case 1 vs case 2

Started by ika_polim, 14 December 2008, 07:53:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ika_polim

Dearest Bros & Sis,

Case 1:

"Bagaimana Buddha menjaga kebugaran tubuh padahal Beliau terus-menerus membabarkan Abhidhamma di Surga Tavatimsa sepanjang masa vassa selama tiga bulan" ?

Jawabnya :

Semua Buddha telah mempertimbangkan masalah ini; Mereka biasanya mengikuti waktu alam manusia sewaktu membabarkan Abhidhamma. Saat tiba waktunya untuk mengumpulkan dana makanan, Beliau menciptakan sesosok Buddha tiruan yang sama persis dengannya dalam segala hal. Tiruan Buddha itu akan menggantikanNya membabarkan Abhidhamma kepada para hadirinNya.
Sementara Buddha asli "turun ke alam manusia" untuk melakukan kegiatan lazimNya spt, sikat gigi, mandi, dsb dan makan.
Buddha kembali ke Surga Tavatimsa setelah tengah hari untuk melanjutkan pembabaran Abhidhamma disana (!!!).


Case 2:

Sehubungan dengan Jhana, anjuran yang seringkali diberikan oleh Buddha kepada para muridNya adalah "untuk membiasakan diri "keluar-masuk" kondisi Jhana (mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi).

Buddha sendiripun sering dikisahkan melakukan yang sama dengan "berlama-lama berdiam di Jhana (tertinggi) menikmati kebahagiaan uniknya".



Pertanyaan:

Kata "keluar-masuk" mengindikasikan bahwa Jhana masih bersifat relatif.

Kata "kebahagiaan" pada kondisi Jhana mengindikasikan "rasa bahagia-relatif" yang timbul relatif saat/selama kondisi Jhana tercapai saja.

Tetapi pada case 1 terlihat bahwa tubuh fisik mempunyai "tata cara" sendiri yang juga harus dipenuhi, dalam hal ini adalah "rasa lapar fisikal".

Dari kenyataan dua case di atas, bukankah anjuran praktikum penembusan kondisi Jhana (jika tidak disiasati dgn bijak) malah akan "menghancurkan" kondisi/tingkat kebugaran tubuh yang pada gilirannya (jika tetap tidak disadari) akan mengulangi praktek "6 tahun penyiksaan diri"  pangeran sidharta pertama kali masuk hutan (???).



ika.







Indra

Pertanyaannya kok gak ada pertanyaan?

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

#2
Memang betul Oom Ika. Dari khotbah pertama Pemutaran Roda Dhamma, Sang Buddha sudah mengajarkan jalan tengah menghindari dua jalan ekstrim (hina), yaitu pemuasan nafsu dan penyiksaan diri.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

hendrako

#3
Apabila tidak "bijak" keknya sulit untuk bisa menembus dan berdiam dalam Jhana, om.

Lagipula, praktek penyiksaan diri yang dilakukan oleh Buddha adalah karena kesadaran beliau bahwa, pencapaian Jhana2 "saja" tidak cukup, bukan tujuan akhir, sehingga beliau mencari "sesuatu" yang lain di luar Jhana yaitu dengan praktik penyiksaan diri. Jhana dan penyiksaan diri adalah hal yang berbeda.

BTW, saya belum pernah mendengar ada orang yang mati kelaparan gara2 masuk ke Jhana hingga lupa makan, mungkin ada info tentang hal ini? :-?
yaa... gitu deh

ika_polim

Dearest Bros & Sis,

Untuk mempermudah nalar dari posting awal itu, saya berikan kata kunci yang mungkin sangat jarang diketahui oleh awam umumnya, yaitu : "rasa lapar" akan segera "hilang" selama / saat Jhana tercapai" (!!!).

ika.

William_phang

Pak IP,

at the end ROSO lagi donk ya?

hatRed

keknya gak pake kloning kloningan deh.  :o

aye baru denger  :-?
i'm just a mammal with troubled soul



Lily W

Quote from: ika_polim on 18 December 2008, 02:10:16 PM
Dearest Bros & Sis,

Untuk mempermudah nalar dari posting awal itu, saya berikan kata kunci yang mungkin sangat jarang diketahui oleh awam umumnya, yaitu : "rasa lapar" akan segera "hilang" selama / saat Jhana tercapai" (!!!).

ika.

wah...Bro Ika mau main teka teki yaah? ;D

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

g.citra

Quote"rasa lapar" akan segera "hilang" selama / saat Jhana tercapai" (!!!).

Bro Ika...

if so, "dari mana" datang nya lapar itu dan "kemana" hilangnya lapar itu (???)

Andi Sangkala

Quote from: Indra on 14 December 2008, 07:57:54 PM
Pertanyaannya kok gak ada pertanyaan?

rupanya bos baru kenal IP hehehehehe, dia lg siap melmpar tangan sembunyi batu
Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

ryu

Sepertinya IP sudah mempunyai reputasi yah :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Andi Sangkala

Quote from: ika_polim on 18 December 2008, 02:10:16 PM
Dearest Bros & Sis,

Untuk mempermudah nalar dari posting awal itu, saya berikan kata kunci yang mungkin sangat jarang diketahui oleh awam umumnya, yaitu : "rasa lapar" akan segera "hilang" selama / saat Jhana tercapai" (!!!).

ika.

ternyata lg encer nih otak, emang udh pernah mencapai jhana? kog tahu seh rasa lapar hilang
Karena Tidak Sayang Maka Tidak Kenal

Andi

hendrako

Quote from: ika_polim on 18 December 2008, 02:10:16 PM
Dearest Bros & Sis,

Untuk mempermudah nalar dari posting awal itu, saya berikan kata kunci yang mungkin sangat jarang diketahui oleh awam umumnya, yaitu : "rasa lapar" akan segera "hilang" selama / saat Jhana tercapai" (!!!).

ika.

Kalo rasa lapar hilang,
berarti gak menyiksa diri doong.......

Kalo ada rasa lapar,
itu baru namanya menyiksa diri........

Jhana dan menyiksa diri adalah hal yang berbeda
yaa... gitu deh

Xzone

[at] IP

Kalo lapar makan aja.....pasti hilang laparnya......ngak perlu mencapai jhana he..he..he...
Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan
menganggapnya manis seperti madu;
Tetapi apabila buah perbuatan itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya
penderitaan.

Riky_dave

Quote from: ika_polim on 14 December 2008, 07:53:25 PM
Dearest Bros & Sis,

Case 1:

"Bagaimana Buddha menjaga kebugaran tubuh padahal Beliau terus-menerus membabarkan Abhidhamma di Surga Tavatimsa sepanjang masa vassa selama tiga bulan" ?

Jawabnya :

Semua Buddha telah mempertimbangkan masalah ini; Mereka biasanya mengikuti waktu alam manusia sewaktu membabarkan Abhidhamma. Saat tiba waktunya untuk mengumpulkan dana makanan, Beliau menciptakan sesosok Buddha tiruan yang sama persis dengannya dalam segala hal. Tiruan Buddha itu akan menggantikanNya membabarkan Abhidhamma kepada para hadirinNya.
Sementara Buddha asli "turun ke alam manusia" untuk melakukan kegiatan lazimNya spt, sikat gigi, mandi, dsb dan makan.
Buddha kembali ke Surga Tavatimsa setelah tengah hari untuk melanjutkan pembabaran Abhidhamma disana (!!!).


Case 2:

Sehubungan dengan Jhana, anjuran yang seringkali diberikan oleh Buddha kepada para muridNya adalah "untuk membiasakan diri "keluar-masuk" kondisi Jhana (mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi).

Buddha sendiripun sering dikisahkan melakukan yang sama dengan "berlama-lama berdiam di Jhana (tertinggi) menikmati kebahagiaan uniknya".



Pertanyaan:

Kata "keluar-masuk" mengindikasikan bahwa Jhana masih bersifat relatif.

Kata "kebahagiaan" pada kondisi Jhana mengindikasikan "rasa bahagia-relatif" yang timbul relatif saat/selama kondisi Jhana tercapai saja.

Tetapi pada case 1 terlihat bahwa tubuh fisik mempunyai "tata cara" sendiri yang juga harus dipenuhi, dalam hal ini adalah "rasa lapar fisikal".

Dari kenyataan dua case di atas, bukankah anjuran praktikum penembusan kondisi Jhana (jika tidak disiasati dgn bijak) malah akan "menghancurkan" kondisi/tingkat kebugaran tubuh yang pada gilirannya (jika tetap tidak disadari) akan mengulangi praktek "6 tahun penyiksaan diri"  pangeran sidharta pertama kali masuk hutan (???).



ika.








Masuk akal..tapi apakah Jhana adalah keharusan? :)

Salam hangat,
Riky
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...