Sebenarnya postingan ini sudah ada di thread lain sebagai response terhadap postingan lain. Tetapi saya ingin menjadikan sebagai thread baru disini, untuk lebih memudahkan dibaca oleh teman - teman. Karena di TS sebelumnya terlampau banyak halaman sehingga takutnya ada teman - teman yang malas melihat halaman demi halaman.
Segala sesuatu tidaklah kekal dan abadi. Segala sesuatu yang dilahirkan pasti mengalami tua,  sakit dan mati. Inilah fakta sejati. Inilah kebenaran / dharma sejati. Dharma / kebenaran sejati tidak membeda - bedakan, tidak ada pandangan dualistic disitu.
Kebenaran sejati ini lahir dari kebenaran sejati akan ketidak tetapan \ ketidak kekalan.
Kita harus melihat segala sesuatu adalah sama (equality) dalam hal ketidak-tetapan/ketidak-kekalan. Segala sesuatu adalah setara, tidak ada pandangan dualistic disitu. Tidak menolak atau menerima semua kemelekatan. Mereka hanya fenomena dan bersifat tidak tetap. Muncul dan lenyap setiap saat. Ketika batin ada keheningan, itu tidaklah tetap. Ketika batin ada kekotoran, itu juga tidak tetap.
Jika kita mempunyai pandangan yang membeda - bedakan, maka kita tidak sejalan dengan dharma \ kebenaran sejati.Jika kebenaran sejati ini membeda - bedakan, maka ada yang dilahirkan tetapi tidak mengalami tua, sakit dan mati. Maka dharma tersebut tidak sejati dan tidak bisa dikatakan kebenaran sejati karena dharma tersebut berkondisi. Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal dan akan lenyap.
Dengan mengamati segala sesuatu seperti apa adanya, maka kita bisa lihat segala sesuatu memaparkan dharma / kebenaran sejati tersebut. Ketika kita melihat sesuatu, batin kita selalu berkutat dalam pandangan dualistic dan kita bertindak sesuai dengannya. Ketika ada kesakitan, kita menolaknya dan sehingga kita mengeluh, marah dst. Kita melakukan segala upaya untuk menghindari kesakitan tersebut. Ketika tidak ada kesakitan kita menerima dengan senang dan melakukan segala upaya agar kita tetap nyaman dalam keadaan tersebut. 
Seperti itulah Jika kita mempunyai pandangan dualistic terhadap setiap dharma yang muncul / segala sesuatu yang ada disekeliling kita dan menjadi terjebak didalamnya dan tidak bisa melihat kebenaran sejati dari dharma tersebut. Jika kita melihat segala sesuatu adalah tidak tetap dan tidak kekal, maka kita melihat kebenaran sejati dari segala sesuatu / dharma yang ada disekeliling kita muncul dan lenyap setiap saat.
Tak terkecuali juga ketika kita melihat seorang penjahat. Jika kita melihat seorang penjahat dan kita mempunyai pandangan dualistic maka kita akan terjebak didalamnya dan batin menjadi sibuk menerima atau menolak dan lupa akan kebenaran sejati yang dipaparkan oleh seorang penjahat.
Jika kita tidak mempunyai pandangan dualistic, maka kita tidak bisa melihat kebenaran sejati yang dipaparkan/direfleksikan oleh seorang penjahat (semua dharma disekeliling kita, tidak melihat agama, golongan). 
Ketika seorang tidak bisa melihat dengan benar segala sesuatu, maka ia akan mengikuti jalan lain. Ia akan mengikuti jalan yang bertentangan dengan kebenaran sejati. Ia tidak memahami segala sesuatu tidaklah tetap. Dan terjebak dengan kesenangan duniawi. Sehingga batinnya dipenuhi dengan kekotoran batin. Ia akan berbuat apa saja untuk mencari kesenangan duniawi. Ia melekat kepada segala sesuatu yang tidak tetap dan tidak memuaskan. Semakin ia mencari kesenangan duniawi hanya untuk nafsu dan keinginannya, maka semakin ia jauh dari kebahagiaan dan semakin ia menderita. 
Contoh diatas dikatakanlah ia seorang penjahat. Tidak bisakah anda melihat seorang penjahat merefleksikan kebenaran sejati tersebut? Mereflesikan dharma yang diajarkan oleh Buddha?
Seperti itulah saya juga belajar dari anda sekalian. Karena itu saya berterima kasih dari kepada adan semua para guru kebenaran sejati, karena setiap dari anda memaparkan kebenaran sejati kepada saya.
Karena itu, jangalan kita terjebak dalam asli dan palsu (pandangan dualistic) dan tidak bisa melihat kebenaran sejati tersebut. Kebenaran sejati itu ada dan melekat di dalam setiap dharma/ segela sesuatu yang ada disekeliling kita, tidak peduli agama anda apa, kaya miskin, tua muda, penjahat orang baik. Semua nya memaparkan/merefleksikan kebenaran sejati, dharma yang hidup dan bukan hitam diatas putih.
Lihat ini
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=735.0;message=345279
Ketika anda melihat seseorang begitu melekat kepada agamanya, maka anda akan melihat kebenaran sejati yang direfleksikannya dan menyadari kebenaran sejati dari Dharma yang yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Ketika anda melihat seseorang memotong kambing, anda akan melihat kebenaran sejati yang direfleksikannya dan menyadari kebenaran sejati dari Dharma yang yang diajarkan oleh Sang Buddha. 
Anda akan melihat sebab dan akibat dari setiap dharma yang anda jumpai.
Sutra yang tertulis hanyalah kata - kata, tidak mewakili kebenaran sejati, tidak ada sesuatu apapun disana,  yang ada tinta diatas kertas. Kenapa anda melekat kepadanya dan lupa akan tujuan dari keberadaannya? Segala sesuatu yang ada disekeliling kitalah adalah dharma yang sejati, dharma yang hidup, dharma yg mewakili kebenaran sejati yang diajarkan sang Buddha.  Kita bisa melihat dalam diri setiap orang, jika anda tidak sejalan dengan dharma , maka anda akan menderita. Jika batin anda ada ketamakan, kebencian, kebodohan maka anda akan menderita dan tidak bisa mencapai nibbana.  Jika batin anda tidak ada kemelekatan, tidak ada kekotoran batin, maka anda adalah Buddha hidup, Dharma hidup.
			
			
			
				;D Ini filsafat ngaco.
			
			
			
				Quote from: upasaka on 09 May 2011, 12:16:02 PM
;D Ini filsafat ngaco.
astaga, tiba2 brutal begini?, agak santai dikit, Bro. liat Bang Djoe masih ngos2an dari thread sebelah
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 09 May 2011, 12:18:21 PM
astaga, tiba2 brutal begini?, agak santai dikit, Bro. liat Bang Djoe masih ngos2an dari thread sebelah
Justru ini santai. Kalau saya gak santai, saya justru posting beberapa paragraf dengan filsafat saya. :))
			
 
			
			
				Quote from: upasaka on 09 May 2011, 12:19:33 PM
Justru ini santai. Kalau saya gak santai, saya justru posting beberapa paragraf dengan filsafat saya. :))
ampun ..... jangan deh, sekarang lagi ngetrend postingan yg singkat dan pedas, postingan panjang itu trend taon lalu
			
 
			
			
				With one short fart of mine, all demon appear dan follows the smell of the fart. They say the fart smells good and want smell more.
Lihat ini tentang pusisi kentut
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20265.msg345519#msg345519 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20265.msg345519#msg345519)
			
			
			
				sementara seseorang di sini baru membaca dan mencobai kentut, saya sudah kentut 3 kali hari ini
			
			
			
				Quote from: djoe on 09 May 2011, 12:29:09 PM
With one short fart of mine, all demon appear dan follows the smell of the fart. They say the fart smells good and want smell more.
Lihat ini tentang pusisi kentut
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20265.msg345519#msg345519 (http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20265.msg345519#msg345519)
Who follows TS?
Who smell fart? ???
who fart? TS
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 09 May 2011, 12:28:00 PM
ampun ..... jangan deh, sekarang lagi ngetrend postingan yg singkat dan pedas, postingan panjang itu trend taon lalu
Trendsetter-nya siapa?
			
 
			
			
				Quote from: upasaka on 09 May 2011, 12:33:05 PM
Trendsetter-nya siapa?
maaf saya menolak menjawab, karena pertanyaan ini mustahil dijawab tanpa meninggalkan kesan sombong
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 09 May 2011, 12:34:11 PM
maaf saya menolak menjawab, karena pertanyaan ini mustahil dijawab tanpa meninggalkan kesan sombong
^ Nah, ini dia jawaban yang paling sombong. 
			
 
			
			
				Quote from: upasaka on 09 May 2011, 12:34:40 PM
^ Nah, ini dia jawaban yang paling sombong. 
itu bukan jawaban, lagipula lebih tepat adalah HL *meminjam istilah dari suhu*
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 09 May 2011, 12:35:45 PM
itu bukan jawaban, lagipula lebih tepat adalah HL *meminjam istilah dari suhu*
Itu adalah salah satu model jawaban. *merujuk penjelasan Sang Buddha ke Ananda tentang 4 cara menjawab pertanyaan*
			
 
			
			
				Quote from: upasaka on 09 May 2011, 12:37:01 PM
Itu adalah salah satu model jawaban. *merujuk penjelasan Sang Buddha ke Ananda tentang 4 cara menjawab pertanyaan*
sudah cukup main2nya, jangan sampai kita dituduh "tidak menyimak", "tidak memahami esensi", dll oleh TS
			
 
			
			
				 ;D
want smell more?
Glad to have fans of my fart.
Very loyal to my fart. They follow my fart where ever it goes?
			
			
			
				Quote from: Indra on 09 May 2011, 12:38:29 PM
sudah cukup main2nya, jangan sampai kita dituduh "tidak menyimak", "tidak memahami esensi", dll oleh TS
Kalau benar dituduh, tuduhannya tidak salah kok.
			
 
			
			
				 =))
			
			
			
			
			
				Quote from: Indra on 09 May 2011, 03:21:18 PM
 :'(
[spoiler]penderitaan terbesar adalah saat kita menyindir seseorang, namun orang lain malah marah dengan cara tertawa[/spoiler]
			
 
			
			
				Quote from: upasaka on 09 May 2011, 03:28:23 PM
[spoiler]penderitaan terbesar adalah saat kita menyindir seseorang, namun orang lain malah marah dengan cara tertawa[/spoiler]
 _/\_
			
 
			
			
				Betul...betul...betul... :P
 _/\_ SSBS
			
			
			
			
			
				gpp  ;)
 _/\_ SSBS
			
			
			
				Menurutku ad benarnya jg loh... Kalo boleh tw np kk upasaka blg filsafat ngaco y? Mohon pencerahan donk... :)
			
			
			
				Quote from: djoe on 09 May 2011, 12:12:10 PM
Jika kita mempunyai pandangan yang membeda - bedakan, maka kita tidak sejalan dengan dharma \ kebenaran sejati.Jika kebenaran sejati ini membeda - bedakan, maka ada yang dilahirkan tetapi tidak mengalami tua, sakit dan mati. Maka dharma tersebut tidak sejati dan tidak bisa dikatakan kebenaran sejati karena dharma tersebut berkondisi. Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal dan akan lenyap.
bagaimana jika ada yang dilahirkan tidak mengalami tua dan sakit ? apakah kah bisa di artikan kebenaran sejati masih membeda-bedakan? 
kalau mati semua pasti akan mati. _/\_
			
 
			
			
				Quote from: wang ai lie on 10 May 2011, 12:16:02 AM
bagaimana jika ada yang dilahirkan tidak mengalami tua dan sakit ? apakah kah bisa di artikan kebenaran sejati masih membeda-bedakan? 
kalau mati semua pasti akan mati. _/\_
Terima kasih atas koreksinya, Anda cukup teliti. Ada yang dilahirkan tetapi tidak pernah mengalami tua.
Kalau sakit, pasti semuanya pernah
 _/\_
Tetapi Membeda - bedakan disini dalam hal arti lahir dan mati (dualistic), muncul dan lenyap.
Segala sesuatu yang dilahirkan pasti mati, Jika tidak maka itu kebenaran berkondisi
			
 
			
			
				Quote from: M14ka on 09 May 2011, 11:27:22 PM
Menurutku ad benarnya jg loh... Kalo boleh tw np kk upasaka blg filsafat ngaco y? Mohon pencerahan donk... :)
Ada sebagian member yang memang lagi kesal sama aku mungkin karena kata - kata ku di salah artikan.
Saya masih harus banyak belajar cara berkomunikasi.
			
 
			
			
				Quote from: wang ai lie on 10 May 2011, 12:16:02 AM
bagaimana jika ada yang dilahirkan tidak mengalami tua dan sakit ? apakah kah bisa di artikan kebenaran sejati masih membeda-bedakan? 
kalau mati semua pasti akan mati. _/\_
Quote from: djoe on 10 May 2011, 08:50:35 AM
Terima kasih, Anda cukup teliti. Ada yang dilahirkan tetapi tidak pernah mengalami tua.
Kalau sakit, pasti semuanya pernah
 _/\_
Tetapi Membeda - bedakan disini dalam hal arti lahir dan mati (dualistic), muncul dan lenyap.
Segala sesuatu yang dilahirkan pasti mati, Jika tidak maka itu kebenaran berkondisi
bisakah dijelaskan tentang dilahrikan tapi tidak menjadi tua?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 10 May 2011, 08:55:08 AM
bisakah dijelaskan tentang dilahrikan tapi tidak menjadi tua?
Ada yang mati pada usia muda karena sakit atau kecelakaan
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 08:56:51 AM
Ada yang mati pada usia muda karena sakit atau kecelakaan
ketika ada pertambahan usia detik demi detik apakah ini bukan termasuk penuaan menurut anda? apakah tua diindikasikan dengan uban dan keriput saja? usia berapakah seseorang disebut tua?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 10 May 2011, 08:58:59 AM
ketika ada pertambahan usia detik demi detik apakah ini bukan termasuk penuaan menurut anda? apakah tua diindikasikan dengan uban dan keriput saja? usia berapakah seseorang disebut tua?
Saya tidak ingin mendebat hal yang tidak substantial. Pengertian tua itu relatif, tidak perlu diperdebatkan
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 09:04:48 AM
Saya tidak ingin mendebat hal yang tidak substantial. Pengertian tua itu relatif, tidak perlu diperdebatkan
baik, jadi menurut anda seorang anak muda/anak kecil yg mati karena kecelakaan dan mati, dia tidak mengalami penuaan? menurut saya ini hal penting, karena dapat membuktikan 4KM yg diajarkan oleh Sang Buddha ternyata tidak benar
			
 
			
			
				Quote from: M14ka on 09 May 2011, 11:27:22 PM
Menurutku ad benarnya jg loh... Kalo boleh tw np kk upasaka blg filsafat ngaco y? Mohon pencerahan donk... :)
Menurut Sdri. M14ka, sepengetahuan anda dari manapun sumbernya, apakah nirvana itu mengalami perubahan atau tidak mengalami perubahan?
Jika nirvana itu tidak mengalami perubahan, bebas dari hukum anitya/anicca, kemudian bisakah kita mengatakan
 segala sesuatu tidaklah kekal dan abadi?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 10 May 2011, 09:11:49 AM
baik, jadi menurut anda seorang anak muda/anak kecil yg mati karena kecelakaan dan mati, dia tidak mengalami penuaan? menurut saya ini hal penting, karena dapat membuktikan 4KM yg diajarkan oleh Sang Buddha ternyata tidak benar
Dalam tubuh, manusia terdapat banyak cell yang lahir, tua dan mati. Jika anda katakan ini proses penuaan ok, saya setuju
Jika ada orang katakan ada anak yang mati kecelakaan, kasihan dia tidak pernah mengalami tua.
ok, saya setuju
Intinya perdebatan ini tidak membawah hasil apa - apa dalam pelatihan dan pembinaan diri kita. Kenapa harus di perdebatkan.
Kata lahir dan mati sudah dapat mewakili / membawa pengertian bagi seseorang bahwa hiduplah tidak kekal.
Jika ada orang yang lebih ingin detail lagi, yah bisa kita kasih perumpamaan cel tersebut
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 10 May 2011, 09:15:24 AM
Menurut Sdri. M14ka, sepengetahuan anda dari manapun sumbernya, apakah nirvana itu mengalami perubahan atau tidak mengalami perubahan?
Jika nirvana itu tidak mengalami perubahan, bebas dari hukum anitya/anicca, kemudian bisakah kita mengatakan segala sesuatu tidaklah kekal dan abadi?
Saudara kelana, 'segala sesuatu tidaklah kekal' adalah ungkapan yang saya ambil dari buku Ajahn Chah.
Dan saya bukan aliran total annihilation
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 09:24:36 AM
Dalam tubuh, manusia terdapat banyak cell yang lahir, tua dan mati. Jika anda katakan ini proses penuaan ok, saya setuju
Jika ada orang katakan ada anak yang mati kecelakaan, kasihan dia tidak pernah mengalami tua.
ok, saya setuju
Intinya perdebatan ini tidak membawah hasil apa - apa dalam pelatihan dan pembinaan diri kita. Kenapa harus di perdebatkan.
Kata lahir dan mati sudah dapat mewakili / membawa pengertian bagi seseorang bahwa hiduplah tidak kekal.
Jika ada orang yang lebih ingin detail lagi, yah bisa kita kasih perumpamaan cel tersebut
tanpa menggunakan bahasa diplomatis, bisakah anda menjawab pertanyaan yg menurut anda tidak substansial.
"bisakah dijelaskan tentang dilahirkan tapi tidak menjadi tua?", jika jawaban anda masih sama silakan diulang dengan sama.
saya setuju dengan anda bahwa perdebatan memang tidak akan menghasilkan apa2, jadi saya tidak merasa sedang berdebat dengan anda, saya sedang berdiskusi, dan sedang mengevaluasi pandangan2 anda, kalau saya beruntung mungkin bisa bermanfaat buat saya
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 10 May 2011, 09:15:24 AM
Menurut Sdri. M14ka, sepengetahuan anda dari manapun sumbernya, apakah nirvana itu mengalami perubahan atau tidak mengalami perubahan?
Jika nirvana itu tidak mengalami perubahan, bebas dari hukum anitya/anicca, kemudian bisakah kita mengatakan segala sesuatu tidaklah kekal dan abadi?
Nibbana sepertinya kekal deh soalnya tidak berkondisi...benar gak?
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 09:29:39 AM
Saudara kelana, 'segala sesuatu tidaklah kekal' adalah ungkapan yang saya ambil dari buku Ajahn Chah.
Dan saya bukan aliran total annihilation
sepertinya anda bukan typical orang yg mengutip begitu saja suatu sumber yg tidak anda pahami dan kami tidak mungkin bertanya kepada Ajhan Chah.
			
 
			
			
				Quote from: M14ka on 10 May 2011, 09:33:44 AM
Nibbana sepertinya kekal deh soalnya tidak berkondisi...benar gak?
kalau begitu apakah statement "All things are impermanent" adalah benar?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 10 May 2011, 09:36:13 AM
sepertinya anda bukan typical orang yg mengutip begitu saja suatu sumber yg tidak anda pahami dan kami tidak mungkin bertanya kepada Ajhan Chah.
Coba deh baca bukunya Everything arises, Everything falls away. (Jika anda hanya ingin melihat kata - kata saja dan mengartikan nya begitu)
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 09:42:57 AM
Coba deh baca bukunya Everything arises, Everything falls away. (Jika anda hanya ingin melihat kata - kata saja dan mengartikan nya begitu)
kalau memang kutipan anda benar, dan saya percaya itu, untuk apa saya membaca sesuatu yg sudah anda kutipkan dan sudah saya baca di sini? kecuali kalau anda mengatakan bahwa anda tidak mengutip dengan benar, maka saya akan merasa perlu untuk membaca sumber yg benar.
			
 
			
			
				duh mengingatkan daku sama udana 8:3 
			
			
			
				Quote from: M14ka on 10 May 2011, 09:33:44 AM
Nibbana sepertinya kekal deh soalnya tidak berkondisi...benar gak?
Demikian pula yang saya pahami dari sumber yang saya dapatkan. Oleh karena itu menurut saya, tidak segala sesuatu itu mengalami perubahan, tetapi ada sesuatu yang tidak mengalami perubahan yaitu nirvana.
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 10 May 2011, 10:11:14 AM
Demikian pula yang saya pahami dari sumber yang saya dapatkan. Oleh karena itu menurut saya, tidak segala sesuatu itu mengalami perubahan, tetapi ada sesuatu yang tidak mengalami perubahan yaitu nirvana.
Mohon penjelasan saudara Kelana untuk membuka wawasan saya
Jika ada yang kekal dan ada yang tidak kekal, Bukankah itu berkondisi?
Bukankah itu bukan nondual? Dikatakan ajaran buddha adalah The Middle way.
Jika ada yang kekal dan ada yang tidak kekal, bukankah itu jalan extreme?
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 09:29:39 AM
Saudara kelana, 'segala sesuatu tidaklah kekal' adalah ungkapan yang saya ambil dari buku Ajahn Chah.
Dan saya bukan aliran total annihilation
Sepertinya sikap anda berbeda saat saya mempertanyakan di sutra Mahayana mana terdapat kalimat semua Dharma adalah tidak kekal. Di sini dengan cepat memberi rujukan tulisan orang lain (Ajahn Chah).  :)
Tapi Ok lah.
Pertanyaan yang sama seperti yang saya tanyakan kepada Sdri. M14ka, saya ajukan kepada anda Sdr. Djoe.
Jika jawabannya adalah nirvana itu tidak mengalami perubahan, bebas dari hukum anitya/anicca, kemudian bisakah kita mengatakan segala sesuatu tidaklah kekal dan abadi? 
Karena topik ini berjudul 
Renungan : Dharma yang hidup , mungkin ada baiknya jawabannya direnungkan dulu saja. 
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 10 May 2011, 10:11:14 AM
Demikian pula yang saya pahami dari sumber yang saya dapatkan. Oleh karena itu menurut saya, tidak segala sesuatu itu mengalami perubahan, tetapi ada sesuatu yang tidak mengalami perubahan yaitu nirvana.
mgkn lebih tepatnya segala sesuatu yang berkondisi tidaklah kekal, mgkn djoe tulisnya kurang lengkap, benar gak? tapi yg saya tangkap dr postnya bukan itu sih, tapi bwh2nya, hehe....
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 06 May 2011, 02:11:08 PM
A General Explanation of the Vajra Prajña Paramita Sutra
by Dhyana Master Hsüan Hua
Introductions
On The English Translation of A General Explanation Of The Vajra Praj¤à Pàramità Såtra
This Såtra says, "One should produce a heart without dwelling anywhere.Ÿ The Sixth Patriarch, the Great Master Hui, heard that sentence and awakened to the Way. "Any dwelling of the heart is no dwelling.Ÿ Therefore the Larger Chapters say, "If one dwells in dharmas, he does not dwell in praj¤à pàramità.
If one does not dwell in dharmas, he dwells in praj¤à pàramità. That is why every one of the Great Praj¤à assemblies begins with an explanation of "not dwelling.ŸThat Såtra also says, "At that time the World Honored One, using Dharmas which were not witticisms, discussed the marks of the Tathàgata. 
For the sake of all Bodhisattvas he proclaimed praj¤à, the profound principle and tendency of the Dharma door of the word 'wheel' saying, 'All dharmas are devoid of marks because they are apart from the many marks. All dharmas are wishless, because they are without seeking. All dharmas are still, because they are eternally quiescent. All dharmas are impermanent, because they are without a permanent nature. All dharmas are without bliss, because there is nothing which can be blissful. All dharmas are without self, because they have no self-mastery. All dharmas are devoid of purity, because they are apart from the mark of purity. All dharmas cannot be obtained, because in searching for their mark, it cannot be found.Ÿ That explains the principle and tendency of the emptiness of the nature.
dialihkan menjadi
Quote from: djoe on 09 May 2011, 12:12:10 PM
Sebenarnya postingan ini sudah ada di thread lain sebagai response terhadap postingan lain. Tetapi saya ingin menjadikan sebagai thread baru disini, untuk lebih memudahkan dibaca oleh teman - teman. Karena di TS sebelumnya terlampau banyak halaman sehingga takutnya ada teman - teman yang malas melihat halaman demi halaman.
Segala sesuatu tidaklah kekal dan abadi. Segala sesuatu yang dilahirkan pasti mengalami tua,  sakit dan mati. Inilah fakta sejati. Inilah kebenaran / dharma sejati. Dharma / kebenaran sejati tidak membeda - bedakan, tidak ada pandangan dualistic disitu.
smart move
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 10 May 2011, 10:21:01 AM
Sepertinya sikap anda berbeda saat saya mempertanyakan di sutra Mahayana mana terdapat kalimat semua Dharma adalah tidak kekal. Di sini dengan cepat memberi rujukan tulisan orang lain (Ajahn Chah).  :)
Menegenai sikap yang berbeda , ide berbeda itu melekat pada saya atau ada dalam pikiran saudara Kelana?
Saya hanya mengambil cara anda, melihat tulisan dan kata - kata kemudian mencocokkan dengan sumber yang ada seperti yang anda lakukan. Saya hanya mengikuti cara anda. Intinya jika setiap orang mengambil jalan yang anda tempuh dalam menilai sesuatu, maka diskusi, perdebatan tidak akan selesai.
Quote from: Kelana on 10 May 2011, 10:21:01 AM
Tapi Ok lah.
Pertanyaan yang sama seperti yang saya tanyakan kepada Sdri. M14ka, saya ajukan kepada anda Sdr. Djoe.
Jika jawabannya adalah nirvana itu tidak mengalami perubahan, bebas dari hukum anitya/anicca, kemudian bisakah kita mengatakan segala sesuatu tidaklah kekal dan abadi? 
Karena topik ini berjudul Renungan : Dharma yang hidup , mungkin ada baiknya jawabannya direnungkan dulu saja.
Mengenai nirvana, tunggu setelah salah satu dari kita menjadi Buddha baru kita diskusi lagi. Karena tidak satupun dari kita yang cukup bahkan kurang memenuhi syarat untuk membicarakannya.
Oh yah , arti nirvana apa yah?Maksud saya arti katanya
			
 
			
			
				Quote from: M14ka on 10 May 2011, 10:23:50 AM
mgkn lebih tepatnya segala sesuatu yang berkondisi tidaklah kekal, mgkn djoe tulisnya kurang lengkap, benar gak? tapi yg saya tangkap dr postnya bukan itu sih, tapi bwh2nya, hehe....
Kalau ada yang kekal dan ada yang tidak kekal, Itu berkondisi gak?
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 10:33:00 AM
Kalau ada yang kekal dan ada yang tidak kekal, Itu berkondisi gak?
saya juga kurang jelas tapi menurut kk gimana ini
QuoteDalam Udana Sang Buddha berkata:
"O, bhikkhu, terdapat keadaan di mana tidak ada tanah,  tidak ada air, tidak ada api, dan tidak ada udara; tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan ruang, tidak ada dasar yang terdiri dari ketidak-terbatasan kesadaran, tidak ada dasar yang terdiri dari kekosongan, tidak ada dasar yang terdiri dari bukan persepsi dan tidak bukan persepsi; tidak ada dunia ini atau dunia lain ataupun kedua dunia itu; tidak ada matahari atau rembulan. Di sini, O, bhikkhu, saya katakan tidak ada kedatangan, tidak ada kepergian, tidak ada yang tinggal, tidak ada kematian, tidak ada kemunculan. Tidak terpasang, tidak dapat digerakkan, tidak mempunyai penyangga (yaitu tidak berkondisi). Inilah akhir dari penderitaan." (Udana bab VIII Parinibbana Sutta 1)
Di sini Nibbana dikatakan sebagai keadaan di mana tidak terdapat semua yang berhubungan dengan fenomena berkondisi. Oleh sebab itu, Nibbana digambarkan sebagai negasi dari semua kualitas yang terbatas dari fenomena berkondisi.
			 
			
			
				Kalo "anti materi" terkondisi?
 _/\_ SSBS
			
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 10:31:54 AM
Menegenai sikap yang berbeda , ide berbeda itu melekat pada saya atau ada dalam pikiran saudara Kelana?
Saya hanya mengambil cara anda, melihat tulisan dan kata - kata kemudian mencocokkan dengan sumber yang ada seperti yang anda lakukan. Saya hanya mengikuti cara anda. Intinya jika setiap orang mengambil jalan yang anda tempuh dalam menilai sesuatu, maka diskusi, perdebatan tidak akan selesai.
Mengenai nirvana, tunggu setelah salah satu dari kita menjadi Buddha baru kita diskusi lagi. Karena tidak satupun dari kita yang cukup bahkan kurang memenuhi syarat untuk membicarakannya.
Oh yah , arti nirvana apa yah?Maksud saya arti katanya
menurut anda, syarat2 apakah yg diperlukan sehingga seseorang dapat membicarakan tentang nirvana?
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 10:31:54 AM
Mengenai nirvana, tunggu setelah salah satu dari kita menjadi Buddha baru kita diskusi lagi. Karena tidak satupun dari kita yang cukup bahkan kurang memenuhi syarat untuk membicarakannya.
Oh yah , arti nirvana apa yah?Maksud saya arti katanya
			 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 11:08:59 AM
Mengenai nirvana, tunggu setelah salah satu dari kita menjadi Buddha baru kita diskusi lagi. Karena tidak satupun dari kita yang cukup bahkan kurang memenuhi syarat untuk membicarakannya.
Oh yah , arti nirvana apa yah?Maksud saya arti katanya
jadi harus Buddha yg boleh membicarakan nirvana, ya?
bagaimana menurut pandangan anda mengenai para bhikkhu yg memberikan khotbah dengan menyebut2 nirvana, apakah para bhikkhu itu menurut anda adalah Buddha atau mereka sebenarnya tidak layak untuk memberikan khotbah tentang nirvana?
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 10 May 2011, 11:13:03 AM
jadi harus Buddha yg boleh membicarakan nirvana, ya?
bagaimana menurut pandangan anda mengenai para bhikkhu yg memberikan khotbah dengan menyebut2 nirvana, apakah para bhikkhu itu menurut anda adalah Buddha atau mereka sebenarnya tidak layak untuk memberikan khotbah tentang nirvana?
Lepaskan semuanya bro Indra, semakin anda menggenggam, semakin anda tidak puas dan menderita
Bukankah Buddha mengajarkan kita untuk melepas
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 10:19:36 AM
Mohon penjelasan saudara Kelana untuk membuka wawasan saya
Jika ada yang kekal dan ada yang tidak kekal, Bukankah itu berkondisi?
Bukankah itu bukan nondual? Dikatakan ajaran buddha adalah The Middle way.
Jika ada yang kekal dan ada yang tidak kekal, bukankah itu jalan extreme?
Bisakah anda sebutkan kondisi apa yang menyertai sesuatu yang dikatakan kekal?
Menurut saya, hanya yang tidak kekal yang berkondisi. 
Sepemahaman saya, selama manusia hidup di dunia saha ini, ia akan terlibat dalam dualitas, bahkan seorang Buddha sekalipun, meskipun dalam pikirannya mungkin sudah terbebas dari dilema. Bahkan istilah Middle way pun adalah bentuk dualitas karena pasti ada yang Non-Middle way. 
Sang Buddha mau tidak mau menggunakan istilah-istilah duniawi yang dualitas untuk menyampaikan Kebenaran. Namun Ia menggunakan istilah-istilah yang sekiranya mendekati  apa yang ia pahami akan Kebenaran sekaligus dapat dipahami oleh manusia. Dan istilah Middle way digunakan karena istilah ini mendekati apa yang Ia maksud dengan Kebenaran yang mengarahkan manusia kepada apa yang seperti Ia alami.
Sepemahaman saya, Middle way bukanlah berarti harus menolak perbedaan 
jika realitanya memang berbeda. 
Itu saja yang dapat saya sampaikan.
NB: saya tidak ingin membicarakan Nirvana secara detail kali ini karena akan menyita waktu
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 11:16:53 AM
Lepaskan semuanya bro Indra, semakin anda menggenggam, semakin anda tidak puas dan menderita
Bukankah Buddha mengajarkan kita untuk melepas
saya tidak menangkap jawaban atas pertanyaan saya di atas, jadi saya ulangi lagi, mohon anda sudi menjawabnya tanpa perlu menggunakan jurus berputar, saya lihat anda sudah cukup mencari hiburan di thread lain, jadi mungkin anda sudah siap melanjutkan diskusi kita lagi
Quote from: Indra on 10 May 2011, 11:13:03 AM
jadi harus Buddha yg boleh membicarakan nirvana, ya?
bagaimana menurut pandangan anda mengenai para bhikkhu yg memberikan khotbah dengan menyebut2 nirvana, apakah para bhikkhu itu menurut anda adalah Buddha atau mereka sebenarnya tidak layak untuk memberikan khotbah tentang nirvana?
			 
			
			
				Quote from: djoe on 10 May 2011, 11:16:53 AM
Lepaskan semuanya bro Indra, semakin anda menggenggam, semakin anda tidak puas dan menderita
Bukankah Buddha mengajarkan kita untuk melepas
saya memang harus menggenggam kuat2 rakit ini, karena kalau saya lepaskan maka saya akan tenggelam, berbeda dengan anda yg sudah sampai di pantai seberang yg tentunya tidak membutuhkan rakit lagi, saya masih belum sampai seberang. jadi maaf saya terpaksa menolak nasehat anda yg dapat menenggelamkan saya.
			
 
			
			
				ada perumpamaan zen.. tentang gelas/cangkir dikosongkan sblm tuang teh lagi (ya spt itu deh).. 
yg jadi masalah adalah ada saja orang yg menyarankan orang lain buang isi cangkirnya tetapi orang tsb tidak merasa cangkirnya penuh, jadi gak perlu numpahin dulu isinya baru dimasukin pendapat baru.. huff..
sekian, sekilat info.. Y_Y
			
			
			
				Quote from: Indra on 10 May 2011, 11:28:32 AM
saya memang harus menggenggam kuat2 rakit ini, karena kalau saya lepaskan maka saya akan tenggelam, berbeda dengan anda yg sudah sampai di pantai seberang yg tentunya tidak membutuhkan rakit lagi, saya masih belum sampai seberang. jadi maaf saya terpaksa menolak nasehat anda yg dapat menenggelamkan saya.
setuju...
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
Bisakah anda sebutkan kondisi apa yang menyertai sesuatu yang dikatakan kekal?
Menurut saya, hanya yang tidak kekal yang berkondisi. 
Sepemahaman saya, selama manusia hidup di dunia saha ini, ia akan terlibat dalam dualitas, bahkan seorang Buddha sekalipun, meskipun dalam pikirannya mungkin sudah terbebas dari dilema. Bahkan istilah Middle way pun adalah bentuk dualitas karena pasti ada yang Non-Middle way. 
Sang Buddha mau tidak mau menggunakan istilah-istilah duniawi yang dualitas untuk menyampaikan Kebenaran. Namun Ia menggunakan istilah-istilah yang sekiranya mendekati  apa yang ia pahami akan Kebenaran sekaligus dapat dipahami oleh manusia. Dan istilah Middle way digunakan karena istilah ini mendekati apa yang Ia maksud dengan Kebenaran yang mengarahkan manusia kepada apa yang seperti Ia alami.
Sepemahaman saya, Middle way bukanlah berarti harus menolak perbedaan jika realitanya memang berbeda. 
Itu saja yang dapat saya sampaikan.
NB: saya tidak ingin membicarakan Nirvana secara detail kali ini karena akan menyita waktu
Jadi apakah artinya dalam menempuh middle way itu, kadang saya belok kiri jika realitanya seperti ini, saya belok kanan jika realitanya seperti itu atau saya jalan lurus saja?
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
Bisakah anda sebutkan kondisi apa yang menyertai sesuatu yang dikatakan kekal?
Menurut saya, hanya yang tidak kekal yang berkondisi. 
Saya tidak mengatakan ada kondisi yang menyertai sesuatu yang dikatakan kekal. Anda membuat pertanyaan yang membelokkan saya jauh dari pertannyaan saya terhadap bro Kelana. Jika Dikatakan tidak berkondisi yah pasti tidak ada kondisi yang menyertai yang tidak berkondisi.
Saya hanya mengatakan dan bertanya kepada bro Kelana, selama ada pemikian ada sesuatu yang kekal dan ada yang tidak kekal, maka bukankah itu berkondisi? Selama ada 2 pemikiran tersebut, pasti berkondisi
JIka yang tidak kekal tidak ada, maka yang kekal itupun juga tidak ada. 
Jika ada yang tidak kekal, maka ada yang kekal.
Jadi Anda tidak bisa memegang ke dua prinsip tersebut dalam bersamaan dengan mengatakan ada yang kekal dan ada yang tidak kekal. Dan Nirvana melampaui ke duanya.
Nb: saya juga tidak ingin membicarakan nirvana, karena tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskannya secara utuh. 
			
 
			
			
				Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
Sepemahaman saya, selama manusia hidup di dunia saha ini, ia akan terlibat dalam dualitas, bahkan seorang Buddha sekalipun, meskipun dalam pikirannya mungkin sudah terbebas dari dilema. Bahkan istilah Middle way pun adalah bentuk dualitas karena pasti ada yang Non-Middle way. 
Ada keraguan dan ketidak jelasan disana. Pernyataan anda tidak jelas dan ngambang. Bisa dijelaskan kata "mungkin"  dalam pikiran buddha. Anda ragu Buddha belum melepaskan Dualitas?
Kalau anda mengatakan non middle way dalam konteks nirvana, saya setuju, sama juga demikian dengan pernyataan yg mengatakan 
ada yang kekal dan ada yang tidak kekal, semua adalah tidak kekal, termasuk segala kata - kata yg digunakan untuk menjelaskan dharma.
Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
Sang Buddha mau tidak mau menggunakan istilah-istilah duniawi yang dualitas untuk menyampaikan Kebenaran. Namun Ia menggunakan istilah-istilah yang sekiranya mendekati  apa yang ia pahami akan Kebenaran sekaligus dapat dipahami oleh manusia.
Jadi Dualitas adalah duniawi, anda sendiri mengaku.
Lalu kenapa ada yang melekat pada kekosongan/kekekalan dan melekat  dan mengatakan pada ada yang kekal dan takut kehilangan kekekalan tersebut dan ada pencapaian terhadap kekekalan tersebut?
Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
  Dan istilah Middle way digunakan karena istilah ini mendekati apa yang Ia maksud dengan Kebenaran yang mengarahkan manusia kepada apa yang seperti Ia alami.
anda menolak middle way atau menerima ? sikap anda tidak jelas dalam ini?
Secara implisit anda mengaku Middle way, disatu sisi anda menyangkalnya
Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
Sepemahaman saya, Middle way bukanlah berarti harus menolak perbedaan jika realitanya memang berbeda. 
Middle way (Non Dual) berhubungan dengan dualitas, fenomena dan tidak bisa dikaitkan dengan realita.
Jika dikatakan realita ada pasangan dan bersifat dualitas maka itu bukan realita, tetapi fenomea.
Realita bersifat abosulut, kebenaran sejati
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 10 May 2011, 11:28:32 AM
saya memang harus menggenggam kuat2 rakit ini, karena kalau saya lepaskan maka saya akan tenggelam, berbeda dengan anda yg sudah sampai di pantai seberang yg tentunya tidak membutuhkan rakit lagi, saya masih belum sampai seberang. jadi maaf saya terpaksa menolak nasehat anda yg dapat menenggelamkan saya.
Sayangnya Anda menggenggam emas seberat 1000 kg bukan rakit. Seperti kebanyakan manusia termasuk saya yang salah melihat karena adanya pandangan keliru menganggap kekotoran itu sebagai emas. 
			
 
			
			
				Quote from: kuswanto on 10 May 2011, 11:34:53 AM
ada perumpamaan zen.. tentang gelas/cangkir dikosongkan sblm tuang teh lagi (ya spt itu deh).. 
yg jadi masalah adalah ada saja orang yg menyarankan orang lain buang isi cangkirnya tetapi orang tsb tidak merasa cangkirnya penuh, jadi gak perlu numpahin dulu isinya baru dimasukin pendapat baru.. huff..
sekian, sekilat info.. Y_Y
Jika itu kotoran, kenapa gak dibuang. 
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 12 May 2011, 11:46:03 AM
Sayangnya Anda menggenggam emas seberat 1000 kg bukan rakit. Seperti kebanyakan manusia termasuk saya yang salah melihat karena adanya pandangan keliru menganggap kekotoran itu sebagai emas. 
senang sekali kalau memang ternyata itu adalah emas 1 ton, tapi penglihatan anda salah, bagaimana anda bisa tahu tentang kebanyakan manusia? apakah anda sudah melakukan survey? atau menggunakan abhinna? siapakah anda? apakah anda adalah penjelmaan Buddha? kok pintar sekali menilai orang lain?
			
 
			
			
				Quote from: kuswanto on 10 May 2011, 11:34:53 AM
ada perumpamaan zen.. tentang gelas/cangkir dikosongkan sblm tuang teh lagi (ya spt itu deh).. 
yg jadi masalah adalah ada saja orang yg menyarankan orang lain buang isi cangkirnya tetapi orang tsb tidak merasa cangkirnya penuh, jadi gak perlu numpahin dulu isinya baru dimasukin pendapat baru.. huff..
sekian, sekilat info.. Y_Y
benar, ironis sekali bukan? ada juga orang yg memberi nasehat kepada orang lain agar melepas tanpa menyadari bahwa dirinya lah yg menggenggam begitu kuat pada gagasannya
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 12 May 2011, 12:00:31 PM
senang sekali kalau memang ternyata itu adalah emas 1 ton, tapi penglihatan anda salah, bagaimana anda bisa tahu tentang kebanyakan manusia? apakah anda sudah melakukan survey? atau menggunakan abhinna? siapakah anda? apakah anda adalah penjelmaan Buddha? kok pintar sekali menilai orang lain?
Kalau anda jatuh dalam laut tidak menggenggam rakit, tetapi menggenggam emas 1 ton, bukannya anda akan semakin tenggelam. Saya juga gitu pasti melepas emas dan menggenggam rakit, daripada tenggelam.
Lepaskanlah bro Indra, Semakin anda menggenggam, semakin anda menderita. Buddha sendiri mengajarkan kita untuk melepas
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 12 May 2011, 12:24:54 PM
Kalau anda jatuh dalam laut tidak menggenggam rakit, tetapi menggenggam emas 1 ton, bukannya anda akan semakin tenggelam. Saya juga gitu pasti melepas emas dan menggenggam rakit, daripada tenggelam.
Lepaskanlah bro Indra, Semakin anda menggenggam, semakin anda menderita. Buddha sendiri mengajarkan kita untuk melepas
jika saya menggenggam emas 1 ton di laut, jelas saya tidak akan tenggelam, akan ada orang yg menyelamatkan saya, apa anda pikir ada seorang di laut dengan emas 1 ton dan tidak ada orang lain yg tau? hei... darimana aja bang?
anda salah guru bro, anda terlalu banyak belajar dari penjahat.
			
 
			
			
				Meski keseluruhan tulisan bergaya 'modern', tapi yg satu ini jelas tradisionil dan original banget:
Quote from: djoe on 09 May 2011, 12:12:10 PM
Ketika seorang tidak bisa melihat dengan benar segala sesuatu, maka ia akan mengikuti jalan lain. Ia akan mengikuti jalan yang bertentangan dengan kebenaran sejati. Ia tidak memahami segala sesuatu tidaklah tetap. Dan terjebak dengan kesenangan duniawi. Sehingga batinnya dipenuhi dengan kekotoran batin. Ia akan berbuat apa saja untuk mencari kesenangan duniawi. Ia melekat kepada segala sesuatu yang tidak tetap dan tidak memuaskan. Semakin ia mencari kesenangan duniawi hanya untuk nafsu dan keinginannya, maka semakin ia jauh dari kebahagiaan dan semakin ia menderita. 
Ini paragraf yg terbagus menurut saya. Paragraf ini patut menjadi renungan... 
::
			
 
			
			
				^^ 
Ha3x... "keracunan" ZEN
			
			
			
				Quote from: dilbert on 12 May 2011, 01:59:00 PM
^^ 
Ha3x... "keracunan" ZEN
Ha3x... "keracunan" KEKEKALAN
seperti yang diceritakan :
"They are also like a man who seeks emptiness. Racing east and west he says, 'I want emptiness! I want emptiness!'
That man merely says the name of emptiness; he does not perceive emptiness. Those bhikùus are also like that. Desiring to attain nirvàõa, they practice in the midst of nirvàõa and do not attain it. For what reason? Nirvàõa is merely a name, and just like emptiness which is merely a name, it cannot be obtained.Ÿ
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 12 May 2011, 02:33:54 PM
Ha3x... "keracunan" KEKEKALAN
seperti yang diceritakan :
In the past, five hundred bhikùus became doubtful and disbelieved when they heard the emptiness dharma of praj¤à. Arising from their seats, they departed. The Bodhisattva Net Brightness instructed the Brahmà God Beneficial Consideration to devise an expedient means to instruct them.
The Brahmà God replied, "Even if they were allowed to depart for as many kalpas as there are grains of sand in the Ganges River, they could not get out of this Dharma door. They are like a fool who, fearing emptiness, tries to walk away from emptiness. No matter where he goes, he does not leave emptiness behind. Those bhikùus are just like that. Although they may go a long way, they cannot leave the mark of emptiness.
"They are also like a man who seeks emptiness. Racing east and west he says, 'I want emptiness! I want emptiness!'
That man merely says the name of emptiness; he does not perceive emptiness. Those bhikùus are also like that. Desiring to attain nirvàõa, they practice in the midst of nirvàõa and do not attain it. For what reason? Nirvàõa is merely a name, and just like emptiness which is merely a name, it cannot be obtained.Ÿ
ZEN is just mere a name also
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 12 May 2011, 02:43:11 PM
ZEN is just mere a name also
Begitu juga KEKEKALAN
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 12 May 2011, 02:45:35 PM
Begitu juga KEKEKALAN
kita ngomong pannati...
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 10 May 2011, 08:55:08 AM
bisakah dijelaskan tentang dilahrikan tapi tidak menjadi tua?
Quote
Jika kita mempunyai pandangan yang membeda - bedakan, maka kita tidak sejalan dengan dharma \ kebenaran sejati.Jika kebenaran sejati ini membeda - bedakan, maka ada yang dilahirkan tetapi tidak mengalami tua, sakit dan mati. Maka dharma tersebut tidak sejati dan tidak bisa dikatakan kebenaran sejati karena dharma tersebut berkondisi. Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal dan akan lenyap.
dari posting itu yg agak bikin saya kurang bisa mengerti apakah orang yg di lahirkan terus meninggal dianggap tidak sejalan dengan dhamma hanya karena tidak mengalami tua dan sakit ?, kan ada yang lahir terus langsung meninggal bro, ada yang lahir sampai dewasa tapi meninggal juga bukan karena sakit, misal kecelakaan.  _/\_
			
 
			
			
				Quote from: wang ai lie on 12 May 2011, 08:15:57 PM
dari posting itu yg agak bikin saya kurang bisa mengerti apakah orang yg di lahirkan terus meninggal dianggap tidak sejalan dengan dhamma hanya karena tidak mengalami tua dan sakit ?
Itu perkataan anda, bukan saya. Coba bro simak lagi postingan saya
Quote from: wang ai lie on 12 May 2011, 08:15:57 PM
, kan ada yang lahir terus langsung meninggal bro, ada yang lahir sampai dewasa tapi meninggal juga bukan karena sakit, misal kecelakaan.  _/\_
Saya udah posting tentang hal itu
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 12 May 2011, 12:32:18 PM
jika saya menggenggam emas 1 ton di laut, jelas saya tidak akan tenggelam, akan ada orang yg menyelamatkan saya, apa anda pikir ada seorang di laut dengan emas 1 ton dan tidak ada orang lain yg tau? hei... darimana aja bang?
anda salah guru bro, anda terlalu banyak belajar dari penjahat.
Saya sekarang lebih jelas cara berpikir Bro.
ngomong - ngomong Berapa yah kecepatan 1 ton emas menuju dasar laut?  10 mtr/detik kah?
Dan juga Kira - kira ada dimana yah anda menggenggam emas tersebut? 
terapung di permukaan laut, melayang atau di dasar laut?   
			
 
			
			
				Quote from: djoe on 13 May 2011, 11:20:39 AM
Saya sekarang lebih jelas cara berpikir Bro.
ngomong - ngomong Berapa yah kecepatan 1 ton emas menuju dasar laut?  10 mtr/detik kah?
Dan juga Kira - kira ada dimana yah anda menggenggam emas tersebut? 
terapung di permukaan laut, melayang atau di dasar laut?   
mungkin anda perlu menjawab ini dulu, bagaimana caranya saya membawa 1 ton emas ke laut. saya pikul kah? atau pake balon udara? berapa ukuran tinggi emas 1 ton itu? berapa kedalaman laut di tempat saya akan tenggelam itu? anda kan sudah tau cara berpikir saya, harusnya mudah bagi anda untuk menjawab pertanyaan2 ini. 
			
 
			
			
				Quote from: dilbert on 12 May 2011, 01:59:00 PM
^^ 
Ha3x... "keracunan" ZEN
..kan cuman paragraf itu...  ;D
::
			
 
			
			
				Quote from: Indra on 13 May 2011, 11:24:15 AM
mungkin anda perlu menjawab ini dulu, bagaimana caranya saya membawa 1 ton emas ke laut. saya pikul kah? atau pake balon udara? berapa ukuran tinggi emas 1 ton itu? berapa kedalaman laut di tempat saya akan tenggelam itu? anda kan sudah tau cara berpikir saya, harusnya mudah bagi anda untuk menjawab pertanyaan2 ini.
Quote from: Indra on 12 May 2011, 12:32:18 PM
jika saya menggenggam emas 1 ton di laut, jelas saya tidak akan tenggelam, akan ada orang yg menyelamatkan saya, apa anda pikir ada seorang di laut dengan emas 1 ton dan tidak ada orang lain yg tau? hei... darimana aja bang?
anda salah guru bro, anda terlalu banyak belajar dari penjahat.
			 
			
			
				ehm.. yg merah2 itu... ada benarnya...
ga di bilang sedalam apa.. klo menang 1 ton emas.. di kedalaman selutut kurasa juga ga tengelam... 
di  kedalaman 3 meter pun tak tengelam..soalnya orgnya naik di atas emasnya....