News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Keyakinan Anda Diragukan

Started by hatRed, 19 January 2009, 10:08:40 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hatRed

=))

kan ada bedah otak juga keknya

salah potong jadi nya gmana ya ^-^
i'm just a mammal with troubled soul



N1AR

Quote from: markosprawira on 19 January 2009, 01:44:15 PM
salah satu sifat Dhamma Sang Buddha adalah Ehipasiko atau mengundang utk dibuktikan

Bagaimana dibuktikannya? adalah dengan melaksanakan ajaran itu sendiri, yaitu dengan memahami ke dalam batin kita sendiri, mengenai proses timbul dan tenggelamnya nama/batin dan rupa/fisik.....

sama seperti anak TK mencoba memahami aljabar. Menurut dia yg 1+1=2 saja belum tahu, Aljabar adalah hal yg tidak masuk akal.
Yang masuk akal adalah Bionicle, maen PS3, dll........

Kalau kita masih berpikir secara anak TK, bagaimana kita bisa memahami Aljabar?
Kalau kita mau memahami Aljabar, hendaknya mulai dari matematika dasar, misal 1+1=2
setelah menguasai, naek ke perkalian dan pembagian
udah menguasai lagi, lanjut ke bilangan2 prima, persentase, dsbnya
naek lagi ke matematika tingkat menengah, dstnya sampai kita bisa mencapai matematika tingkat lanjut

demikian juga dengan Buddhism.
Panna/kebijaksanaan awal diperoleh dengan menjalankan sila dan mempraktekkan dalam hidup keseharian kita
Setelah mendapat panna tingkat awal, kita bisa menjalankan sila dan praktek dengan pengertian yg lebih baik lagi
Karena praktek yg lebih baik, memungkinkan kita utk mencapai panna yg lebih baik juga....

demikianlah yg dilakukan oleh Bodhisatta semenjak dari pernyataan tekad pertapa Sumedha di depan Buddha Dipankara.....
Bodhisatta tidak mempertanyakan mengenai kehidupan yg lampau atau yg akan datang, melainkan berusaha melatih batinnya dengan menyempurnakan 10 parami, kualifikasi unik ke-buddha-an (Buddhakarakadhamma), 4 bhumi, enam faktor yg membimbing ke arah penyempurnaan bodhi (ajjhasayas) dan masih banyak lagi.........

Nah apakah kita mau tetap bertahan dengan pola pikiran anak TK utk mengerti Aljabar, ataukah kita mau berusaha menjalani matematik tingkat dasar dulu, agar bisa mengerti aljabar?

pilihan ada di tangan masing-masing individu.......

metta  _/\_

mungkin saya baca postingan bos markos uda sampai 20x tentang aljabar ini bos

cuma yang saya ragu2 tentang tingkat anak tk ini, setelah saya renungkan adalah

harus ada sebuah bukti nyata dahulu yg dicari sama saya, apa itu kemunculan inspirasi tiba2 atau tanya atau praktek ehipassiko meditasi.
sampai batin merasa cukup pengertian keyakinan. kalau cuma menjalankan 4km jmb8 dalam arti buddhistvtanpa kita2 benar2 yakin apa yg kita lakukan
tanpaknya akan sia2 seperti topik ini ( keyakinan saya diragukan )

ha... T_T

hatRed

ya setuju bro N1AR,

alajabar anak TK ini sering banget diulang2

request ma om markos,

"ilustrasinya ganti donk.." ^-^
i'm just a mammal with troubled soul



markosprawira

dear hat & N1AR,

Kembali ke ga nyambungnya........ mau sesuatu itu dibuktikan, tapi ga mau melaksanakan

sudah bnyk disebut contoh mengenai ga nyambung kaya gini, misalnya :
- spt yg ko fabian pernah sebut mengenai org di jakarta yg disebut mengenai salju di Papua.
Jika org itu tidak mencoba mencari tahu sendiri, apakah dia akan yakin bhw ada salju di negara tropis?
- spt yg sering disebut juga mengenai rasa BUAH...... Apakah anda bisa tahu seperti apa rasa BUAH tertentu, jika anda tidak mencicipinya sendiri?

Dalam setiap pembuktian, tentunya harus ada proses yg dilewati, misal utk kasus salju di Papua, pertama dengan googling artikel2 tentang salju
Juga melihat ketinggian gunung disana yg memadai
Dan jika anda ingin benar2 merasakan "salju" di Papua, tentunya anda harus mempersiapkan diri, beli tiket, cari hal2 apa yg harus dilakukan disana, dsbnya
dan akhirnya begitu anda sampai di papua dan memanjat Pegunungan Jayawijaya, barulah anda benar2 merasakan "salju" di Papua

Demikian juga halnya dgn buah
Googling bentuk buahnya, tanya2 pengalaman org2 yg sudah mencicipinya
Masih penasaran juga, minta ke temen yg tinggal di negara asal buah itu misal buah naga yg aslinya dari Vietnam (skrg sih udh ada buah naga lokal indo)
Atau kalau takut dibohongi juga, bisa pergi sendiri ke Vietnam

Demikian juga dalam mempertanyakan segala sesuatu, hendaknya melakukan usaha untuk mempraktekkannya

Nah apakah mau terus bertanya2 tanpa melakukan apapun, atau melakukan sesuatu sesuai yg sudah dibuktikan oleh banyak orang?

Bagi saya sendiri ga mempermasalahkan apa saya dulu eksis, apa saya akan tetap eksis di masa depan
Itu kenapa saya ga ikut past regression spt bnyk dilakukan rekan2 lain
saya juga ga cari hal2 spt membangkitkan energi atau praktek upacara tertentu, dsbnya

Saya hanya berusaha untuk bisa mengurangi akusala, memperbanyak berbuat kusala dan mempraktekkan bhavana yg memperhatikan proses timbul tenggelamnya nama dan rupa

metta  _/\_

hatRed

masalahnya kan gini...

sebelum i nanya kek gini2an kan pasti tentu ada juga yg nanya2 ginian sebelum i...

dan bayangkan saja berapa banyak orang yg menanyakan hal demikian...
dan bayangkan saja berapa lama waktu yg sudah tercurah oleh orang2 tersebut tuk mencari hal demikian..

dan lihat saja hasilnya sekarang, sudahkah terbukti... ?

kalo masalah gunung salju itukan kita bisa liat dari orang yg sudah membuktikan dan jelas sekali buktinya...

namun masalah ini kan dari duluuuuuuuuuu sampe sekaranggggggggg belum ada buktinya yg jelas.
i'm just a mammal with troubled soul



markosprawira

 [at] hat :

Isi dari tipitaka juga sudah banyak dibuktikan dengan pencapaian Arahat
Mengenai masa lalu dan masa depan, sudah jelas diceritakan juga Buddha dalam banyak sutta misal mengenai Cerita buddha dari pertapa sumedha sampai menjadi pangeran Siddhattha (Sumedha Jataka), bahkan ada beberapa kitab komentar yg berisikan mengenai Buddha2 masa depan setelah Metteya

Tapi tetap saja, tidak dipercaya khan?

Ketidak bergunaan mengenai hal2 spt masa lalu, masa depan, asal mula alam semesta,dsbnya sebenarnya pernah diilustrasikan oleh Buddha dengan org yg terkena panah beracun.

Mana yg lebih baik, mencari siapa pemanahnya, panah itu dibuat oleh siapa, apa jenis mata anak panahnya dan semua detail mengenai kejadian itu

Ataukah mengobati diri sendirinya terlebih dahulu?


Ilustrasi sama mengenai Pertapa yg menguasai API, setelah bermeditasi selama 25 tahun
Buddha menyebut bhw jika si pertapa menggunakan wkt 25 tahun utk bervipassana, si pertapa sudah mencapai kesucian?

Walau sudah diberi tahu, tetapi mengapa masih bnyk juga yg "penasaran"?

Karena adanya "vicikiccha" atau keragu2an yg beberapa diantaranya adalah :
- keragu2an apakah Dhamma dapat membebaskan manusia dari penderitaan?
- keragu2an thd ariya sangha (yg menyusun tipitaka adalah para ariya sangha loh)
- apakah kehidupan mendatang itu benar2 ada (uccheda ditthi) -> salah satu pandangan sesat mengenai atta/aku
- apakah kehidupan lampau itu benar2 ada? (ahetuka ditthi) -> salah satu pandangan sesat mengenai atta/aku
- apakah kehidupan yg telah lalu dan yang akan datang, itu memang ada? (akariya ditthi) -> salah satu pandangan sesat mengenai atta/aku

Jadi benernya dari jaman Buddha masih hidup pun, pandangan2 spt ini udah ada, dan akan selalu ada

metta  _/\_

hatRed

#51
kalau begitu apa bedanya konsep keyakinan seorang buddhism sama K.
toh dua2nya bersumber pada "Percaya buta" terlebih dahulu.

nb: i dah tanya ma yang K dan memang begitulah proses imanisasi mereka.

kalau memang demikian... berarti benar yg saya judge..

"Keyakinan anda Diragukan"
i'm just a mammal with troubled soul



g.citra

 [at]  hatRed... pertanyaan ente di "sebelah" dah di reply tuh... :))

hatRed

i'm just a mammal with troubled soul



g.citra


eddyg30

Kepada saudara hatRed, ijinkan saya bertanya mengenai keraguan anda.. apakah keraguan akan keyakinan kelahiran kembali saja, atau keraguan atas seluruh ide buddhisme?

Buddhisme, memiliki banyak aspek. Banyak orang barat tertarik Buddhisme karena aspek mind-science, yaitu buddhisme sebagai petunjuk untuk mempelajari pikiran manusia. Ini seperti psikologi yang sifatnya holistik/menyeluruh, berbeda dengan psikologi modern yang relatif parsial.
Aspek lain adalah pemahaman mengenai eksistensi dan non-eksistensi, analisa mendalam sifat-sifat alami segala hal dalam meditasi hingga menyadari bahwa segala hal tidak memiliki esensi dasar yang menunjukkan keberadaannya, sementara dengan perspektif lain segala hal secara bersamaan memiliki keberadaan.
Aspek lain adalah metafisikal, yang merupakan analisa melebihi kemampuan kebanyakan orang mengenai hal-hal yang halus dan divine.

Sebagian aspek ini tentu dapat dipahami kebanyakan orang, sebagian aspek lainnya hanya sedikit yang dapat mengerti, sebagian aspek lagi hanya sedikit sekali yang dapat mengerti, dan ada aspek yang samasekali tidak dapat dimengerti.

Contoh: untuk memahami semesta yang jelas terindera oleh kita saja memerlukan begitu banyak hukum: dari ilmu sosial sampai fisika kuantum, belum lagi hukum-hukum yang belum dikenal. Tidak mudah memahami semua hal ini. Lebih jauh tentang surga dan neraka, apalagi mengenai buddha dan kebuddhaan (ketuhanan). Samasekali tidak ada dasar bagi seseorang yang kurang berpengetahuan untuk berkata: "aku tahu!", sungguh jauh sekali dari jangkauan pengetahuan science. Tetapi terlepas dari keterbatasan pengetahuan saat ini.. pikiran merupakan alat yang powerful untuk memulai pencarian kita atas kebenaran sejati. Dan hanya pikiran itulah yang kita miliki, dengan apalagi kalau bukan? Kesulitan-kesulitan seperti paradoks, keraguan, kebingungan, keputusasaan bukanlah masalah yang muncul karena kita mencari kebenaran, melainkan alasan kita memulai semuanya. Dari sanalah nibbana/pencerahan bersemi, seperti bunga teratai yang mekar di kolam yang penuh sampah.

Seperti kata Sang Buddha: "Within our defiled minds, purity is to be found."

Salam,
"Let us rise up and be thankful, for if we didn't learn a lot today, at least we learned a little, and if we didn't learn a little, at least we didn't get sick, and if we got sick, at least we didn't die; so, let us all be thankful."
~Shakyamuni Buddha

dilbert

Quote from: hatRed on 19 January 2009, 10:08:40 AM
ya, meragukan sekali kebenarannya.

kalau mengamati hampir semua agama besar, semuanya memiliki persamaan yaitu mengakui adanya proses setelah kematian.

disini berbicara tentang buddhism, dimana diyakini adanya tumimbal lahir. dengan begitu orang yang menyakini hal tersebut seharusnya melihat satu kehidupan ini adalah proses pengulangan2, dimana sebelum kehidupan sekarang sebenarnya dia sudah mengalami kehidupan sebelumnya, dan dalam buddhism kehidupn itu pasti selalu dilingkupi dengan penderitaan atau dukkha. begitu juga dia menyakini setelah kematiannya pada kehidupan sekarang dia akan terlahir kembali dan mengalami penderitaan lagi, demikian seterusnya....
dia akan selalu mengalami penderitaan.

Hal ini maka membuatnya berpikir "sungguh melelahkan hidup ini" dia pun muak dan bosan, sehingga timbul keinginan tuk tdk terlahir kembali, dan berusaha mencari jalan keluar, jalan keluar tersebut dinamakan dengan nibbana (entah nibbana ini ciptaan manusia atau bukan). yang mereka meyakini bila tercapailah nibbana maka mereka tidak akan terlahir kembali, dan proses yang melelahkan sudah tidak akan dirasakan kembali, layaknya orang yang muak dengan roller coaster, diapun berhenti.

pertanyaannya, kita yg tidak tahu akan adanya kehidupan lampau, maupun kehidupan berikutnya, layakkkah meyakini hal tersebut ???

Buddha bertanya, "Kassapa, apakah engkau setuju penderitaan merupakan suatu kebenaran ?"

"Ya Gotama, aku setuju penderitaan merupakan suatu kebenaran".

"Apakah engkau setuju penderitaan pasti ada sebab-sebabnya ?"

"Ya, aku setuju penderitaan pasti ada sebab-sebabnya ?"

"Kassapa, ketika sebab sebab penderitaan hadir, maka penderitaan juga hadir. Ketika sebab sebab penderitaan dihilangkan, maka penderitaan pun hilang."

"Ya, aku melihat ketika sebab sebab penderitaan dihilangkan, penderitaan itu sendiri akan hilang."

"Penyebab penderitaan adalah kebodohan bathin, suatu cara yang keliru untuk melihat realita. Berpikir bahwa yang tidak kekal sebagai kekal merupakan kebodohan bathin. Berpikir ada diri sementara tak ada yang disebut diri merupakan kebodohan bathin. Dari kebodohan bathin lahirlah keserakahan, ketakutan, iri hati, dan penderitaan yang tak terhitung jumlahnya. Jalan menuju pembebasan adalah jalan untuk melihat segala sesuatu secara mendalam agar benar benar mampu memahami sifat dasar ketidak kekalan (Anicca), tiada diri yang terpisah (An-atta), akan saling ketergantungan dari segala sesuatu (Pattica Samupada). Jalan ini adalah jalan untuk mengatasi kebodohan bathin. Setelah kebodohan bathin di atasi, penderitaan pun terlampaui. Itulah pembebasan sejati.

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

hatRed

apa yang menjadikan seorang itu adalah buddhist ?

cita citanya, yaitu mencapai nibbana...

meditasi, serta aspek2 pelajaran hidup serta tetek bengeknya itu kan hanya aksesoris saja..

tetap tujuan yang utama adalah nibbana itulah yg seharunya seseorang disebut buddhist. artinya menjalani hidup seorang buddha.

sedangkan orang bisa aja sakti dari meditasi tetapi dia tidak disebut buddhist
orang bisa saja bijaksana tetapi tidak disebut buddhist.

karena mereka tidak mejalani jalan seorang buddha,

jalan seperti apakah itu?

yaitu jalan mencapai nibbana.

kenapa mencita2kan nibbana?

karena mereka tidak mau menerima dukkha lagi.

loh kok tau kalau nanti akan menerima dukkha lagi?

karena mereka yakin, walau sudah mati nantinya mereka akan menerima dukkha kembali.

loh kok bisa yakin?

soalnya mereka sudah menyadari hal tersebut

bagaimana mereka menyadarinya?

karena mereka sudah melihatnya (kehidupan yg berulang ulang).


===================================

jadi mereka yang belum melihat NYA,
bagaimana mungkin mereka menyadari NYA,
dan bagaimana mungkin mereka meyakini NYA,
karena tidak yakin bagaimana tahu nanti setelah mati akan menerima dukkha lagi.
kalau tidak tahu akan menerima dukkha lagi, so buat apa kita mencari nibbana?
kalau kita tidak mencari nibbana so buat apa menjadi buddhist sejati?

===============================================
[at] om Dilbert

ada juga kan perkataan sang buddha tentang bagaimana seseorang "memulai" dalam mencari nibbana? (ituloh yg ada kata2nya "jemu" , i dah lupa)
i'm just a mammal with troubled soul



eddyg30

Quote from: hatRed on 21 January 2009, 01:19:26 PM
meditasi, serta aspek2 pelajaran hidup serta tetek bengeknya itu kan hanya aksesoris saja..

hmm, noble eightfold path tidak seperti itu.. delapan jalan mulia saling berhubungan, 'tetek bengek' itu saling memicu. bahkan samadi/meditasi merupakan latihan sekaligus tujuan dari pikiran yang tercerahkan: meditative life.

Quote
kenapa mencita2kan nibbana? karena mereka tidak mau menerima dukkha lagi.

ini benar bagi sebagian orang, tetapi tidak selalu seperti itu untuk semua orang. pengertian nibbana sebagai jalan keluar dari dukkha adalah yang paling rendah, berlaku bagi mereka yang merasa hidup penuh beban masalah. padamnya dukkha bukan karena diinginkan/ditinggalkan tetapi karena muncul kesadaran yang lebih luas atas sifat-sifatnya. bahkan arti nibbana seiring tumbuhnya wawasan atas dharma bersifat dinamis, dan pada akhirnya menjadi sangat berbeda dengan gambaran saat kita pertama kali mendengar ajaran mulia sang Buddha.

Quote
bagaimana mereka menyadarinya? karena mereka sudah melihatnya (kehidupan yg berulang ulang).

kesadaran datang berupa insight, bukan karena melihat atau diajari. kita tidak perlu melihat kehidupan sebelumnya untuk memungkinkan kesadaran itu muncul. latihan mental dan fisik yang justru tidak berkaitan dengan masa lalu kita, tidak berkaitan dengan identitas diri kita, memberikan kesempatan lebih besar bagi kesadaran untuk muncul.

contoh: latihan duduk diam mata tertutup, hidup dalam solitude, mengulang mantra, dsb. saat kita membuka mata selesai meditasi, saat kita melangkah kembali ke masyarakat dari pengasingan, saat kita mendengar hiruk pikuk orang-orang selesai mengulang mantra.. pandangan kita ke dunia menjadi sangat berbeda, sangat amat berbeda.. dibandingkan dengan saat kita menjalaninya sebelum berlatih. kehidupan terasa hening, seperti awan di langit yang datang dan pergi begitu saja. saat itu kita dapat melihat dengan benar-benar jernih, tidak tertutup kabut yang menyesatkan perasaan seperti sebelumnya.

demikian, semoga.. sedikit ungkapan ini memberikan manfaat bagi sesama.

salam,
"Let us rise up and be thankful, for if we didn't learn a lot today, at least we learned a little, and if we didn't learn a little, at least we didn't get sick, and if we got sick, at least we didn't die; so, let us all be thankful."
~Shakyamuni Buddha

7 Tails

contoh: latihan duduk diam mata tertutup, hidup dalam solitude, mengulang mantra, dsb. saat kita membuka mata selesai meditasi, saat kita melangkah kembali ke masyarakat dari pengasingan, saat kita mendengar hiruk pikuk orang-orang selesai mengulang mantra.. pandangan kita ke dunia menjadi sangat berbeda, sangat amat berbeda.. dibandingkan dengan saat kita menjalaninya sebelum berlatih. kehidupan terasa hening, seperti awan di langit yang datang dan pergi begitu saja. saat itu kita dapat melihat dengan benar-benar jernih, tidak tertutup kabut yang menyesatkan perasaan seperti sebelumnya.

seperti bagaimana, perasaan tidak tertutup kabut yg menyesatkan?
bisa lebih spesifik
korban keganasan