perjalanan membuktikan ajaran Sang Buddha: patibhaga nimittta

Started by fabian c, 15 February 2009, 12:47:08 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

bond

Quote from: dilbert on 02 March 2009, 02:39:42 PM
[at] bond & fabian,

katanya meditasi bisa sampai pada tahap tidak bernafas/nafas lenyap... apakah ini berarti benar benar tidak bernafas (paru-paru) tidak menerima udara ?? dan apakah jantung tetap bekerja ?

Kalau tidak ada nafas/lenyap itu memang terjadi pada jhana 4.

Menurut cerita Ajahn brahm tentang gurunya Ajahn chah saat dirumah sakit, dokter yg memeriksa Ajahn Chah sempat bingung, karena tidak ada detak jantung dan nafas tetapi darahnya tetap mengalir dan mengandung oksigen. Saat itu bhikkhu yg bersama Ajahn chah hanya tersenyum dan mengatakan bahwa beliau ada di jhana 4. Menurut ceramah Sayalay Dipankara  di jhana empat memang tidak bernafas.

Hanya yg perlu dicermati dari cerita Ajhan Brahm tidak dijelaskan apakah dokter tsb memeriksa denyut jantungnya dengan alat atau manual.

IMO
denyut jantung seharusnya masih ada hanya sangat2  halus, bisa sampai tidak terdeteksi CMIIW
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Hendra Susanto

ko bonk, apa memang selalu napas ilang/alus berada di jhana 4??? kok cepat kali bisa ke jhana 4 padahal waktu itu duduknya gak lama (kira2 2-3 jam lah klo gak salah)

bond

coba liat faktor jhananya dulu baru bisa menyimpulkan jhana 4. Kalo jhana 1,2 ,3 keliatannya ilang saja, seperti yang diterangkan ko fabian persepsi nafas yang hilang. Jadi berbeda antara nafas hilang benaran dan persepsi nafas yang hilang(seakan-akan kita tidak nafas karena sangat halusnya).

Menurut keterangan jhana 4 memang tidak bernafas ;D
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Hendra Susanto

thx ko bonk, terlalu sakti klo cm duduk segitu lama uda lgss ke jhana 4 :))

BlackDragon

#214
Quote from: fabian c on 02 March 2009, 12:54:06 AM
Quote from: BlackDragon on 01 March 2009, 11:43:50 PM
Ada tambahan lg neh dari Superpower Mindfulness (hal25).

Sifat-Sifat Nimitta
Kita dapat mengenali nimitta melalui enam ciri berikut:
1. Nimitta hanya muncul setelah tahap kelima dari meditasi, setelah meditator bersama dgn napas indah utk waktu yg lama.
2. Nimitta muncul ketika napas lenyap.
3. Nimitta muncul hanya ketika pancaindra eksternal penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan sepenuhnya tidak hadir.
4. Nimitta terwujud hanya dalam keheningan pikiran, ketika gagasan Deskriptif (perkataan dalam hati) sepenuhnya tidak hadir.
5. Nimitta itu asing namun penuh daya tarik.
6. Nimitta adalah objek sedehana yg indah.

merujuk pada sifat no.3 yg di bold, jelas nimitta dirasakan / dilihat oleh batin.
Walaupun A.Bhram belum tentu benar, setidak2nya ada bahan untuk perbandingan bagi yg sudah mengalami sendiri. :)

_/\_

Saudara Black Dragon yang baik,

Saudara mengutip pernyataan Ajahn Brahm, apakah saudara pernah mengalami nimitta? bila benar tulisan mengenai nimitta adalah tulisan Ajahn Brahm sangat disayangkan, karena kenyataannya tidak demikian. Mudah-mudahan hanya kesalahan penerjemahan.

Karena banyak hal diatas menurut apa yang saya alami tidak demikian,

2. Tidak sepenuhnya benar bila dikatakan nimitta muncul ketika napas lenyap. Pada patibagha nimitta dan uggaha memang demikian, tetapi pada parikamma nimitta napas (persepsi terhadap napas) tetap hadir.

3. Ketika nimitta muncul, saya bisa mendengar, saya bisa mencium, indra pengecapan dan perabaan juga masih hadir. Hanya setelah terjadi kemanunggalan/absorpsi maka kesan pancaindera untuk sementara berhenti.

4. Inipun juga tidak benar, saya bisa saja berkata dalam hati satu dua patah kata tanpa kehilangan nimitta tersebut.

merujuk pada keterangan mengenai nimitta Ajahn Brahm bahkan tidak jelas, ia tidak mengatakan apakah nimittanya pada tahap parikamma, uggaha atau patibagha.

Ini pendapat berdasarkan apa yang saya alami, bila ingin tahu faktanya anda boleh bertanya kepada teman anda yang pernah mengalami nimitta.

Ehipassiko....

sukhi hotu,

_/\_

Saudara Fabian yang juga baik,

Jujur saya tidak begitu paham ttg istilah2 nimitta yg Bro sampaikan(maklum baru belajar) ;D,
tetapi saya setuju bahwa mgkn saja Nimitta yg dijelaskan oleh Ajahn Bhram adalah nimitta yg sudah sempurna (sangat kuat).
Jadi mgkn itu yg membuat perbedaan, knp Bro Fabian masih bisa menggunakan bbrp indra, sedangkan beliau mengatakan sudah putus semua indra.

Tapi yg membuat saya bingung, saya pun sudah pernah mengalami dimana kesadaran sangat kuat/fokus, bahkan indra pendengaran, penglihatan, perabaan terputus, yg ada hanya pikiran yg sangat sadar dan perasaan Damai yg sangat2 Extreme.
Pdhl saat itu tidak/belum ada nimitta. :-?
Kira2 kenapa bisa begitu yah? ???
Karena pengalaman saya itu maka saya menjadi yakin, bahwa ketika mencapai Nimitta, panca indra akan terputus, krn ketika belum timbul nimitta saja, Bbrp indra sudah terputus.

Mgkn pandangan saya yg keliru, mohon masukannya.

Oh yah satu lagi, Nimitta dari Samantha dgn Nimitta dari Vipassana apa bedanya yah?



QuoteJadi pada tahap ini hanya persepsi napas masuk keluar yang telah lenyap tergantikan oleh nimitta, tetapi bukan berarti napas telah berhenti

Saya rasa maksud Beliau juga seperti di atas. :>-



Mohon masukannya om Fabian dan Romo cunda yg baik, krn saya masih belajar. ^:)^
_/\_
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

tesla

Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

bond

Quote from: tesla on 03 March 2009, 07:28:07 AM
dlm anapanasati ga harus muncul nimitta

Memang ngak harus tapi kebanyakan orang/mayoritas nimita itu muncul.
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

fabian c

Quote from: BlackDragon on 27 February 2009, 10:39:04 PM
QuoteNamaste suvatthi hotu

Apabila landasan mata tidak ada (buta) maka kita tidak akan mampu melihat objek melalui gerbang mata artinya cakkhuviññāṇa tidak terjadi.

Paṭibhāganimitta adalah "tanda pasangan lawan" terjadi karena pikiran dalam keadaan tenang biasanya lima rintangan batin telah pudar, jadi hanya muncul pada pikiran mencapai "konsentrasi akses" (Upacāra-samādhi)


Justru yang mengenali Nimitta adalah kesadaran batin (manoviññāṇa), karena nimitta di sini merupakan objek pikiran (dhamma)

semoga mebantu

thuti

Quotenamaste suvatthi hotu


Orang buta yang berlatih anapanasati bisa saja "melihat" anapananimitta karena anapananimitta dikenali oleh "kesadaran batin" dan bukan oleh "kesadaran mata" (melihat).

anapananimitta tidak sama dengan kasinanimitta

pada meditasi Kasina, sejak awal "objek" harus ditatap terlebih dahulu oleh mata (melalui kesadaran mata), kemudian objek dilihat dengan mata tertutup (oleh kesadaran batin) sebagai "gambaran objek asli" dalam batin.

Sedangkan pada anapananimitta sejak awal semua dikenali melalui kesadaran batin.

Semoga membantu


thuti

Wah ternyata uda dijawab sama Romo. ;D ;D ;D
Sory saya telat baca postingannya.
^:)^ ^:)^ ^:)^

mau tanya Om Fabian, dari awal saya baca om Fab yakin bahwa orang buta tdk bisa mengalami atau melihat Nimitta pasti ada sebabnya, apakah dari sutta?
Refrensi nya dari sutta mana yah?
Bisa tolong posting disini? (indo pleaseee...) ;D

_/\_

Saudara Black Dragon yang baik,

Secara kebetulan saya menemukan sutta ini, mudah-mudahan sedikit memuaskan rasa keingin-tahuan saudara,

SN 51.20

"And how does a monk — by means of an awareness open & unhampered — develop a brightened mind? There is the case where a monk has the perception of light, the perception of daytime [at any hour of the day] well in hand & well-established. This is how a monk — by means of an awareness open & unhampered — develops a brightened mind.

"dan bagaimanakah seorang bhikkhu – dengan kesadaran terbuka & tak terhalang mengembangkan kecerahan batin? Ada bhikkhu yang memiliki persepsi cahaya, persepsi siang hari (setiap waktu di siang hari) menguasai & mapan. Inilah bagaiman caranya seorang bhikkhu – dengan cara menyadari, terbuka dan tak terhalang – mengembangkan kecerahan batin.

(SN 51.20 - A.N 3 – 100 - .... - .... ) dll
"If he wants, he sees — by means of the divine eye, purified and surpassing the human — beings passing away and re-appearing, and he discerns how they are inferior and superior, beautiful and ugly, fortunate and unfortunate in accordance with their kamma

"Jika ia menginginkan, ia melihat – dengan mata dewa, yang murni dan melebihi manusia biasa – manusia mati dan terlahir kembali, dan ia melihat bahwa mahluk mahluk yang rendah dan yang mulia, cantik dan buruk, beruntung dan tak beruntung sesuai dengan karmanya masing-masing.


Indriya-bhavana Sutta  -  The Development of the Faculties
MN 152


I have heard that on one occasion the Blessed One was staying among the Kajjangalas in the Bamboo Grove. Then the young brahman Uttara, a student of Parasiri1 went to the Blessed One and, on arrival, exchanged friendly greetings & courtesies. After this exchange of courteous greetings he sat to one side.
As he was sitting there, the Blessed One said to him: "Uttara, does the brahman Parasiri teach his followers the development of the faculties?"
"Yes, master Gotama, he does."
"And how does he teach his followers the development of the faculties?"
"There is the case where one does not see forms with the eye, or hear sounds with the ear [in a trance of non-perception]. That's how the brahman Parasiri teaches his followers the development of the faculties."
"That being the case, Uttara, then a blind person will have developed faculties, and a deaf person will have developed faculties, according to the words of the brahman Parasiri. For a blind person does not see forms with the eye, and a deaf person does not hear sounds with the ear."
When this was said, the young brahman Uttara sat silent & abashed, his shoulders slumped, his head down, brooding, at a loss for words. The Blessed One — noticing that Uttara was sitting silent & abashed, his shoulders slumped, his head down, brooding, at a loss for words — said to Ven. Ananda, "Ananda, the development of the faculties that the brahman Parasiri teaches his followers is one thing, but the unexcelled development of the faculties in the discipline of a noble one is something else entirely."


Demikianlah yang kudengar, pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam diantara suku Kajjangala di hutan bamboo. Kemudian seorang brahmana muda bernama Uttara, seorang siswa Parasiri datang menemui Sang Bhagava dan setelah tiba, saling bertukar salam dengan ramah tamah. Setelah pertukaran salam ramah tamah ini ia duduk pada satu sisi.
Setelah duduk, Sang Bhagava berkata kepadanya: "Uttara, apakah brahmana Parasiri mengajarkan para pengikutnya pengembangan indra?
"Ya, yang mulia Gotama, ia mengajarkan."
"Dan bagaimanakah ia mengajarkan para pengikutnya mengenai pengembangan indra?"
"Ada orang yang tidak melihat bentuk-bentuk dengan matanya, atau mendengar suara dengan telinganya (pada waktu mencapai Jhana tanpa persepsi). Demikianlah ajaran brahmana Parasiri terhadap para pengikutnya mengenai pengembangan indra.
"Bila demikian halnya, Uttara, maka seorang buta bisa mengembangkan indra, dan seorang tuli bisa mengembangkan indra, sesuai dengan pendapat brahmana Parasiri. Karena seorang yang buta tidak melihat bentuk-bentuk dengan matanya, dan orang tuli tidak mendengar suara-suara dengan telinganya."
. ............ ................. ............ ...................... ................... ................... .................... "Ananda, pengembangan indra yang diajarkan oleh brahmana Parasiri kepada para pengikutnya adalah satu hal, tetapi pengembangan indra tak tertandingi yang diajarkan Sang Buddha adalah suatu hal yang lain sama sekali

sukhi hotu,

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote from: BlackDragon on 03 March 2009, 03:43:52 AM
Quote from: fabian c on 02 March 2009, 12:54:06 AM
Quote from: BlackDragon on 01 March 2009, 11:43:50 PM
Ada tambahan lg neh dari Superpower Mindfulness (hal25).

Sifat-Sifat Nimitta
Kita dapat mengenali nimitta melalui enam ciri berikut:
1. Nimitta hanya muncul setelah tahap kelima dari meditasi, setelah meditator bersama dgn napas indah utk waktu yg lama.
2. Nimitta muncul ketika napas lenyap.
3. Nimitta muncul hanya ketika pancaindra eksternal penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan sepenuhnya tidak hadir.
4. Nimitta terwujud hanya dalam keheningan pikiran, ketika gagasan Deskriptif (perkataan dalam hati) sepenuhnya tidak hadir.
5. Nimitta itu asing namun penuh daya tarik.
6. Nimitta adalah objek sedehana yg indah.

merujuk pada sifat no.3 yg di bold, jelas nimitta dirasakan / dilihat oleh batin.
Walaupun A.Bhram belum tentu benar, setidak2nya ada bahan untuk perbandingan bagi yg sudah mengalami sendiri. :)

_/\_

Saudara Black Dragon yang baik,

Saudara mengutip pernyataan Ajahn Brahm, apakah saudara pernah mengalami nimitta? bila benar tulisan mengenai nimitta adalah tulisan Ajahn Brahm sangat disayangkan, karena kenyataannya tidak demikian. Mudah-mudahan hanya kesalahan penerjemahan.

Karena banyak hal diatas menurut apa yang saya alami tidak demikian,

2. Tidak sepenuhnya benar bila dikatakan nimitta muncul ketika napas lenyap. Pada patibagha nimitta dan uggaha memang demikian, tetapi pada parikamma nimitta napas (persepsi terhadap napas) tetap hadir.

3. Ketika nimitta muncul, saya bisa mendengar, saya bisa mencium, indra pengecapan dan perabaan juga masih hadir. Hanya setelah terjadi kemanunggalan/absorpsi maka kesan pancaindera untuk sementara berhenti.

4. Inipun juga tidak benar, saya bisa saja berkata dalam hati satu dua patah kata tanpa kehilangan nimitta tersebut.

merujuk pada keterangan mengenai nimitta Ajahn Brahm bahkan tidak jelas, ia tidak mengatakan apakah nimittanya pada tahap parikamma, uggaha atau patibagha.

Ini pendapat berdasarkan apa yang saya alami, bila ingin tahu faktanya anda boleh bertanya kepada teman anda yang pernah mengalami nimitta.

Ehipassiko....

sukhi hotu,

_/\_

Saudara Fabian yang juga baik,

Jujur saya tidak begitu paham ttg istilah2 nimitta yg Bro sampaikan(maklum baru belajar) ;D,
tetapi saya setuju bahwa mgkn saja Nimitta yg dijelaskan oleh Ajahn Bhram adalah nimitta yg sudah sempurna (sangat kuat).
Jadi mgkn itu yg membuat perbedaan, knp Bro Fabian masih bisa menggunakan bbrp indra, sedangkan beliau mengatakan sudah putus semua indra.

Tapi yg membuat saya bingung, saya pun sudah pernah mengalami dimana kesadaran sangat kuat/fokus, bahkan indra pendengaran, penglihatan, perabaan terputus, yg ada hanya pikiran yg sangat sadar dan perasaan Damai yg sangat2 Extreme.
Pdhl saat itu tidak/belum ada nimitta. :-?

Kira2 kenapa bisa begitu yah? ???
Karena pengalaman saya itu maka saya menjadi yakin, bahwa ketika mencapai Nimitta, panca indra akan terputus, krn ketika belum timbul nimitta saja, Bbrp indra sudah terputus.


Mgkn pandangan saya yg keliru, mohon masukannya.

Oh yah satu lagi, Nimitta dari Samantha dgn Nimitta dari Vipassana apa bedanya yah?



QuoteJadi pada tahap ini hanya persepsi napas masuk keluar yang telah lenyap tergantikan oleh nimitta, tetapi bukan berarti napas telah berhenti

Saya rasa maksud Beliau juga seperti di atas. :>-



Mohon masukannya om Fabian dan Romo cunda yg baik, krn saya masih belajar. ^:)^
_/\_

Saudara Black Dragon yang baik,

Quote
Tapi yg membuat saya bingung, saya pun sudah pernah mengalami dimana kesadaran sangat kuat/fokus, bahkan indra pendengaran, penglihatan, perabaan terputus, yg ada hanya pikiran yg sangat sadar dan perasaan Damai yg sangat2 Extreme.
Pdhl saat itu tidak/belum ada nimitta. :-?

Saya juga bingung nih  :), saya tidak tahu meditasi apa yang saudara lakukan (walaupun dugaan saya bukan samatha bhavana dibawah bimbingan guru yang ahli), bagaimana prosesnya, apa keadaan yang mendahuluinya (sebelum mencapai keadaan itu), apa objek anda saat itu dsbnya...

Quote

Kira2 kenapa bisa begitu yah? ???
Karena pengalaman saya itu maka saya menjadi yakin, bahwa ketika mencapai Nimitta, panca indra akan terputus, krn ketika belum timbul nimitta saja, Bbrp indra sudah terputus.

Maaf kalau saya boleh bertanya, bagaimanakah pengalaman terputusnya panca indra tersebut? Bagaimana prosesnya? Bisakah saudara Black Dragon ceritakan keadaannya?

Maaf jawaban saya mungkin tidak memuaskan saudara.

sukhi hotu,

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

fabian c

Quote from: bond on 02 March 2009, 02:52:35 PM
Quote from: fabian c on 02 March 2009, 09:48:33 AM
Quote from: bond on 02 March 2009, 08:59:29 AM
Quote from: fabian c on 02 March 2009, 12:54:06 AM
Quote from: BlackDragon on 01 March 2009, 11:43:50 PM
Ada tambahan lg neh dari Superpower Mindfulness (hal25).

Sifat-Sifat Nimitta
Kita dapat mengenali nimitta melalui enam ciri berikut:
1. Nimitta hanya muncul setelah tahap kelima dari meditasi, setelah meditator bersama dgn napas indah utk waktu yg lama.
2. Nimitta muncul ketika napas lenyap.
3. Nimitta muncul hanya ketika pancaindra eksternal penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan sepenuhnya tidak hadir.
4. Nimitta terwujud hanya dalam keheningan pikiran, ketika gagasan Deskriptif (perkataan dalam hati) sepenuhnya tidak hadir.
5. Nimitta itu asing namun penuh daya tarik.
6. Nimitta adalah objek sedehana yg indah.

merujuk pada sifat no.3 yg di bold, jelas nimitta dirasakan / dilihat oleh batin.
Walaupun A.Bhram belum tentu benar, setidak2nya ada bahan untuk perbandingan bagi yg sudah mengalami sendiri. :)

_/\_

Saudara Black Dragon yang baik,

Saudara mengutip pernyataan Ajahn Brahm, apakah saudara pernah mengalami nimitta? bila benar tulisan mengenai nimitta adalah tulisan Ajahn Brahm sangat disayangkan, karena kenyataannya tidak demikian. Mudah-mudahan hanya kesalahan penerjemahan.

Karena banyak hal diatas menurut apa yang saya alami tidak demikian,

2. Tidak sepenuhnya benar bila dikatakan nimitta muncul ketika napas lenyap. Pada patibagha nimitta dan uggaha memang demikian, tetapi pada parikamma nimitta napas (persepsi terhadap napas) tetap hadir.

3. Ketika nimitta muncul, saya bisa mendengar, saya bisa mencium, indra pengecapan dan perabaan juga masih hadir. Hanya setelah terjadi kemanunggalan/absorpsi maka kesan pancaindera untuk sementara berhenti.

4. Inipun juga tidak benar, saya bisa saja berkata dalam hati satu dua patah kata tanpa kehilangan nimitta tersebut.

merujuk pada keterangan mengenai nimitta Ajahn Brahm bahkan tidak jelas, ia tidak mengatakan apakah nimittanya pada tahap parikamma, uggaha atau patibagha.

Ini pendapat berdasarkan apa yang saya alami, bila ingin tahu faktanya anda boleh bertanya kepada teman anda yang pernah mengalami nimitta.

Ehipassiko....

sukhi hotu,

_/\_

Ko fabian yang baik,

Saya mau tanya, bukankah nafas lenyap/tidak bernafas terjadi pada jhana 4 bukan di patibagha nimitta atau ugaha nimitta, setau saya karena sangat halusnya nafas maka kelihatannya tidak ada nafas disana pada patibagha nimitta (sebelum jhana 4) dan ugaha nimitta

Mohon penjelasannya dan koreksinya.

_/\_

Saudara Bond yang baik,

Pernyataan dari Ajahn Brahm ada dua kemungkinan:

- Mungkin beliau telah lama memiliki jhana dan telah lupa proses awal pada waktu memiliki Jhana tersebut, jadi pandangan yang beliau kemukakan adalah pandangan seorang meditator yang telah terbiasa langsung masuk ke Jhana ke 4.

- Mungkin beliau menjawab dari sisi yang juga saya alami, yaitu persepsi terhadap napas lenyap karena nimitta bertambah kuat dan mendominasi perhatian kita.
Tapi menurut Pa Auk Sayadaw di buku beliau dikatakan bahwa pada tahap ini nimitta menyatu dengan napas, dan memang banyak meditator lain yang juga ikut bermeditasi dengan saya mereka melihat bahwa nimitta nampak keluar masuk hidung.

Jadi pada tahap ini hanya persepsi napas masuk keluar yang telah lenyap tergantikan oleh nimitta, tetapi bukan berarti napas telah berhenti.

Jadi pernyataan dalam buku beliau agak membingungkan karena beliau tidak mengatakan nimitta tahap yang mana? parikamma, uggaha atau patibhaga?

semoga keterangan ini membantu

sukhi hotu

_/\_


Terima kasih atas penjelasannya ko .  _/\_

Sama-sama....

_/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Sumedho

utk soal cerah2xan atau yg dimaksud nimita oleh om saudara ngkoh suhu fabian, ada dalam salah satu latihan konsentrasi (samadhi) diluar jhana 1-4

Quote
"Monks, these are the four developments of concentration. Which four? There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness. There is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents.

"And what is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now? There is the case where a monk — quite withdrawn from sensuality, withdrawn from unskillful qualities — enters & remains in the first jhana: rapture & pleasure born from withdrawal, accompanied by directed thought & evaluation. With the stilling of directed thoughts & evaluations, he enters & remains in the second jhana: rapture & pleasure born of composure, unification of awareness free from directed thought & evaluation — internal assurance. With the fading of rapture, he remains equanimous, mindful, & alert, and senses pleasure with the body. He enters & remains in the third jhana, of which the Noble Ones declare, 'Equanimous & mindful, he has a pleasant abiding.' With the abandoning of pleasure & pain — as with the earlier disappearance of elation & distress — he enters & remains in the fourth jhana: purity of equanimity & mindfulness, neither pleasure nor pain. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to a pleasant abiding in the here & now.

"And what is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision? There is the case where a monk attends to the perception of light and is resolved on the perception of daytime [at any hour of the day]. Day [for him] is the same as night, night is the same as day. By means of an awareness open & unhampered, he develops a brightened mind. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the attainment of knowledge & vision.

"And what is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness? There is the case where feelings are known to the monk as they arise, known as they persist, known as they subside. Perceptions are known to him as they arise, known as they persist, known as they subside. Thoughts are known to him as they arise, known as they persist, known as they subside. This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to mindfulness & alertness.

"And what is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents? There is the case where a monk remains focused on arising & falling away with reference to the five clinging-aggregates: 'Such is form, such its origination, such its passing away. Such is feeling, such its origination, such its passing away. Such is perception, such its origination, such its passing away. Such are fabrications, such their origination, such their passing away. Such is consciousness, such its origination, such its disappearance.' This is the development of concentration that, when developed & pursued, leads to the ending of the effluents.

"These are the four developments of concentration.
There is no place like 127.0.0.1

coedabgf

bro sumedho,
kutipan bro sumedho boleh juga buat peluru diskusi saya besok.   ;D
oh yah... sutta apa bro?
iKuT NGeRumPI Akh..!

Sumedho

There is no place like 127.0.0.1

fabian c


Quoteutk soal cerah2xan atau yg dimaksud nimita oleh om saudara ngkoh suhu fabian, ada dalam salah satu latihan konsentrasi (samadhi) diluar jhana 1-4
;D

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

BlackDragon

#224
om Fabian yg sangat baik,
Thx banget atas postingannya, jd saya mendapat wawasan baru. ^:)^

Quote(SN 51.20 - A.N 3 – 100 - .... - .... ) dll
"If he wants, he sees — by means of the divine eye, purified and surpassing the human — beings passing away and re-appearing, and he discerns how they are inferior and superior, beautiful and ugly, fortunate and unfortunate in accordance with their kamma

"Jika ia menginginkan, ia melihat – dengan mata dewa, yang murni dan melebihi manusia biasa – manusia mati dan terlahir kembali, dan ia melihat bahwa mahluk mahluk yang rendah dan yang mulia, cantik dan buruk, beruntung dan tak beruntung sesuai dengan karmanya masing-masing.

ehmmm... Tapi melihat dari kata2 di atas, tidak dikatakan bahwa melihat dgn indra penglihatan. :-?

QuoteDemikianlah yang kudengar, pada suatu ketika Sang Bhagava berdiam diantara suku Kajjangala di hutan bamboo. Kemudian seorang brahmana muda bernama Uttara, seorang siswa Parasiri datang menemui Sang Bhagava dan setelah tiba, saling bertukar salam dengan ramah tamah. Setelah pertukaran salam ramah tamah ini ia duduk pada satu sisi.
Setelah duduk, Sang Bhagava berkata kepadanya: "Uttara, apakah brahmana Parasiri mengajarkan para pengikutnya pengembangan indra?
"Ya, yang mulia Gotama, ia mengajarkan."
"Dan bagaimanakah ia mengajarkan para pengikutnya mengenai pengembangan indra?"
"Ada orang yang tidak melihat bentuk-bentuk dengan matanya, atau mendengar suara dengan telinganya (pada waktu mencapai Jhana tanpa persepsi). Demikianlah ajaran brahmana Parasiri terhadap para pengikutnya mengenai pengembangan indra.
"Bila demikian halnya, Uttara, maka seorang buta bisa mengembangkan indra, dan seorang tuli bisa mengembangkan indra, sesuai dengan pendapat brahmana Parasiri. Karena seorang yang buta tidak melihat bentuk-bentuk dengan matanya, dan orang tuli tidak mendengar suara-suara dengan telinganya."
. ............ ................. ............ ...................... ................... ................... .................... "Ananda, pengembangan indra yang diajarkan oleh brahmana Parasiri kepada para pengikutnya adalah satu hal, tetapi pengembangan indra tak tertandingi yang diajarkan Sang Buddha adalah suatu hal yang lain sama sekali

sukhi hotu,


Merujuk pada tulisan yg di Bold, saya melihat Sang Buddha tdk mengatakan bahwa pengembangan indra yg diajarkan brahmana Parasiri adalah tidak benar atau bertolak belakang, tetapi saya hanya melihat Sang Buddha mengatakan itu adalah satu hal, tetapi yg diajarkan Sang Buddha berbeda dari ajaran brahmana Parasiri.
Bisa saja berbeda Tujuan tp tdk menutup kemungkinan mengalami proses yg mirip di dalam jalan nya? ???

Tapi tidak menutup kemungkinan juga mksd Sang Buddha adalah ajarannya bertolak belakang.

Sampai disini jujur saya agak rancu dan tidak berani berkomentar lebih banyak, krn keterbatasan pengetahuan. ;D

Mohon senior yg lain yg lebih mengerti sutta turun rembuk, jadi yg junior2 seperti saya menjadi lebih mengerti. ^:)^
Bagaimana menurut Suhu Sumedho? ;)

Btw thx Bro Fabian yg baik. _/\_
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.