News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Bisnis manusia

Started by tjong tony, 22 February 2009, 01:24:50 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Nevada

Quote from: gachapin on 02 February 2010, 03:09:57 PM
QuoteSaya pikir membunuh itu penjelasan generalisasinya. Intinya perlakuan yang melanggar sila. Misalnya, Pancasila Buddhis hanya menganjurkan agar kita menghindari pembunuhan; tetapi tidak menganjurkan kita menghindari penyiksaan. Tapi pada umumnya, umat Buddha pun sadar bahwa meski "penganiayaan" tidak disebutkan dalam Pancasila, tetapi mereka tidak akan menyiksa makhluk hidup lain.

Yang Mulia S. Dhammika menyamakan menyiksa orang dengan melanggar sila pembunuhan.

Betul. Seharusnya umat Buddha bisa berpikir bahwa membunuh adalah penganiayaan yang sangat keras sehingga menyebabkan kematian makhluk lain. Inilah poin penting dari analogi saya.

Membunuh dianggap mewakili penganiayaan. Dalam perdagangan hewan peliharaan, objek (hewan peliharaan) harus diperlakukan dengan baik. Dibeli untuk dipelihara, bukan untuk dibunuh dan dianiaya. Nah, apakah dalam perdagangan hewan peliharaan, bila dijalankan dengan baik; adalah tetap merupakan perdagangan tidak baik?

hatRed

Quote from: tjong tony on 22 February 2009, 11:56:06 PM
namo budhaya, thx yah atas tanggapannya.
semua yang dijelaskan itu sih rata2 bisa saya terima, tapi sekarang ini kadang hal2 HUMAN TRAFFICKING sekarang itu pasti akan di jalankan secara terselubung kan?
untuk antisipasinya supaya kita tidak terjebak untuk melakukan hal tersebut, kira2 ciri atau kreteria yang kongkret mengenai ciri2 human traking itu seperti apa?
contohnya: sekarang ini kita kan sering liat ada biro2 yang menyediakan jasa pembantu rumah tangga. hal ini kan juga berarti ganda, apakah itu bisa di bilang HUMAN TRAFFICKING. yah seperti gitu deh!
jadi kira2 ciri2 apa yah yang bisa di bilang orang itu melakukan   HUMAN TRAFFICKING ?
thx yah. namo budhayah

itu kan memperdagangkan jasa ;D bukan orangnya
i'm just a mammal with troubled soul



gajeboh angek

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

markosprawira

Mgkn perlu diperjelas moralitas yang secara apa dulu bro?

kalau secara harafiah/tertulis seperti di pancasila, atthasila, jelas itu tidak dijelaskan secara mendetail, sama seperti penyiksaan yg tidak dijelaskan secara mendetail juga

tapi moralitas yg sesungguhnya adalah latihan batin utk mengikis akusala dan memperbanyak kusala... kalau ini udah jelas diatas

nah tolong dasar pertanyaannya yg harus diperjelas lagi......

kembali pada mereka yg menyatakan it's ok berdagang hewan, jika saya melihat ada yg membeli hewan, saya biasanya berpikir "semoga mahluk itu mendapatkan kondisi yg lebih baik dari sebelumnya"

karena saat timbul "penilaian" misal "wah itu perbuatan akusala", biasanya kita cenderung utk nyemplung ke dosa dan lobha lagi he3

Nevada

Quote from: markosprawira on 02 February 2010, 03:49:07 PM
Mgkn perlu diperjelas moralitas yang secara apa dulu bro?

kalau secara harafiah/tertulis seperti di pancasila, atthasila, jelas itu tidak dijelaskan secara mendetail, sama seperti penyiksaan yg tidak dijelaskan secara mendetail juga

tapi moralitas yg sesungguhnya adalah latihan batin utk mengikis akusala dan memperbanyak kusala... kalau ini udah jelas diatas

nah tolong dasar pertanyaannya yg harus diperjelas lagi......

kembali pada mereka yg menyatakan it's ok berdagang hewan, jika saya melihat ada yg membeli hewan, saya biasanya berpikir "semoga mahluk itu mendapatkan kondisi yg lebih baik dari sebelumnya"

karena saat timbul "penilaian" misal "wah itu perbuatan akusala", biasanya kita cenderung utk nyemplung ke dosa dan lobha lagi he3

Moralitas sesuai Pancasila Buddhis. :)

Saya coba sharing dan bertukar pandangan dengan Anda deh. Sudah lama saya tidak berdiskusi dengan Anda. hehe...

Perdagangan senjata adalah tidak baik, karena menjual alat yang akan digunakan untuk menganiaya dan membunuh makhluk hidup. Perdagangan racun adalah tidak baik, karena menjual zat yang akan digunakan untuk mencelakai atau membunuh makhluk hidup. Perdagangan narkoba dan minuman beralkohol adalah tidak baik, karena menjual zat yang bila dikonsumsi akan menyebabkan lemahnya kesadaran seseorang. Menjual bagian tubuh hewan adalah tidak baik, karena harus didapatkan dengan cara menganiaya dan membunuh hewan untuk diambil bagian tubuhnya. Perdagangan hewan (ternak) adalah tidak baik, karena menjual hewan yang akan dianiaya dan dibunuh oleh pembelinya.

Nah, untuk kasus perdagangan hewan peliharaan... menjual hewan yang akan dipelihara dan dirawat oleh pembelinya. Apakah perdagangan ini termasuk perdagangan baik atau tidak baik?

Kalau standar moralitas Anda adalah latihan batin untuk mengikis akusala, maka jangankan perdagangan hewan peliharaan. Bekerja di perusahaan untuk mendapatkan gaji juga merupakan perbuatan akusala.

Saya jelaskan lagi pertanyaan saya. Apakah menurut Anda, dalam kegiatan perdagangan hewan peliharaan, jika penjual dan pembeli memperlakukan objek (hewan peliharaan) dengan baik; apakah ada perbuatan yang melanggar batas moralitas sesuai Pancasila Buddhis?

Atau saya kasih sudut pandang lain dari arah pembeli. Apakah orang yang membeli hewan untuk dipelihara dengan kasih-sayang merupakan perbuatan yang tidak baik, atau melanggar moralitas sesuai Pancasila Buddhis?


bond

#35
Gimana dengan jual binatang peliharaan untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya?

kalau anjing mungkin habitatnya sudah kebanyakan dikota..

Bagaimana dengan burung dalam sangkar dengan kebebasan alam liarnya?

Bagaimana dengan perburuan binatang2 langka atau satwa liar yg diambil dari alam liar yg merupakan habitatnya lalu dijual mahal untuk kolektor yg memeliharanya?, secara psikologis binatang itu tersiksa. Misal memelihara harimau.

IMO perdagangan makhluk hidup itu sebaiknya dihindari.. atau ada kriteria khusus? Seperti anjing dan kucing kota berbeda dengan satwa liar..

Yg repot dipelihara, dibunuh untuk dijual dan dikonsumsi...contoh di cina , hewan dipelihara hanya ketika ada konsumen meminta menu binatang itu , mereka langsung membunuh untuk mendapatkan daging segarnya...bahkan selama hidup pula binatang itu diperlakukan dengan perikeiblisan... ;D
Atau contoh yg paling sering makan seafood segar yg langsung dari akuarium, melanggar sila ngak tuh yg bunuh dan makan  ;D atau pura2 ngak liat dan ngak dengar jadi ya dimakan saja, uenak tenan ^-^

Sepertinya kata satta lebih cocok sebagai makhluk hidup, dibandingkan arti sebagai manusia...karena kalau hanya diartikan manusia, maka bisa diplesetkan...makanya harus dihubungkan denga sila panatipata....yg mana mengandung arti menghindari dari niat menghilangkan nyawa sampai menghilangkan nyawa..

silakan didiskusikan  _/\_


Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

gajeboh angek

'Pañcimā, bhikkhave, vaṇijjā upāsakena akaraṇīyā. Katamā pañca? Satthavaṇijjā, sattavaṇijjā, maṃsavaṇijjā, majjavaṇijjā, visavaṇijjā – imā kho, bhikkhave, pañca vaṇijjā upāsakena akaraṇīyā'ti." -> Vaṇijjā Sutta

"sattavaṇijjā" ti manussavikkayo. -> di sini disinggung cuma manusia (Atthakathā)

Sattame satthavaṇijjāti āvudhabhaṇḍaṃ katvā vā kāretvā vā kataṃ vā paṭilabhitvā tassa vikkayo. Āvudhabhaṇḍaṃ kāretvā tassa vikkayoti idaṃ pana nidassanamattaṃ. Sūkaramigādayo posetvā tesaṃ vikkayoti sūkaramigādayo posetvā tesaṃ maṃsaṃ sampādetvā vikkayo. Ettha ca satthavaṇijjā paroparādhanimittatāya akaraṇīyā vuttā, sattavaṇijjā abhujissabhāvakaraṇato, maṃsavisavaṇijjā vadhahetuto, majjavaṇijjā pamādaṭṭhānato. Aṭṭhamaṃ uttānameva. -> (Ṭīkā)

mohon terjemahannya yang bold dong ^:)^
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

bond

Sempet baca juga ngak boleh bisnis daging...benar ngak ya?
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

gajeboh angek

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

bond

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

markosprawira

Quote from: upasaka on 02 February 2010, 04:03:51 PM
Quote from: markosprawira on 02 February 2010, 03:49:07 PM
Mgkn perlu diperjelas moralitas yang secara apa dulu bro?

kalau secara harafiah/tertulis seperti di pancasila, atthasila, jelas itu tidak dijelaskan secara mendetail, sama seperti penyiksaan yg tidak dijelaskan secara mendetail juga

tapi moralitas yg sesungguhnya adalah latihan batin utk mengikis akusala dan memperbanyak kusala... kalau ini udah jelas diatas

nah tolong dasar pertanyaannya yg harus diperjelas lagi......

kembali pada mereka yg menyatakan it's ok berdagang hewan, jika saya melihat ada yg membeli hewan, saya biasanya berpikir "semoga mahluk itu mendapatkan kondisi yg lebih baik dari sebelumnya"

karena saat timbul "penilaian" misal "wah itu perbuatan akusala", biasanya kita cenderung utk nyemplung ke dosa dan lobha lagi he3

Moralitas sesuai Pancasila Buddhis. :)

Saya coba sharing dan bertukar pandangan dengan Anda deh. Sudah lama saya tidak berdiskusi dengan Anda. hehe...

Perdagangan senjata adalah tidak baik, karena menjual alat yang akan digunakan untuk menganiaya dan membunuh makhluk hidup. Perdagangan racun adalah tidak baik, karena menjual zat yang akan digunakan untuk mencelakai atau membunuh makhluk hidup. Perdagangan narkoba dan minuman beralkohol adalah tidak baik, karena menjual zat yang bila dikonsumsi akan menyebabkan lemahnya kesadaran seseorang. Menjual bagian tubuh hewan adalah tidak baik, karena harus didapatkan dengan cara menganiaya dan membunuh hewan untuk diambil bagian tubuhnya. Perdagangan hewan (ternak) adalah tidak baik, karena menjual hewan yang akan dianiaya dan dibunuh oleh pembelinya.

Nah, untuk kasus perdagangan hewan peliharaan... menjual hewan yang akan dipelihara dan dirawat oleh pembelinya. Apakah perdagangan ini termasuk perdagangan baik atau tidak baik?

Kalau standar moralitas Anda adalah latihan batin untuk mengikis akusala, maka jangankan perdagangan hewan peliharaan. Bekerja di perusahaan untuk mendapatkan gaji juga merupakan perbuatan akusala.

Saya jelaskan lagi pertanyaan saya. Apakah menurut Anda, dalam kegiatan perdagangan hewan peliharaan, jika penjual dan pembeli memperlakukan objek (hewan peliharaan) dengan baik; apakah ada perbuatan yang melanggar batas moralitas sesuai Pancasila Buddhis?

Atau saya kasih sudut pandang lain dari arah pembeli. Apakah orang yang membeli hewan untuk dipelihara dengan kasih-sayang merupakan perbuatan yang tidak baik, atau melanggar moralitas sesuai Pancasila Buddhis?



opa bikin malu nih  :-[

gini loh bro, setelaten apapun org yg memelihara, tujuan awalnya itu lobha bro...... ingin memiliki utk dirinya sendiri
dan saat dia memelihara sesuatu, sesungguhnya itu sudah membuat potensi suatu saat mahluk itu akan mati

kalau bro pernah memelihara hewan, pasti akan paham apa yg saya maksud diatas.....

contoh saya pribadi : dulu saya hobi pelihara ikan
wkt di kos di surabaya, saya pelihara ikan koki 6 ekor, dari mulai hanya sepanjang 2 cm, sampai jadi sepanjang 13 cm....
setiap minggu saya rajin membersihkan akuarium, menambahkan filter agar aerasi (aliran udara) lancar dan akuarium tidak kotor (ikan koki sensitif terhadap air kotor) bahkan 2x dalam seminggu, busa filternya selalu saya bersihkan
saya juga rajin memberi makan (buktinya ikan itu jadi besar  ;D )

suatu saat, saya jalan2 dengan teman (hanya 1 hari) dengan berpikir "it's ok pergi 1 hari, toh ikan koki tahan ga makan seharian (benernya bs tahan ga makan sampe 7 hari)"
and yg terjadi wkt sy pulang esok hari? ikan kokinya mati semua........ ternyata sewkt sy pergi, listrik mati jadi filter ga berfungsi, air jadi kotor, kdar oksigen berkurang dan akibatnya ikan2 mati

kasus ky gini udh bnyk saya alami, misal ikan cupang, ikan2 hias di akuarium besar (sy ada akuarium yg kaca cembung jd kalo liat akuarium ky nonton TV 29"  ;D )....

dulu juga pernah pelihara kelinci, dari 3 ekor, sampe jadi sekitar 50an ekor....

pernah juga pelihara kucing.....

jadi udh paham banget apa rasanya jadi "pembeli hewan peliharaan"

banyak kemelekatan yg timbul (harus beli makanan, kasih makan sesuai skejul, rasa sayang thd hewan itu) plus banyak dosa yg timbul (saat akuarium kotor, hewan peliharaan mati)

singkat kata : kalo sesuai pancasila buddhis secara harafiah, yg tertera tidak ada pelanggaran
tapi secara moralitas, perbuatan itu mengkondisikan terjadinya banyak akusala2

kalo ada temen2 yg bilang bhw perdagangan hewan tidak termasuk yg dilarang, it's ok..... itu hanya masalah persepsi setiap org yg berbeda2, relatif tergantung panna setiap individu, tidak bisa dipaksakan
sama seperti kita tidak bisa memaksa org utk belajar dhamma

tapi kalau bisa diarahkan, why not?  :D ....... jadi kita bisa belajar utk mengajarkan hal yg bermanfaat, sekaligus mengingatkan diri sendiri, plus bisa latihan batin juga gimana saat masukan kita "ditolak", bagaimana maintain batin saat kita merasa apa yg kita blg, sesuatu yg "baik" tapi ditolak "mentah2"  ^-^

menarik loh.........


Rina Hong

waktu kecik di buku agama ngajarin memberi makan hewan adalah salah satu praktek metta.

trus di buku IPA membedakan hewan menjadi 2 jenis, hewan liar & Hewan peliharaan.
kalo hewan peliharaan yang bisa hidup berdampingan dengan manusia, di pelihara dan dijual (dengan persepsi menjual untuk di pelihara dan disayang, bukan lobha (mengeruk keuntungan yang besar) saya rasa fine2 aja, selama kita tau cara memperlakukan hewan tersebut... namanya juga bisnis !!! kerja sama org aja belum tentu tidak melanggar sila, jadi kalo menjual hewan peliharaan (dalam konsep peliharaan yang tidak melanggar sila) saya rasa ok2 aja...

sedikit tambahan : menjual hewan peliharaan setiap hari memberi makan dia, itu juga praktek metta loh... emanknya kamma diukur dengan pandangan org lain terhadap kita? setau Rina kamma itu berdasarkan niat (cetana) kalo emank niat kita baik terhadap hewan itu, kesimpulannya kamma baik donkk....

kalo ada yg salah mohon di bimbing (maklum masih junior ;D)
The four Reliances
1st,rely on the spirit and meaning of the teachings, not on the words;
2nd,rely on the teachings, not on the personality of the teacher;
3rd,rely on real wisdom, not superficial interpretation;
And 4th,rely on the essence of your pure Wisdom Mind, not on judgmental perceptions

Nevada

#42
Quote from: markosprawira on 03 February 2010, 10:42:13 AM
opa bikin malu nih  :-[

gini loh bro, setelaten apapun org yg memelihara, tujuan awalnya itu lobha bro...... ingin memiliki utk dirinya sendiri
dan saat dia memelihara sesuatu, sesungguhnya itu sudah membuat potensi suatu saat mahluk itu akan mati

kalau bro pernah memelihara hewan, pasti akan paham apa yg saya maksud diatas.....

contoh saya pribadi : dulu saya hobi pelihara ikan
wkt di kos di surabaya, saya pelihara ikan koki 6 ekor, dari mulai hanya sepanjang 2 cm, sampai jadi sepanjang 13 cm....
setiap minggu saya rajin membersihkan akuarium, menambahkan filter agar aerasi (aliran udara) lancar dan akuarium tidak kotor (ikan koki sensitif terhadap air kotor) bahkan 2x dalam seminggu, busa filternya selalu saya bersihkan
saya juga rajin memberi makan (buktinya ikan itu jadi besar  ;D )

suatu saat, saya jalan2 dengan teman (hanya 1 hari) dengan berpikir "it's ok pergi 1 hari, toh ikan koki tahan ga makan seharian (benernya bs tahan ga makan sampe 7 hari)"
and yg terjadi wkt sy pulang esok hari? ikan kokinya mati semua........ ternyata sewkt sy pergi, listrik mati jadi filter ga berfungsi, air jadi kotor, kdar oksigen berkurang dan akibatnya ikan2 mati

kasus ky gini udh bnyk saya alami, misal ikan cupang, ikan2 hias di akuarium besar (sy ada akuarium yg kaca cembung jd kalo liat akuarium ky nonton TV 29"  ;D )....

dulu juga pernah pelihara kelinci, dari 3 ekor, sampe jadi sekitar 50an ekor....

pernah juga pelihara kucing.....

jadi udh paham banget apa rasanya jadi "pembeli hewan peliharaan"

banyak kemelekatan yg timbul (harus beli makanan, kasih makan sesuai skejul, rasa sayang thd hewan itu) plus banyak dosa yg timbul (saat akuarium kotor, hewan peliharaan mati)

singkat kata : kalo sesuai pancasila buddhis secara harafiah, yg tertera tidak ada pelanggaran
tapi secara moralitas, perbuatan itu mengkondisikan terjadinya banyak akusala2

kalo ada temen2 yg bilang bhw perdagangan hewan tidak termasuk yg dilarang, it's ok..... itu hanya masalah persepsi setiap org yg berbeda2, relatif tergantung panna setiap individu, tidak bisa dipaksakan
sama seperti kita tidak bisa memaksa org utk belajar dhamma

tapi kalau bisa diarahkan, why not?  :D ....... jadi kita bisa belajar utk mengajarkan hal yg bermanfaat, sekaligus mengingatkan diri sendiri, plus bisa latihan batin juga gimana saat masukan kita "ditolak", bagaimana maintain batin saat kita merasa apa yg kita blg, sesuatu yg "baik" tapi ditolak "mentah2"  ^-^

menarik loh.........

Sorry, Bro. Baru lihat sekarang kalau ada reply... ;D

Betul. Jangankan keinginan untuk memelihara hewan peliharaan. Keinginan untuk punya anak dan membesarkan anak juga termasuk lobha.

Wah, menarik juga sampai pelihara kelinci. Saya juga pernah pelihara kucing, setelah besar mereka semua malah meninggalkan keduniawian (baca: rumah saya). :)) Mengenai ikan maskoki, memang ikan itu sangat sensitif. Sebenarnya ikan maskoki bisa hidup di air kotor, asal air itu tidak beracun dan tidak mengandung kaporit dan atau amoniak dalam jumlah tinggi. Selain itu, faktor pH dan suhu air juga sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup ikan maskoki. Selain itu masih banyak lagi faktor yang diperlukan ikan maskoki untuk hidup nyaman dan sehat.

Kebanyakan orang yang memelihara hewan dimotivasi oleh keinginan untuk memiliki saja. Namun jarang sekali dari mereka yang membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memelihara hewan peliharaannya. Inilah yang sering kali menyebabkan hewan peliharaan menjadi cepat mati, tidak sehat, ataupun hidup tertekan di bawah majikannya. Dalam hal ini, saya pikir itu semua adalah kesalahan pembeli, pemelihara, maupun majikan.

Saya juga paham dengan apa yang dirasakan seseorang ketika memelihara hewan peliharaannya. Dan saya pikir, kemelekatan terhadap anak jauh melebihi kemelekatan terhadap hewan peliharaan. Itu dengan catatan seseorang sangat mencintai dan menghargai anaknya sebagai "darah-dagingnya" sendiri.

Mengenai lobha, saya sependapat dengan Anda seperti yang pernah Anda nyatakan di postingan-postingan lain; bahwa kita cenderung melakukan perbuatan yang dilandasi entah oleh lobha, atau dosa. Karena itu, dalam konteks ini saya hanya bicara dalam koridor keseharian saja. Saya sependapat dengan Anda bahwa memelihara hewan adalah lobha, dan kita sebaiknya berusaha mengikis lobha. Memelihara hewan adalah kebutuhan sekunder, jadi bukan kebutuhan pokok. Tapi bukan berarti Buddhisme tidak memberikan "solusi" untuk memelihara hewan dengan benar. :)

Lagipula dalam thread ini, saya hanya ingin bertukar pendapat dengan Anda dan teman lainnya: "Apakah definisi satta vanijja itu, dan bagaimana hubungan implikasinya dengan perdagangan hewan peliharaan; termasuk atau tidak termasuk?"

Saya sudah berdiskusi dengan S. Peacemind lewat jalur pribadi (personal message). Diskusi kami belum selesai, namun beliau secara tertulis menunjukkan bahwa satta vanijja memang perdagangan manusia. Sedangkan mamsa vanijja adalah perdagangan hewan yang akan dikonsumsi atau dibunuh. Pada intinya, satta vanijja dan mamsa vanijja dianjurkan Sang Buddha untuk dihindari; sebab dalam proses pengelolaan objek dagangan, proses transaksi, dan proses memakai (mengonsumsi) objek itu cenderung (bahkan pasti) menyebabkan kedua pihak melakukan pelanggaran moralitas (pancasila). Hanya pancasila Buddhis saja.

Karena itu, S. Peacemind hanya memberi kesimpulan bila peternakan, pembiakkan dan perdagangan maupun pemeliharaan hewan peliharaan dilakukan dengan benar, usahakanlah agar tidak mengondisikan penganiayaan maupun mengakibatkan kerugian pada mereka. Dengan demikian tidak ada moralitas (sesuai pancasila Buddhis) yang dilanggar.

Hanya sesederhana itu saja.
Kalau S. Peacemind melihat tulisan ini, sekiranya berkenan, mohon ditambahkan atau diberi uraian yang lebih jelas. _/\_

hatRed

saat berdagang hewan,

motivasinya adalah mencari untung ->>> ujung ujugnya lobha..

lain halnya dengan penangkaran hewan.. :P  , g pernah liat yah di website apa gitu, jadi kelinci2 yg gak bertuan atau yg tunawisma karena dibuang atau pemilik sebelumnya sudah gak sanggup itu ditampung disitu..

terus kalo kita mo adopsi hewan tersebut, harus melalui proses yg ketat. seperti apakah kita sanggup memelihara hewan itu. kalo gak salah di singapura.

nah itulah menurut g, yg baru benar2 berdasar metta... :)  walau emang keknya nyari untung juga sih :P (soalnya ada bayar2 juga kalo gak salah)
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

Quote from: hatRed on 12 February 2010, 10:01:43 AM
saat berdagang hewan,

motivasinya adalah mencari untung ->>> ujung ujugnya lobha..

lain halnya dengan penangkaran hewan.. :P  , g pernah liat yah di website apa gitu, jadi kelinci2 yg gak bertuan atau yg tunawisma karena dibuang atau pemilik sebelumnya sudah gak sanggup itu ditampung disitu..

terus kalo kita mo adopsi hewan tersebut, harus melalui proses yg ketat. seperti apakah kita sanggup memelihara hewan itu. kalo gak salah di singapura.

nah itulah menurut g, yg baru benar2 berdasar metta... :)  walau emang keknya nyari untung juga sih :P (soalnya ada bayar2 juga kalo gak salah)

Saat berdagang buku, motivasinya adalah mencari untung => ujung-ujungnya adalah lobha.

Mungkin lebih baik Gramedia mengubah visi-misi mereka menjadi fasilisator yang menyediakan semua buku untuk dibaca dan dimiliki secara gratis. Mungkin begitu, Bro?

Metta adalah praktik cinta-kasih untuk saat ini. Metta tidak berhubungan dengan jual atau penangkaran. Menjual dan menangkar adalah aplikasi dari praktik cinta-kasih. Praktik cinta-kasih yang ditanam sedari awal adalah pikiran yang penuh cinta-kasih. Pikiran yang penuh cinta-kasih dituangkan dalam cara memperlakukan hewan dengan kasih-sayang. Menangkar tidak selalu pasti membahagiakan hewan. Menjual juga tidak selalu pasti merugikan hewan.

Pernahkah Anda mencoba melihat hal ini dari sudut pandang lain? Menjual hewan peliharaan pun sebenarnya memberikan kesempatan kepada orang lain untuk merawat dan memelihara hewan peliharaan itu. :)