IMO, kalo tidur biasanya udah "roboh"..

Kasus itu ada 2 kemungkinan:
1. pikiran berhenti
2. perhatian justru melemah
Kalau saya pernah ikut retreat MMD (Meditasi Mengenal Diri) dan LSI (Lembaga Satipatthana Indonesia). Saya pernah mengalami hal yang kurang lebih sama waktu mengikuti kedua retreat itu.
Karena gaya MMD itu "bebas", jadi kurang diperhatikan. Nah, waktu ikut LSI baru ditegur oleh seorang yogi yang lain karena badan goyang2 sewaktu meditasi (kayak ngantuk gitu). Barangkali deskripsi situasinya kira2 mirip, yaitu "cloudy", rasanya enak seolah tidak ada pikiran apa2 yang timbul, damai, hening, dst.. (ini berbeda lho dari melamun yang justru dipenuhi angan2)
Nah, pas saya ditanya oleh yogi lain: "pakai objek apa?"
Saya jawab: "anapanasati"
Lalu ditanya lagi: "mana yang terasa lebih panjang, nafas masuk atau keluar?"
Saya ngga yakin sehingga ngga bisa jawab..

Yogi itu bilang lagi: "nah itu tandanya perhatianmu melemah. kalau fenomena itu terjadi lagi, justru harus diperkuat kembali dengan cara memberi label.. catat dengan kata-katat 'keluar-masuk' atau 'kembang-kempis'. jangan dibiarkan mengikuti fenomena itu.. rasanya memang enak, tapi itu menghambat kemajuan meditasi"
Kalau pikiran berhenti, konon katanya, selalu tahu apa yang sedang berlangsung saat ini.
Biasanya bagi pemula, rintangan awal yang dominan adalah:fisik (ngantuk, kesemutan, pegal, sakit..)
Kalau sudah terbiasa menghadapi rintangan fisik, maka rintangan berikutnya yang dominan: banyak pikiran, melamun ke masa lalu dan ke masa depan.
Nah, kalau angan2 bisa jauh berkurang itu sudah merupakan tanda kemajuan meditasi. Tapi jangan cepat puas karena akan muncul rintangan berikutnya, contohnya: fenomena "cloudy" ini..
Nah lain kali, coba cek, apakah perhatian pada objek masih ada atau justru malah memudar?
Kalau memudar, itulah saatnya untuk memperkuat perhatian pada objek.