News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Keyakinan Anda Diragukan

Started by hatRed, 19 January 2009, 10:08:40 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ENCARTA

kalau lahirnya binatang atau amuba, bakteri baru gak bosan ;D

Nevada

#76
Quote from: adi isa on 15 February 2009, 07:47:43 PM
Quote from: hatRed on 19 January 2009, 10:08:40 AM
ya, meragukan sekali kebenarannya.

kalau mengamati hampir semua agama besar, semuanya memiliki persamaan yaitu mengakui adanya proses setelah kematian.

disini berbicara tentang buddhism, dimana diyakini adanya tumimbal lahir. dengan begitu orang yang menyakini hal tersebut seharusnya melihat satu kehidupan ini adalah proses pengulangan2, dimana sebelum kehidupan sekarang sebenarnya dia sudah mengalami kehidupan sebelumnya, dan dalam buddhism kehidupn itu pasti selalu dilingkupi dengan penderitaan atau dukkha. begitu juga dia menyakini setelah kematiannya pada kehidupan sekarang dia akan terlahir kembali dan mengalami penderitaan lagi, demikian seterusnya....
dia akan selalu mengalami penderitaan.

Hal ini maka membuatnya berpikir "sungguh melelahkan hidup ini" dia pun muak dan bosan, sehingga timbul keinginan tuk tdk terlahir kembali, dan berusaha mencari jalan keluar, jalan keluar tersebut dinamakan dengan nibbana (entah nibbana ini ciptaan manusia atau bukan). yang mereka meyakini bila tercapailah nibbana maka mereka tidak akan terlahir kembali, dan proses yang melelahkan sudah tidak akan dirasakan kembali, layaknya orang yang muak dengan roller coaster, diapun berhenti.

pertanyaannya, kita yg tidak tahu akan adanya kehidupan lampau, maupun kehidupan berikutnya, layakkkah meyakini hal tersebut ???

disitulah hal yang paling membingungkan dalam budha bagi kami orang diluar budha...
kalau manusia saja nggak tau tentang masa lampaunya mengapa bosan untuk terlahir kembali?
silahkan dikoreksi.

[at] adi isa

Kami Umat Buddha melihat realitas. Kami melihat kenyataan, kami bukan umat pemurung yang pesimis melihat dunia ini tidak adil; kami juga bukan umat terbuai yang optimis melihat dunia ini sebagai anugerah. Faktanya sudah jelas kalau dunia ini adalah fatamorgana (dukkha). Oleh karenanya, bagi Umat Buddha yang memiliki kematangan spiritual yang cukup, sangat potensial dalam dirinya timbul kebijaksanaan awal. Dan kebijaksanaan awal itu diimplementasikan dalam semangat dan tekad untuk merealisasi Pembebasan (Pembebasan Sempurna dari roda kehidupan berulang).

Ada yang hampir tidak diketahui oleh masyarakat dewasa ini. Tahukah Anda kalau dari zaman ke zaman, tingkat kematangan mental manusia (atau yang dikenal dalam istilah awam sebagai "jiwa") semakin menurun? Bandingkan 'jiwa' yang dimiliki oleh Sun Tzu, Napoleon, Marco Polo, dsb. dengan orang-orang zaman sekarang yang 'menggeluti' bidang yang sama. Terlebih dalam urusan berinteraksi sosial. Orang-orang zaman dulu lebih memahami cara untuk berinteraksi sosial, menyelami kebijaksanaan dan menerapkan seni kehidupan. Tidak seperti orang zaman sekarang yang nyaris monoton. Ini semua akibat delusi pikiran, dan sangat dipengaruhi oleh media-media, yang notabene sebenarnya banyak menanamkan racun dan flek dalam mental seseorang. Prioritas kehidupan manusia zaman dulu dan zaman sekarang sudah sangat berbeda. Dan ini terlihat dari pemikiran dan cara memandang kehidupannya masing-masing.

Orang-orang di zaman dulu banyak sekali memiliki pengalaman spiritual yang dashyat. Mengenai konsep adanya kelahiran kembali, tidak sedikit orang-orang di zaman dulu yang pernah membuktikannya. Dalam Buddhisme dikenal dengan istilah 'tumimbal lahir'. Dalam konsep lain disebut dengan istilah 'reinkarnasi'. Tidak hanya masyarakat sekitar India yang mengenal konsep ini. Di kawasan Asia Timur, Mesir dan sekitar Amerika Latin di zaman dahulu pun mengenal konsep ini. Konsep ini lebih familiar dan diterima khalayak ramai, karena banyak yang sudah membuktikannya. Bukan seperti konsep Makhluk Adi Kuasa yang hanya famous di kawasan Timur Tengah saja. Konsep ini bukan sekedar isapan jempol sebelum tidur. Banyak yang sudah membuktikanya, bahkan sampai di zaman ini. Di Discovery Channel juga sudah banyak diungkapkan. Wajar kalau bukti-bukti nyata ini jarang dipublikasikan. Karena bisa saja mengundang polemik dan kontroversi, apalagi di Indonesia, negara yang sering mentabukan banyak perihal.

Sekali lagi, kami selaku Umat Buddha selalu berusaha melihat realitas. Kami tidaklah umat penelan dogma dan doktrin agama. Kami bukanlah orang-orang yang dilarang mengkritik agama sendiri. Kami bukanlah orang-orang yang langsung percaya pada kitab suci agama kami. Kami bukanlah orang-orang yang mencari pembenaran pada apa yang sebenarnya kami lihat, meski kenyataan itu kadang menyakitkan. Kami adalah orang-orang yang berusaha untuk mengalami sendiri kenyataan, kebenaran, fakta dunia. Kami mendapatkan petunjuknya dari wejangan Sang Buddha 2500 tahun lalu, yang terukir jelas di lembaran-lembaran Tipitaka. Kami akan menyelaminya sendiri untuk melihat kebenaran dari naskah-naskah tua itu. Kami tidak pernah diancam oleh doktrin agama kami. Kami tidak pernah diiming-imingi kenikmatan hidup oleh doktrin agama kami. Tapi kami bisa berbuat banyak kebaikan dan menjadi orang baik. Kami tidak ingin memaksakan agama kami kepada orang lain. Karena kami sadar hanya orang yang sadar yang bisa memilih mana yang merupakan fakta dunia.

:)

yanfei

 [at]  upasaka

penjelasannya sungguh menyejukkan

Equator

Bicara masalah keyakinan ini memang balik lagi ke personal masing2
Sebab tak seperti keyakinan laen yang kita seperti di'tuntun'
Apalagi bagi kita sebagai umat Buddha, Saddha itu harus di 'pegang' kuat2 agar tidak terlepas
Selain itu bicara tentang Saddha atau keyakinan, apakah selama ini sudah ditemukan sejenis alat khusus untuk mengukur kadar keyakinannya ? Misalnya : SaddhaMeter ?
Kan jelas tidak !
Apa yang menjadi tolak ukur Keyakinan sesungguhnya?
Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

hatRed

Quote
Apa yang menjadi tolak ukur Keyakinan sesungguhnya?

Tidak tercela oleh satu apapun juga.
i'm just a mammal with troubled soul



asiang_karuna

kalau ingin pembuktian sebenarnya sangat mudah sekali...memang anda yg beda keyakinan harus buktikan sendiri..
caranya yah anda minum racun...kemudian mati....lalu jadi setan penasaran....baru anda tau kalau kehidupan yg lampau anda adalah manusia bodoh yg tidak tahu diri.. karena di ajaran Bodhisatva Maitreya yg belum ada ajarannya tapi di ada adain tidak sesuai dengan ajaran Sang Buddha.

hatRed

Quote from: asiang_karuna on 09 March 2009, 01:56:42 AM
kalau ingin pembuktian sebenarnya sangat mudah sekali...memang anda yg beda keyakinan harus buktikan sendiri..
caranya yah anda minum racun...kemudian mati....lalu jadi setan penasaran....baru anda tau kalau kehidupan yg lampau anda adalah manusia bodoh yg tidak tahu diri.. karena di ajaran Bodhisatva Maitreya yg belum ada ajarannya tapi di ada adain tidak sesuai dengan ajaran Sang Buddha.

r u nutzzz

minum racun terus mati, emank bisa jadi setan penasaran.. ?

dikehidupan lampau sayamanusia bodoh yg tidak tahu diri ???

maksudnya ???

ente dari kehidupan lampau ya ???
i'm just a mammal with troubled soul



markosprawira

Quote from: Equator on 17 February 2009, 01:05:49 PM
Bicara masalah keyakinan ini memang balik lagi ke personal masing2
Sebab tak seperti keyakinan laen yang kita seperti di'tuntun'
Apalagi bagi kita sebagai umat Buddha, Saddha itu harus di 'pegang' kuat2 agar tidak terlepas
Selain itu bicara tentang Saddha atau keyakinan, apakah selama ini sudah ditemukan sejenis alat khusus untuk mengukur kadar keyakinannya ? Misalnya : SaddhaMeter ?
Kan jelas tidak !
Apa yang menjadi tolak ukur Keyakinan sesungguhnya?

Tolak ukur Saddha/Keyakinan adalah pada saat org itu bisa mempraktekkan teori dalam kesehariannya

Percuma bnyk berteori kalo tidak dipraktekkan
dan sebaliknya....
Apa yg mau dipraktekkan kalau tidak tahu teori?

semoga bs bermanfaat

metta

hatRed

Quote from: markosprawira on 10 March 2009, 12:51:49 PM
Quote from: Equator on 17 February 2009, 01:05:49 PM
Bicara masalah keyakinan ini memang balik lagi ke personal masing2
Sebab tak seperti keyakinan laen yang kita seperti di'tuntun'
Apalagi bagi kita sebagai umat Buddha, Saddha itu harus di 'pegang' kuat2 agar tidak terlepas
Selain itu bicara tentang Saddha atau keyakinan, apakah selama ini sudah ditemukan sejenis alat khusus untuk mengukur kadar keyakinannya ? Misalnya : SaddhaMeter ?
Kan jelas tidak !
Apa yang menjadi tolak ukur Keyakinan sesungguhnya?

Tolak ukur Saddha/Keyakinan adalah pada saat org itu bisa mempraktekkan teori dalam kesehariannya

Percuma bnyk berteori kalo tidak dipraktekkan
dan sebaliknya....
Apa yg mau dipraktekkan kalau tidak tahu teori?

semoga bs bermanfaat

metta

ya, teori hanyalah teori, teori yang sudah dipraktekan dapat menjadi keyakinan.

namun dalam prakteknya adakah yg sudah mencapai keyakinan atau mereka hanya masih ngigo kalau teori mereka adalah keyakinan mereka?

dan bagi mereka yg sudah mempraktekkannya, bagaimana hasilnya keyakinan apa yang diperoleh? apakah teori itu benar atau teori itu salah?
i'm just a mammal with troubled soul



markosprawira

Quote from: hatRed on 10 March 2009, 12:59:54 PM
Quote from: markosprawira on 10 March 2009, 12:51:49 PM
Quote from: Equator on 17 February 2009, 01:05:49 PM
Bicara masalah keyakinan ini memang balik lagi ke personal masing2
Sebab tak seperti keyakinan laen yang kita seperti di'tuntun'
Apalagi bagi kita sebagai umat Buddha, Saddha itu harus di 'pegang' kuat2 agar tidak terlepas
Selain itu bicara tentang Saddha atau keyakinan, apakah selama ini sudah ditemukan sejenis alat khusus untuk mengukur kadar keyakinannya ? Misalnya : SaddhaMeter ?
Kan jelas tidak !
Apa yang menjadi tolak ukur Keyakinan sesungguhnya?

Tolak ukur Saddha/Keyakinan adalah pada saat org itu bisa mempraktekkan teori dalam kesehariannya

Percuma bnyk berteori kalo tidak dipraktekkan
dan sebaliknya....
Apa yg mau dipraktekkan kalau tidak tahu teori?

semoga bs bermanfaat

metta

ya, teori hanyalah teori, teori yang sudah dipraktekan dapat menjadi keyakinan.

namun dalam prakteknya adakah yg sudah mencapai keyakinan atau mereka hanya masih ngigo kalau teori mereka adalah keyakinan mereka?

dan bagi mereka yg sudah mempraktekkannya, bagaimana hasilnya keyakinan apa yang diperoleh? apakah teori itu benar atau teori itu salah?

hasil dari praktek bisa memperkuat keyakinan mereka.....
tapi ada juga yg salah mempraktekkan, justru melemahkan keyakinan mereka....

tergantung dari keyakinan yg dijalankan, dan org yg menjalankannya

Bagaimana tahu teori itu benar atau salah? silahkan kembalikan pada manfaat pada batin..... jauhi yg tidak membawa manfaat bagi batin (akusala)
dan perbanyak yg membawa manfaat bagi batin (kusala)

semoga bermanfaat

metta

asiang_karuna

#85
r u nutzzz

minum racun terus mati, emank bisa jadi setan penasaran.. ?

dikehidupan lampau sayamanusia bodoh yg tidak tahu diri Huh?

maksudnya Huh?

ente dari kehidupan lampau ya Huh?


aneh memang aneh...manusia gila yg benar2 aneh...sungguh sungguh aneh..pertanyaan aneh aneh dari manusia yg sangat aneh....dimana mana jadi manusia aneh sendiri.. mudah2an bisa sembuh dari keanehannya

Hendra Susanto


adi isa

Quote from: upasaka on 15 February 2009, 09:53:47 PM

[at] adi isa

Kami Umat Buddha melihat realitas. Kami melihat kenyataan, kami bukan umat pemurung yang pesimis melihat dunia ini tidak adil; kami juga bukan umat terbuai yang optimis melihat dunia ini sebagai anugerah. Faktanya sudah jelas kalau dunia ini adalah fatamorgana (dukkha). Oleh karenanya, bagi Umat Buddha yang memiliki kematangan spiritual yang cukup, sangat potensial dalam dirinya timbul kebijaksanaan awal. Dan kebijaksanaan awal itu diimplementasikan dalam semangat dan tekad untuk merealisasi Pembebasan (Pembebasan Sempurna dari roda kehidupan berulang).

sebelumnya mohon, maaf saya telat melihat reply ini, tks.
bro, upasaka, tolong anda jelaskan, apa maksud dari pernyataan anda diatas dengan hubungannya soal
kelahiran kembali yang melelahkan, soal kebosanan untuk terlahir kembali, akibat, tidak pernah memperoleh kebahagiaan hidup sebelumnya dari kelahiran2nya yang terdahulu.
dengan soal realitasnya ummat buddha,
apakah keyakinan yang anda pegang itu soal realitas yang terjadi, apa patokan realitas anda.
okelah soal fatamorghana, semua manusia yang ada dimuka bumi ini percaya hal tersebut. bahwa dunia ini tidaklah kekal, karena semua yang bernyawa akan mengalami kematian.
nah, soal yang memiliki kebijaksanaan awal, ada lagi yang ingin saya tanyakan,sebagaimana pernyataan anda:
Dan kebijaksanaan awal itu diimplementasikan dalam semangat dan tekad untuk merealisasi Pembebasan (Pembebasan Sempurna dari roda kehidupan berulang).
kalau saya melihat dari pernyataan anda itu,
itu bukan suatu kepastian dan tidak punya tolak ukur,
karena disana hanya ada unsur: semangat dan tekad.atau keinginan. untuk suatu pembebesaan dari kehidupan yang berulang.

kalau melihat pernyataan tersebut, bahwa sejauh ini, tak ada satu orang budhapun yang telah bebas dari kehidupan berulang yang melelahkan itu, karena bahkan yang mempunyai kebijaksanaan saja ada hasrat untuk keluar dari kehidupan yang berulang, sedang sang bijaksana itu sendiri, nggak tau atau tidak memiliki kemampuan, bilahkah dia sudah benar2 tidak akan kembali pada kehidupan yang berulang.sebab soal reinkarnasi ini, tak ada seorang pun, yang tau secara detil, dia itu bagaimana keadaan dan hidup dijaman apa, dengan rentang waktu yang bertahun-tahun, bahkan mungkin berjuta-juta tahun,...
sangat melelahkan bukan, penantian demikian?
dan terakhir, saya mau tanya, apakah setelah sang bijaksana dapat merealisasikan pembebasannya. dari kehidupan yang berulang. selanjutnya, atau after that...what's coming up?


Quote from: upasaka on 15 February 2009, 09:53:47 PM
Ada yang hampir tidak diketahui oleh masyarakat dewasa ini. Tahukah Anda kalau dari zaman ke zaman, tingkat kematangan mental manusia (atau yang dikenal dalam istilah awam sebagai "jiwa") semakin menurun? Bandingkan 'jiwa' yang dimiliki oleh Sun Tzu, Napoleon, Marco Polo, dsb. dengan orang-orang zaman sekarang yang 'menggeluti' bidang yang sama. Terlebih dalam urusan berinteraksi sosial. Orang-orang zaman dulu lebih memahami cara untuk berinteraksi sosial, menyelami kebijaksanaan dan menerapkan seni kehidupan. Tidak seperti orang zaman sekarang yang nyaris monoton. Ini semua akibat delusi pikiran, dan sangat dipengaruhi oleh media-media, yang notabene sebenarnya banyak menanamkan racun dan flek dalam mental seseorang. Prioritas kehidupan manusia zaman dulu dan zaman sekarang sudah sangat berbeda. Dan ini terlihat dari pemikiran dan cara memandang kehidupannya masing-masing.

saya tidak melihat korelitas yang signifikan soal kelahiran kembali dengan "jiwa" yang semakin menurun? mungkin anda punya opini yang belum disampaikan dalm hal ini,..?
soal pendapat anda diatas, masih perlu dikaji secara mendalam. artinya sudut pandang kita dalam konteks orang2 terdahulu itu, harus lebih spesifik, kalau kita sedang melihatnya dari sudut apa?
sosial budaya? interaksi sosial? agama? dan expektasi? ataupun yang paling krusial, reinkarnasi.

Quote from: upasaka on 15 February 2009, 09:53:47 PM
Orang-orang di zaman dulu banyak sekali memiliki pengalaman spiritual yang dashyat. Mengenai konsep adanya kelahiran kembali, tidak sedikit orang-orang di zaman dulu yang pernah membuktikannya.
kalau bisa, ini pake data.
dan yang jadi pertanyaan kenapa hal itu tidak berlalu umum? artinya probabilita jumlah orang yang percaya hal tersebut, tidak signifikan, dengan penganut buddha.


Quote from: upasaka on 15 February 2009, 09:53:47 PM

Dalam Buddhisme dikenal dengan istilah 'tumimbal lahir'. Dalam konsep lain disebut dengan istilah 'reinkarnasi'. Tidak hanya masyarakat sekitar India yang mengenal konsep ini. Di kawasan Asia Timur, Mesir dan sekitar Amerika Latin di zaman dahulu pun mengenal konsep ini. Konsep ini lebih familiar dan diterima khalayak ramai, karena banyak yang sudah membuktikannya. Bukan seperti konsep Makhluk Adi Kuasa yang hanya famous di kawasan Timur Tengah saja. Konsep ini bukan sekedar isapan jempol sebelum tidur. Banyak yang sudah membuktikanya, bahkan sampai di zaman ini. Di Discovery Channel juga sudah banyak diungkapkan. Wajar kalau bukti-bukti nyata ini jarang dipublikasikan. Karena bisa saja mengundang polemik dan kontroversi, apalagi di Indonesia, negara yang sering mentabukan banyak perihal.
daerah didunia yang anda sebutkan tersebut, sepertinya sudah misinformation,
bahkan cendrung agama samawi, telah menguasai hampir seluruh dunia.
islam, kr****n, yahudi.
jadi soal reinkarnasi, yang mungkin dahulu diyakini, kini telah disingkirkan. kecuali beberapa daerah tertentu.
boleh anda share, soal konsep yang anda maksud, hingga diberitakan dalam discovery chanel
soal kehidupan dahulu? kalau yang ini, anda ingin paparkan, saya sependapat,
namun tidak ada satu yang pasti soal mereka yang berinkarnasi.

jangan kaget, bila saya bicara, dalam ilmu agama islam tingkat tinggi,
bahwa, beberapa ahli2 sufi, bisa mengalami kematian hingga 7 kali, tapi dalam islam itu bukanlah reinkarnasi menjadi pribadi yang berbeda. bahkan mereka yang bisa hidup kembali kedunia dalam 7 masa itu, tidak mengalami penderitan sebelumnya, justru, karena mencapai tingkat paripurna dalam agama. adapun mengapa hal ini tidak banyak yang tahu,..saya nggak akan heran.

Quote from: upasaka on 15 February 2009, 09:53:47 PM
Sekali lagi, kami selaku Umat Buddha selalu berusaha melihat realitas. Kami tidaklah umat penelan dogma dan doktrin agama. Kami bukanlah orang-orang yang dilarang mengkritik agama sendiri. Kami bukanlah orang-orang yang langsung percaya pada kitab suci agama kami. Kami bukanlah orang-orang yang mencari pembenaran pada apa yang sebenarnya kami lihat, meski kenyataan itu kadang menyakitkan. Kami adalah orang-orang yang berusaha untuk mengalami sendiri kenyataan, kebenaran, fakta dunia. Kami mendapatkan petunjuknya dari wejangan Sang Buddha 2500 tahun lalu, yang terukir jelas di lembaran-lembaran Tipitaka. Kami akan menyelaminya sendiri untuk melihat kebenaran dari naskah-naskah tua itu. Kami tidak pernah diancam oleh doktrin agama kami. Kami tidak pernah diiming-imingi kenikmatan hidup oleh doktrin agama kami. Tapi kami bisa berbuat banyak kebaikan dan menjadi orang baik. Kami tidak ingin memaksakan agama kami kepada orang lain. Karena kami sadar hanya orang yang sadar yang bisa memilih mana yang merupakan fakta dunia.

:)

maaf, justru reinkarnasi itu bukan fakta dunia.
mungkin anda mau koreksi.
silahkan.

maaf, saya cuma diskusi ringan.
salam.
tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta

sesat itu karena tak tahu, tapi tahu lalu memilih sesat itu
kafir.

hatRed

 [at] om Adi isa

i blom baca semuanya, jadi cuma baca yg terakhir aja :hammer:

yg ini ney

Quote
justru reinkarnasi itu bukan fakta dunia

itu, om udah praktekkan dan benar adanya atau gak? atau pernyataan om itu hanyalah sebatas teori yg belum diketahui keabsahannya saja?
i'm just a mammal with troubled soul



ENCARTA

jangan kaget, bila saya bicara, dalam ilmu agama islam tingkat tinggi,
bahwa, beberapa ahli2 sufi, bisa mengalami kematian hingga 7 kali, tapi dalam islam itu bukanlah reinkarnasi menjadi pribadi yang berbeda. bahkan mereka yang bisa hidup kembali kedunia dalam 7 masa itu, tidak mengalami penderitan sebelumnya, justru, karena mencapai tingkat paripurna dalam agama. adapun mengapa hal ini tidak banyak yang tahu,..saya nggak akan heran.


jangan mempercayai sesuatu tradisi atau dari mulut kemulut
harus ada bukti , kenapa tidak dilampirin dulu disini?