News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Keyakinan Anda Diragukan

Started by hatRed, 19 January 2009, 10:08:40 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

eddyg30

#60
untuk saudara 7 tails,

"kabut yang menyesatkan perasaan," adalah pengandaian dari cuplikan rangkaian peristiwa yang membuat berbagai macam perasaan/emosi muncul. lengkapnya kira-kira seperti ini (ini sesuai pengalaman saya sendiri, penjelasan di sutra-sutra Buddha dan para bikkhu pasti lebih detail dan mungkin tidak persis sama):

saat indera kita menerima suatu rangsangan, rangsangan itu diteruskan dalam bentuk sinyal memicu kesadaran (consciousness), sehingga kita sadar akan keberadaan objek di luar sana. pada kebanyakan orang, tersimpan kenangan. kenangan adalah pengalaman masa lalu, yang nantinya menjadi bahan untuk memunculkan 'penilaian' terhadap satu sinyal dari rangsang indera. penilaian ini yang saya sebut 'perasaan.' kita yang biasa dengan kegelapan akan tertarik dengan terang, kita yang terbiasa dengan terang akan menikmati kegelapan. sensasi, memberikan rasa pada kesadaran kita, yang selanjutnya dikenal sebagai kenikmatan di dalam pikiran kita. kepada sensasi ini, kemudian pikiran kita mencandu (crave for). sebaliknya, kehilangan/tidak mendapatkan sensasi ini dikenal sebagai ketidaksenangan.
akhirnya, kesadaran/pikiran tertutup kenikmatan dan ketidaksenangan, semakin hari semakin tebal. kita terus mencari kenikmatan dan menjauhi ketidaksenangan, hingga melakukan kesalahan demi kesalahan. 'perasaan', yang berupa kenikmatan dan ketidaksenangan, tersesat. apa yang membuatnya tersesat? ketidaktahuan. ketidaktahuan, kebodohan, dsb. bodoh/tidak tahu atas apa? bodoh/kurang pengetahuan atas realita, bahwa segalanya tidak bersifat tetap. kita berpikir bahwa sensasi akan ada selamanya memberikan kenikmatan abadi. kebodohan ini yang membuat kita selalu dan selalu mengejar kenikmatan, seperti laron yang yang mengejar cahaya lampu. selanjutnya hukum karma berlaku, karma baik dan buruk bermunculan karena tindakan-tindakan kita yang buta oleh perasaan. sekali lagi, bukan buah-buah karma yang membuat penderitaan muncul.. melainkan pikiran yang tertutup kabut kebodohan ini -yang tidak menyadari bahwa semua itu hanyalah proses berkesinambungan- yang memunculkan 'sensasi derita.'

selama kehidupan kita, 'sensasi derita' bercampur aduk dengan 'sensasi ingatan' tanpa jelas ujung pangkalnya. pikiran kita seperti air lumpur yang teraduk-aduk. makin kusut lagi ketika sensasi-sensasi itu bertemu dan saling berinteraksi dengan lingkungan, dengan orang lain, dengan budaya, dll. dalam keadaan seperti ini, kita seperti bola biliar: bergerak didorong oleh bola-bola rangsang indera dan perasaan, membentur bola-bola orang lain yang kemudian kembali membentur kita dari sisi yang lain. dan dari semua itu yang paling terasa adalah sakit dan derita.

"melihat dengan jernih," adalah perumpaan untuk saat-saat kita tanpa ada perasaan/emosi yang timbul. sinyal dari indera memicu munculnya kesadaran dan berhenti sampai di situ. tidak ada penilaian, tidak ada perasaan/emosi yang muncul. kita secara penuh sadar apa yang terjadi di luar sana. tanpa perasaan, tidak ada sensasi. tanpa sensasi tidak ada yang dicandukan. tidak ada lagi yang dapat dinikmati atau tidak disenangi.

dalam keadaan "melihat dengan jernih, tidak tertutup kabut yang menyesatkan" berarti kita melihat hidup kita dan hidup orang lain bagai tayangan film. keputusan secara penuh ada di tangan kita, untuk terlibat atau tidak terlibat dalam kesibukan duniawi (tayangan film) tersebut. kita bertindak bukan mengikuti perasaan, tapi karena kesadaran kita sendiri. kita seperti bola biliar yang dapat mengendalikan diri atau melayang di atas bola-bola lain yang berbenturan tidak keruan. tidak ada lagi kebetulan dan kecelakaan, semua hanyalah proses berkesinambungan alam semesta. di titik ini, tidak lagi dikenal penderitaan.

meditasi, adalah keadaan di mana lumpur2 di pikiran kita mengendap. kita melihat pikiran muncul dan hilang silih berganti begitu saja, dan berakhir pada keheningan yang menenangkan. saat kita membuka mata dan melihat hidup ini, kita kembali menjadi sadar. sadar seperti saat belum ada "perasaan yang tersesat." dunia, akan tampak sangat lain sekali. samasekali berbeda dibandingkan saat kita ikut bergolak di dalamnya.. sekarang penuh ketenangan.

ya kira2 demikian.. saya berusaha sedetail mungkin, tapi pasti ada yang terlewatkan di sana-sini. dan saya yakin juga ada yang dapat menjelaskan pengalaman tersebut dengan lebih baik. semoga uraian yang agak kelewat panjang ini bermanfaat.

salam,
"Let us rise up and be thankful, for if we didn't learn a lot today, at least we learned a little, and if we didn't learn a little, at least we didn't get sick, and if we got sick, at least we didn't die; so, let us all be thankful."
~Shakyamuni Buddha

7 Tails

maksudnya perasaan yg muncul berupa pikiran yg telah sadar akan dualitas

ha... sori aye kurang paham T_T
bisa yg lebih simpel
korban keganasan

eddyg30

#62
Quote from: 7 Tails on 21 January 2009, 09:43:03 PM
maksudnya perasaan yg muncul berupa pikiran yg telah sadar akan dualitas

sori, saya tidak dapat mengerti maksud anda: anda menyimpulkan uraian saya? atau ingin bertanya tentang dualitas? bisa tolong diperjelas maksud anda? maaf maaf :)

salam,
"Let us rise up and be thankful, for if we didn't learn a lot today, at least we learned a little, and if we didn't learn a little, at least we didn't get sick, and if we got sick, at least we didn't die; so, let us all be thankful."
~Shakyamuni Buddha

hatRed

Quote from: eddyg30 on 21 January 2009, 07:30:41 PM
Quote from: hatRed on 21 January 2009, 01:19:26 PM
meditasi, serta aspek2 pelajaran hidup serta tetek bengeknya itu kan hanya aksesoris saja..

hmm, noble eightfold path tidak seperti itu.. delapan jalan mulia saling berhubungan, 'tetek bengek' itu saling memicu. bahkan samadi/meditasi merupakan latihan sekaligus tujuan dari pikiran yang tercerahkan: meditative life.

8 jalan itu kan cara2 tuk mencapai nibbana
ref http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8518.msg142282#msg142282

Quote
Quote
kenapa mencita2kan nibbana? karena mereka tidak mau menerima dukkha lagi.

ini benar bagi sebagian orang, tetapi tidak selalu seperti itu untuk semua orang. pengertian nibbana sebagai jalan keluar dari dukkha adalah yang paling rendah, berlaku bagi mereka yang merasa hidup penuh beban masalah. padamnya dukkha bukan karena diinginkan/ditinggalkan tetapi karena muncul kesadaran yang lebih luas atas sifat-sifatnya. bahkan arti nibbana seiring tumbuhnya wawasan atas dharma bersifat dinamis, dan pada akhirnya menjadi sangat berbeda dengan gambaran saat kita pertama kali mendengar ajaran mulia sang Buddha.

bagaimana mungkin seseorang dapat bertekad mencapai nibbana kalau tidak menyadari bahwa kehidupannya adalah dukkha ???

ref: lihat alam dewa

Quote
Quote
bagaimana mereka menyadarinya? karena mereka sudah melihatnya (kehidupan yg berulang ulang).

kesadaran datang berupa insight, bukan karena melihat atau diajari. kita tidak perlu melihat kehidupan sebelumnya untuk memungkinkan kesadaran itu muncul. latihan mental dan fisik yang justru tidak berkaitan dengan masa lalu kita, tidak berkaitan dengan identitas diri kita, memberikan kesempatan lebih besar bagi kesadaran untuk muncul.

contoh: latihan duduk diam mata tertutup, hidup dalam solitude, mengulang mantra, dsb. saat kita membuka mata selesai meditasi, saat kita melangkah kembali ke masyarakat dari pengasingan, saat kita mendengar hiruk pikuk orang-orang selesai mengulang mantra.. pandangan kita ke dunia menjadi sangat berbeda, sangat amat berbeda.. dibandingkan dengan saat kita menjalaninya sebelum berlatih. kehidupan terasa hening, seperti awan di langit yang datang dan pergi begitu saja. saat itu kita dapat melihat dengan benar-benar jernih, tidak tertutup kabut yang menyesatkan perasaan seperti sebelumnya.

demikian, semoga.. sedikit ungkapan ini memberikan manfaat bagi sesama.


salam,
[/quote]

pertama, anda tahu tidak saat jamannya sang Buddha, sebelum petapa gotama mencapai kebuddhaannya, para masyarakat buddha itu mengetahui/menyadari adanya kehidupan yg berulang2 gak?

dan mereka yang akhirnya mencapai gelar arahat, mengetahui adanya kehidupan yg berulang2 gak?

dalam contoh yg dibeberkan anda itu kan gak harus dari meditasi buddhist, noh MMD aja juga bisa. trus apakah dalam contoh tersebut sudah bisa membimbing ke Nibbana ???
i'm just a mammal with troubled soul



eddyg30

Quote from: hatRed on 22 January 2009, 09:03:44 AM
8 jalan itu kan cara2 tuk mencapai nibbana
ref http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=8518.msg142282#msg142282

Itu bukan 8 jalan, tapi satu jalan. Satu jalan yang jika dijalani terlihat delapan (eightfold). Right understanding = right action = right mindfulness, yang satu bukan embel-embel yang lain ;)

Quote
bagaimana mungkin seseorang dapat bertekad mencapai nibbana kalau tidak menyadari bahwa kehidupannya adalah dukkha ???

ref: lihat alam dewa

"menyadari kehidupannya adalah dukkha" tidak sama dengan "melihat kehidupan lampau." Menyadari hakikat kehidupan dapat dilakukan dengan menyadarinya dalam pikiran saat kini. Mengenai alam dewa, kalau mau jujur saya tidak tahu apa-apa mengenai itu.

Quote
pertama, anda tahu tidak saat jamannya sang Buddha, sebelum petapa gotama mencapai kebuddhaannya, para masyarakat buddha itu mengetahui/menyadari adanya kehidupan yg berulang2 gak?

Saya tidak tahu seperti apa jamannya sang Buddha, tidak ada yang tahu. Semua hanya berupa cerita yang tertulis dalam sastra-sastra tua, kita menciptakan imajinasi mengenai masa itu berdasarkan apa yang kita baca dan dengar.

Quote
dan mereka yang akhirnya mencapai gelar arahat, mengetahui adanya kehidupan yg berulang2 gak?

Who knows?

Quote
dalam contoh yg dibeberkan anda itu kan gak harus dari meditasi buddhist, noh MMD aja juga bisa. trus apakah dalam contoh tersebut sudah bisa membimbing ke Nibbana ???

Anda menyebutkannya dengan tepat sekali, tidak ada yang berhak mengklaim 'nibbana' milik para pengikut Buddha secara eksklusif. Memahami makna nibbana seperti apa yang dijelaskan sang Buddha, berpikir seperti apa yang diajarkan sang Buddha, dan menjalani apa yang diajarkan sang Buddha, maka itulah buddhisme. Mereka yang mengenal kebebasan pikiran, mencari kemurnian hati, dan melakukan yang selaras dengan tujuannya itu.. maka mereka juga pantas bergelar 'bikkhu' walaupun bukan seorang buddhist. Contoh untuk ini adalah Milarepa, seorang yogi yang tidak pernah masuk dalam ordinasi bikkhu resmi dan tidak memakai jubah bikkhu, sangat dihormati di Tibet sebagai guru Dharma dan ceritanya kehidupannya menjadi legenda.

Salam,
"Let us rise up and be thankful, for if we didn't learn a lot today, at least we learned a little, and if we didn't learn a little, at least we didn't get sick, and if we got sick, at least we didn't die; so, let us all be thankful."
~Shakyamuni Buddha

hatRed

Quote
"menyadari kehidupannya adalah dukkha" tidak sama dengan "melihat kehidupan lampau." Menyadari hakikat kehidupan dapat dilakukan dengan menyadarinya dalam pikiran saat kini. Mengenai alam dewa, kalau mau jujur saya tidak tahu apa-apa mengenai itu.

pertama kita pilah dulu

menyadari dukkha dan hanya satu kehidupan saat sekarang saja.
      solusi : bunuh diri aja

menyadari dukkha dan kehidupan berulang ulang
     solusi : nibbana

dan yg bawah ini mungkin saja :

tidak menyadari dukkha dan hanya kehidupan saat sekarang saja
     solusi : hedonis dan liberal

tidak menyadari dukkha dan kehidupan berulang ulang
     solusi : hedonis
i'm just a mammal with troubled soul



eddyg30

#66
Quote from: hatRed on 22 January 2009, 03:47:24 PM
menyadari dukkha dan hanya satu kehidupan saat sekarang saja.
      solusi : bunuh diri aja

oooow.. sayang sekali. kan ada akhir dari dukkha dan jalan untuk akhir dukkha. satu hari aja nibbana lumayan kan ;)

Quote
dan yg bawah ini mungkin saja :

tidak menyadari dukkha dan hanya kehidupan saat sekarang saja
     solusi : hedonis dan liberal

tidak menyadari dukkha dan kehidupan berulang ulang
     solusi : hedonis

ya bukan cuma ini kali ya.. materialis, sosialis, komunis, oportunis, ekonomis, worries.. hehehe *becanda*

tambahan: yg nomor dua
Quote
menyadari dukkha dan kehidupan berulang ulang
     solusi : nibbana

nonton forbidden kingdomnya jackie chan+jet li? waktu taoist-nya (jackie chan) hampir mati kena panah, dia bilang
"If one does not attach himself to people and desires, never shall his heart be broken. But then... does he ever truly live? I would rather die a mortal who has cared about someone than a man free from his own death."
ada juga loo.. yang milih mati/dhukka daripada nibbana.

salam,
"Let us rise up and be thankful, for if we didn't learn a lot today, at least we learned a little, and if we didn't learn a little, at least we didn't get sick, and if we got sick, at least we didn't die; so, let us all be thankful."
~Shakyamuni Buddha

hatRed

Quote from: eddyg30 on 22 January 2009, 04:10:24 PM
Quote from: hatRed on 22 January 2009, 03:47:24 PM
menyadari dukkha dan hanya satu kehidupan saat sekarang saja.
      solusi : bunuh diri aja

oooow.. sayang sekali. kan ada akhir dari dukkha dan jalan untuk akhir dukkha. satu hari aja nibbana lumayan kan ;)

waduh, keknya om gak dapet point saya deh..

maksudnya kalo dia tahunya kehidupan itu sangat menderita dan juga kehidupan itu cuma sekali saja. buat apa dia susah payah mencapai nibbana, kalau toh dia tidak percaya kalau setelah dia mati dia akan terlahir lagi. kan bunuh diri aja dah beres....
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

[at] hatRed

Itu contoh orang yang memegang paham nihilisme...
Kalau orang yang memegang paham eternalisme? ;D

eddyg30

Quote from: hatRed on 22 January 2009, 04:18:59 PM
waduh, keknya om gak dapet point saya deh..

maksudnya kalo dia tahunya kehidupan itu sangat menderita dan juga kehidupan itu cuma sekali saja. buat apa dia susah payah mencapai nibbana, kalau toh dia tidak percaya kalau setelah dia mati dia akan terlahir lagi. kan bunuh diri aja dah beres....

eh.. masak sih? ya itu maksud saya: mengetahui kehidupan itu sangat menderita, dan juga kehidupan itu sekali saja.. tetep ada orang yg mau susah payah mencapai nibbana. nibbana masih bisa dicapai sebelum mati kan, walaupun cuma untuk sehari apalagi kalau ada kesempatan beberapa tahun. kalau langsung bunuh diri, nibbananya malah langsung ngga ada kesempatan.

btw, ketika seseorang menyadari nibbana.. kematian dan kehidupan tidak berarti lagi, saat itu dia ngga kenal kematian. walaupun akhirnya mati juga (secara fisik), buddha gautama juga kan..

salam,
"Let us rise up and be thankful, for if we didn't learn a lot today, at least we learned a little, and if we didn't learn a little, at least we didn't get sick, and if we got sick, at least we didn't die; so, let us all be thankful."
~Shakyamuni Buddha

hatRed

 [at] eddyg30

kalau dia beranggapan hidup itu cuma sekali aja, buat apa dia susah2 mencari nibbana om..
dengan bunuh diri aja juga beres.

coba kalau kasunya kek gitu (hidup adalah dukkha dan hidup adalah cuma sekali)

apa bedanya dari hasil bunuh diri sama nibbana ?
i'm just a mammal with troubled soul



hatRed

 [at] upasaka

eternalisme... ini juga saya harap benar ;D
i'm just a mammal with troubled soul



Nevada

[at] hatRed

Iya yah... Seperti pemikiran si Romeo dan Juliet...  ::)

eddyg30

to sdr.hatRed,

Quote from: hatRed on 22 January 2009, 04:55:51 PM
kalau dia beranggapan hidup itu cuma sekali aja, buat apa dia susah2 mencari nibbana om..
dengan bunuh diri aja juga beres.
coba kalau kasunya kek gitu (hidup adalah dukkha dan hidup adalah cuma sekali)
apa bedanya dari hasil bunuh diri sama nibbana ?

aaah ya bedaa guede, nibbana masih on. saya bisa dibilang masuk golongan ini ;)

saya bermeditasi, meyakini 4 noble truth, noble 8 fold path, anicca dan anatta. melakukan meditasi, merasakan pengalaman blissful state of meditation, dapat berpikir secara sederhana, mengerti lebih banyak hal, menerima semua fenomena semesta apa adanya, merasa damai, dsb. sejak awal sampai sekarang tidak terpikir untuk bisa mengingat kembali kehidupan lampau, membaca pikiran orang, apalagi divine eye, divine hearing, omnipresent itu. tapi ini sudah lebih dari cukup, hidup ini sudah nyaman sekali dengan keadaan sekarang -bisa lebih lagi adalah anugerah kehidupan-, tapi ini sudah benar-benar bagus. tidak ada fear, tidak ada ikatan (ada tapi ngga dominan kayak dulu), total freedom. jadi.. kenapa mesti mati, yang ngga ngerti bakalan jadi apa nantinya?

tunggu.. definisi nibbana di sini apa ya? saya mengartikannya sebagai munculnya pengertian akan anicca dan anatta, selain dukkha.

salam,
"Let us rise up and be thankful, for if we didn't learn a lot today, at least we learned a little, and if we didn't learn a little, at least we didn't get sick, and if we got sick, at least we didn't die; so, let us all be thankful."
~Shakyamuni Buddha

adi isa

Quote from: hatRed on 19 January 2009, 10:08:40 AM
ya, meragukan sekali kebenarannya.

kalau mengamati hampir semua agama besar, semuanya memiliki persamaan yaitu mengakui adanya proses setelah kematian.

disini berbicara tentang buddhism, dimana diyakini adanya tumimbal lahir. dengan begitu orang yang menyakini hal tersebut seharusnya melihat satu kehidupan ini adalah proses pengulangan2, dimana sebelum kehidupan sekarang sebenarnya dia sudah mengalami kehidupan sebelumnya, dan dalam buddhism kehidupn itu pasti selalu dilingkupi dengan penderitaan atau dukkha. begitu juga dia menyakini setelah kematiannya pada kehidupan sekarang dia akan terlahir kembali dan mengalami penderitaan lagi, demikian seterusnya....
dia akan selalu mengalami penderitaan.

Hal ini maka membuatnya berpikir "sungguh melelahkan hidup ini" dia pun muak dan bosan, sehingga timbul keinginan tuk tdk terlahir kembali, dan berusaha mencari jalan keluar, jalan keluar tersebut dinamakan dengan nibbana (entah nibbana ini ciptaan manusia atau bukan). yang mereka meyakini bila tercapailah nibbana maka mereka tidak akan terlahir kembali, dan proses yang melelahkan sudah tidak akan dirasakan kembali, layaknya orang yang muak dengan roller coaster, diapun berhenti.

pertanyaannya, kita yg tidak tahu akan adanya kehidupan lampau, maupun kehidupan berikutnya, layakkkah meyakini hal tersebut ???

disitulah hal yang paling membingungkan dalam budha bagi kami orang diluar budha...
kalau manusia saja nggak tau tentang masa lampaunya mengapa bosan untuk terlahir kembali?
silahkan dikoreksi.
tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta

sesat itu karena tak tahu, tapi tahu lalu memilih sesat itu
kafir.