transform?

Started by ika_polim, 19 March 2009, 12:33:55 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hendrako

Quote from: dilbert on 25 March 2009, 09:07:08 PM
Quote from: tesla on 25 March 2009, 08:58:23 PM
Quote from: dilbert on 25 March 2009, 04:08:53 PM
Quote from: tesla on 25 March 2009, 02:16:41 PM
[at] dilbert

di Digha Nikaya bagian awal memang dijelaskan bagaimana sila sempurna itu (cula sila ~ maha sila), namun saya belum ketemu tulisan bahwa seseorang ariya akan selalu sempurna silanya.

kalau tidak salah dalam buku ke2 DC Press (mungkin Kebebasan Sempurna) pernah dicantumkan referensi di sutta yg menyatakan ariya sempurna dalam silanya... tapi mohon dicek ulang oleh rekan2 DC yg lain yg memiliki terjemahan sutta yg dimaksud atau yg mampu membaca teks pali.

apakah mungkin ada seorang individu yang sempurna sila-nya ?

seharusnya mungkin saja... karena itu adalah salah satu jalan pencerahan melalui (mulai dari) sila seperti yg dituturkan dalam sutta2 di Digha Nikaya, Silakhandavagga

dan apakah yang sempurna sila-nya itu adalah seorang ariya.

Kalo menurut saya, yang sempurna silanya belum tentu (sudah) seorang Arya,
Namun, seorang Arya, tentu sempurna silaNya
yaa... gitu deh

tesla

Quote from: dilbert on 25 March 2009, 09:07:08 PM
Quote from: tesla on 25 March 2009, 08:58:23 PM
Quote from: dilbert on 25 March 2009, 04:08:53 PM
Quote from: tesla on 25 March 2009, 02:16:41 PM
[at] dilbert

di Digha Nikaya bagian awal memang dijelaskan bagaimana sila sempurna itu (cula sila ~ maha sila), namun saya belum ketemu tulisan bahwa seseorang ariya akan selalu sempurna silanya.

kalau tidak salah dalam buku ke2 DC Press (mungkin Kebebasan Sempurna) pernah dicantumkan referensi di sutta yg menyatakan ariya sempurna dalam silanya... tapi mohon dicek ulang oleh rekan2 DC yg lain yg memiliki terjemahan sutta yg dimaksud atau yg mampu membaca teks pali.

apakah mungkin ada seorang individu yang sempurna sila-nya ?

seharusnya mungkin saja... karena itu adalah salah satu jalan pencerahan melalui (mulai dari) sila seperti yg dituturkan dalam sutta2 di Digha Nikaya, Silakhandavagga

dan apakah yang sempurna sila-nya itu adalah seorang ariya.

belum, di Digha Nikaya, Silakhandavagga, masih panjang lanjutannya:


Setelah memiliki kelompok-sila yang mulia ini, memiliki pengendalian terhadap indria-indria yang mulia ini, memiliki perhatian murni dan pengertian jelas yang mulia ini, memiliki kepuasan yang mulia ini, ia memilih tempat-tempat sunyi di hutan, di bawah pohon, di lereng bukit, di celah gunung, di gua karang, di tanah-kubur, di dalam hutan lebat, di lapangan terbuka, di atas tumpukan jerami untuk berdiam. Setelah pulang dari usahanya mengumpulkan dana makanan dan selesai makan; ia duduk bersila, badan tegak, sambil memusatkan perhatiannya ke depan.'
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

dilbert

Quote from: tesla on 25 March 2009, 02:16:41 PM
[at] dilbert

di Digha Nikaya bagian awal memang dijelaskan bagaimana sila sempurna itu (cula sila ~ maha sila), namun saya belum ketemu tulisan bahwa seseorang ariya akan selalu sempurna silanya.


masih perlu ketemu sutta kalau seorang ariya akan selalu sempurna sila-nya ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

tesla

Quote from: dilbert on 25 March 2009, 09:57:21 PM
Quote from: tesla on 25 March 2009, 02:16:41 PM
[at] dilbert

di Digha Nikaya bagian awal memang dijelaskan bagaimana sila sempurna itu (cula sila ~ maha sila), namun saya belum ketemu tulisan bahwa seseorang ariya akan selalu sempurna silanya.


masih perlu ketemu sutta kalau seorang ariya akan selalu sempurna sila-nya ?

ada?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

dilbert

Quote from: tesla on 25 March 2009, 10:13:34 PM
Quote from: dilbert on 25 March 2009, 09:57:21 PM
Quote from: tesla on 25 March 2009, 02:16:41 PM
[at] dilbert

di Digha Nikaya bagian awal memang dijelaskan bagaimana sila sempurna itu (cula sila ~ maha sila), namun saya belum ketemu tulisan bahwa seseorang ariya akan selalu sempurna silanya.


masih perlu ketemu sutta kalau seorang ariya akan selalu sempurna sila-nya ?

ada?

sudah dicari ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

tesla

di buku Kebebasan Sempurna halaman 14:

Di Anguttara Nikaya Sutta 3.85 dan 9.12, Sang Buddha mengatakan bahwa
Sotapanna dan Sakadagami (tingkat kesucian 1 & 2) mempunyai sila yang
sempurna
. Tingkat kesucian ke-3 Anagami mempunyai sila yang sempurna
dan konsentrasi sempurna. Tingkat kesucian ke-4 Arahat mempunyai sila
yang sempurna, konsentrasi yang sempurna dan kebijaksanaan sempurna.


sutta nya belum dapat... need help
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

dilbert

40. Tiga Latihan dan Empat Tahap
Para bhikkhu, lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan yang harus diucapkan ulang setiap dua minggu, yang dilatih oleh para pria muda yang menginginkan tujuan. Semua peraturan itu tercakup di dalam tiga latihan ini. Apakah yang tiga itu? Latihan dalam moralitas yang lebih tinggi, latihan dalam pikiran yang lebih tinggi, dan latihan dalam kebijaksanaan yang lebih tinggi. Inilah tiga latihan yang merangkum lebih dari seratus lima puluh peraturan latihan itu.

Di sini, O para bhikkhu, seorang bhikkhu adalah orang yang sepenuhnya terampil di dalam moralitas, tetapi hanya agak terampil di dalam konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor yang tidak begitu penting, dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa begitu? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak mungkin baginya.63 Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar untuk kehidupan suci, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah dia ambil.64 Dengan hancur leburnya tiga belenggu itu seluruhnya, dia menjadi Pemasuk-Arus, orang yang tidak lagi terkena kelahiran kembali di alam yang rendah, yang mantap keberuntungannya, dengan pencerahan sebagai tujuannya.65

Kemudian, para bhikkhu, seorang bhikkhu di sini adalah orang yang sepenuhnya terampil dalam moralitas, tetapi hanya agak terampil dalam konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor yang kurang penting dan kemudian memperbaiki diri... dengan hancur leburnya tiga belenggu ini seluruhnya dan dengan melemahnya keserakahan, kebencian dan kebodohan batin, dia menjadi Yang-Kembali-Sekali-Lagi, yang kembali ke dunia ini hanya satu kali lagi dan kemudian mengakhiri penderitaan.

Kemudian, para bhikkhu, seorang bhikkhu di sini adalah orang yang sepenuhnya terampil dalam moralitas dan konsentrasi, tetapi hanya agak terampil dalam kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor yang tidak begitu penting dan kemudian memperbaiki diri... Dengan hancur leburnya lima belenggu yang lebih rendah, dia menjadi orang yang akan terlahir lagi secara spontan (di alam surgawi) dan di sana mencapai Nibbana akhir, tanpa pernah kembali dari alam itu.66

Kemudian, para bhikkhu seorang bhikkhu di sini adalah orang yang sepenuhnya terampil dalam moralitas, konsentrasi dan kebijaksanaan. Dia melanggar beberapa peraturan pelatihan minor yang tidak begitu penting dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa demikian? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak mungkin baginya. Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar untuk kehidupan suci, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah diambilnya. Dengan hancur leburnya noda-noda, di dalam kehidupan ini juga dia masuk dan berdiam di dalam pembebasan pikiran yang tak ternoda, pembebasan lewat kebijaksanaan, karena telah mewujudkannya untuk dirinya sendiri lewat pengetahuan langsung.67

Kemudian, O para bhikkhu, orang yang terampil sebagian mencapai sukses sebagian, orang yang terampil sepenuhnya rnencapai sukses sepenuhnya. Tetapi kunyatakan, peraturan-peraturan latihan ini tidaklah tanpa buah.

(III, 85)


VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

177. Apa yang Tidak Bisa Dilakukan Arahat
Di masa lalu, Sutava, dan juga di masa sekarang, kunyatakan bahwa seorang bhikkhu yang juga Arahat - orang yang noda-nodanya telah dihancurkan, yang telah menjalani kehidupan suci, telah mengerjakan tugasnya, telah melepaskan semua beban, telah mencapai tujuannya, telah menghancurkan penghalang dumadi dan menjadi terbebas lewat pengetahuan akhir - tidak bisa melakukan pelanggaran yang berhubungan dengan sembilan hal: dia tidak bisa menghancurkan kehidupan, melakukan percurian, terlibat dalam tindakan seksual, berbohong dengan sengaja, dan menggunakan kenikmatan yang tersedia seperti yang dilakukannya di masa lalu ketika masih sebagai perumah tangga; selanjutnya, dia tidak bisa melakukan tindakan yang salah berdasarkan nafsu keinginan, kebencian, kebodohan atau ketakutan. Di waktu lalu, Sutava, dan juga di masa sekarang, kunyatakan bahwa seorang bhikkhu Arahat tidak bisa melakukan pelanggaran yang berhubungan dengan sembilan hal ini.

(IX, 7; ringkasan)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

tesla

#98
Anumodana

dari Sotapanna hingga Arahat dikatakan mungkin utk melakukan pelanggaran minor:

Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor yang tidak begitu penting, dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa begitu? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak mungkin baginya.

disisi lain, peraturan2 latihan yg amat mendasar utk kehidupan suci ini, dikatakan "disitu moralitasnya stabil & mantap"...

63 Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar untuk kehidupan suci, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah dia ambil.

pertanyaan saya:

1. moralitasnya stabil & mantap --- apakah ini berarti sempurna, tidak ada pelanggaran? jika iya, maka cukup sederhana, jika bukan maka apa maksud diutarakan moralitasnya stabil & mantap?

2. peraturan latihan yg amat mendasar utk kehidupan suci --- peraturan apa yg amat mendasar yah? apakah pancasila? setahu saya, ada juga sotapanna yg melanggar sila ke 5 dalam sutta lain...

3. yg kurang penting, peraturan minor sampai batasan mana yg dapat dilanggar?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

(Arahat) tidak bisa melakukan pelanggaran yang berhubungan dengan sembilan hal:
1. dia tidak bisa menghancurkan kehidupan,
2. melakukan percurian,
3. terlibat dalam tindakan seksual,
4. berbohong dengan sengaja,
5. dan menggunakan kenikmatan yang tersedia seperti yang dilakukannya di masa lalu ketika masih sebagai perumah tangga;
6. selanjutnya, dia tidak bisa melakukan tindakan yang salah berdasarkan nafsu keinginan,
7. kebencian,
8. kebodohan
9. atau ketakutan.

hmmm...
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

dilbert

#100
Quote from: tesla on 25 March 2009, 11:31:10 PM
Anumodana

dari Sotapanna hingga Arahat dikatakan mungkin utk melakukan pelanggaran minor:

Dia melanggar beberapa peraturan latihan minor yang tidak begitu penting, dan kemudian memperbaiki diri. Mengapa begitu? Karena, para bhikkhu, memang tidak dikatakan bahwa hal itu tidak mungkin baginya.

disisi lain, peraturan2 latihan yg amat mendasar utk kehidupan suci ini, dikatakan "disitu moralitasnya stabil & mantap"...

63 Tetapi mengenai peraturan-peraturan latihan yang amat mendasar untuk kehidupan suci, yang sesuai dengan kehidupan suci, di situ moralitasnya stabil dan mantap, dan dia melatih diri dalam peraturan-peraturan latihan yang telah dia ambil.

pertanyaan saya:

1. moralitasnya stabil & mantap --- apakah ini berarti sempurna, tidak ada pelanggaran? jika iya, maka cukup sederhana, jika bukan maka apa maksud diutarakan moralitasnya stabil & mantap?

2. peraturan latihan yg amat mendasar utk kehidupan suci --- peraturan apa yg amat mendasar yah? apakah pancasila? setahu saya, ada juga sotapanna yg melanggar sila ke 5 dalam sutta lain...

3. yg kurang penting, peraturan minor sampai batasan mana yg dapat dilanggar?

yang "ahli" dalam vinaya ? tolong di bantu...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

hendrako

Cuplikan,

Understanding Vinaya
by
Ajahn Chah

..........................

Pada suatu ketika saya mengunjungi Achan Mun (Yang Mulia Achan Mun Bhuridatto, merupakan Guru Meditasi yang sangat terkenal dan dihormati dari tradisi hutan di Thailand. Beliau mempunyai banyak murid yang sudah menjadi guru, di antaranya Achan Chah. Yang Mulia Achan Mun wafat pada tahun 1949). Saat itu saya baru mulai berlatih/praktek. Saya sudah membaca Pubbasikkha (Pubbasikkha Vannana —"Latihan Dasar" —Penjelasan tentang Dhamma-Vinaya dalam bahasa Thai yang berdasarkan pada Penjelasan-penjelasan dari bahasa Pali; Visuddhi Magga —"Jalan Kesucian" —penjelasan yang mendalam tentang Dhamma-Vinaya oleh Achariya Buddhaghosa.) dan cukup bisa memahaminya. Kemudian saya melanjutkan dengan membaca Visudhi Magga, di mana sang penulis itu menulis tentang Silanidesa (Bagian tentang Peraturan-peraturan/sila), Samadhinidesa (Bagian tentang Pelatihan-Batin/samadhi) dan Paññanidesa (Bagian tentang Kebijaksanaan/paññâ) ...saya merasa kepala saya mau pecah! (Setelah membaca buku itu, saya merasa bahwa semua itu berada di luar kemampuan manusia untuk mempraktekkannya. Tapi kemudian saya merenungkan bahwa Sang Buddha tidak akan mengajarkan sesuatu yang tidak bisa dipraktekkan. Beliau tidak akan mengajarkan dan membabarkannya, karena semua itu tidak akan bermanfaat, baik bagi Beliau sendiri maupun pihak lain. Silanidesa benar-benar sangat teliti, Samadhinidesa lebih dari itu, dan Paññanidesa bahkan jauh lebih dari itu! Saya duduk dan berpikir, "Tampaknya saya tak bisa melanjutkan. Tak ada jalan untuk maju". Sepertinya saya sudah sampai pada jalan buntu.

        Saat itu saya tengah berjuang dengan praktek saya... dan saya macet. Begitulah, sampai saya mempunyai kesempatan untuk menemui yang Mulia Achan Mun dan bertanya: "Yang Mulia Achan, apa yang harus saya lakukan? Saya baru saja mulai praktek tetapi saya tetap belum mengetahui cara yang benar. Saya mempunyai begitu banyak keraguan dan saya tak dapat menemukan landasan sama sekali dalam praktek saya". Beliau bertanya, "Apakah persoalannya?"

        "Pada saat berlatih, saya mengambil Visuddhi Magga dan membacanya, tetapi tampaknya itu mustahil untuk dipraktekkan. Isi dari Silanidesa, Samadhinidesa, dan Paññanidesa tampaknya sangat tidak praktis. saya pikir tidak seorang pun di dunia ini yang bisa melaksanakannya, bagian-bagian tersebut begitu mendetail dan cermat. Tak mungkin untuk mengingat setiap urutannya, itu berada di luar kemampuan saya".

        Beliau lalu berkata kepada saya, "Yang Mulia... memang banyak, itu benar, tetapi sesungguhnya itu hanyalah sedikit. Jika kita harus mencatat setiap aturan dalam Silanidesa itu memang sulit... benar... Tetapi sesungguhnya, apa yang kita sebut Silanidesa adalah berkembang dari batin manusia. Jika kita melatih batin ini untuk memiliki rasa malu dan takut untuk berbuat salah, maka kemudian kita akan terkendali, kita akan berhati-hati...".

        "Ini akan mengkondisikan kita untuk merasa puas dengan yang sedikit, dengan sedikit keinginan, karena kita tidak mungkin untuk mencari yang banyak. Bila ini terjadi maka sati kita menjadi lebih kuat. Kita bisa memiliki sati setiap saat. Dimanapun kita berada, kita akan berusaha untuk memiliki sati yang cermat. Kewaspadaan akan berkembang. Apapun yang kamu rasa ragu, jangan katakan tentang itu, jangan bertindak atas keraguan. Jika ada sesuatu yang tidak kamu pahami, tanyakanlah kepada guru. Berusaha untuk mempraktekkan setiap aturan tentu akan sangat memberatkan, tetapi kita harus menguji apakah kita siap untuk mengakui kesalahan-kesalahan kita atau tidak".

        Ajaran ini sangat penting. Tidaklah begitu banyak yang harus kita ketahui dari setiap aturan, jika kita mengetahui bagaimana melatih batin kita.

        "Semua bahan yang sudah kamu baca muncul dari dalam batin. Jika kamu tetap belum melatih batin untuk memiliki kepekaan dan kejelasan maka akan selalu ragu-ragu. Kamu harus berusaha mengingat ajaran-ajaran Sang Buddha. Milikilah batin yang tenang. Apapun yang muncul yang kamu ragukan, tinggalkanlah itu. Jika kamu benar-benar tidak tahu, janganlah katakan atau lakukan itu. Misalnya jika kamu bingung "Ini salah atau tidak?" —Berarti kamu tidak yakin —maka jangan katakan, jangan bertindak atas dasar itu, jangan tinggalkan pengendalian dirimu".

        Ketika saya duduk dan mendengarkan, saya merenungkan bahwa ajaran ini sesuai dengan delapan cara untuk menilai kebenaran ajaran Sang Buddha: Ajaran apapun yang membahas tentang pengikisan kekotoran-batin; yang mengantarkan keluar dari penderitaan; yang membahas tentang pelepasan (dari kesenangan-kesenangan inderawi); tentang kepuasan terhadap yang sedikit; tentang kerendahan hati dan tidak mementingkan kedudukan dan status; tentang pengasingan-diri dan penyepian; tentang usaha yang gigih; tentang mudah dirawat... delapan kualitas ini merupakan ciri dari Dhamma-Vinaya, ajaran Sang Buddha yang sejati. Apapun yang bertolak belakang dengan semua itu bukanlah ajaran Sang Buddha.


Selengkapnya:

http://www.what-buddha-taught.net/BI/Ajahn_Chah_Food_for_the_Heart.htm#bab2
yaa... gitu deh