//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: comotan dari blog tetangga  (Read 207698 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #210 on: 04 August 2009, 07:07:23 PM »
pernah baca/dengar dahulu bahwa

tidak berbuat jahat, berbuat baik -> ajaran universal/semua agama

tidak berbuat jahat, berbuat baik, sucikan pikiran -> ini ajaran semua buddha

part ke 3 yg merupakan perbedaannya.
There is no place like 127.0.0.1

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #211 on: 04 August 2009, 07:19:56 PM »
tidak berbuat jahat, berbuat baik -> ajaran universal/semua agama   
============================================
Yakin? Semua Agama? aye rasa tidak deh =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #212 on: 04 August 2009, 07:24:49 PM »
pernah baca/dengar dahulu bahwa

tidak berbuat jahat, berbuat baik -> ajaran universal/semua agama

tidak berbuat jahat, berbuat baik, sucikan pikiran -> ini ajaran semua buddha

part ke 3 yg merupakan perbedaannya.

Betul, tapi jangan salah kaprah bahwa:

Kurangi kejahatan dan perbanyak kebaikan: ini Tidak perlu
Sucikan Pikiran: Ini sajalah yg perlu

Karena akhir2 ini jelas banget usaha untuk mencomot satu bagian terakhir tsb saja dan membuang 2 bagian lainnya.

::

« Last Edit: 04 August 2009, 07:26:27 PM by williamhalim »
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #213 on: 04 August 2009, 07:30:58 PM »
pernah baca/dengar dahulu bahwa

tidak berbuat jahat, berbuat baik -> ajaran universal/semua agama

tidak berbuat jahat, berbuat baik, sucikan pikiran -> ini ajaran semua buddha

part ke 3 yg merupakan perbedaannya.

That's right brother  ;D

yg pertama bukanlah Dhamma

Yang kedua adalah Dhamma

Karena pikiran adalah pelopor, pikiran yg suci dan murni baru benar-benar tidak berbuat jahat dan berbuat baik ketika bertindak.. ada hubungannya dengan cetana....ini lah Dhamma. Dhamma<-->Yatthabhutam nyanadasanam. _/\_
« Last Edit: 04 August 2009, 07:37:07 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #214 on: 04 August 2009, 07:39:23 PM »
Mungkin perlu diperhitungkan juga faktor sejarah. Pada masa sang buddha blm ada agama2 spt sekarang ini. Tapi ada guru2 lain yg mengajarkan ajaran tdk perlu berbuat baik dan berbuat jahat itu tdk apa2. Hence ovada patimokkha

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #215 on: 04 August 2009, 07:45:27 PM »
ralat deh, bukan semua agama :P

tentu ketiga semua itu ajaran semua buddha. kalau ngakunya satu saja yah artinya korupsi donk
There is no place like 127.0.0.1

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #216 on: 04 August 2009, 10:18:56 PM »
Quote
Istilah kontroversial sesungguhnya saya merujuk pada perbedaan yg muncul jika dibandingkan dengan tipitaka pada umumnya seperti yg anda sebut bhw Pilinda itu "mengucapkan omongan kasar" padahal sudah arahat

Boleh tahu rujukan anda menyebutkan Sila adalah Dhamma, samadhi adalah Dhamma sedangkan Panna adalah Buddha-Dhamma?

Enam dari 8 faktor, yang manakah tidak bisa ditemukan dalam ajaran lain?

Misii.. Numpang lewat n nambahin.. Sati/Smrti dah dikenal sebelum jaman Sang Buddha, sekurang-kurangnya sejak adanya Rg Veda.
Begitu juga dalam Jainisme. Brarti nambah jadi 7 dr 8 faktor dong? ;D
appamadena sampadetha

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #217 on: 05 August 2009, 12:19:59 AM »
- JMB8 yang diajarkan Sang Buddha memang bukan jalan ekslusif. Namun apa yang diajarkan Sang Buddha dalam JMB8 itu cakupannya luas sekali. Meski secara kasat mata 6 ruas terakhir (sila dan samadhi) juga ditemukan dalam ajaran lain, tapi perumusan dan praktiknya tidak membentang sebesar Ajaran Sang Buddha. Jika kita semua sepakat bahwa JMB8 bisa mengantar pada Pembebasan, maka seharusnya tidak mungkin ada jalan lain yang hanya memiliki beberapa kriteria yang sedikit selaras dengan JMB8; apalagi tanpa poin-poin krusial lainnya.

- Sistematis JMB8 memang terlihat rumit untuk didiskusikan dalam tataran intelektual. Tetapi pada hakikatnya JMB8 adalah Jalan Tengah yang menghindari dua pinggiran ekstrim. Dalam praktiknya JMB8 merupakan metode yang berupa satu paket pengembangan kualitas guna mencapai Pencerahan, yakni sila-samadhi-panna.

- Sang Buddha tidak pernah menyatakan bahwa ada jalan lain untuk merealisasi Pembebasan. Semua pengikut-Nya yang berhasil merealisasi Nibbana adalah orang-orang yang mencapai titik kulminasi dari praktik sila-samadhi-panna. Meskipun ada kisah seperti Bahiya yang mampu merealisasi Pembebasan dalam jangka waktu relatif super singkat, pencapaian itu tidak terlepas dari praktik berkesinambungan sila-samadhi-panna yang sudah diterapkan sejak dulu.

- Tidak berbuat kejahatan dan perbanyak perbuatan baik memang ditemukan dalam semua agama / ajaran. Tapi ada ironi di mana satu kesepakatan "kejahatan" dan "kebaikan" di satu agama / ajaran, terkadang tidak selaras atau bahkan bertentangan dengan kesepakatan di agama / ajaran lainnya.

- Di sini Sang Buddha mengajarkan satu metode pemilahan yang seharusnya disetujui oleh semua orang yang masih bisa berpikir dengan sehat; yaitu seperti yang disampaikan dalam Kalama Sutta. Bahwa ajaran yang bisa membawa manfaat untuk perkembangan batin (mengikis lobha-dosa-moha) adalah ajaran yang baik untuk kita ambil. Inilah yang menjadi perbedaan antara Buddhadhamma dengan ajaran lainnya. Ini juga yang menjadi salah satu fondasi untuk melihat apakah memang ada jalan lain selain Jalan Tengah. Atau memang mungkin di dunia ini ada jalan kondusif lain yang bernama "Jalan Agak Tengah"?

- Dan untuk ajaran Pak Hudoyo... Jika pikiran hanya bisa berhenti ketika kita menghendakinya, maka akan ada celah-celah di mana pikiran kita masih bergerak. Dengan kata lain, ini menunjukkan bahwa orang yang sudah mampu menghentikan pikiran pun kadang masih tidak wasapada. Lalu setelah mampu menghentikan pikiran, kenapa masih memberi kesempatan pikiran untuk kembali bergerak dengan cara melepaskan meditasi dan terjun ke dalam aktivitas duniawi? Dari dua kesimpulan ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang meninggal saat pikirannya sedang bergerak tidak akan merealisasi Pembebasan (versi MMD). Kalau begitu semua perjuangannya akan menjadi sia-sia. Dan yang terakhir... kalau tujuan utamanya hanya menghentikan pikiran, maka wajar bila moralitas tidak dikembangkan. Seseorang bisa saja membunuh seorang Sammsambuddha. Namun setelah ia 'menghentikan pikiran' dan meninggal, maka ia akan mencapai Pembebasan. Sungguh satu jalan yang tanpa jalan...
« Last Edit: 05 August 2009, 12:26:37 AM by upasaka »

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #218 on: 05 August 2009, 01:36:43 PM »
Kasus serupa mirip seperti Sila, bahwa secara harafiah seolah sila hanyalah apa yang tertulis di tipitaka saja dan yg tidak tertulis berarti boleh dilakukan.
Padahal sesungguhnya Sila adalah latihan kemoralan, bukan hanya teks yg tertulis

Ya, betul. Tipitaka bukanlah kitab hukum yang harus detail, tetapi acuan agar seseorang bisa mengembangkan diri menjadi pribadi yang lebih baik.



Quote
Istilah kontroversial sesungguhnya saya merujuk pada perbedaan yg muncul jika dibandingkan dengan tipitaka pada umumnya seperti yg anda sebut bhw Pilinda itu "mengucapkan omongan kasar" padahal sudah arahat

Boleh tahu rujukan anda menyebutkan Sila adalah Dhamma, samadhi adalah Dhamma sedangkan Panna adalah Buddha-Dhamma?

Enam dari 8 faktor, yang manakah tidak bisa ditemukan dalam ajaran lain?


Quote
karena bagi saya, apa yang dimaksud dengan Buddha Dhamma sesungguhnya adalah semua yang mengikis LDM, yang mengarah ke pembebasan/nibbana
Jadi termasuk Sila sebagai latihan bagi batin, juga samadhi yang notabene merupakan latihan batin

Sama dengan tanggapan di atas, semua latihan pengembangan bathin dari 6 faktor JMB 8 dapat ditemukan di ajaran lain. Sila dan Samadhi, adalah benar selalu kondusif bagi perkembangan bathin seseorang, yang dengan menjalankannya, akan terlahir kembali di alam bahagia. Tetapi dhamma memang "hanya" akan membawa seseorang sejauh itu, sejauh "baik" dan "buruk", bukan pada berakhirnya kelahiran kembali.

Buddha dhamma adalah melampaui "baik" dan "buruk" yang dikatakan sebagai "bukan kamma gelap maupun terang, dan menuju pada lenyapnya penderitaan".




Dear Kai,

Sebelum mulai pembahasan, mari kita lihat mengenai Dhamma/Kebenaran itu sendiri yang sudah pernah didiskusikan di : http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,11389.0.html

Dhamma itu sendiri terdiri dari
1. Pannati (baca: Panyati) Dhamma yaitu kebenaran secara konseptual, kesepakatan umum
2. Paramattha Dhamma yaitu kebenaran secara apa adanya sebagaimana disebut oleh bro william

Memang Sila dan samadhi ada di dalam ajaran2 lain, tapi apakah Sila yang dimaksud merupakan samma-sila? Apakah samadhi yang dimaksud merupakan samma-samadhi?
Kalau saya bilang, secara pannati memang sama2 Sila dan Samadhi namun bagaimana jika dilihat secara hakekatnya secara batin?

Misal mengenai jangan berbohong. Betul dia ga mau berbohong tapi karena tidak melatih batin secara cetasika samma-vaca, hanya bisa mengikuti bohong yg nyata tapi tetap toleran dengan "white lie", ga bisa menghindari ucapan kasar misal ngomelin anak dgn alasan demi kebaikan si anak itu sendiri

Bisa lihat juga dalam samadhi, apakah itu sudah samma-samadhi? Buddha sudah merujuk pada 40 objek, berbeda dengan entah berapa ribu objek lain yang ada di meditasi paham lain.
Misal dalam Usaha benar (samma vayama), apakah dia tahu bagaimana usaha menghancurkan kejahatan di batin?

Nah bagaimana kita bisa tahu mana yang samma/benar atau tidak benar?
Khun Sujin merujuk bhw seharusnya kita sudah mempunyai "pengertian benar" sehingga bisa menjalankan sila dengan pengertian benar, juga menjalankan samadhi, dengan pengertian benar

Ini yg saya sering sebut bahwa Sila, samadhi dan Panna adalah kombinasi yg saling menguatkan

Jadi Buddha Dhamma melampaui baik - buruk secara konseptual tapi secara batin, sesungguhnya tetap ada usaha menghindari perbuatan yg buruk dan menambah perbuatan yang baik sehingga hasil dari JMB-8 adalah Parami, timbunan kebajikan yang berujung di Nibbana, yang merupakan kondisi batin yang sobhana/indah

Jadi kalau ada yg harus "dilepaskan", itu adalah konsepnya.
Tapi mengurangi perbuatan buruk dan menambah perbuatan baik secara mano, kaya dan vacci tetap HARUS dilakukan

semoga bisa memperjelas _/\_

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #219 on: 05 August 2009, 01:41:54 PM »
sila yang ada di dalam ajaran buddha dengan sila yang ada pada ajaran lain itu berbeda sekali lohhh... kita tau dalam ajaran buddha pelaksanaan sila atas dasar pandangan benar dll, sedangkan pada ajaran lain pelaksanaan sila dikarenakan takut akan dosa/hukuman

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #220 on: 05 August 2009, 04:33:29 PM »
Sip... berarti om Haa ngerti yang aye maksud.........

kalo aye bilang judulnya boleh sama tapi isinya beda

Offline sumana

  • Teman
  • **
  • Posts: 98
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • Limit by yourself
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #221 on: 06 August 2009, 11:01:48 AM »
Dari cara penuturan beliau (om Hud), terlihat dengan jelas. Dia meng-kultus kan J.K. bahwasannya dia mengambil suatu kesimpulan bahwa J.K telah menjadi ARAHAT bagi seorang perumah tangga.
mengapa beliau (Om Hud) lebih memilih lepas jubah daripada menjadi BHIKKHU ?
hal ini disebabkan oleh EGO, jika beliau memahami ANICCA, ANATTA, dan DUKKHA, 4KS, JMB8.
saya berani mengatakan bahwa beliau pasti merealisasi NIBBANA.
ternyata, beliau lbh memilih lepas jubah untuk membualkan hasil yg dicapai utk makhluk lainnya, yang mana dirinya sendiri masih mencari2.
1.) memilih menjadi perumah tangga (umat biasa) karena bisa lebih leluasa.
2.) bisa beraktifitas bebas baik itu ngomong, pikir, dan berbuat tanpa adanya aturan (VINAYA) yg berperan.
3.) tidak tunduk kepada aturan monastik BUDDHA, tidak ada senioritas.
4.) popularitas, ketenaran yang dicari
5.) sering kali saya membaca tulisan beliau yg tidak konsisten. (hancur berantakan).
6.) melakukan pelecehan kata/kalimat

masih banyak lagi, jika mo dibahas lebih panjang lebar.

saran saya, sebaiknya binalah diri sendiri dengan baik dan benar jadi panutan.
bukannya membina orang lain, sedangkan diri sendiri belum terbina dengan baik.
walaupun anda dulu mantan seorang bhikkhu, seharusnya anda men-SADAR-i bahwasannya apa yg ingin anda cari/inginkan bukan lari dari kenyataan hidup.

jika seorang bhikkhu bergaul terlalu rapat dengan umat, maka dipastikan bhikkhu tersebut akan melakukan pelanggaran.

pahamilah setiap statement yg Om hud, buat. jgn hanya menilai bahwa saya benar kok.
tetapi, jika anda hanya melihat demikian maka kehancuran sdh didepan mata.
dan saat ini mungkin sebagian kecil org blm mengetahui lbh dalam ttg MMD, nt org akan tahu apa itu MMD. apakah MMD itu BUDDHIST ? ato tidak ?
apakah J.K. itu ARAHAT ? ato tidak ?
bukan saya yang berhak menilai ttp anda sendiri jg berhak.

anda boleh menganggap apa yg saya sampaikan adalah tdk benar, tidk berbobot, tdk mendidik.
coba lihat dgn pikiran yg tenang.

 _/\_  :lotus:
Kelahiran telah terjadi, sukha dan dukha silih berganti. Kehidupan tidak kekal, menggapai pembebasan terakhir (nibbana).

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #222 on: 06 August 2009, 12:33:12 PM »
dear bro

saya rasa akan lebih baik jika tidak menyinggung mengenai pribadi org yg bersangkutan krn itu berpotensi utk menganggap semua yang ada di org itu, menjadi salah

sedangkan bagi saya, dia tidak 100% salah, masih banyak hal bermanfaat yang bisa kita dapat tarik dari dia, hanya saja ada salah pandang untuk beberapa hal seperti JMB-8, 4KM, pelaksanaan sila, pengabaian Kamma/tidak perlu berbuat, penggunaan simbol2 buddhis utk produk non buddhis

NB : saya akan forward ke milis2 pesan yg berhubungan dengan dhamma, yg mengkritisi namun bukan bersifat menyerang individu ybs

semoga bs bermanfaat yah

metta

Offline markosprawira

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.449
  • Reputasi: 155
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #223 on: 06 August 2009, 05:35:34 PM »
Mulapariyaya-sutta : Berhentinya Konsep, bukan Berhentinya Kesadaran   


Forward dari sdr Singthung
 
Added :
 
Mulapariyaya-sutta (Majjhima Nikaya, 1)

"Para bhikkhu, saya akan mengajar kalian urutan akar semua fenomena:

(A) Seorang puthujjana:
(i) pa.thavi.m pa.thavito sa~njaanaati -- he perceives earth as earth;
(ii) pa.thavi.m ma~n~nati -- he conceives earth;
(iii) pa.thaviyaa ma~n~nati -- he conceives in earth;
(iv) pa.thavito ma~n~nati -- he conceives from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti ma~n~nati -- he conceives "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m abhinandati -- he delights in earth.
Mengapa? Oleh karena ia belum memahaminya (apari~n~naata.m)   

(B) Seorang sekha (yang sedang berlatih):
(i) pa.thavi.m pa.thavito abhijaanaati -- he directly knows earth as earth;
(ii) pa.thavi.m maa ma~n~ni -- let him not conceive earth;
(iii) pa.thaviyaa maa ma~n~ni -- let him not conceive in earth;
(iv) pa.thavito maa ma~n~ni -- let him not conceive from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti maa ma~n~ni -- let him not conceive "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m maabhinandi -- let him not delight in earth.
Mengapa? Agar ia dapat memahaminya (pari~n~neyya.m)

(C&D) Seorang arahat/buddha:
(i) pa.thavi.m pa.thavito abhijaanaati -- he directly knows earth as earth;
(ii) pa.thavi.m na ma~n~nati -- he does not conceive earth;
(iii) pa.thaviyaa na ma~n~nati -- he does not conceive in earth;
(iv) pa.thavito na ma~n~nati -- he does not conceive from earth;
(v) pa.thavi.m me'ti na ma~n~nati -- he does not conceive "earth is for me";
(vi) pa.thavi.m naabhinandati -- he does not delight in earth.
Mengapa? Karena ia telah memahaminya (pari~n~naata.m)
 
 
Mulapariyaya Sutta berasal dari Majjhima Nikaya, yang artinya Asal Semua Akar.  Dikatakan dalam sutta tersebut bahwa ada 5 bikkhu yg berpandangan salah karena mereka memegang kuat pada ajaran aliran lain sewaktu mereka belum menjadi pengikut Sang Buddha.  Sang Buddha lalu berusaha untuk meluruskan pandangan mereka ini dan berkata, "Para bikkhu, akan kuajarkan pada kalian khotbah mengenai akar semua hal.  Dengarkan dan perhatikan dgn cermat apa yg akan kukatakan."
 
Dalam khotbah ini Sang Buddha mengajarkan bahwa di dalam alam semesta ini terdapat tiga golongan makhluk yaitu Assutava Putujjana, yang artinya manusia biasa yg tidak belajar; Sekha, yg artinya siswa dlm pelatihan lebih tinggi; dan Arahat.
 
Assutava Putujjana (1)
Orang-orang yg tergolong dalam kategori ini dapat dikatakan sebagai berikut:
    1. Ariyanam Adassari
    Mereka tidak memiliki rasa hormat kepada manusia-manusia agung
    2. Ariyadhamnussa Akovido
    Mereka yang tidak terampil
    3. Ariyadhamme Avinita
    Mereka yang tidak disiplin di dalam dhamma
    4. Pathavim Pathavito Sanjanati
    Mereka mempersepsikan tanah (Pathavi) sebagai tanah (2)
    5. Pathavim Pathavito Sanjitva
    Mereka lalu mengkonsepsikan (3) [dirinya sebagai] tanah
    6. Pathavim Mannati
    Mereka lalu mengkognisasikan [dirinya terpisah dari] tanah
    7. Pathavim Meti Mannati
    Mereka mengkonsepsikan tanah sebagai "milikku"
    8. Pathavim Abhinandati
    Mereka bersuka cita di dalam konsepsi tanah
 
Lalu Sang Buddha bertanya, "Tam kissa hetu?" (Mengapa demikian?) "Aparinnatam tasmim vadam" (Karena mereka belum sepenuhnya memahami hal itu).  Mereka berpegang pada konsep:
    1. Nicca - kekekalan
    2. Natta - ke"aku"an
    3. Sukha - kepuasan2
 
Sekha

Orang2 ini dapat dikatakan telah mencapai tingkat kesucian, (ariya puggala).
Orang yg tergolong dalam kategori ini adalah:
    1. Sappurisanam Adassari
    Para bikkhu yg berada pd pelatihan yg lebih tinggi
    2. Sappurisadhamnussa Akovido
    Para bikkhu yg belum mencapai tujuan
    3. Sappurisadhamme Avinita
    Para bikkhu yg masih berjuang untuk terbebas dari belenggu
    4. Pathavim Pathavito Abhijanati
    secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah
    5. Pathavim Abhinnaya
    berusaha untuk tidak mengkonsepsikan [dirinya sebagai] tanah
    6. Pathavim Ma Mannati
    berusaha untuk tidak mengkognisasikan [dirinya terpisah dari] tanah
    7. Pathavim Ma Meti Mannati
    berusaha untuk tidak menganggap tanah sebagai "milikku"
    8. Pathavim Ma Abhinandati
    berusaha untuk tidak bersukacita di dalam konsepsi tanah
 
Lalu Sang Buddha bertanya, "Tam kissa hetu?" (Mengapa demikian?) "Parinneyyam tasmim vadami " (Karena mereka telah memahami segala yg harus dipahami).
 
Arahat

Orang yg tergolong dalam kategori ini adalah:
    1. Para bikkhu yg telah menghancurkan segala noda
    2. Para bikkhu yg telah mencapai tujuan
    3. Para bikkhu yg telah menghancurkan belenggu-belenggu dan sepenuhnya terbebaskan
    4. Pathavim Pathavito Abhijanati
    secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah
    5. Pathavim Abhinnaya
    berhenti mengkonsepsikan [dirinya sebagai] tanah
    6. Pathavim Na Mannati
    berhenti mengkognisasikan [dirinya terpisah dari] tanah
    7. Pathavim Na Meti Mannati
    berhenti menganggap tanah sebagai "milikku"
    8. Pathavim Na Abhinandati
    tidak bersukacita di dalam konsepsi tanah
 
Lalu Sang Buddha bertanya, "Tam kissa hetu?" (Mengapa demikian?) "Parinneyyam tasmim vadami " (Karena mereka telah sepenuhnya memahami segala yg harus dipahami).
 
 
(1) Kita juga sebenarnya tergolong dlm kategori Putujjana tapi bukan Assutava karena kita (belajar) mengenal dhamma, Assutava adalah untuk orang2 yg tidak tahu dhamma sama sekali.
 
(2) Tanah adalah sebagai contoh dan dapat digantikan dengan ke-24 obyek dibawah ini.  Kelima bikkhu yg saya sebut diatas berpegang pada 24 obyek kepercayaan yg salah sebagai berikut:
EMPAT ELEMEN
    1. Pathavi - tanah
    2. Apo - air
    3. Tejo - api
    4. Vayo - udara
MAKHLUK-MAKHLUK
    5. makhluk-makhluk biasa
    6. dewa-dewa
    7. Pajapati (makhluk yg berdiam di alam kehidupan "halus", dalam bahasa inggris "Fine-Material realms")
    8. Brahma ("Fine-Material")
    makhluk2 yg tidak mempunyai rupa:
        9. Subhakianaka - Para dewa dengan cahaya yg gemerlap
        10. Abhassara - Para dewa dengan keagungan yg memancar
        11. Vehappala - Para dewa dengan buah yg besar
        12. Abhibhu - Sang Penguasa
JHANA-JHANA
    13. landasan ruang tanpa batas
    14. landasan kesadaran yg tanpa batas
    15. landasan ketiadaan
    16. landasan "persepsi" dan "tanpa persepsi"
KHANDA
    17. dittham - dilihat
    18. sutam - didengar
    19. mutam - dirasakan
    20. vinnana - terkognisi
TAHAPAN
    21. ekatham - kesatuan
    22. nanattam - keragamana
    23. sabba - semuanya
            a. mata yg melihat bentuk
            b. telinga yg mendengar suara
            c. hidung yg mencium bau
            d. lidah yg mencicipi rasa
            e. tubuh yg merasakan sentuhan
            f. pikiran yg mengerti dhamma
    24. Nibbana
Ingat bahwa ke 24 obyek ini adalah pandangan yg SALAH.  Kelima bikkhu itu mengkonsepsikan ke 24 obyek diatas dengan cara yg sama.
 
(3) Note: Pikiran kita ini dibagi menjadi tiga tingkat. 
    1. Sanna - persepsi
    2. Vinnana - konsepsi atau bentuk2 pikiran
    3. Panna - Kebijaksanaan yg diperoleh dari konsepsi2, jd mungkin seperti semacam konklusi.


Jadi pertama2 kita ada object, misalnya tanah, lalu kita berpersepsi tentang tanah itu, lalu pikiran itu terus berbuah menimbulkan konsepsi ini itu yg akhirnya menjadi suatu konklusi.
 
Pada akhir khotbah Beliau, kelima bikkhu tsb. tidak puas dengan ajarannya karena mereka masih berpegangan kuat dgn kepercayaan mereka.  Ini adalah khotbah yg pertama, Sang Buddha memberikan khotbah (Dhammacaka Pavathana Sutta) lima kali lagi dan Khotbah Anattalakkhana Sutta dan pada akhirnya mereka mencapai kesempurnaan.
 
 
Tambahan oleh markosprawira
 
Sering terjadi salah paham pada sebagian pihak seolah dalam Mulapariyaya sutta, kesadaran pada arahat BERHENTI sampai tahap 1 saja ('abhijanati' - persepsi murni)
 
Padahal apa yang bisa dilihat diatas adalah bhw kesadaran itu TETAP BERJALAN terus, hanya saja :
    1. Pathavim Pathavito Abhijanati : secara langsung mengetahui tanah sebagai tanah
    2. Pathavim Abhinnaya : berhenti mengkonsepsikan [dirinya sebagai] tanah
    3. Pathavim Na Mannati : berhenti mengkognisasikan [dirinya terpisah dari] tanah
    4. Pathavim Na Meti Mannati : berhenti menganggap tanah sebagai "milikku"
    5. Pathavim Na Abhinandati:  tidak bersukacita di dalam konsepsi tanah
 
Jadi yang berhenti adalah KONSEPNYA, bukan KESADARANNYA  itu sendiri.

Hal ini bisa kita lihat diatas, "berhenti mengkonsepsikan", "berhenti mengkonsignasikan tanah" dstnya, jadi BUKAN berhentinya kesadaran
 
Kesadarannya itu sendiri tetap berjalan, tetap berlangsung dengan kondisi pikiran yang KIRIYA/fungsional sebagaimana ada dalam tabel Citta/Pikiran
 
Demikian penjelasan mengenai Mulapariyaya sutta, semoga bisa bermanfaat bagi rekan2 sekalian

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: comotan dari blog tetangga
« Reply #224 on: 07 August 2009, 09:38:13 AM »
Apa yg ditulis oleh Bro Kai ada benarnya. Tapi kita harus mempertimbangkan apa yg sy tulis berikut ini:

Tingkatan batin setiap manusia berbeda2. Kilesa tiap orang berbeda.
Bagi para Arya, mungkin sedikit Sutta saja, sudah dapat menjernihkan kesadarannya, karena para Arya sudah berusaha sejak lama; kehidupan ini dan banyak kehidupan2 lampau. Namun, bagi yg kilesanya tebal (putthujanna), perlu usaha yg berlapis untuk bisa mengikisnya.

Sekarang, tergantung kita, apakah kita masing2 bisa menilai secara jujur 'tingkat kerusakan' kita? Apakah rasa2nya saya bisa tercerahkan hanya dengan 'sadari saja'? Ataukah saya merasa saya sangat bebal, emosian, tidak tenang, sombong, penuh nafsu, sehingga saya merasa saya memerlukan latihan pengendalian diri, perenungan, latihan konsentrasi (meditasi), untuk bisa sedikit demi sedikit mengikis tanha2 saya yg tebal ini?
Kalau kita tidak bisa, apakah lalu dijadikan tolok ukur bahwa semua orang tidak bisa?
Perlu diingat kembali bahwa saya tidak menganjurkan sama sekali untuk orang meninggalkan JMB 8. Saya hanya mengatakan bahwa bisa terjadi (menurut sutta) seseorang mencapai kesucian tanpa keseluruhan JMB 8.

Saya sendiri cukup heran beberapa orang di sini "mengecam" PH "melekat pada beberapa sutta" tetapi dirinya sendiri "melekat" sekali pada Mahaparinibbana Sutta dan sama sekali tidak mau tahu apa kata sutta lainnya.


Quote
Bahkan ada diantara kita yg memerlukan tambahan ritual2, misalnya mempersembahkan bunga, air, menyalakan dupa, dll setiap harinya. Kegiatan2 ini sudah pasti akan diketawakan oleh praktisi MMD. Namun jangan salah, kegiatan ini bagi sebagian orang sangat bermanfaat: batin mereka menjadi lebih bersih, lebih tenang dan siap untuk menerima Dhamma yg lebih tinggi.

Saya masih tetap menilai: Ajaran "Dalam melihat hanya ada melihat, mendengar, mengecap.. dstnya" (Melihat segala sesuatu sebagaimana adanya) *) adalah ajaran tertinggi.. untuk bisa merealisasi itu, kita2 -yg merasa diri putthujhana- tetap memerlukan SILA SAMADHI dan PANNA.
Kalau saya, tidak melihat ajaran tertinggi atau tidak. Semua Buddha-dhamma adalah satu, mengenai timbul dan tenggelamnya salayatana/khanda (Dukkha). Lainnya, yang saya rujuk sebagai dhamma (tanpa "Buddha") baru ada tingkatannya.

Ritual, mau dikemas dan dinilai bagaimana pun, tidak akan membawa orang pada kesucian.
Apakah ritual kemudian pasti tidak berguna? Tidak juga. Seperti Bro Wili bilang ada orang yang dengan ritual bisa menjadi tambah baik.

-Ketika seseorang terjebak dalam 1 ekstrem, maka dia tidak bisa menerima keterkondisian orang lain yang melekat pada ritual, dan langsung "mengungkapkan kejelekan ritual".
-Ketika seseorang terjebak dalam ekstrem lainnya, maka ia tidak bisa melepas ritual dan tidak bisa menerima kenyataan bahwa ritual tidak membawa orang pada kesucian dan dia sendiri terjebak dalam pandangan salah.

Dari pandangan pribadi saya (yang sangat subjektif ini), PH dan MMD cenderung pada ekstrem 1, maka memukul rata 1 kondisi untuk semua orang (tanpa ritual, tanpa lain-lain); sebaliknya kebanyakan orang di sini cenderung pada ekstrem satunya lagi, tidak bisa terima tentang hal-hal baik (ritual dan lain-lain) yang memang tidak bisa membawa pada kesucian.


Quote
*) yatha-bhutam-nana-dassanamyatha-bhuta-nana-dassanam; seeing things as they are, not as they appear to be; melihat dan menerima segala sesuatu sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yg kita inginkan (pembahasan soal ini ada di thread lain di forum ini)
::
Iya, saya setuju sekali dengan hal ini, tetapi mungkin berbeda dengan para "ariya" dan "praktisi" di sini, saya sepertinya belum mampu melihat apa adanya, jadi otomatis belum mampu menerimanya.


 

anything