comotan dari blog tetangga

Started by bond, 27 July 2009, 11:11:16 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

williamhalim

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

bond

Quote from: johan3000 on 03 August 2009, 08:24:13 AM
Quotebond : Arahat pun pikirannya bisa bergerak ketika dia harus berbicara

jangan lupa rungga udara, paru2, pita suara, bibir, muka,... dan banyak lagi sih
yg bergerak. Cuma nafsu keakuaan, kemarahannya yg TIDAK BERGERAK.



kalau mau tidak bergerak, gw punya cara jitu...

Wah + 1 untuk saceng dan om haa.... juga.  ;D
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

markosprawira

Quote from: johan3000 on 03 August 2009, 08:24:13 AM
Quotebond : Arahat pun pikirannya bisa bergerak ketika dia harus berbicara

jangan lupa rungga udara, paru2, pita suara, bibir, muka,... dan banyak lagi sih
yg bergerak. Cuma nafsu keakuaan, kemarahannya yg TIDAK BERGERAK.


bro saceng makin hebat aja nih......... saking salutnya, aye angkat 6 jempol (ada yg bisa minjemin 2 jempol?)  ;D



World's largest hammer  :P

markosprawira

PH mengelak dimana dia ga post di sahabat_hikmahbudhi, milis_buddha dan mubi lagi.....

ini terlihat dari salah satu postingnya :

Quote---------- Forwarded message ----------
From: Hudoyo Hupudio <hudoyo [at] cbn.net.id>
Date: Aug 2, 2009 12:13 AM
Subject: [samaggiphala] Re: Untuk Sdr Markos Prawira & Bond di Dhammacitta.org
To: patria_net [at] yahoogroups.com, FAMB_id [at] yahoogroups.com, blia [at] yahoogroups.com, daunbodhiindonesia [at] yahoogroups.com, FPBI [at] yahoogroups.com, mahasathi [at] yahoogroups.com, samaggiphala [at] yahoogroups.com, siddhi [at] yahoogroups.com

[at] bond : saya akan bantu forward posting ke milis

bond

Quote from: markosprawira on 03 August 2009, 09:22:25 AM
PH mengelak dimana dia ga post di sahabat_hikmahbudhi, milis_buddha dan mubi lagi.....

ini terlihat dari salah satu postingnya :

Quote---------- Forwarded message ----------
From: Hudoyo Hupudio <hudoyo [at] cbn.net.id>
Date: Aug 2, 2009 12:13 AM
Subject: [samaggiphala] Re: Untuk Sdr Markos Prawira & Bond di Dhammacitta.org
To: patria_net [at] yahoogroups.com, FAMB_id [at] yahoogroups.com, blia [at] yahoogroups.com, daunbodhiindonesia [at] yahoogroups.com, FPBI [at] yahoogroups.com, mahasathi [at] yahoogroups.com, samaggiphala [at] yahoogroups.com, siddhi [at] yahoogroups.com

[at] bond : saya akan bantu forward posting ke milis


Anumodana bro Markos  _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

K.K.

Quote from: markosprawira on 30 July 2009, 04:30:01 PM
Saya justru melihat bhw poin penolakan JMB-8 dan dalam hal tipitaka adalah suatu yg mendasar yah

Mengenai dualisme, disini bro Kai sebenarnya justru menguatkan bhw dualisme itu sesungguhnya dilakukan utk tujuan marketing yaitu supaya menarik bagi kalangan non buddhism

Sementara apa yg dilakukan oleh bro Kai (yg sama spt saya lakukan juga) yaitu semata memberitahu mengenai kebenaran yg sesungguhnya ke lingkungan sekitar yg non buddhis tapi bukan untuk tujuan marketing, bukan utk supaya orang ikut

Jadi dalam hal ini, saya setuju dengan ko will dimana 3 hal ini adalah permasalahan fundamental mengenai MMD
Ini juga saya tidak tahu. Tetapi kalau saya jadi Pak Hudoyo dan mau mendapatkan "customer" sebanyak-banyaknya, saya tidak akan "menolak" JMB 8 yang sudah pasti ditentang mayoritas umat Buddha. Berbeda halnya dengan idealisme, yang biarpun kehilangan pendukung, tetap pada idealismenya.  



QuoteSangat setuju mengenai anak itu, hanya kalau saya lihat kembalikan ke motifnya. Ada yg membimbing supaya tahu kebenaran, tanpa pamrih apapun seperti anda yg memberitahu teman mengenai ini loh kebenaran tanpa ada niat utk marketing/menarik

Nah apakah dalam kondisi anak itu, bisa dilihat motif tanpa pamrih, ataukah justru itu merupakan strategi promosi "produknya"?

Pun saya sangat setuju jika memang sikap membimbing siapa saja tanpa kecuali, dijadikan teladan.
Sangat disayangkan jika ada oknum yg membimbing tapi dengan pamrih

Ada orang berdana dengan pamrih. Berdana-nya diteladani. Pamrihnya jangan.
Darimana kita tahu dana seseorang pamrih atau tidak? Saya tidak tahu dan tidak spekulasi.


Quote from: markosprawira on 30 July 2009, 04:40:47 PM
mungkin kasus yg diangkat jadi berbeda yah bro...... para bhikkhu mengajarkan mengenai JMB-8, memberikan landasan berbasis Tipitaka sehingga ini jelas acuannya

hal yg berbeda dengan MMD dimana Tipitaka 99.9% ditolak termasuk pelaksanaan JMB-8 yg sesungguhnya adalah jalan menuju kesucian
bahkan MMD menekankan tidak ada tujuan, tidak ada jalan, tidak ada "kesucian", yg notabene cocok dengan JK spt sudah diulas oleh bro ratna kumara

Ko Will pernah bilang ke PH : Kalau memang mau usung JK, ga perlu bawa bendera vipassana, bendera buddhism ( [at]  ko will : cmiiw)

semoga perbedaanya bisa terlihat yah

Bagi saya tidak berbeda apakah ia seorang bhikkhu, Buddhis atau apa. Kalau mengacu pada Sutta, semua orang yang belum mencapai kesucian tetapi mengajar, dikatakan Buddha seperti orang yang tidak mengurusi ladangnya sendiri, tetapi mengurusi ladang orang lain.

Mengenai JMB 8, setahu saya tidak dibilang PH bahwa itu harus ditolak. Ini memang beda dengan pendapat saya di mana kalau menurut saya, JMB 8 membawa pembebasan atau tidak, tergantung orangnya. PH bilang tidak membawa pada pembebasan. Umat Buddha lain bilang pasti membawa pada pembebasan. Masing-masing punya argumen sendiri, jadi saya tidak bilang siapa benar dan siapa salah.

Soal tidak ada jalan, tidak ada tujuan, tidak ada kesucian, kembali lagi saya katakan itu masalah istilah, sama seperti "pikiran berhenti". Kadang istilah yang digunakan PH tidak lazim bagi umat Buddha. Awalnya juga saya banyak sekali bertentangan, tetapi setelah beberapa kali diskusi, saya jadi mengerti maksudnya.

Nah, mengenai Tipitaka ini mungkin sedikit rumit di mana memang PH cenderung tidak pakai kitab lain kecuali Bahiya, Mulapariyaya dan Malunkya Sutta. Saya setuju dengan PH bahwa satu kitab yang cocok lebih baik daripada seribu kitab yang tidak cocok. Tetapi saya tidak cocok dengan penolakan PH terhadap kitab lainnya.


bond

#186
Quote
Mengenai JMB 8, setahu saya tidak dibilang PH bahwa itu harus ditolak. Ini memang beda dengan pendapat saya di mana kalau menurut saya, JMB 8 membawa pembebasan atau tidak, tergantung orangnya. PH bilang tidak membawa pada pembebasan. Umat Buddha lain bilang pasti membawa pada pembebasan. Masing-masing punya argumen sendiri, jadi saya tidak bilang siapa benar dan siapa salah.

Mengenai menolak atau tidak, saya rasa sudah jelas pada kejadian 1 tahun yg lalu. Buku putihnya masih ada  ^-^

Mengapa Umat Buddha mengatakan jmb 8 pasti membawa pembebasan? Karena Sang Tathagata mengajarkan jmb 8 sesuai apa yang telah direalisasi-Nya. Dan bagi yang mau praktek Dhamma tentu saja pasti. Jadi jmb 8 itu memang untuk dilaksanakan. Kalau orang tidak mencapai pembebasan itu artinya yang salah adalah orangnya bukan jmb 8. Jadi antara Dhamma itu sendiri dan pelaksana Dhamma ataupun bukan pelaksana Dhamma adalah dua hal yang berbeda.

Yang pasti mereka yang menolak, ragu2 terhadap jmb 8 sudah pasti tidak dapat mencapai pembebasan alias mencapai nibbana. Jangan diartikan jmb 8 sebagai konsep belaka tetapi itulah Dhamma.

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

K.K.

Quote from: bond on 03 August 2009, 10:08:38 AM
Mengenai menolak atau tidak, saya rasa sudah jelas pada kejadian 1 tahun yg lalu. Buku putihnya masih ada  ^-^

Mengapa Umat Buddha mengatakan jmb 8 pasti membawa pembebasan? Karena Sang Tathagata mengajarkan jmb 8 sesuai apa yang telah direalisasi-Nya. Dan bagi yang mau praktek Dhamma tentu saja pasti. Jadi jmb 8 itu memang untuk dilaksanakan. Kalau orang tidak mencapai pembebasan itu artinya yang salah adalah orangnya bukan jmb 8. Jadi antara Dhamma itu sendiri dan pelaksana Dhamma ataupun bukan pelaksana Dhamma adalah dua hal yang berbeda.

Yang pasti mereka yang menolak, ragu2 terhadap jmb 8 sudah pasti tidak dapat mencapai pembebasan alias mencapai nibbana. Jangan diartikan jmb 8 sebagai konsep belaka tetapi itulah Dhamma.



Dhamma dan pelaksana Dhamma memang berbeda. Tetapi kecocokan adalah hal yang berbeda lagi.

Seperti tahun lalu, saya tanyakan lagi sekarang pendapat umat Buddha tentang seorang Maha Savaka, Pilinda Vaccha. Pilinda Vaccha adalah seorang Arahat yang paling dicintai para deva, namun punya kebiasaan buruk memanggil orang "vasala" (= satu kasta terbuang yang dinilai lebih rendah dari binatang). Pertanyaan saya, Samma Vaccha atau perkataan benar dalam JMB 8 mencakup "tidak berkata kasar", bagaimana pendapat kalian tentang Pilinda Vaccha tersebut?




bond

#188
Quote from: Kainyn_Kutho on 03 August 2009, 12:21:14 PM
Quote from: bond on 03 August 2009, 10:08:38 AM
Mengenai menolak atau tidak, saya rasa sudah jelas pada kejadian 1 tahun yg lalu. Buku putihnya masih ada  ^-^

Mengapa Umat Buddha mengatakan jmb 8 pasti membawa pembebasan? Karena Sang Tathagata mengajarkan jmb 8 sesuai apa yang telah direalisasi-Nya. Dan bagi yang mau praktek Dhamma tentu saja pasti. Jadi jmb 8 itu memang untuk dilaksanakan. Kalau orang tidak mencapai pembebasan itu artinya yang salah adalah orangnya bukan jmb 8. Jadi antara Dhamma itu sendiri dan pelaksana Dhamma ataupun bukan pelaksana Dhamma adalah dua hal yang berbeda.

Yang pasti mereka yang menolak, ragu2 terhadap jmb 8 sudah pasti tidak dapat mencapai pembebasan alias mencapai nibbana. Jangan diartikan jmb 8 sebagai konsep belaka tetapi itulah Dhamma.



Dhamma dan pelaksana Dhamma memang berbeda. Tetapi kecocokan adalah hal yang berbeda lagi.

Seperti tahun lalu, saya tanyakan lagi sekarang pendapat umat Buddha tentang seorang Maha Savaka, Pilinda Vaccha. Pilinda Vaccha adalah seorang Arahat yang paling dicintai para deva, namun punya kebiasaan buruk memanggil orang "vasala" (= satu kasta terbuang yang dinilai lebih rendah dari binatang). Pertanyaan saya, Samma Vaccha atau perkataan benar dalam JMB 8 mencakup "tidak berkata kasar", bagaimana pendapat kalian tentang Pilinda Vaccha tersebut?





Bisa ditulis isi sutta mengenai Pilinda Vaccha, disini?(belum pernah baca, nanti baru saya simpulkan setelah baca, karena saya yakin ada penjelasannya dan bukan semata2 hanya bicara kasar yg bertentangan dengan Samma Vaccha  ;D)

Tentu saja Dhamma,pelaksana Dhamma dan kecocokan adalah hal yg berbeda, Tetapi apakah kecocokan itu bisa membawa kearah pembebasan/Nibbana? Seperti seseorang ingin mendaki gunung, memang cocok-cocokan memilih jalan untuk mencapai puncak gunung tetapi apakah jalan itu menuju Puncak gunung. Misal mau ke gunung gede, eh...nyasar ke gunung kidul. Jadi jalan2 yg menuju ke gunung gede selalu memiliki karakteristik yg sama karena pengaruh cuaca, suhu, kontur tanah, jenis tanaman dsb sekitar gunung itu demikian jmb 8 sebagai jalan dengan 8 karakteristik untuk pencapaian pembebasan  mencapai nibbana.

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Johsun

CMIIW.FMIIW.

markosprawira

Quote from: Johsun on 03 August 2009, 12:59:46 PM
Kasian te pak hud :( dikeroyok.

Seperti yg sudah saya sebut di depan bhw ini bukan mempermasalahkan merek MMD atau pak hudoyonya, jadi tolong dibaca lagi urutan2nya secara lengkap agar tidak jadi mispersepsi

yang menjadi masalah adalah kalau memang mau usung ajaran JK, yah silahkan saja tapi tidak usah menggunakan label buddhism seperti vipassana atau sutta, tidak perlu memunculkan "dukungan bhante"

K.K.

Quote from: bond on 03 August 2009, 12:38:07 PM
Bisa ditulis isi sutta mengenai Pilinda Vaccha, disini?(belum pernah baca, nanti baru saya simpulkan setelah baca, karena saya yakin ada penjelasannya dan bukan semata2 hanya bicara kasar yg bertentangan dengan Samma Vaccha  ;D)
Salah satu kisahnya ada di Dhammapada Atthakatha 408. Untuk bacaan, bisa lihat di RAPB buku 3, hal 2681-2685.



QuoteTentu saja Dhamma,pelaksana Dhamma dan kecocokan adalah hal yg berbeda, Tetapi apakah kecocokan itu bisa membawa kearah pembebasan/Nibbana? Seperti seseorang ingin mendaki gunung, memang cocok-cocokan memilih jalan untuk mencapai puncak gunung tetapi apakah jalan itu menuju Puncak gunung. Misal mau ke gunung gede, eh...nyasar ke gunung kidul. Jadi jalan2 yg menuju ke gunung gede selalu memiliki karakteristik yg sama karena pengaruh cuaca, suhu, kontur tanah, jenis tanaman dsb sekitar gunung itu demikian jmb 8 sebagai jalan dengan 8 karakteristik untuk pencapaian pembebasan  mencapai nibbana.

Tentang pastinya yang mana jalan benar, saya tidak tahu, karena saya sendiri belum mencapai kesucian. Tetapi untuk mengenali apakah suatu ajaran kondusif mencapai kesucian, saya tidak selalu pakai JMB 8, dan saya juga pernah katakan sebelumnya, saya cenderung menggunakan Sankhitta Sutta (Gotami Sutta) tentang 8 karakteristik ajaran Tathagata.


markosprawira

Quote from: bond on 03 August 2009, 12:38:07 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 03 August 2009, 12:21:14 PM
Quote from: bond on 03 August 2009, 10:08:38 AM
Mengenai menolak atau tidak, saya rasa sudah jelas pada kejadian 1 tahun yg lalu. Buku putihnya masih ada  ^-^

Mengapa Umat Buddha mengatakan jmb 8 pasti membawa pembebasan? Karena Sang Tathagata mengajarkan jmb 8 sesuai apa yang telah direalisasi-Nya. Dan bagi yang mau praktek Dhamma tentu saja pasti. Jadi jmb 8 itu memang untuk dilaksanakan. Kalau orang tidak mencapai pembebasan itu artinya yang salah adalah orangnya bukan jmb 8. Jadi antara Dhamma itu sendiri dan pelaksana Dhamma ataupun bukan pelaksana Dhamma adalah dua hal yang berbeda.

Yang pasti mereka yang menolak, ragu2 terhadap jmb 8 sudah pasti tidak dapat mencapai pembebasan alias mencapai nibbana. Jangan diartikan jmb 8 sebagai konsep belaka tetapi itulah Dhamma.



Dhamma dan pelaksana Dhamma memang berbeda. Tetapi kecocokan adalah hal yang berbeda lagi.

Seperti tahun lalu, saya tanyakan lagi sekarang pendapat umat Buddha tentang seorang Maha Savaka, Pilinda Vaccha. Pilinda Vaccha adalah seorang Arahat yang paling dicintai para deva, namun punya kebiasaan buruk memanggil orang "vasala" (= satu kasta terbuang yang dinilai lebih rendah dari binatang). Pertanyaan saya, Samma Vaccha atau perkataan benar dalam JMB 8 mencakup "tidak berkata kasar", bagaimana pendapat kalian tentang Pilinda Vaccha tersebut?





Bisa ditulis isi sutta mengenai Pilinda Vaccha, disini?(belum pernah baca, nanti baru saya simpulkan setelah baca, karena saya yakin ada penjelasannya dan bukan semata2 hanya bicara kasar yg bertentangan dengan Samma Vaccha  ;D)

Tentu saja Dhamma,pelaksana Dhamma dan kecocokan adalah hal yg berbeda, Tetapi apakah kecocokan itu bisa membawa kearah pembebasan/Nibbana? Seperti seseorang ingin mendaki gunung, memang cocok-cocokan memilih jalan untuk mencapai puncak gunung tetapi apakah jalan itu menuju Puncak gunung. Misal mau ke gunung gede, eh...nyasar ke gunung kidul. Jadi jalan2 yg menuju ke gunung gede selalu memiliki karakteristik yg sama karena pengaruh cuaca, suhu, kontur tanah, jenis tanaman dsb sekitar gunung itu demikian jmb 8 sebagai jalan dengan 8 karakteristik untuk pencapaian pembebasan  mencapai nibbana.



Berikut yang saya dapat :

PILINDA-VACCHA


QuoteXXVI:25 Force of habit (Pilinda Vaccha)


Venerable Pilinda Vaccha had a very offensive way of addressing people. He would often say, 'Come here, you wretch,' or 'Go there, you wretch' and such other things. One day several bhikkhus complained about his conduct to the Buddha.

The Buddha sent for Vaccha, and spoke to him on the matter. Then on reflection, he found that for many past existences, Vaccha had been born only in the family of brahmins, who regarded themselves as being superior to other people. So the Buddha explained, 'Bhikkhus! Don't be offended with Vaccha. He addresses as 'wretch' only by force of habit acquired in the course of his many previous existences as a brahmin, and not out of malice. He has no intention of hurting others, for an Arahant does not harm others.'

Quote

Jadi sebenarnya sudah jelas bhw sebenarnya Bhikkhu Pilinda Vaccha "bicara kasar" bukan karena memang dia INGIN (ada kehendak/cetana) namun lebih karena kebiasaan dari banyak kehidupan lampaunya yg selalu terlahir di keluarga brahmana

hal ini bisa kita jumpai juga misal kalo di jawa, kata "diancuk" itu artinya sangat kasar namun kalo di surabaya, sesama teman terbiasa utk memanggil "cuk".....

Kira2 demikianlah pendapat saya, mari kita diskusi........  _/\_

Johsun

Ini semua bahasa tingkat tinggi, . . .
CMIIW.FMIIW.

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 03 August 2009, 01:18:19 PM
Tentang pastinya yang mana jalan benar, saya tidak tahu, karena saya sendiri belum mencapai kesucian. Tetapi untuk mengenali apakah suatu ajaran kondusif mencapai kesucian, saya tidak selalu pakai JMB 8, dan saya juga pernah katakan sebelumnya, saya cenderung menggunakan Sankhitta Sutta (Gotami Sutta) tentang 8 karakteristik ajaran Tathagata.


betul sekali, jalan yang menuju Nibbana mau tidak mau di telusuri lewat tipitaka, apabila mau mencari jalan yang lain toh ada kitab yang lain yang mengklaim jalan yang di buatnya.

JMB8 mau tidak mau, suka tidak suka itu ada tertulis di Sutta, dan dikatakan JMB8 itu menuntun jalan ke Nibbana. apakah ada sesuatu yang salah pada JMB8? saya rasa tidak apabila orang itu mempraktekkannya. yang jadi persoalan adalah apabila ada orang yang menolak yang satu dan menerima yang lain dan berdebat ga karuan deh ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))