Kelemahan Pengurus Vihara (Umat Buddhis)???

Started by hide_x893, 17 May 2009, 09:13:29 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

markosprawira

Quote from: hide_x893 on 18 May 2009, 09:16:18 AM
tapi ada kalanya kita perlu mengevaluasi dan belajar cara bersosialisasi khususnya umat Buddhis... Memang saya disuruh papa saya untuk  lebih aktif mengenalkan diri (hehehe, gile papa gue ini orangnya bener2 friendly, ga kayak anaknya) tapi sampe saat ini pun saya belum melakukannya... ckckckc menyedihkan emang saya ini...

nah, kalo emg papa anda spt itu, knp ga tanya kepada beliau, tips n trick bagaimana berteman?

Quote from: hide_x893 on 18 May 2009, 09:16:18 AM
Coba bayangkan saja jika umat buddha seperti tetangga sebelah door to door (wow it's a miracle) seandainya saja gue bos perusahaan gede.....jelas gue bakal comot calon pekerja saya seperti mereka... karena pasti dagangan saya labih laku... Dan sekali lagi saya tidak mau juga seekstrim hal tersebut..itu hanyalah sekedar contoh untuk memberikan gambaran

bnyk dari kita yg hanya berasumsi ini dan itu, melihat rumput tetangga yg lebih hijau.....

tapi seberapa bnyk dari kita yg mau melongok ke diri sendiri dan bertanya : mengapa begini dan begitu?

buddha ga ngajarin utk menaklukkan org lain, melainkan bagaimana menaklukkan diri sendiri.....

markosprawira

Quote from: hide_x893 on 18 May 2009, 09:23:51 AM
saya sangat setuju untuk mengubah diri kita sendiri dan hal tersebut Pasti hal yang paling banyak umat Buddhis lakukan dibanding umat lain (karena umat lain sedang mengandalkan seseorang)...akan tetapi konteks dalam membahasa masalah sosialisasi kepengurusan vihara ini kurang cocok...karena bagaimana mereka mau mengubah kalo tidak ada yang menegur...saya yakin juga mereka berpikiran sama pasti ingin menyapa, ngajak ngobrol (hanya tebakan) hanya saja mungkin mereka takut , oleh karena itu yang dirasa perlu adalah kita gali setiap akar permasalahan dari pengurus Vihara khususnya dengan cara apa? Pelatihan yang khusus membahas masalah sosialisasi dengan orang lain
Dimana2 orang yang sukses adalah orang yang memiliki sosialisasi yang tinggi dengan orang lain...(dalam pengertian yang positif bukan negatif)
Coba tanya kepada diri Anda sekalian Anda merasa dekat dengan orang Buddhis atau dengan Tetangga...Kalo Memang dekat dengan orang Buddhis seberapa banyak orang Buddhis yang dekat dengan Anda?? Mengapa Anda memiliki kedekatan seperti itu? Jika Anda tidak memiliki teman Buddhis mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal Anda Buddhis sejak berpuluh2 tahun...

melihat anda di surabaya, sedikit share pengalaman sy wkt dulu jd pengurus vihara Buddha Kirti, Ngagel.......

setiap minggu saya komit utk buat teman baru 5 org...... jadi tiap minggu sy coba dekati org/mahswa baru 5 org, tanya nama, asal, tinggal dimana, dsbnya.......
Tp yg msh dtg minggu depan, sukur2 1 org, bnyk yg ga hadir lagi........ misal nti dateng lagi pun, begitu mau ditegur, dia malu (mgkn krn merasa lama ga dtg2) dan langsung ngibrit.....

jadi hendaknya qta sebelum menjustifikasi, cobalah utk menyelami dahulu situasi yg hendak kita kritisi, dengan demikian kita bisa melihat keseluruhan permasalahan secara holistik, bukan dari 1 sudut pandang saja

semoga bermanfaat

metta

hide_x893

wekekekeke...kita perlu meninggalkan ego kita untuk peduli dengan oranglain...ya saya rasa umat Buddha sudah melakukan mengapa begini dan mengapa begitu..tapi implementasiya kurang...
hanya dipikir saja mengapa begini mengapa begitu???
Saya setuju bahwa kita tidak perlu menaklukan oranglain...saya sangat setuju...maka dari itu saya ingin menyampaikan bahwa perlu dicari setiap akar permasalahan dari pengurus vihara khususnya dengan cara mengadakan pelatihan...

heheh papa saya seperti itu..karena beliau udah ga punya pikiran jauh kedepan (nanti ndang gitu, nanti dikira begitu)..
Dalam bukunya saya lupa...Dalai Lama pun mengatakan bahwa Buddhisme harus belajar cara bersosialisasi sdangkan agama lain belajar dari BUddhisme mengenai Meditasi... kata2 yang sangat rendah hati..dan tidak menyombongkan diri dan sesuai dengan fakta

hide_x893

#93
Quote from: markosprawira on 18 May 2009, 09:46:06 AM
Quote from: hide_x893 on 18 May 2009, 09:23:51 AM
saya sangat setuju untuk mengubah diri kita sendiri dan hal tersebut Pasti hal yang paling banyak umat Buddhis lakukan dibanding umat lain (karena umat lain sedang mengandalkan seseorang)...akan tetapi konteks dalam membahasa masalah sosialisasi kepengurusan vihara ini kurang cocok...karena bagaimana mereka mau mengubah kalo tidak ada yang menegur...saya yakin juga mereka berpikiran sama pasti ingin menyapa, ngajak ngobrol (hanya tebakan) hanya saja mungkin mereka takut , oleh karena itu yang dirasa perlu adalah kita gali setiap akar permasalahan dari pengurus Vihara khususnya dengan cara apa? Pelatihan yang khusus membahas masalah sosialisasi dengan orang lain
Dimana2 orang yang sukses adalah orang yang memiliki sosialisasi yang tinggi dengan orang lain...(dalam pengertian yang positif bukan negatif)
Coba tanya kepada diri Anda sekalian Anda merasa dekat dengan orang Buddhis atau dengan Tetangga...Kalo Memang dekat dengan orang Buddhis seberapa banyak orang Buddhis yang dekat dengan Anda?? Mengapa Anda memiliki kedekatan seperti itu? Jika Anda tidak memiliki teman Buddhis mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal Anda Buddhis sejak berpuluh2 tahun...

melihat anda di surabaya, sedikit share pengalaman sy wkt dulu jd pengurus vihara Buddha Kirti, Ngagel.......

setiap minggu saya komit utk buat teman baru 5 org...... jadi tiap minggu sy coba dekati org/mahswa baru 5 org, tanya nama, asal, tinggal dimana, dsbnya.......
Tp yg msh dtg minggu depan, sukur2 1 org, bnyk yg ga hadir lagi........ misal nti dateng lagi pun, begitu mau ditegur, dia malu (mgkn krn merasa lama ga dtg2) dan langsung ngibrit.....

jadi hendaknya qta sebelum menjustifikasi, cobalah utk menyelami dahulu situasi yg hendak kita kritisi, dengan demikian kita bisa melihat keseluruhan permasalahan secara holistik, bukan dari 1 sudut pandang saja

semoga bermanfaat

metta

Usaha yang bagus dan perlu dikembangkan..
Maaf saya bukan orang yang suka Menjudge seseorang...saya berasal dari Psikologi (ilmiah sangat dikedepankan) seperti Sang Buddha lakukan hal tersebut dengan metode ilimiah...ini ada pertanyaan kritis saya bagaimana kita bersama2 bisa membuat Umat Buddhis khususnya pengurus untuk lebih bersosialisasi dengan para umatnya... makanya tak heran jika Vihara yang besar hanya ada segelintir umat sungguh ironis, mungkin umat seperti ini malas datang ke Vihara karena mereka sudah memiliki stereotipe yang aneh..memang bukan salahny pengurus, salahnya mereka sendiri... tapi apakah begitu pengurus sebuah vihara yang bagus??

ryu

Quote from: hide_x893 on 18 May 2009, 09:23:51 AM
saya sangat setuju untuk mengubah diri kita sendiri dan hal tersebut Pasti hal yang paling banyak umat Buddhis lakukan dibanding umat lain (karena umat lain sedang mengandalkan seseorang)...akan tetapi konteks dalam membahasa masalah sosialisasi kepengurusan vihara ini kurang cocok...karena bagaimana mereka mau mengubah kalo tidak ada yang menegur...saya yakin juga mereka berpikiran sama pasti ingin menyapa, ngajak ngobrol (hanya tebakan) hanya saja mungkin mereka takut , oleh karena itu yang dirasa perlu adalah kita gali setiap akar permasalahan dari pengurus Vihara khususnya dengan cara apa? Pelatihan yang khusus membahas masalah sosialisasi dengan orang lain
Dimana2 orang yang sukses adalah orang yang memiliki sosialisasi yang tinggi dengan orang lain...(dalam pengertian yang positif bukan negatif)
Coba tanya kepada diri Anda sekalian Anda merasa dekat dengan orang Buddhis atau dengan Tetangga...Kalo Memang dekat dengan orang Buddhis seberapa banyak orang Buddhis yang dekat dengan Anda?? Mengapa Anda memiliki kedekatan seperti itu? Jika Anda tidak memiliki teman Buddhis mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal Anda Buddhis sejak berpuluh2 tahun...
Kalau mau melihat dan mengkritik, semua juga bisa di kritik kalau mau lihat dari kacamata yang berbeda, seperti contoh, kenapa baca parita harus bahasa pali/sangsekerta bukan bahasa indonesia? kenapa di vihara harus sila duduknya gak pake bangku, apa tidak punya modal untuk beli bangku? kenapa kebaktian gak ikut2an agama lain yang full band khan lebih asik dan tidak ngantuk, kenapa kalau duduk di pisah cowo sama cewe, kenapa tidak di satukan aja, khan bisa saling lirik =)) dll
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

hide_x893

masalah parita itu kan bahasa universal..kalo mau diganti indo ada turis ke Indo bisa bingung baca paritanya ;D wekeke..masalah tradisi, yang penting tidak merugikan oranglain

hide_x893

maaf saya tidak pernah menginginkan band2 atau apalah di ruang kebaktian..
Anda sudah salah pengertian sebelumnya... sudah oot ;D

hide_x893

mungkin butuh waktu yang panjang..semoga terealisasi...itu saja harapan saya sebagai Umat Buddha..semoga umat Buddha di Indonesia khususnya Surabaya memiliki rasa kepedulian, kehangatan seperti layaknya sebuah keluarga besar

ryu

Quote from: hide_x893 on 18 May 2009, 10:05:38 AM
masalah parita itu kan bahasa universal..kalo mau diganti indo ada turis ke Indo bisa bingung baca paritanya ;D wekeke..masalah tradisi, yang penting tidak merugikan oranglain
Nah makanya jangan jadi budaya ikut2an, apabila anda merasa ada sesuatu yang salah cobalah anda renungkan apa yang salah? diri anda atau lingkungan anda :)
Mengharapkan agar semua mengerti kemauan kita itu hal yang mustahil, tapi kita bisa berusaha dari diri sendiri dulu yang berubah :)


Jadi ingat film prison break pas tamatnya ada quote dari Gandhi :
"You must be the change you want to see in the world"
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

ryu

Quote from: hide_x893 on 18 May 2009, 10:08:25 AM
maaf saya tidak pernah menginginkan band2 atau apalah di ruang kebaktian..
Anda sudah salah pengertian sebelumnya... sudah oot ;D
Oo bukan OOT, itu agenda saya kok kalau mau mengkritik agama Buddha, abis kalau liat tetangga abis kebaktian khan mukanya berseri2, lha kalau umat Buddha di kasih lagu lemes2 mana tahannnnn =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

hide_x893

ikut2an  untuk hal yang baik dan benar dan menguntungkan kan gpp gan??apa salahnya???
sip anda memang harus berubah terlebih dahulu, tapi sekali lagi konteks ini tidak tepat jika berbicara masalah sosialisasi kepengurusan vihara... Setiap orang memang harus merubah dirinya sendiri..harus itu tapi dengan cara dan metode apa kan banyak gan???? maka dari itu perlu sisi psikologis untuk menanganinya ;D

hide_x893

wekeeke agenda di luar kebakatian ya gan..saya sih setuju untuk menyalurkan hobi mereka dan itupun harus didukung kalo ga ada dukungan ya gitu deh nasibnya...penyanyi di Vihara fales2 semua apalgi cowoknya, sebagai pelengkap ;D ngiri mode ON yang bisa paling ceweknya 1 atau 2 orang, masih untung daripada ga ada yang bisa...kita kalo masalah musik masih tertinggal jauhhhhhhhhh sekali dengan yang di tetangga...karena memang bukan hal tersebut tujuan utama kita sebagai umat Buddha

ryu

+an jangan mengkritik anggota pengurus juga, coba anda lihat Dhammaduta nya, apakah sebanyak agama lain?
+an juga jumlah Buddhis yang benar2 mengetahui dhamma dengan yang hanya di KTP saja berbanding berapa?
dll
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

hide_x893

memang anda benar kita kalah jumlah...tapi lagi2 mengapa jumlah disalahkan untuk masalah sosialisasi...dengan umat sesama Buddhis...

hide_x893

mungkin ada saran atau apalah demi terciptanya keluarga besar...bukan hanya waktu retret tapi waktu di Vihara juga