Renungan : Dharma yang hidup

Started by djoe, 09 May 2011, 12:12:10 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

djoe

Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
Bisakah anda sebutkan kondisi apa yang menyertai sesuatu yang dikatakan kekal?
Menurut saya, hanya yang tidak kekal yang berkondisi.

Sepemahaman saya, selama manusia hidup di dunia saha ini, ia akan terlibat dalam dualitas, bahkan seorang Buddha sekalipun, meskipun dalam pikirannya mungkin sudah terbebas dari dilema. Bahkan istilah Middle way pun adalah bentuk dualitas karena pasti ada yang Non-Middle way.

Sang Buddha mau tidak mau menggunakan istilah-istilah duniawi yang dualitas untuk menyampaikan Kebenaran. Namun Ia menggunakan istilah-istilah yang sekiranya mendekati  apa yang ia pahami akan Kebenaran sekaligus dapat dipahami oleh manusia. Dan istilah Middle way digunakan karena istilah ini mendekati apa yang Ia maksud dengan Kebenaran yang mengarahkan manusia kepada apa yang seperti Ia alami.

Sepemahaman saya, Middle way bukanlah berarti harus menolak perbedaan jika realitanya memang berbeda.

Itu saja yang dapat saya sampaikan.

NB: saya tidak ingin membicarakan Nirvana secara detail kali ini karena akan menyita waktu

Jadi apakah artinya dalam menempuh middle way itu, kadang saya belok kiri jika realitanya seperti ini, saya belok kanan jika realitanya seperti itu atau saya jalan lurus saja?

djoe

Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
Bisakah anda sebutkan kondisi apa yang menyertai sesuatu yang dikatakan kekal?
Menurut saya, hanya yang tidak kekal yang berkondisi.


Saya tidak mengatakan ada kondisi yang menyertai sesuatu yang dikatakan kekal. Anda membuat pertanyaan yang membelokkan saya jauh dari pertannyaan saya terhadap bro Kelana. Jika Dikatakan tidak berkondisi yah pasti tidak ada kondisi yang menyertai yang tidak berkondisi.

Saya hanya mengatakan dan bertanya kepada bro Kelana, selama ada pemikian ada sesuatu yang kekal dan ada yang tidak kekal, maka bukankah itu berkondisi? Selama ada 2 pemikiran tersebut, pasti berkondisi

JIka yang tidak kekal tidak ada, maka yang kekal itupun juga tidak ada.
Jika ada yang tidak kekal, maka ada yang kekal.

Jadi Anda tidak bisa memegang ke dua prinsip tersebut dalam bersamaan dengan mengatakan ada yang kekal dan ada yang tidak kekal. Dan Nirvana melampaui ke duanya.

Nb: saya juga tidak ingin membicarakan nirvana, karena tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskannya secara utuh.

djoe

#62
Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM

Sepemahaman saya, selama manusia hidup di dunia saha ini, ia akan terlibat dalam dualitas, bahkan seorang Buddha sekalipun, meskipun dalam pikirannya mungkin sudah terbebas dari dilema. Bahkan istilah Middle way pun adalah bentuk dualitas karena pasti ada yang Non-Middle way.

Ada keraguan dan ketidak jelasan disana. Pernyataan anda tidak jelas dan ngambang. Bisa dijelaskan kata "mungkin"  dalam pikiran buddha. Anda ragu Buddha belum melepaskan Dualitas?

Kalau anda mengatakan non middle way dalam konteks nirvana, saya setuju, sama juga demikian dengan pernyataan yg mengatakan ada yang kekal dan ada yang tidak kekal, semua adalah tidak kekal, termasuk segala kata - kata yg digunakan untuk menjelaskan dharma.


Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
Sang Buddha mau tidak mau menggunakan istilah-istilah duniawi yang dualitas untuk menyampaikan Kebenaran. Namun Ia menggunakan istilah-istilah yang sekiranya mendekati  apa yang ia pahami akan Kebenaran sekaligus dapat dipahami oleh manusia.
Jadi Dualitas adalah duniawi, anda sendiri mengaku.
Lalu kenapa ada yang melekat pada kekosongan/kekekalan dan melekat  dan mengatakan pada ada yang kekal dan takut kehilangan kekekalan tersebut dan ada pencapaian terhadap kekekalan tersebut?



Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
  Dan istilah Middle way digunakan karena istilah ini mendekati apa yang Ia maksud dengan Kebenaran yang mengarahkan manusia kepada apa yang seperti Ia alami.

anda menolak middle way atau menerima ? sikap anda tidak jelas dalam ini?
Secara implisit anda mengaku Middle way, disatu sisi anda menyangkalnya

Quote from: Kelana on 10 May 2011, 11:21:31 AM
Sepemahaman saya, Middle way bukanlah berarti harus menolak perbedaan jika realitanya memang berbeda.

Middle way (Non Dual) berhubungan dengan dualitas, fenomena dan tidak bisa dikaitkan dengan realita.
Jika dikatakan realita ada pasangan dan bersifat dualitas maka itu bukan realita, tetapi fenomea.
Realita bersifat abosulut, kebenaran sejati

djoe

Quote from: Indra on 10 May 2011, 11:28:32 AM
saya memang harus menggenggam kuat2 rakit ini, karena kalau saya lepaskan maka saya akan tenggelam, berbeda dengan anda yg sudah sampai di pantai seberang yg tentunya tidak membutuhkan rakit lagi, saya masih belum sampai seberang. jadi maaf saya terpaksa menolak nasehat anda yg dapat menenggelamkan saya.

Sayangnya Anda menggenggam emas seberat 1000 kg bukan rakit. Seperti kebanyakan manusia termasuk saya yang salah melihat karena adanya pandangan keliru menganggap kekotoran itu sebagai emas.

djoe

Quote from: kuswanto on 10 May 2011, 11:34:53 AM
ada perumpamaan zen.. tentang gelas/cangkir dikosongkan sblm tuang teh lagi (ya spt itu deh)..
yg jadi masalah adalah ada saja orang yg menyarankan orang lain buang isi cangkirnya tetapi orang tsb tidak merasa cangkirnya penuh, jadi gak perlu numpahin dulu isinya baru dimasukin pendapat baru.. huff..

sekian, sekilat info.. Y_Y

Jika itu kotoran, kenapa gak dibuang.

Indra

Quote from: djoe on 12 May 2011, 11:46:03 AM
Sayangnya Anda menggenggam emas seberat 1000 kg bukan rakit. Seperti kebanyakan manusia termasuk saya yang salah melihat karena adanya pandangan keliru menganggap kekotoran itu sebagai emas.

senang sekali kalau memang ternyata itu adalah emas 1 ton, tapi penglihatan anda salah, bagaimana anda bisa tahu tentang kebanyakan manusia? apakah anda sudah melakukan survey? atau menggunakan abhinna? siapakah anda? apakah anda adalah penjelmaan Buddha? kok pintar sekali menilai orang lain?

Indra

Quote from: kuswanto on 10 May 2011, 11:34:53 AM
ada perumpamaan zen.. tentang gelas/cangkir dikosongkan sblm tuang teh lagi (ya spt itu deh)..
yg jadi masalah adalah ada saja orang yg menyarankan orang lain buang isi cangkirnya tetapi orang tsb tidak merasa cangkirnya penuh, jadi gak perlu numpahin dulu isinya baru dimasukin pendapat baru.. huff..

sekian, sekilat info.. Y_Y

benar, ironis sekali bukan? ada juga orang yg memberi nasehat kepada orang lain agar melepas tanpa menyadari bahwa dirinya lah yg menggenggam begitu kuat pada gagasannya

djoe

Quote from: Indra on 12 May 2011, 12:00:31 PM
senang sekali kalau memang ternyata itu adalah emas 1 ton, tapi penglihatan anda salah, bagaimana anda bisa tahu tentang kebanyakan manusia? apakah anda sudah melakukan survey? atau menggunakan abhinna? siapakah anda? apakah anda adalah penjelmaan Buddha? kok pintar sekali menilai orang lain?

Kalau anda jatuh dalam laut tidak menggenggam rakit, tetapi menggenggam emas 1 ton, bukannya anda akan semakin tenggelam. Saya juga gitu pasti melepas emas dan menggenggam rakit, daripada tenggelam.

Lepaskanlah bro Indra, Semakin anda menggenggam, semakin anda menderita. Buddha sendiri mengajarkan kita untuk melepas

Indra

Quote from: djoe on 12 May 2011, 12:24:54 PM
Kalau anda jatuh dalam laut tidak menggenggam rakit, tetapi menggenggam emas 1 ton, bukannya anda akan semakin tenggelam. Saya juga gitu pasti melepas emas dan menggenggam rakit, daripada tenggelam.

Lepaskanlah bro Indra, Semakin anda menggenggam, semakin anda menderita. Buddha sendiri mengajarkan kita untuk melepas

jika saya menggenggam emas 1 ton di laut, jelas saya tidak akan tenggelam, akan ada orang yg menyelamatkan saya, apa anda pikir ada seorang di laut dengan emas 1 ton dan tidak ada orang lain yg tau? hei... darimana aja bang?

anda salah guru bro, anda terlalu banyak belajar dari penjahat.

williamhalim

#69
Meski keseluruhan tulisan bergaya 'modern', tapi yg satu ini jelas tradisionil dan original banget:

Quote from: djoe on 09 May 2011, 12:12:10 PM

Ketika seorang tidak bisa melihat dengan benar segala sesuatu, maka ia akan mengikuti jalan lain. Ia akan mengikuti jalan yang bertentangan dengan kebenaran sejati. Ia tidak memahami segala sesuatu tidaklah tetap. Dan terjebak dengan kesenangan duniawi. Sehingga batinnya dipenuhi dengan kekotoran batin. Ia akan berbuat apa saja untuk mencari kesenangan duniawi. Ia melekat kepada segala sesuatu yang tidak tetap dan tidak memuaskan. Semakin ia mencari kesenangan duniawi hanya untuk nafsu dan keinginannya, maka semakin ia jauh dari kebahagiaan dan semakin ia menderita.


Ini paragraf yg terbagus menurut saya. Paragraf ini patut menjadi renungan...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

dilbert

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

djoe

#71
Quote from: dilbert on 12 May 2011, 01:59:00 PM
^^
Ha3x... "keracunan" ZEN

Ha3x... "keracunan" KEKEKALAN

seperti yang diceritakan :


"They are also like a man who seeks emptiness. Racing east and west he says, 'I want emptiness! I want emptiness!'
That man merely says the name of emptiness; he does not perceive emptiness. Those bhikùus are also like that. Desiring to attain nirvàõa, they practice in the midst of nirvàõa and do not attain it. For what reason? Nirvàõa is merely a name, and just like emptiness which is merely a name, it cannot be obtained.Ÿ

dilbert

Quote from: djoe on 12 May 2011, 02:33:54 PM
Ha3x... "keracunan" KEKEKALAN

seperti yang diceritakan :

In the past, five hundred bhikùus became doubtful and disbelieved when they heard the emptiness dharma of praj¤à. Arising from their seats, they departed. The Bodhisattva Net Brightness instructed the Brahmà God Beneficial Consideration to devise an expedient means to instruct them.

The Brahmà God replied, "Even if they were allowed to depart for as many kalpas as there are grains of sand in the Ganges River, they could not get out of this Dharma door. They are like a fool who, fearing emptiness, tries to walk away from emptiness. No matter where he goes, he does not leave emptiness behind. Those bhikùus are just like that. Although they may go a long way, they cannot leave the mark of emptiness.

"They are also like a man who seeks emptiness. Racing east and west he says, 'I want emptiness! I want emptiness!'
That man merely says the name of emptiness; he does not perceive emptiness. Those bhikùus are also like that. Desiring to attain nirvàõa, they practice in the midst of nirvàõa and do not attain it. For what reason? Nirvàõa is merely a name, and just like emptiness which is merely a name, it cannot be obtained.Ÿ

ZEN is just mere a name also
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

djoe


dilbert

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan