News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Ajahn Chah - Kulit Pisang

Started by tesla, 24 January 2009, 12:36:22 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

tesla

Kulit Pisang

Ketika kamu melihat sesuatu di dunia ini seperti kulit pisang yg tak ada harganya bagimu, maka kamu akan bebas berjalan di dunia tanpa terhanyut, tanpa terganggu, tanpa tersakiti dg cara apapun oleh berbagai hal yg datang dan pergi, tidak perduli menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Inilah jalan yg akan mengarahkan kamu ke kebebasan.







karena tidak ada board khusus Ajahn Chah, jadi numpang di board pendahulunya saja, Ajahn Mun
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Pengelana Tanpa Tujuan

Ketika kita tidak memiliki rumah, kita bagaikan seorang pengelana tanpa arah di jalanan, pergi ke sini sebentar kemudian ke sana, berhenti sebentar kemudian berjalan lagi. Hingga kita kembali ke rumah kita, apapun yg kita kerjakan kita merasa tidak mudah/tenang, bagaikan seseorang yg meninggalkan kampungnya untuk merantau. Hanya ketika ia pulang ke rumahnya lagi ia bisa merasa tenang dan mudah.

Tidak dimanapun di dunia dapat ditemukan kedamaian yg sebenarnya. Ini adalah sifat alamiah dari dunia. Lihatlah ke dalam dirimu sendiri dan temukanlah di sana.

Ketika kita memikirkan Buddha dan ucapannya yg nyata, kita dapat merasakan betapa pantasnya ia dipuja & dihormati. Ketika kita melihat kebenaran dari sesuatu, kita melihat ajarannya, walaupun sebelumnya kita tidak pernah belajar Dhamma. Tapi bahkan walau kita sebelumnya punya pengetahuan akan ajarannya, telah mempelajari dan melatihnya, tetapi kita belum melihat kebenaran dari sesuatu, maka kita masih tidak berumah seperti pengelana tanpa tujuan.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Orang Buta

Baik tubuh dan bathin muncul dan berhenti secara konstan, kondisi-kondisinya selalu berada dalam keadaan terus berubah. Alasan kita tidak dapat melihat hal ini sebagai kenyataan adalah karena kita terus mempercayai hal tersebut tidak benar. Ini seperti sedang diarahkan oleh orang buta. Bagaimana mungkin kita bisa melakukan perjalanan dengan selamat bersamanya? Seorang yg buta hanya akan membawa kita ke hutan rimba. Bagaimana dia bisa membawa kita ke tempat yg selamat sementara ia tidak bisa melihat? Sama juga halnya dg pikiran kita yg telah terdelusi oleh kondisi-kondisi, menciptakan penderitaan dalam pencarian kebahagiaan, menciptakan kesukaran dalam pencarian kemudahan. Pikiran yg demikian hanya bisa membuat kesukaran dan penderitaan. Walau kita ingin melenyapkan penderitaan dan kesukaran, tetapi malah kitalah yg menciptakan hal-hal ini sendiri. Kemudian yg kita lakukan adalah mengeluh. Kita menciptakan akar yg buruk, dan alasan kita melakukannya adalah karena kita tidak mengerti kebenaran akan kemunculan dan kondisi-kondisinya dan kita melekat pada mereka.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Riky_dave

Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

BlackDragon

#4
Buku Sebatang Pohon di tengah Hutan yah Bro?
Very Nice

_/\_
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

tesla

Betul sekali... buku "Sebatang Pohon di Hutan" :)

& ya, bagus sekali...
perumpamaan Kulit Pisang tsb sangat berkesan bagi saya. terutama karena perumpamaan ini bertolak dg perumpamaan Rakit untuk ke Pantai Seberang...
Semua bagaikan "kulit pisang" yg tak berharga = melepas sekarang juga
Rakit itu sendiri akhirnya harus ditinggalkan = melepas nanti saja

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Botol Obat

Kita dapat membandingkan berlatih (meditasi) dengan sebotol obat yang ditinggalkan dokter kepada pasiennya. Di botol tersebut tertulis instruksi detil bagaimana meminumnya, namun... tidak perduli berapa ratus kalipun pasien membacanya, dia tetap dekat dengan kematian jika hanya itu yang dilakukan. Dia tidak mendapat manfaat dari obat. Dan sebelum dia mati, dia mungkin sangat mengeluhkan dokter tersebut tidaklah bagus karena obatnya tidak menyembuhkannya. Dia mungkin berpikir dokter itu palsu atau obatnya tidak berharga, padahal dia cuma menghabiskan waktunya memeriksa botol obat dan membaca instruksi. Dia tidak mengikuti nasehat dokter untuk meminum obatnya. Seandainya, pasien itu mengikuti pesan dokter dan meminum obatnya secara rutin seperti yg telah ditentukan, dia akan sembuh.

Dokter mempersiapkan obat untuk menyembuhkan penyakit yang ada di tubuh. Ajaran Buddha dipersiapkan untuk menyembuhkan penyakit yang ada di pikiran dan mengembalikannya ke keadaan sehatnya. Jadi Buddha dapat dianggap sebagai dokter yg menyembuhkan penyakit pada pikiran yg ditemukan pada kita semua tanpa kecuali. Ketika kamu melihat penyakit pikiran ini, bukankah sangat berharga untukmu melihat Dhamma sebagai penopangmu, sebagai obat untuk menyembuhkan penyakitmu?
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Permainan Anak Anak

Ketika kita telah merenungkan sifat dari hati kita berulang kali, kita akan mengerti hati kita hanyalah seperti demikian. Kita akan mengetahui cara kerja hati sebagaimana sifat mereka. Jika kita melihat jelas hal ini, maka kita dapat terlepas dari bentuk pikiran-pikran dan perasaan-perasaan. Dan kita tidak perlu menambahkan apa apa lagi jika kita secara konstan memberitahu diri kita bahwa "memang begitulah mereka." Hati yang telah mengerti, akan melepas segalanya. Pikiran dan perasaan tetap masih ada, namun pikiran dan perasaan menjadi sangat berkurang kekuatannya.

Hal ini seperti ketika kita pertama kali diganggu oleh seorang anak kecil yang senang bermain dengan cara yang sangat mengganggu kita hingga kita memarahi atau meneriakinya. Namun kemudian kita mengerti sifat alami dari anak kecil adalah bermain dan bertingkah laku seperti itu, jadi kita akan mengabaikan dia. Kita membiarkannya dan masalah kita selesai. Mengapa bisa selesai? Karena sekarang kita menerima bahwa begitulah sifat alami yang sebenarnya dari sesuatu. Kita membiarkan dan hati kita menjadi lebih damai. Maka sekarang kita memiliki pengertian yang benar.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Ular Kobra

Aktivifas mental seperti seekor ular kobra yang memiliki racun mematikan. Jika kita tidak mengganggunya, diapun akan pergi. Walaupun ia memiliki racun yang sangat mematikan, kita tidak akan terkena. Kita tidak mendekatinya atau memegangnya, jadi ia tidak bisa menggigit kita. Apa yang dilakukan ular kobra adalah apa yang alamiah dilakukan ular kobra. Begitulah jalannya. Jika kamu pintar, kamu akan membiarkannya. Seperti halnya kamu membiarkan sesuatu yang tidak baik --- kamu membiarkannya karena itulah sifat alamiahmu. Kamu seharusnya juga membiarkan apa yang baik. Jangan mengambil apapun pada yang disukai ataupun yg tidak disukai, seperti halnya kamu tidak ingin mengganggu ular kobra.

Orang pintar akan bersikap seperti ini pada berbagai perasaan yang muncul di pikiran. Ketika perasaan yang baik muncul, kita akan membiarkannya. Kita mengerti sifat alamiahnya. Sama halnya dengan ketika kita membiarkan yang tidak baik. Kita membiarkannya berdasarkan sifat alaminya. Kita tidak mempertahankan apa-apa karena kita tidak menginginkan apapun. Kita tidak ingin kejahatan. Kita tidak ingin kebaikan. Kita tidak ingin kesulitan ataupun kemudahan, kebahagiaan ataupun penderitaan. Ketika keinginan kita berakhir, kedamaian akan kokoh terbentuk.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Kulit Kelapa

Keinginan adalah kotoran bathin, namun kita tetap harus memiliki keinginan untuk memulai berlatih Sang Jalan. Misalnya kita ke pasar membeli kelapa dan ketika pulang seseorang bertanya:

   "Kenapa kamu membeli kelapa itu?"

   "Saya membelinya untuk dimakan."

   "Apa kamu makan kulitnya juga?"

   "Tentu tidak."

   "Saya tidak percaya. Jika kamu tidak makan kulitnya,
   lantas kenapa kamu membelinya?"

Bagaimana? Apa kamu akan menjawab pertanyaan itu?

Kita berlatih bersama dengan keinginan untuk memulai. Jika kita tidak memiliki keinginan, kita tidak akan berlatih. Merenung dengan cara begini mengembangkan kebijaksanaan, tahukah kamu. Misalnya tentang kulit kelapa tadi: Apa kamu akan memakan kulitnya? Tentu saja tidak. Jadi kenapa kamu membawanya juga? Kulit tersebut berguna untuk membungkus dalamnya. Setelah kamu makan kelapa, kamu akan membuang kulitnya. Tidak ada masalah dengan itu.

Latihan kita juga seperti ini. Kita tidak makan kulitnya, namun belum saatnya membuangnya. Kita membawanya seperti halnya kita memiliki keinginan (untuk berlatih). Beginilah kita berlatih. Jika seseorang menuduhmu memakan kulit kelapa, itu urusan mereka. Yang penting, kita tahu apa yang sedang kita lakukan.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Memasak

Pertama, kita melatih perbuatan dan ucapan kita agar bebas dari tidak sehat (tidak bermanfaat) yg mana kita sebut sebagai sila (moral). Beberapa orang berpendapat bahwa agar memiliki sila, kamu harus menghafal kalimat Pali dan membacakan setiap hari siang dan malam, tapi sesungguhnya yang harus kamu lakukan adalah membuat perbuatan dan ucapanmu tidak bersalah, itulah sila. Ini tidak sulit untuk dimengerti. Seperti memasak makanan --- taruh ini sedikit, itu sedikit hingga menjadi pas dan enak. Ketika menjadi lezat, kamu tidak perlu menambah apa-apa lagi. Bahan yang tepat telah dimasukan. Dengan cara yang sama, menjaga perbuatan dan ucapan kita secara tepat memberi kita sila yg lezat --- seperti inilah sila.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Orang Gila

Misalkan suatu pagi, di tengah jalan kamu pergi kerja ada seseorang memakimu. Begitu kamu dengar makiannya, pikiranmu langsung berubah dari biasanya. Kamu merasa tidak enak. Marah & sakit. Kamu ingin membalas!

Beberapa hari kemudian, ada orang lain ke rumahmu & memberitahu, "Orang yg dulu memakimu itu orang gila. Sudah bertahun-tahun! Dia memperlakukan semua orang seperti itu. Tidak seseorangpun memperdulikan yg dia katakan." Begitu kamu mendengar ini, kamu lega. Kemarahan & rasa sakit yg kamu pendam beberapa hari ini hilang. Kenapa? Karena kamu sudah tau yg sebenarnya. Sebelumnya kamu belum tau. Kamu pikir orang itu tidak gila, jadi kamu marah padanya & itu membuat kamu susah. Begitu kamu tau yg sebenarnya, semua jadi berubah: "Oh, dia gila! Begitu toh!"

Ketika kamu mengerti ini, kamu merasa baik karena kamu tahu kondisi dirimu. Setelah tau, kamu bisa melewatkannya. Jika kamu tidak tahu yg sebenarnya, kamu akan melekat pada masalah itu terus. Ketika kamu pikir orang yg mengganggumu itu normal, mungkin kamu mau membunuhnya. Tapi setelah kamu tau dia gila, kamu merasa lebih baik. Inilah pengetahuan dari kebenaran.

Seseorang melihat Dhamma akan memiliki pengalaman serupa. Keserakahan, kebencian & delusi menghilang dg cara yg sama. Selama kamu tidak tahu, kamu berpikir, "Apa yg harus kulakukan? Saya punya banyak keserakahan & kebencian." Ini bukan pengetahuan yg sebenarnya. Ini seperti kamu berpikir orang gila itu tidak gila. Ketika kamu tau ia gila, kamu jadi lega. Tidak seorangpun yg mampu menunjukkan kamu hal ini. Hanya jika bathin dapat mengerti dirinya sendiri, dia akan mengangkat dan membersihkan kemelekatan.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

tesla

Gelas

Banyak yg datang pada saya memiliki status tinggi dalam komunitasnya. Mereka adalah pedagang, lulusan universitas, guru, dan pejabat. Pikiran mereka penuh dg opini mengenai sesuatu. Mereka terlalu pintar utk mendengarkan orang lain. Seperti sebuah gelas. Jika gelas itu terisi dengan air yg kotor, maka itu tidak berguna. Maka air didalamnya harus dibuang agar ia dapat berguna. Demikian jg kamu harus membersihkan pikiranmu dari opini2, maka kamu akan melihat. Latihan kita berada di luar kepintaran dan kebodohan. Jika kamu berpikir kamu pintar, kaya, penting, dan ahli dalam Buddhisme, maka kamu menutupi kebenaran anatta. Semua yg kamu lihat adalah atta --- aku dan milikku. Ajaran Buddha mengajarkan utk melepaskan pandangan akan diri. Orang yg terlalu pintar tidak akan dapat mengerti. Mereka harus membuang kepintaran mereka terlebih dahulu, kosongkan gelas mereka.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

coedabgf

btw tentang cangkir atau gelas jadi ingat tulisan hikoza89 pada topik 'Komentar saya mengenai topik : Mencapai Pencerahan dengan sex?' :   
Saya tidak sempat mengikuti jalannya debat / diskusi pada topik ini, dan topiknya telah di lock. namun saya tertarik untuk sedikit berkomentar terhadap topik ini.

Saya teringat sebuah kisah tentang seorang pejabat yang datang berkunjung ke sebuah vihara. Monk ini menyuguhi pejabat tersebut dengan secangkir teh yang dituang terus menerus hingga meluber dan tumpah. Pejabat tersebut tampak panik, dan mengingatkan sang Guru itu akan kecerobohannya. Tetapi ia terperangah mendengarkan jawaban Guru Zen itu,
"sama seperti cangkir ini, engkau datang kemari dengan kepala penuh gagasan dan pikiran. Bagaimana aku dapat mengajarimu Zen kalau engkau tidak mengosongkan pikiranmu terlebih dahulu?"

Ada beberapa nasehat yang bisa saya peroleh dari cerita di atas :
1.   kosongkan cangkir kita sebelum menerima teh, agar kita bisa minum teh yang disajikan tuan rumah.
2.   pastikan cangkir kita tidak bocor, agar teh tidak kemana-mana sebelum kita minum.
3.   pastikan cangkir kita tidak terbalik, sehingga teh tidak bisa dituangkan ke cangkir.

Semoga bermanfaat bagi saudara-saudari se-dharma.



bila tulisan Ajahn Chah yang memiliki pandangan sudah bebas dari denominasi-denominasi, berlatih jalan tengah, menyadari dan berjalan melepas dari dualisme pikiran kemungkinan cangkirnya selalu kosong (dari atta - kebanggaan aku dan milikku), tetapi kalau awam berbicara tentang cangkir, siapakah yang cangkirnya kosong atau cangkirnya terisi penuh?

good hope and love
iKuT NGeRumPI Akh..!

BlackDragon

#14
Quote
QuoteKulit Pisang

Ketika kamu melihat sesuatu di dunia ini seperti kulit pisang yg tak ada harganya bagimu, maka kamu akan bebas berjalan di dunia tanpa terhanyut, tanpa terganggu, tanpa tersakiti dg cara apapun oleh berbagai hal yg datang dan pergi, tidak perduli menyenangkan ataupun tidak menyenangkan. Inilah jalan yg akan mengarahkan kamu ke kebebasan.
perumpamaan Kulit Pisang tsb sangat berkesan bagi saya. terutama karena perumpamaan ini bertolak dg perumpamaan Rakit untuk ke Pantai Seberang...
Semua bagaikan "kulit pisang" yg tak berharga = melepas sekarang juga
Rakit itu sendiri akhirnya harus ditinggalkan = melepas nanti saja


Saya setuju dgn pemahaman anda Bro Tesla, melepas sekarang juga... Bebasssss...Lepas....
Buttt..... wait a minute... :-?

QuoteKulit Kelapa

Keinginan adalah kotoran bathin, namun kita tetap harus memiliki keinginan untuk memulai berlatih Sang Jalan. Misalnya kita ke pasar membeli kelapa dan ketika pulang seseorang bertanya:

   "Kenapa kamu membeli kelapa itu?"

   "Saya membelinya untuk dimakan."

   "Apa kamu makan kulitnya juga?"

   "Tentu tidak."

   "Saya tidak percaya. Jika kamu tidak makan kulitnya,
   lantas kenapa kamu membelinya?"

Bagaimana? Apa kamu akan menjawab pertanyaan itu?

Kita berlatih bersama dengan keinginan untuk memulai. Jika kita tidak memiliki keinginan, kita tidak akan berlatih. Merenung dengan cara begini mengembangkan kebijaksanaan, tahukah kamu. Misalnya tentang kulit kelapa tadi: Apa kamu akan memakan kulitnya? Tentu saja tidak. Jadi kenapa kamu membawanya juga? Kulit tersebut berguna untuk membungkus dalamnya. Setelah kamu makan kelapa, kamu akan membuang kulitnya. Tidak ada masalah dengan itu.

Latihan kita juga seperti ini. Kita tidak makan kulitnya, namun belum saatnya membuangnya. Kita membawanya seperti halnya kita memiliki keinginan (untuk berlatih). Beginilah kita berlatih. Jika seseorang menuduhmu memakan kulit kelapa, itu urusan mereka. Yang penting, kita tahu apa yang sedang kita lakukan.

Ternyata ada sesuatu yg memang belum saat nya kita lepas...
Sampai nanti tiba waktunya.
Setidak2nya bagi yg masih membutuhkan "itu"
(CMIIW)  _/\_
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.