Kacau.. hari ini pikiranku kacau sekali
Aku sudah bertekad tahun ini aku harus keluar dr tempat kerjaku yg skrg..
Bertekad hidupku tdk akan jadi aneh lagi.
Aneh di mana? Krn di tempat kerjaku saat ini, aku selalu merasa ada sesuatu yg mati dlm diriku.
Aku tidak bisa menjadi diri sendiri, dgn rekan2 kantor tak ada seorg pun yg bisa kujadikan teman, semuanya kulihat hanya spt orang asing, meski sudah bertahun2 sekantor aku ga bisa berteman dgn satu pun dari mereka. Aaaarggh.. tiap hari masuk dan pulang kerja hanya begitu2 saja.. aku sadar aku tidak bahagia. Dan hari ini aku bener2 bingung.. hanya ingin menuangkan kepenatan dlm hatiku, karena aku tdk bisa mengatakannya pada siapa pun. Setelah aku menelusuri dan terus menelusuri kenapa begini? Tapi tetap saja aku masih tdk dpt menemukan jwbnnya.
Awal aku masuk di perusahaan ini dimulai dgn air mata krn tdk bisa melawan kehendak org lain.
Aku keluar dari kantor lama dgn cara yg mendadak, situasi yg rumit dan tdk mengenakkan sekali bagi semua pihak, bagi bos lama yg masih berharap aku stay, bagi bos baru yg marah saat aku blg tdk jadi pindah ke tempatnya, dan yg pd akhirnya aku harus menuruti kehendaknya krn kalo aku tidak jadi pindah, dia tdk mau mengenal keluargaku lagi (putus hubungan).
Bos baru di sini adlh manager yg referensikan aku kerja di tempat skrg, dia juga adlh suami dari adik ibuku. Mereka suami istri merasa tersinggung dgn sikapku yg tdk jadi pindah kerja pdhl sudah diajukan ke atasannya yg artinya malah membuat suaminya jadi kehilangan muka utk menjelaskan pada direktur. Begitulah awalnya.. nepotisme.
Tdk lama setelah aku masuk, staff seposisi yg lbh senior dari aku, dimarahi habis2an oleh manager (sklgs pamanku) karena kerjaannya byk didapati bersalahan olehku, lalu aku yg diminta mengkoreksi semua kesalahannya, krn aku dinilai lbh mahir. Dari sinilah mulainya kebencian dari rekan kerjaku yg satu ini.
Aku dipandangnya sebagai musuh, yg akan menjadi ancaman baginya kelak. Krn image nya jadi jelek gara2 kehadiranku. Padahal, aku tidak pernah bermaksud begitu terhadapnya. Tapi ya memang ada manusia semacam ini di dunia, yg suka iri hati dan tidak senang org lain lebih baik dari dia.
Sering sekali perselisihan timbul antara aku dan dia, mungkin karena posisi kami hampir sama, hanya dia lbh lama 2thn dibanding aku. Kami tetap menjalankan tugas kami masing2 dgn interaksi rekan kerja, tapi hatiku selalu tertutup utk dia, krn aku tau dia tdk bisa masuk kategori seorg teman bagiku.
Berkali2 jika ada kesalahan dlm kerja, dia mengingatkan utk jangan sampai manager tau, dan bahkan dia tdk malu utk melempar kesalahannya padaku. Tapi beberapa kali saya bisa selamat karena manager cukup bijak dalam menanggapi hal2 spt ini yg terjadi antarkaryawan.
Bekerja dlm status seperti ini, punya hubungan kerabat (wlpn tdk begitu dekat) dgn managerku, aku jadi tak leluasa dalam hati. Dlm hati kecilku, ada suatu rahasia yg tak bisa diungkapkan, ini seperti kebohongan yg terpendam. Beberapa hari setelah aku baru mulai kerja di sini, rahasia ini sudah menjadi kabar angin di antara mereka, tapi ketika ditanyakan aku hanya bisa menyangkal dan terus menyangkal menjawab yg sebaliknya pada rekan2 kantorku yg tukang gosip itu. Dan mungkin ini juga yg menjadi alasan kenapa aku tdk bisa dekat dgn satu pun dari mereka, krn tetap harus ada jarak yg tak boleh tersentuh oleh mereka, hanya diriku yg tau.
Suasana seperti ini membuatku jadi pendiam dan sangat tertutup. Bila ada customer yg datang, sikapku selalu jadi cuek, dalam hatiku hanya “aku tidak mau berebut customer, aku di sini bukan utk bersaing dgn kalian, silakan ambil saja kalo mau.” Yaah.. inilah peran yg aku gagal mendalaminya secara penuh selama beberapa tahun ini. Di sinilah kegagalanku, yg sebetulnya ingin sekali aku perbaiki, tapi tidak bisa di tempat kerjaku skrg ini. Entah kenapa.. Selalu ada bayang2 seniorku itu, selalu ada rasa tidak nyaman tiap aku lagi kerja dia lagi duduk di sampingku atau datang ke arahku, aku tau dia pinter mengamati gerak-gerikku, penguping pembicaraan org, apalagi sifatnya yg paling tidak kusukai, yaitu suka ingin tau urusan org. Dan lama2 aku lelah sekali.. aku merasa tidak bisa bebas menjadi diriku sendiri. Sebegitu parahkah efek nepotisme ini? Apakah ini hanya rasa minder atau …. Aargghh apa yg salah? Pasti ada sesuatu, tapi apa itu?
Secara tdk sadar, kepasifanku tersebut telah membuatku bertahun2 monoton dgn pekerjaan backoffice saja, padahal aku di front office, tapi aku bukan tdk mau belajar utk menjadi komunikatif. Tentu saja aku sangat ingin, tapi seperti yg kubilang di awal, ada sesuatu yg tertahan, terpendam dalam diri ini, tdk bisa mengalir keluar dgn leluasa. Entah apa sebutannya ini. Karena itulah sering sekali diam2 aku menangis dan memimpikan suatu saat aku akan keluar dari sini, aku harus keluar dari sini, aku akan bebas, aku akan mandiri, berdiri di atas kakiku sendiri, tidak lagi terbatasi, tidak lagi ada yg ditakuti, bukan lagi seorg karyawan yg awalnya masuk karena manager itu pamannya (baik itu persepsi sendiri atau omongan dari orang luar), mungkin di saat itulah aku baru betul2 bisa menikmati pekerjaanku, dan saat itulah aku baru benar2 bisa berkembang. Menjadi burung yg benar2 bisa mengepakkan sayapnya yg selama ini berat..
Setidaknya aku lega sudah bisa menuangkan isi hatiku sampai sepanjang ini. Perasaan yg sulit kuungkapkan langsung ke managerku.
Dua hari yg lalu, ia memanggilku ke ruangannya, mengatakan bahwa ia telah merekomendasikan aku sbg salah satu peserta yg terpilih utk jalan2 ke negara ginseng bulan depan nanti, dan utk itu ia ada 1 pertanyaan utkku, apakah aku dalam waktu dekat ini ada berencana keluar dari perusahaan ini karena kalo sampai aku sudah mengambil kesempatan ini lalu dlm waktu dekat resign, dia bisa kehilangan muka dan sulit mempertanggungjawabkan pada atasannya nanti.
Sempat shock sejenak ketika ditanyakan begitu, tapi aku pikir, ah justru saat yg tepat utk berterus terang kalo aku memang sudah mau keluar, mgkn dalam waktu dekat, tapi belum pasti. Lalu aku mengatakan kalo begitu, biar saja jalan2nya itu utk org lain saja, krn jika nanti aku sudah dapat pekerjaan yg lebih baik aku akan keluar, dgn begitu tidak ada yg perlu anda cemaskan. Aku hanya memberi alasan singkat sudah bosan, agar ia tdk mendapat cara utk menahanku.
Dia mungkin tidak menyangka kalo jawabanku akan seperti ini, tapi ya memang inilah impianku.. resolusiku di tahun ini sjk tahun kemaren, aku tidak menginginkan jalan2 ke luar negri, aku hanya ingin bisa bebas.. Tapi dia memintaku mempertimbangkan lagi, karena akan sayang jika ini tidak diambil, ini pertama kalinya aku diberi kesempatan dan dia telah memperjuangkan agar aku bisa ikut disetujui oleh atasannya (jumlah karyawan yg dapat pergi itu terbatas dan diseleksi).
Aku lumayan happy saat aku melontarkan jawaban tersebut, ia tidak marah lagi seperti dulu saat aku baru permulaan kerja di sana, saat aku tak bisa menentang kehendaknya karena takut dia akan memusuhi & memutuskan tali kerabat dgn ortuku jg. Karena dia tidak banyak berkomentar, pikirku dia tentu sudah bisa menerima keputusanku.
Tapi hari ini, aku dipanggil lagi ke ruangannya utk membicarakan masalah ini dan didampingi jg manager lain. Hampir seharian waktu dihabiskan utk membahas mengenai masalah aku ingin resign. Dia terus-menerus meyakinkan agar aku mengambil kesempatan ini dan tidak perlu resign dulu, itu bisa di tahun depan katanya. Segala macam penjelasan dia keluarkan sampai2 aku sendiri susah membantahnya, atau karena aku takut utk menyinggungnya lagi? Apakah aku terharu dia begitu mempertahankanku? Setelah mendengarnya panjang lebar, akhirnya aku hanya bisa diam meninggalkan ruangannya tapi masih sangsi utk memutuskannya, lalu dgn pikiran yg masih mumet dan terdesak krn harus putuskan cepat utk persiapan berkas keperluan visa, siangnya aku kembali mencarinya apakah bisa itu diganti saja dengan naik gaji? Karena aku tidak tertarik utk pergi jalan2, yg aku butuhkan saat ini adalah uang. Dan ia mengatakan itu tetap akan dia bantu utk ajukan nanti. Dia terus saja mengatakan berbagai macam alasan dari sisi negatif bila aku resign, terus2an bertaruh bahwa ia yakin aku tak mungkin mendapatkan pekerjaan baru yg berarti aku hanya menyia2kan kesempatan ini, bahwa dgn karakterku yg pendiam ini aku tak akan bisa langsung terjun keluar kecuali bila aku sudah mahir tahun depan dia mempersilakan aku jika masih ingin keluar, yg akhirnya membuatku tak bisa menahan diri utk mengatakan yg sebenaranya kalo aku memang sudah ada panggilan interview dan berencana utk pergi ke sana. Akhirnya makin dibahas makin dalam sampai aku juga mengatakan berapa gaji di sana dan di bidang apa dan sebagai apa. Tapi percuma saja setiap jawaban yg kuberi selalu akan disanggahnya dgn argumen dari sisi negatif lagi. Intinya dia ingin aku tetap stay dan dia akan mencari solusinya baik itu mengenai gaji yg kurang, lingkup kerja yg monoton, suasana baru, dll. Selalu ditambah penegasan kalo ia jangan dikira berusaha menahan atau menghambatku dan ini semua terserah pada keputusanku sendiri. Semua input yg dia berikan cukup mempengaruhi pikiranku, tapi dalam hati kecilku masih juga ada sesuatu itu. Satu2nya yg sulit dan belum kuungkapkan, sebab yg tersembunyi tapi ada, dan tidak mungkin kuutarakan di depan dia dan yg lainnya.
Aku tau karena pengumuman ini rekan2 kerja yg lain ada yg berkomentar kenapa bukan dia yg dipilih ikut, tapi aku? Terlebih lagi seniorku, melihat mukanya saja aku tau isi hatinya yg begitu berduka kenapa bukan dia yg terpilih. Memang bisa saja ini pikiranku sndiri, tapi instingku cukup bisa diandalkan dlm mencium bau kedengkiannya. Lalu bukankah aku memang tdk menginginkan ini? Kenapa selalu ketidakenakan yg sama spt ini lagi? Sesuatu yg tdk kuharapkan diberikan kepadaku yg jelas2 hanya akan menyulitkanku (membuat yg lainnya tidak senang), terlebih lagi dgn anggapan krn aku siapanya manager. Fiuuhhhhh… Hari yg melelahkan, pikiran berputar2..
Masih ada yg mengganjal di hati..
Masih tersimpan impian yg sangat utk bisa bebas..
Dan sampai saat ini, aku masih bingung dibuatnya.
Seakan pikiranku diobok2 dgn semua alasan logis yg ia berikan agar aku tidak resign,
Kalo boleh aku memutuskan di sini saja,
Sejujurnya aku hanya ingin pergi meninggalkan ini semua..
Aku lelah.. aku ingin menjadi manusia yg wajar ketika bekerja
Tanpa dihantui rasa2 tdk enak.. momok yg mematikan sumber energiku.
Aku ingin bisa menikmati hidup ini, jg pekerjaan yg kugeluti..
Aku suka belajar dan aku ingin maju..
Aku yakin aku bisa sendiri, tanpa ada embel2 manager itu siapa ku.
Bagaimana ini..? Oh bagaimana ini?