Tanya ? Jawab untuk Pemula

Started by Nevada, 14 March 2009, 08:01:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Lita

Quote from: JW. Jinaraga on 11 September 2009, 10:40:00 PM
Quote from: upasaka on 11 September 2009, 06:02:14 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 11 September 2009, 04:20:30 PM
sulit dilakukannnnnnn  :'( :'( :'( :'(

Quote from: Chandra Rasmi on 11 September 2009, 04:30:53 PM
kadang bisa dilakukan.. kadang tidak bisa dilakukan... hehehhee

Makanya kita semua saling belajar di sini. Salah satu tujuannya adalah sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan guna melatih diri. :)

Dulunya JW sering menasehati teman2 laennya..tp ketika sendiri yg mengalami hal itu... baru menyadari ternyata diri ini hny jago teori  :'(

Yup,, saya mengerti dengan jawaban sdr upasaka, pinginnya sih bisa mempraktekan apa yang sdr upasaka bilang, tapi bagaimana kalau hal itu akan memunculkan pemikiran baru seperti misalnya kegelisahan dalam hati, ada kalanya inseden2 kecil akan mengingatkan kita pada orang yang telah tiada, lalu bagaimana cara mengatasi kegelisahan yang muncul akibat rasa takut itu??
Seperti kt sdr JW, sulit dilakukan ketika kita mengalaminya sendiri. Ada kalanya kita hanyut dalam teori dan konsep dan menghabiskan banyak waktu berintelek-ria tentang pengetahuan dan dharma lalu bagaimanakah caranya kita menerapkan teori itu dalam hidup ini??

duhh. . . dah kya curhat aja ;D. . . gpp deh, sekalian aja lah. . .  :))
Jangan khawatir orang lain tidak mengerti dirimu, khawatirlah kalau kamu tidak mengerti orang lain..
:)

Nevada

Quote from: bond on 12 September 2009, 05:23:50 PM
Kalau menangis pas ngulek bawang merah atau putih, atau buat bumbu pakai cabe dan lada....bagaimana? kusala atau akusala? Kan juga keluar air mata  ;D

Ketika seseorang melakukan perbuatan baik, misalnya berdana makanan kepada bhikkhu lalu melakukan perbuatan itu dengan suka cita hingga piti muncul dan karena kebahagiaan akan perbuatan baik itu dia meneteskan air mata. apakah itu kusala atau akusala?

Ketika seorang berlatih meditasi dan dia melihat Dhamma dan muncul pengertian dan melihatnya dengan kebahagiaan, dan mengamati kebahagiaan internal itu dengan kesadaran yg utuh dan tiba2 saja meneteskan airmata dan itu pun ia sadari, apakah itu kusala atau akusala?

Dan dari ketiga contoh diatas dapatkah dikategorikan menangis yg ditandai keluar airmata?

_/\_

- Kalau air mata mengucur pada saat mengiris bawang itu karena sifat biologis. Lebih tepatnya adalah akusala vipaka.

- Setahu saya, dalam keadaan piti tidak mungkin muncul perasaan terharu apalagi sampai berlinang air mata karena bahagia. Tapi jika memang seseorang amat bahagia sampai berlinang air mata, maka itu merupakan salah satu wujud kemelekatan; yakni melekat pada kebahagiaan.

- Kalau seseorang sudah mencapai titik konsentrasi yang kuat, bahkan turut menyadari air mata mengalir keluar, menurut saya ini baik. Karena ia mampu menyadari gejolak batin dan gejolak jasmani (sifat biologis).


Tapi sekali lagi menurut saya, jika seseorang meneteskan air mata, hanya ada dua jenis faktor penyebabnya, yaitu:
1) Terhanyut oleh perasaan (karena kemelekatan); melekat pada kebahagiaan maupun pada kesedihan.
  Misalnya => menangis terharu maupun menangis karena sedih atau takut.
2) Sifat biologis (karena faktor luar maupun karena faktor dalam).
  Misalnya => kelilipan atau masuknya zat yang dapat membuat mata pedih, maupun karena mengantuk dan terjadinya pembasahan bola mata oleh kelenjar air mata.

:)

Nevada

Quote from: Lita on 12 September 2009, 09:50:09 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 11 September 2009, 10:40:00 PM
Quote from: upasaka on 11 September 2009, 06:02:14 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 11 September 2009, 04:20:30 PM
sulit dilakukannnnnnn  :'( :'( :'( :'(

Quote from: Chandra Rasmi on 11 September 2009, 04:30:53 PM
kadang bisa dilakukan.. kadang tidak bisa dilakukan... hehehhee

Makanya kita semua saling belajar di sini. Salah satu tujuannya adalah sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan guna melatih diri. :)

Dulunya JW sering menasehati teman2 laennya..tp ketika sendiri yg mengalami hal itu... baru menyadari ternyata diri ini hny jago teori  :'(

Yup,, saya mengerti dengan jawaban sdr upasaka, pinginnya sih bisa mempraktekan apa yang sdr upasaka bilang, tapi bagaimana kalau hal itu akan memunculkan pemikiran baru seperti misalnya kegelisahan dalam hati, ada kalanya inseden2 kecil akan mengingatkan kita pada orang yang telah tiada, lalu bagaimana cara mengatasi kegelisahan yang muncul akibat rasa takut itu??
Seperti kt sdr JW, sulit dilakukan ketika kita mengalaminya sendiri. Ada kalanya kita hanyut dalam teori dan konsep dan menghabiskan banyak waktu berintelek-ria tentang pengetahuan dan dharma lalu bagaimanakah caranya kita menerapkan teori itu dalam hidup ini??

duhh. . . dah kya curhat aja ;D. . . gpp deh, sekalian aja lah. . .  :))

[at] JW. Jinaraga dan Lita

Perpisahan sudah terjadi, pertemuan juga sudah terjadi. Kelak bila ada kesempatan untuk bertemu lagi, maka gunakanlah kesempatan itu. Tapi kalau memang sudah tidak ada kesempatan lagi, maka lepaskanlah hal itu.

Saya tidak tahu seperti apa kasus kalian. Tapi sekilas kalau saya melihat kata-kata kalian, sepertinya kalian berdiri dalam posisi orang yang ditinggalkan. Memang perasaan sedih akan lebih terasa sakit ketika kalian adalah orang yang ditinggalkan. Tapi jangan terlalu lama larut dalam perasaan itu. Hendaknya ini dijadikan pengalaman bahwa karena semua perbuatan kalian dahulu, sehingga mengkondisikan dia untuk meninggalkan kalian. :)

Tidak perlu banyak membaca Buku Dhamma untuk melepaskan kesedihan ini. Kalian hanya cukup menyadari bahwa ini hanyalah sebagian kecil dari perjalanan hidup Anda. Ini hanyalah garam sebanyak satu sendok makan. Tapi karena kalian tidak mengantisipasinya dengan kebijaksanaan, maka garam ini terasa asin sekali. Garam yang asin ini adalah rasa sedih kalian. Kebijaksanaan adalah segelas air putih. Kelak kalau kalian sudah menyiapkan segelas air putih dari awal, perpisahan dengan orang yang kalian sayangi tidak akan terasa begitu pedih.

Tidak perlu kalian menyalahkan perbuatan masa lalu. Yang terpenting saat ini adalah bangkit dari kesedihan. Kalian sudah jatuh. Sampai kapan kalian ingin berbaring di tanah? Sampai kapan kalian ingin memanggil teman-teman kalian untuk melihat bahwa kalian sedang tersungkur di atas tanah?

Ada pepatah bijak yang berbunyi: "Kalau suatu masalah bisa diselesaikan dengan memikirkannya, maka pikirkanlah. Tapi kalau suatu masalah memang tidak bisa diselesaikan, maka tidak ada guna untuk memikirkannya. Karena jika terus memikirkannya, maka kita justru menciptakan masalah yang baru."

Ketika kalian bersedih pada perpisahan, secara tidak sadar (mungkin) kalian sedang mengasihani diri sendiri. Kalian menganggap bahwa penderitaan ini teramat besar. Cobalah melihat dunia di luar sana. Ada jutaan orang yang pernah, sedang dan akan menghadapi masalah yang lebih berat dari masalah Anda. Karena itu, janganlah berpikir bahwa kalian sungguh bernasib malang.

Salah satu hal yang membuat kalian melekat pada seseorang, adalah karena kalian menganggap orang itu sebagai orang penting. Cobalah saat ini untuk melihat dia sebagai orang yang sama dengan orang lain. Jangan biarkan persepsi menguasai pikiran kalian. Karena kalau Anda tidak lagi terikat oleh persepsi, semua orang adalah sama.

Ini semua hanyalah permainan pikiran. Pikiran kalian begitu lincah membuat ilusi-ilusi kesedihan. Padahal realitas yang terjadi hanyalah muncul-tenggelam; bertemu-berpisah. Hanya sesederhana itu saja.

Ada satu cerita yang sangat klise. Beberapa wanita yang suka membaca novel mungkin kenal dengan cerita ini. Tetapi cerita ini memang ada benarnya juga. Secara garis besar, ceritanya adalah seperti ini:

"Si A berpisah dengan si B. Meskipun si A tidak ingin berpisah, tetapi kenyataannya perpisahan tidak bisa dielakkan. Maka si A bertekad: 'untuk membuktikan kalau aku memang menyayangi si B, aku harus lebih tegar dan lebih kuat dalam menjalani hidup ini'."

Ketika kalian berpisah dengan orang yang kalian sayangi, ada dua cara untuk menunjukkan kualitas kalian. Yaitu:
1) Tunjukkanlah bahwa kalian lebih kuat dari sebelumnya, agar dia benar-benar tahu kalau kalian memang orang yang baik.
2) Tunjukkanlah bahwa kalian lebih kuat dari sebelumnya, agar dia menyadari kesalahannya karena telah meninggalkan kalian.


Semoga segera berbahagia. _/\_

J.W

Quote from: Lita on 12 September 2009, 09:50:09 PM
Yup,, saya mengerti dengan jawaban sdr upasaka, pinginnya sih bisa mempraktekan apa yang sdr upasaka bilang, tapi bagaimana kalau hal itu akan memunculkan pemikiran baru seperti misalnya kegelisahan dalam hati, ada kalanya inseden2 kecil akan mengingatkan kita pada orang yang telah tiada, lalu bagaimana cara mengatasi kegelisahan yang muncul akibat rasa takut itu??
Seperti kt sdr JW, sulit dilakukan ketika kita mengalaminya sendiri. Ada kalanya kita hanyut dalam teori dan konsep dan menghabiskan banyak waktu berintelek-ria tentang pengetahuan dan dharma lalu bagaimanakah caranya kita menerapkan teori itu dalam hidup ini??

duhh. . . dah kya curhat aja ;D. . . gpp deh, sekalian aja lah. . .  :))

Yang dibutuhkah sebenarnya hanya waktu aja sihh....

Sebenarnya udah lama tidak merasakan perasaan yang demikian...sekalian 'reunian' aja..haha...  :))

J.W

 [at]  upasaka

:jempol: :jempol: :jempol:

Perfects... two thumbs...

yesss....

this too will pass....

Yohan

Mohon maaf sebelumnya
saya sudah melihat tred
   Diskusi soal Tuhan seperti yang tercatat dalam Pitaka,

tp karena sy takut salah tempat bertanya dan terjadi perdebatan maka sy coba post disini saja.

===========

Saya bergaul di lingkungan sahabat sahabat yang mayoritas muslim....98% muslim.

Minta pendapat dari saudara Upasaka,
Jika ada sahabat sahabat muslim saya bertanya siapakah/adakah Tuhan di Agama Buddha,

Jawaban apa yang bisa sy berikan ke mereka tanpa memicu perdebatan yang panjang, bisa menghormati/meghargai keyakinan yang  sahabat sahabat muslim saya anut.

Forte

#426
Jawaban simpel aja. Ada perbedaan pola pandang Islam n Buddha. Di mana Islam merupakan agama theosentris, sedangkan Buddha Humanosentris.
Dari perbedaan pandangan ini, tidak ada jawaban memuaskan dari menjawab pertanyaan agama humanosentris dgn menggunakan kacamata theosentris.

Contoh : ada matematika dan biologi. Sangat sulit menjawab apa itu manusia dari kacamata matematika, dan apa itu integral dari kacamata biologi.

Jika teman Anda, tetep bersikukuh lah koq gak ada Tuhan, atheis donk blablabla, berarti dia ngotot memandang agama itu harus ada Tuhan dan hentikan diskusinya. Karena cangkir diskusinya sudah keburu penuh, dan anda menuang kopi pun akan tumpah n mubazir

dan kasus yg pernah saya alami. Saya jg pernah ditanya ama agama I. Saya menjawab begitu. N dibalas koq aneh ya gak ada Tuhan. Gak ada yg ciptain. Dan gw balas, kenapa harus ada Tuhan? Dia balas, sebagai sumber kebaikan. Gw balas lg. Silakan cari di sejarah. Ada tidak peperangan yg terjadi dgn menggunakam bendera Buddhist? Dan kita sudah tahu banyak perang salib yg terjadi menggunakan bendera agama samawi. Jadi coba renungkan.
Teman gw langsung diam.

Itu kartu as agama Buddha seh.. Hehehe.

Yohan

 [at] Sdr Forte :
Semua teman2 sy bisa dipastikan 100% cangkirnya penuh semua/ luber.

terimakasih


Forte

Kalau begitu memang susah seh. Bagusnya gak perlu diskusi jg. cari yg mau diskusi aja kalau ada. Matematika tetep ada walau gak bs digunakan buat menjawab apa itu manusia. Demikian pula dgn Buddha n Islam. Tetep ada walau jalan di rel yg berbeda

Yohan

^
^
itulah langkah yang selama ini sy ambil Sdr. forte menghindari diskusi dengan sahabat - sahabat muslim sy tiap diajak berbincang agama sebelum menyinggung ke masalah Tuhan, sy udah ambil langkah aman,
dengan mengatakan jangan bertanya atau mengajak sy debat tentang agama Buddha karena ilmu agama saya masih amat dangkal, takut ada salah pengertian / penafsiran.

johan3000

Quote from: Yohan on 14 September 2009, 01:25:01 AM
Mohon maaf sebelumnya
saya sudah melihat tred
   Diskusi soal Tuhan seperti yang tercatat dalam Pitaka,

tp karena sy takut salah tempat bertanya dan terjadi perdebatan maka sy coba post disini saja.

===========

Saya bergaul di lingkungan sahabat sahabat yang mayoritas muslim....98% muslim.

Minta pendapat dari saudara Upasaka,
Jika ada sahabat sahabat muslim saya bertanya siapakah/adakah Tuhan di Agama Buddha,

Jawaban apa yang bisa sy berikan ke mereka tanpa memicu perdebatan yang panjang, bisa menghormati/meghargai keyakinan yang  sahabat sahabat muslim saya anut.

Asal anaknya berpikir, bertindak, berbicara baik (utk kebaikan),
tidak terlalu masalah apakah ortunya Hitam, Putih, Kuning, Biru (mata biru).

Nah malah kalau anaknya TIDAK berpikir, bertindak dan berbicara BAIK,
perlu dipertanyakan siapakah ORTUNYA !

Anak dan ORTU, manakah yg lebih penting diperbincangkan?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Yohan

^
^
yang dimaksud anak dan ortu apa ya masih belom cakap  sy hehe

bond

Quote from: upasaka on 13 September 2009, 01:45:31 AM
Quote from: bond on 12 September 2009, 05:23:50 PM
Kalau menangis pas ngulek bawang merah atau putih, atau buat bumbu pakai cabe dan lada....bagaimana? kusala atau akusala? Kan juga keluar air mata  ;D

Ketika seseorang melakukan perbuatan baik, misalnya berdana makanan kepada bhikkhu lalu melakukan perbuatan itu dengan suka cita hingga piti muncul dan karena kebahagiaan akan perbuatan baik itu dia meneteskan air mata. apakah itu kusala atau akusala?

Ketika seorang berlatih meditasi dan dia melihat Dhamma dan muncul pengertian dan melihatnya dengan kebahagiaan, dan mengamati kebahagiaan internal itu dengan kesadaran yg utuh dan tiba2 saja meneteskan airmata dan itu pun ia sadari, apakah itu kusala atau akusala?

Dan dari ketiga contoh diatas dapatkah dikategorikan menangis yg ditandai keluar airmata?

_/\_

- Kalau air mata mengucur pada saat mengiris bawang itu karena sifat biologis. Lebih tepatnya adalah akusala vipaka.---> bukankah sifat biologis sifatnya alami, mengapa bisa disebut akusala vipaka? Bagaimana dengan, buang air besar, berkeringat, apakah juga termasuk akusala vipaka?

-

:)
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Shining Moon

Disebut akusala vipaka karena terpaksa ngiris bawang, nggak ada orang lain untuk disuruh2 :))
Life is beautiful, let's rock and roll..

markosprawira

Quote from: upasaka on 13 September 2009, 01:45:31 AM
Quote from: bond on 12 September 2009, 05:23:50 PM
Kalau menangis pas ngulek bawang merah atau putih, atau buat bumbu pakai cabe dan lada....bagaimana? kusala atau akusala? Kan juga keluar air mata  ;D

Ketika seseorang melakukan perbuatan baik, misalnya berdana makanan kepada bhikkhu lalu melakukan perbuatan itu dengan suka cita hingga piti muncul dan karena kebahagiaan akan perbuatan baik itu dia meneteskan air mata. apakah itu kusala atau akusala?

Ketika seorang berlatih meditasi dan dia melihat Dhamma dan muncul pengertian dan melihatnya dengan kebahagiaan, dan mengamati kebahagiaan internal itu dengan kesadaran yg utuh dan tiba2 saja meneteskan airmata dan itu pun ia sadari, apakah itu kusala atau akusala?

Dan dari ketiga contoh diatas dapatkah dikategorikan menangis yg ditandai keluar airmata?

_/\_

- Kalau air mata mengucur pada saat mengiris bawang itu karena sifat biologis. Lebih tepatnya adalah akusala vipaka.

- Setahu saya, dalam keadaan piti tidak mungkin muncul perasaan terharu apalagi sampai berlinang air mata karena bahagia. Tapi jika memang seseorang amat bahagia sampai berlinang air mata, maka itu merupakan salah satu wujud kemelekatan; yakni melekat pada kebahagiaan.

- Kalau seseorang sudah mencapai titik konsentrasi yang kuat, bahkan turut menyadari air mata mengalir keluar, menurut saya ini baik. Karena ia mampu menyadari gejolak batin dan gejolak jasmani (sifat biologis).


Tapi sekali lagi menurut saya, jika seseorang meneteskan air mata, hanya ada dua jenis faktor penyebabnya, yaitu:
1) Terhanyut oleh perasaan (karena kemelekatan); melekat pada kebahagiaan maupun pada kesedihan.
   Misalnya => menangis terharu maupun menangis karena sedih atau takut.
2) Sifat biologis (karena faktor luar maupun karena faktor dalam).
   Misalnya => kelilipan atau masuknya zat yang dapat membuat mata pedih, maupun karena mengantuk dan terjadinya pembasahan bola mata oleh kelenjar air mata.

:)

yup, singkat kata sebenarnya saat menangis, ga mungkin itu kondisi kusala

saat piti, rasa membungah itu akan terasa sangat bahagia, yg timbul justru "rekan" kusala lainnya seperti viriya, sati, dsbnya.........

jadi kalo dibilang hasil dari konsentrasi jadi menangis, itu sesungguhnya udah menuju meditasi yg keliru (micca samadhi), bukan samma samadhi