perbedaan antara ajaran Buddha dan ajaran Hudoyo.

..(agak salah alamat kalo anda menulis di sini. mendingan langsung ke samaggi phala. orangnya di sana.)...Anda masih nggak percaya kalau Hudoyo itu punya hobby ngintip ya?

Akhir kata, mudah-mudahan anda tidak berkata:"dalam hal ini persepsi kita berbeda jauh. gak bisa diteruskan."...

Semoga anda berbahagia.   ^:)^