Apa yang dipikirkan oleh Buddha Gotama?

Started by Toni, 19 February 2009, 09:38:58 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Toni

Salam semuanya,
wa pengen bertanya, apakah yang dipikirkan oleh Buddha Gotama pada saat meditasi sehingga pikirannya itu bisa menjadi Pengetahuan Luas dan menjadikannya SAMMA SAMBUDDHA? Bila dipikir oleh umat awam seperti wa, bila dilakukan pemusatan pikiran dan pengendalian diri seperti hanya mengerti pada pusat tertentu. Mengapa sebuah pikirannya bisa mencapai hal tersebut.
Bila teman-teman ada yang mengetahui kisi-kisi ini. Mengapa kalian tidak dapat merealisasikannya dengan sempurna. Apakah susah bila sudah ada kisi-kisinya? Sebenarnya apa yang dipikirkan beliau?

_/\_

Toni

Mungkin lebih enteng untuk dipikir begini. Anggap saja pikiran kita adalah sumber air dan halangan kita adalah sebuah batu. Bagaimana air tersebut menghancurkan batu yang keras? Dengan langsung diterjang mungkin saja tidak dapat menghancurkan batu tersebut. Ada kemungkinan batu tersebut hanya terhempas dan mengikuti arus tersebut. Tapi bila air tersebut dilobangi sedikit demi sedikit di satu titik. Lama-lama batu tersebut akan berlobang tapi bukan hancur. Inilah maksud wa. Apa yang sebenarnya yang dipikirkan BUDDHA GOTAMA? Bagaimana menghancurkan batu tersebut?

Nevada

Dulu Beliau tidak mencoba untuk berpikir...

Toni

Bisa diutarakan lebih detil apakah yang dimaksud dengan tidak mencoba untuk berpikir?

Nevada

Saat bermeditasi, Pertapa Gotama tidak berusaha memikirkan pikiran-Nya. Justru Beliau menyadari gejolak batin-Nya dengan konsentrasi dan fokus serta penuh perhatian. Tidak lagi mencerap dan menimbun persepsi. Pertapa Gotama tidak mencekoki pikiran-Nya dengan konsep-konsep, paradigma-paradigma maupun kesan-kesan. Beliau menyaksikan sendiri realita dari dunia ini. Dan karenanya, pikiran Beliau pun terhenti. Beliau melihat semua hal atas dasar sebagaimana adanya; tidak lagi dipengaruhi imajinasi, fantasi ataupun spekulasi. Melihat realitas dunia, menembus fatamorgana kehidupan, terlepas dari kehampaan, mencapai Pencerahan, meraih Pembebasan Mutlak; merealisasi Nibbana.

Ketika Anda mengenali pikiran Anda, Anda akan mengenali dunia ini.

Toni

Dengan kata singkat adalah memberhentikan pikiran? Bisa ya? Lalu apa yang terjadi pada engkau upasaka?

Dhamma Sukkha

tony tony chopperrr ;D ,
mungkin itulah istimewanya dari orang yang telah mencapai keBuddha-an ;D ;D ;D ;D ;D
punya  Sabbannu<= namanya Sabannu ya klo gak salah?
setelah mencapai keBuddhaan maka mungkin timbullah Sabannu secara bersamaan, mungkin kali ya  ;D ;D ;D ;D

metta cittena,
Citta ;D
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Dhamma Sukkha

kita belum bisa merealisasikan Nibbana karena kita masih memiliki Tanha lhe... ;D ;D ;D

Metta cittena,
Citta ;D

May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Toni

;D ;D ;D
;D ;D ;D

Bagaimana prosesnya dev sebelum menjadi Buddha bukan setelah. Mengapa kita tidak bisa menyingkirkan dia? Punya tips and trik?

Nevada

Bukan menghentikan pikiran. Pikiran sendiri dalam konsep Buddhisme terlalu kaku untuk dijelaskan dalam tataran konteks Bahasa Indonesia. Dalam Bahasa Pali, pikiran dikenal dengan istilah mano, citta dan (kadang) vinnana. Pikiran yang terhenti dalam meditatif ini adalah pikiran yang 'memikirkan sesuatu; mencerap, menciptakan gagasan, memunculkan impuls-impuls batin.' Pertapa Gotama tidak terisolasi oleh kebiasaan cara kerja dari pikiran ini. Beliau melepaskan sifat biologis ini, dan Beliau mencapai keadaan di mana batin dapat melihat gejolak yang terjadi padanya secara nyata dan real.

Saya belum bisa melawan kecenderungan biologis ini. Semoga saya bisa menaklukkannya, begitu pula Anda dan semua makhluk lainnya.

Toni

Hm... sulit dicerna..
Tapi jadi ingat film sun wu kong.
Tong sam cong sering berkata "ISI ADALAH KOSONG, KOSONG ADALAH ISI". Apa coba?

Melepaskan sifat biologis? Hm... Ada pendapat lain dari teman-teman?

kiman

U CAN GET DHARMA WITHOUT MONEY

Nevada

Semua orang memiliki kecenderungan untuk mengikuti naluri alamiahnya. Seperti marah ketika dihina, senang ketika dipuji, sedih ketika mendapatkan musibah. Sang Buddha adalah orang yang sudah sadar. Beliau menyadari bahwa itu semua hanyalah gejolak batin saja. Semua hal dan benda di dunia ini netral, namun pikiran kita yang memilahnya berdasarkan persepsi untuk menjadi 'suka' maupun 'duka'. Ketika kita sudah melihat realitas dan menaklukkan diri sendiri (baca : mengalahkan kecenderungan sifat biologis), kita akan berdiam dalam satu keadaan mental yang damai dan tercerahkan.

Sang Buddha pernah menyinggung bahwa orang-orang yang suka menari dan menyanyi (terbuai dalam irama musik yang hedonis) adalah bagaikan orang gila. Demikian pula orang yang senang bergirangan dan menangis sedih terisak-isak, semuanya layaknya orang yang kurang waras.

Perbedaan antara Orang Yang Sadar (Buddha) dengan orang awam, adalah bagaikan perbedaan kewarasan antara seorang yang normal dengan seorang yang gila (sakit jiwa).

Sunce™

apa yang dipikirkan oleh toni sehinggan ingin mengetahui hal ini.. :P ;D

coedabgf

#14
Perenungan apa yang dipikirkan sang guru Buddha pada akhir hayat.
Rahasianya di Udana 8.3 tentang kata yang Mutlak itu, 'Sesuatu itu', apakah itu?.
Sehingga yang awam sebut alamiah itu, guru Buddha bilang bukan yang alamiah,
sehingga umat/awam terus berputar di (polemik-polemik) jalan umum, masih terikat dalam khayal fenomena-fenomena cengkaraman yang disebut alamiah 'aku',
berbicara tentang anicca dukkha anatta (hanya ciri kesementaraan yang berkondisi, menunjuk tertuju kepada diri sendiri, ciri diri sendiri) tetapi memakai mantel awam 'aku', atta (yang) anatta, bersifat khayal, apalagi bila berbicara tentang kemutlakan, yang Mutlak. Apakah hukum kebenaran Mutlak itu ada kebetulan? mengapa mengikat segala apa yang ada di seluruh semesta?,
sebab seperti yang diyakini umat, oleh karena diri sendiri, pikiran dan perbuatan manusia mendapat keselamatan/kesempurnaan tetapi yang sesungguhnya (sebenarnya) semua terikat (ada penundukan) pada hukum kebenaran itu sendiri (yang mutlak), bukan dari karena kebetulan sikap dan tindakan pilihan manusia menurut kehendak(bebas)nya masing-masing,
tetapi pada akhirnya mereka yang dapat tercerahkan karena menyadari pengajaran (kebenaran) jalan unggul bukan lagi jalan umum,
itulah mengapa sehingga ada pelurusan pengajaran pada masa akhir-akhir hayat oleh guru Buddha.

kutipan :
"Subhuti, keberadaan konsepsi keakuan dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan keberadaan konsepsi diri tetapi orang awam menganggapnya sebagai keberadaan konsepsi keakuan. Subhuti, orang awam dikatakan oleh Tathagatha sebagai bukan orang awam. Oleh sebab itu dinamakan orang awam."

Diantara umat manusia hanya sedikit yang dapat mencapai pantai seberang, sebagian besar hanya berjalan hilir mudik di tepi sebelah sini.


semoga memperkaya wawasan pencerahan
good hope and love
iKuT NGeRumPI Akh..!