News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Tanya ? Jawab untuk Pemula

Started by Nevada, 14 March 2009, 08:01:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Deva19

bro upasaka sangat hebat. seandainya bisa menjawab beberapa pertanyaanku, pastilah aku akan sangat ingin berguru padanya.

Lita

Permisi.. mo nebenk pertanyaan donk.. >.<

Dari sudut pandang Buddhis, bagaimana kita mengatasi kepahitan saat orang yang kita sayangi meninggal? dan bila kita berharap suatu hari ia dilahirkan kembali sebagai manusia lagi, bagaimana cara kita membantunya?

Sebelumnya makasih untuk jawabannya :-[ :-[
Jangan khawatir orang lain tidak mengerti dirimu, khawatirlah kalau kamu tidak mengerti orang lain..
:)

johan3000

Quote from: Deva19 on 10 September 2009, 06:22:16 PM
bro upasaka sangat hebat. seandainya bisa menjawab beberapa pertanyaanku, pastilah aku akan sangat ingin berguru padanya.
Beliau adalah seorang pemikir yg terkemuka, luas, tinggi, dalam, dan lebar. Serta kesibukan yg amat padat. Belum tentu punya waktu utk menerima murid.

Jadi seperti apakah pertanyaan itu ?


ps. Thanks atas jawaban "tidak membandingkan" tsb....(jawaban lagi renungkan)


Apakah orang yg kita cintain (bisa isteri, pacar, saudara, ataupun anak) kalau udah meninggal, kita sering menangisin, mengingatin secara sedih, ataupun menyalakan DUPA setiap hari? Apakah perbuatan tsb benar menurut Buddhism?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

Deva19

 [at] johan

Quote
Belum tentu punya waktu utk menerima murid.

itu artinya belum tentu pula dia tidak punya waktu untuk menerima murid. hanya bro upasaka saja yang lebih tahu.

Quote
Jadi seperti apakah pertanyaan itu ?

aku tidak akan menanyakan sesuatu kepada yang bukan ahlinya, untuk menghindari salah faham.

aku akan mencari jawaban itu, tanpa aku menanyakannya. aku berharap, secara sengaja atau kebetulan aku temukan jawaban itu siapapun yang mengemukakannya.

Deva19

Quote
Apakah orang yg kita cintain (bisa isteri, pacar, saudara, ataupun anak) kalau udah meninggal, kita sering menangisin, mengingatin secara sedih, ataupun menyalakan DUPA setiap hari? Apakah perbuatan tsb benar menurut Buddhism?

doktrin budhism yang menganggap menangis merupakan perbuatan tercela merupakan doktrin yang salah dan bukan ajaran sidharta. kau tidak akan menemukan di dalam sutta-sutta mana saja dalam mazhab theravada, dimana yang budha menyatakan bahwa menangis adalah perbuatan tercela.

Nevada

Quote from: Deva19 on 10 September 2009, 06:22:16 PM
bro upasaka sangat hebat. seandainya bisa menjawab beberapa pertanyaanku, pastilah aku akan sangat ingin berguru padanya.

Quote from: Deva19 on 11 September 2009, 03:07:02 PM
[at] johan

Quote
Belum tentu punya waktu utk menerima murid.

itu artinya belum tentu pula dia tidak punya waktu untuk menerima murid. hanya bro upasaka saja yang lebih tahu.

Quote
Jadi seperti apakah pertanyaan itu ?

aku tidak akan menanyakan sesuatu kepada yang bukan ahlinya, untuk menghindari salah faham.

aku akan mencari jawaban itu, tanpa aku menanyakannya. aku berharap, secara sengaja atau kebetulan aku temukan jawaban itu siapapun yang mengemukakannya.

Kita semua di sini saling belajar. Jadi kalau memang ada pertanyaan, maka tanyakanlah agar dapat kita diskusikan bersama. Tapi karena thread ini adalah "Tanya-Jawab untuk Pemula", maka pembahasan di sini mungkin tidak terlalu mendalam. Untuk mendiskusikan suatu pertanyaan, Bro Deva19 bisa membuat thread baru di luar thread ini, sesuai dengan board yang tepat.

Nevada

Quote from: Lita on 10 September 2009, 11:28:53 PM
Permisi.. mo nebenk pertanyaan donk.. >.<

Dari sudut pandang Buddhis, bagaimana kita mengatasi kepahitan saat orang yang kita sayangi meninggal? dan bila kita berharap suatu hari ia dilahirkan kembali sebagai manusia lagi, bagaimana cara kita membantunya?

Sebelumnya makasih untuk jawabannya :-[ :-[

[at] Lita

Perpisahan dengan orang yang kita sayangi adalah hal menyakitkan, selama kita masih melekat pada dunia ini. Bila Anda belum bisa mencapai Pencerahan, maka mulailah dengan meminimalisasi kesedihan dalam pikiran Anda. Caranya adalah dengan menyadari bahwa setiap ada pertemuan, maka selalu akan ada perpisahan. Cepat atau lambat pasti akan terjadi. Karena itu, pola pikir seperti ini harus sudah ditanam dalam-dalam ketika kita bertemu dengan orang yang kita sayangi.

Ketika kita bertemu dengan orang yang disayangi, sadarilah bahwa "kini aku senang bertemu dengannya, tapi aku harus siap menerima kenyataan bahwa kelak aku akan berpisah dengannya".

Banyak orang yang menangis ketika ditinggalkan orang disayanginya. Seharusnya kita menangis dari awal sejak kita bertemu dengannya. Karena kelak kita pasti akan berpisah dengannya.

Tanamkan kesadaran ini. Dan biarkan kedewasaan dan kebijaksanaan tumbuh dalam batin Anda.

Semoga Anda bisa menyadari bahwa segala fenomena adalah timbul-tenggelam, muncul-lenyap, hadir-musnah, dan semuanya ini hanyalah sebuah proses.

_/\_


Quote from: Deva19 on 11 September 2009, 03:10:30 PM
Quote from: johan3000
Apakah orang yg kita cintain (bisa isteri, pacar, saudara, ataupun anak) kalau udah meninggal, kita sering menangisin, mengingatin secara sedih, ataupun menyalakan DUPA setiap hari? Apakah perbuatan tsb benar menurut Buddhism?

doktrin budhism yang menganggap menangis merupakan perbuatan tercela merupakan doktrin yang salah dan bukan ajaran sidharta. kau tidak akan menemukan di dalam sutta-sutta mana saja dalam mazhab theravada, dimana yang budha menyatakan bahwa menangis adalah perbuatan tercela.

Memberi penghormatan kepada mendiang (orang yang sudah meninggal) adalah hal baik. Arahkan pikiran ke hal yang positif seperti mengenang jasa kebaikan sang mendiang saat memberi penghormatan itu. Dan itu adalah selaras dengan Ajaran Sang Buddha.

Menangis bukanlah perbuatan tercela. Tapi menangis adalah perbuatan tak bermanfaat. Menangis saat ditinggalkan orang yang disayangi adalah ekspresi kesedihan dan penolakan terhadap kenyataan. Menangis adalah ekspresi ketakutan dan kesedihan akibat dari saru peristiwa perpisahan. Menangis adalah bentuk kemelekatan, dan menangis bukan wujud dari Brahmavihara (metta, karuna, mudita dan upekkha).

Karena itu, bila kita masih bisa menangis, itu bukanlah perbuatan tercela. Tapi sadarilah kalau kita masih melekat pada dunia. Dan akhirilah tangisan itu. Karena selama kita mengarungi samsara ini, jumlah air mata yang telah kita cucurkan sudah lebih banyak dari air di empat penjuru samudra.

_/\_

markosprawira

Quote from: johan3000 on 10 September 2009, 08:39:31 AM
Thanks bro Upasaka dan bro Markosprawira

untuk jawaban yg mantep2, dan perlu waktu utk direnungin dulu....


UMR Santa Fe, California, USA sejak january 1, 2009 adalah US$9.92
itu adalah bayaran minimum PER SATU JAM
(baca : satu jam hampir diabayar 100ribu)

QuoteOut of the entire country, states or cities, Santa Fe has the highest minimum wage at $9.92 as of January 1, 2009

Kadang kala kita bukan saja membandingkan dgn AKUnya, tetapi juga pada tempat maupun negara. Spt contoh diatas, wuuuihhh kota, negara tsb membayar jauh lebih banyak. Kanapa saya lahir di sini ? hahahahahah

loh itu masih ada "SAYA"-nya loh  ;D

itulah bro, kenapa dibilang bhw saat membandingkan, saat itu berarti masih ada AKU  :))

markosprawira

Quote from: Deva19 on 11 September 2009, 03:10:30 PM
Quote
Apakah orang yg kita cintain (bisa isteri, pacar, saudara, ataupun anak) kalau udah meninggal, kita sering menangisin, mengingatin secara sedih, ataupun menyalakan DUPA setiap hari? Apakah perbuatan tsb benar menurut Buddhism?

doktrin budhism yang menganggap menangis merupakan perbuatan tercela merupakan doktrin yang salah dan bukan ajaran sidharta. kau tidak akan menemukan di dalam sutta-sutta mana saja dalam mazhab theravada, dimana yang budha menyatakan bahwa menangis adalah perbuatan tercela.

Menangis memang bukan perbuatan yg tercela namun itu adalah perbuatan yg tidak bermanfaat bagi perkembangan batin (baca: akusala)

dan buddhism mengajarkan agar kita mengikis akusala dan memperbanyak kusala

itu bukan doktrin melainkan kenyataan dalam keseharian bahwa jika dalam diri makin banyak akusala, akan mengkondisikan berbuahnya akusala juga
demikian juga, jika kita bisa menjaga batin dalam kondisi kusala, itu mengkondisikan berbuahnya kusala vipaka.

J.W

Quote from: upasaka on 11 September 2009, 03:40:15 PM
Perpisahan dengan orang yang kita sayangi adalah hal menyakitkan, selama kita masih melekat pada dunia ini. Bila Anda belum bisa mencapai Pencerahan, maka mulailah dengan meminimalisasi kesedihan dalam pikiran Anda. Caranya adalah dengan menyadari bahwa setiap ada pertemuan, maka selalu akan ada perpisahan. Cepat atau lambat pasti akan terjadi. Karena itu, pola pikir seperti ini harus sudah ditanam dalam-dalam ketika kita bertemu dengan orang yang kita sayangi.

Ketika kita bertemu dengan orang yang disayangi, sadarilah bahwa "kini aku senang bertemu dengannya, tapi aku harus siap menerima kenyataan bahwa kelak aku akan berpisah dengannya".

Banyak orang yang menangis ketika ditinggalkan orang disayanginya. Seharusnya kita menangis dari awal sejak kita bertemu dengannya. Karena kelak kita pasti akan berpisah dengannya.

Tanamkan kesadaran ini. Dan biarkan kedewasaan dan kebijaksanaan tumbuh dalam batin Anda.

Semoga Anda bisa menyadari bahwa segala fenomena adalah timbul-tenggelam, muncul-lenyap, hadir-musnah, dan semuanya ini hanyalah sebuah proses.

_/\_

sulit dilakukannnnnnn  :'( :'( :'( :'(

Chandra Rasmi

Quote from: upasaka on 11 September 2009, 03:40:15 PM
Perpisahan dengan orang yang kita sayangi adalah hal menyakitkan, selama kita masih melekat pada dunia ini. Bila Anda belum bisa mencapai Pencerahan, maka mulailah dengan meminimalisasi kesedihan dalam pikiran Anda. Caranya adalah dengan menyadari bahwa setiap ada pertemuan, maka selalu akan ada perpisahan. Cepat atau lambat pasti akan terjadi. Karena itu, pola pikir seperti ini harus sudah ditanam dalam-dalam ketika kita bertemu dengan orang yang kita sayangi.

Ketika kita bertemu dengan orang yang disayangi, sadarilah bahwa "kini aku senang bertemu dengannya, tapi aku harus siap menerima kenyataan bahwa kelak aku akan berpisah dengannya".

Banyak orang yang menangis ketika ditinggalkan orang disayanginya. Seharusnya kita menangis dari awal sejak kita bertemu dengannya. Karena kelak kita pasti akan berpisah dengannya.

Tanamkan kesadaran ini. Dan biarkan kedewasaan dan kebijaksanaan tumbuh dalam batin Anda.

Semoga Anda bisa menyadari bahwa segala fenomena adalah timbul-tenggelam, muncul-lenyap, hadir-musnah, dan semuanya ini hanyalah sebuah proses.

_/\_

kadang bisa dilakukan.. kadang tidak bisa dilakukan... hehehhee

Nevada

Quote from: JW. Jinaraga on 11 September 2009, 04:20:30 PM
Quote from: upasaka on 11 September 2009, 03:40:15 PM
Perpisahan dengan orang yang kita sayangi adalah hal menyakitkan, selama kita masih melekat pada dunia ini. Bila Anda belum bisa mencapai Pencerahan, maka mulailah dengan meminimalisasi kesedihan dalam pikiran Anda. Caranya adalah dengan menyadari bahwa setiap ada pertemuan, maka selalu akan ada perpisahan. Cepat atau lambat pasti akan terjadi. Karena itu, pola pikir seperti ini harus sudah ditanam dalam-dalam ketika kita bertemu dengan orang yang kita sayangi.

Ketika kita bertemu dengan orang yang disayangi, sadarilah bahwa "kini aku senang bertemu dengannya, tapi aku harus siap menerima kenyataan bahwa kelak aku akan berpisah dengannya".

Banyak orang yang menangis ketika ditinggalkan orang disayanginya. Seharusnya kita menangis dari awal sejak kita bertemu dengannya. Karena kelak kita pasti akan berpisah dengannya.

Tanamkan kesadaran ini. Dan biarkan kedewasaan dan kebijaksanaan tumbuh dalam batin Anda.

Semoga Anda bisa menyadari bahwa segala fenomena adalah timbul-tenggelam, muncul-lenyap, hadir-musnah, dan semuanya ini hanyalah sebuah proses.

_/\_

sulit dilakukannnnnnn  :'( :'( :'( :'(

Quote from: Chandra Rasmi on 11 September 2009, 04:30:53 PM
kadang bisa dilakukan.. kadang tidak bisa dilakukan... hehehhee

Makanya kita semua saling belajar di sini. Salah satu tujuannya adalah sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan guna melatih diri. :)

J.W

Quote from: upasaka on 11 September 2009, 06:02:14 PM
Quote from: JW. Jinaraga on 11 September 2009, 04:20:30 PM
sulit dilakukannnnnnn  :'( :'( :'( :'(

Quote from: Chandra Rasmi on 11 September 2009, 04:30:53 PM
kadang bisa dilakukan.. kadang tidak bisa dilakukan... hehehhee

Makanya kita semua saling belajar di sini. Salah satu tujuannya adalah sebagai sarana untuk mendapatkan pengetahuan guna melatih diri. :)

Dulunya JW sering menasehati teman2 laennya..tp ketika sendiri yg mengalami hal itu... baru menyadari ternyata diri ini hny jago teori  :'(

bond

#418
Kalau menangis pas ngulek bawang merah atau putih, atau buat bumbu pakai cabe dan lada....bagaimana? kusala atau akusala? Kan juga keluar air mata  ;D

Ketika seseorang melakukan perbuatan baik, misalnya berdana makanan kepada bhikkhu lalu melakukan perbuatan itu dengan suka cita hingga piti muncul dan karena kebahagiaan akan perbuatan baik itu dia meneteskan air mata. apakah itu kusala atau akusala?

Ketika seorang berlatih meditasi dan dia melihat Dhamma dan muncul pengertian dan melihatnya dengan kebahagiaan, dan mengamati kebahagiaan internal itu dengan kesadaran yg utuh dan tiba2 saja meneteskan airmata dan itu pun ia sadari, apakah itu kusala atau akusala?

Dan dari ketiga contoh diatas dapatkah dikategorikan menangis yg ditandai keluar airmata?

_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

hatRed

"inipun akan berlalu"

by anonimus... :))  itu kata2 sapa ya?

jadi resepnya... pas ketemu kebahagiaan di awal2 sudah wanti2 "inipun akan berlalu"

dan juga pas nemu kesedihan di awal2 udah wanti2 "inipun akan berlalu"

jadi entar lagaknya gak terlalu norak.... kek girang sembarangan, atau nangis guling2an...
i'm just a mammal with troubled soul