Mengenal Dhamma atau tidak, mana yang lebih berat ?

Started by Equator, 07 December 2008, 05:46:20 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Lily W

c. Dvihetuka puggala

Dvihetuka = dimana pikirannya mengandung 2 hetu yg baik (Alobha & Adosa)

Makhluk ini lahir akibat kesadaran tumimbal lahir hasil dari perbuatan Alobha dan Adosa (dvihetu). contoh : asal berdana (berdana saja)

Bisa terlahir sebagai manusia biasa (tidak cacat)  karena kualitetnya dvihetu (alobha & amoha)

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1713.0

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Equator

Quote from: Lily W on 11 December 2008, 03:09:00 PM
c. Dvihetuka puggala

Dvihetuka = dimana pikirannya mengandung 2 hetu yg baik (Alobha & Adosa)

Makhluk ini lahir akibat kesadaran tumimbal lahir hasil dari perbuatan Alobha dan Adosa (dvihetu). contoh : asal berdana (berdana saja)

Bisa terlahir sebagai manusia biasa (tidak cacat)  karena kualitetnya dvihetu (alobha & amoha)

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1713.0

_/\_ :lotus:

Sis Lily.. makasih penjelasannya,
cuma nanyanya jadi lanjut nih.. boleh ya ?
kalo setelah kelahiran ini pengen terlahir jadi manusia lagi, apa yang harus kita lakukan ?
asal berdana saja ? atau ditambah sila ? atau bagaimana ?  :??
Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

markosprawira

dear herdi,

Hetu disini adalah akar, yg lebih lengkapnya adalah akar kebaikan (kusala hetu)

Hetu disinilah yg akan mendorong patisandhi, misal sugati ahetuka puggala (mahluk yg lahir tanpa akar kebaikan), akan terlahir di alam apaya 4, manusia dan dewa catumaharajika

kalo dvihetuka, berarti ada 2 akar kebaikan yaitu alobha dan adosa

yang paling sempurna, adalah tihetuka yaitu dvihetuka + amoha

Akar amoha inilah yg membuat seorang mahluk dapat mencapai tingkat kesucian/menjadi ariya puggala
Sementara yg lainnya, harus memupuk akar amoha dahulu, agar di kehidupan mendatang dapat menjadi mahluk tihetuka.

semoga bisa memperjelas yah


markosprawira

#33
Quote from: Herdiboy on 11 December 2008, 03:14:45 PM
Quote from: Lily W on 11 December 2008, 03:09:00 PM
c. Dvihetuka puggala

Dvihetuka = dimana pikirannya mengandung 2 hetu yg baik (Alobha & Adosa)

Makhluk ini lahir akibat kesadaran tumimbal lahir hasil dari perbuatan Alobha dan Adosa (dvihetu). contoh : asal berdana (berdana saja)

Bisa terlahir sebagai manusia biasa (tidak cacat)  karena kualitetnya dvihetu (alobha & amoha)

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=1713.0

_/\_ :lotus:

Sis Lily.. makasih penjelasannya,
cuma nanyanya jadi lanjut nih.. boleh ya ?
kalo setelah kelahiran ini pengen terlahir jadi manusia lagi, apa yang harus kita lakukan ?
asal berdana saja ? atau ditambah sila ? atau bagaimana ?  :??

anumodana ci lily

[at] herdi : spt yg saya sebut diatas.... agar terlahir menjadi manusia lagi, bisa cuma dvihetuka aja kok, cm ya itu, ga bisa mencapai kesucian dalam kehidupan itu

krn itu, hendaknya mulai memupuk amoha dengan cara :
- sering belajar dhamma
- berteman dengan para bijaksana/suciwan
- sering mempraktekkan dhamma yg benar
- melatih perhatian dgn vipassana karena akar dari moha adalah ayonisomanasikara

semoga bermanfaat yah

K.K.

Quote from: ryu on 07 December 2008, 08:22:42 AM
Sudah diterangkan oleh kainyn kalo gak salah, akibatnya sama, seperti orang yang makan racun, yang pertama tahu itu racun tapi tetap memakannya dengan orang yang tidak mengetahui itu racun juga memakannya, 2 2 nya tetap keracunan toh :)

Thread-nya udah dikarantina. Jadi saya repost deh :)

Membunuh, apakah dia memiliki pandangan salah (bahwa membunuh itu benar) ataupun tidak, dengan "niat/cetana" yang sama, akan menghasilkan buah yang sama. (Seperti orang memiliki pandangan salah "b****n" adalah sirup, dan yang mengetahui "b****n" adalah racun serangga, memiliki niat yang sama, yaitu meminumnya, maka akan menghasilkan keracunan yang sama)

Bagi yang berpandangan salah, ia akan terus melakukannya tanpa penahanan diri; sedangkan yang memiliki pandangan benar bahwa itu adalah salah, walaupun ia melakukannya, tetap di situ ada penahanan diri. (Seperti orang memegang api yang tidak tahu akan membakar, ia akan memegang lebih lama dan terluka lebih parah. Orang yang mengetahui bahaya api, walaupun ia harus memegangnya, akan berusaha bersentuhan sesingkat mungkin agar lukanya tidak parah.)

Bagi orang yang tidak ada niat membunuh seperti Thera Cakkuphala, walaupun ia melakukan (tanpa sengaja) perbuatan yang menyebabkan terbunuhnya mahluk, ia tidak menanam karma apapun. Karena Karma ada di niat/cetana.

g.citra

Quote
setiap ada lobha, disana ada moha juga
setiap ada dosa, disana ada moha juga
namun moha pun bisa berdiri sendiri tanpa lobha maupun dosa (isinya vicikiccha dan uddhacca)

jika mahluk lahir karena dvihetuka, itu hanya alobha dan adosa

disini dapat dilihat betapa mudahnya moha muncul dan betapa sulitnya mengikis moha.....

menarik sekali penjelasan diatas... trus terang penjelasan ini menambah wawasan saya...
Anumodana bro markos atas keterangannya...

tapi persepsi saya tuk menjawab pertanyaan:

Quote
Apakah kita setuju dgn pernyataan :
Karma Baik dan Karma Buruk tergantung dari Ketidaktahuan seseorg (kebodohan/kegelapan bathin seseorg)..

maka jawaban saya adalah:

Kalau hanya tergantung dari satu sudut saja (moha), saya kurang setuju...
Tapi kalau tergantung dari Lobha, Dosa, Moha saya setuju...

maksud saya gini...
karma baik/buruk baik cetana maupun vipaka tidak hanya tergantung dari moha saja...
contohnya...
kalau kita ingin kaya (cetana) dan kita bekerja dengan sungguh-sungguh sampai mendapatkan hasil yang di cita-citakan (vipaka), apakah ini ada unsur mohanya? (yg saya tau cuma ada lobha)

mohon penjelasan lebih lanjut, agar 'moha' yang ada pada saya saat ini 'sedikit terkikis'...

Namo Buddhaya...  _/\_ ...

markosprawira

Quote from: g.citra on 12 December 2008, 01:59:55 AM
Quote
setiap ada lobha, disana ada moha juga
setiap ada dosa, disana ada moha juga
namun moha pun bisa berdiri sendiri tanpa lobha maupun dosa (isinya vicikiccha dan uddhacca)

jika mahluk lahir karena dvihetuka, itu hanya alobha dan adosa

disini dapat dilihat betapa mudahnya moha muncul dan betapa sulitnya mengikis moha.....

menarik sekali penjelasan diatas... trus terang penjelasan ini menambah wawasan saya...
Anumodana bro markos atas keterangannya...

tapi persepsi saya tuk menjawab pertanyaan:

Quote
Apakah kita setuju dgn pernyataan :
Karma Baik dan Karma Buruk tergantung dari Ketidaktahuan seseorg (kebodohan/kegelapan bathin seseorg)..

maka jawaban saya adalah:

Kalau hanya tergantung dari satu sudut saja (moha), saya kurang setuju...
Tapi kalau tergantung dari Lobha, Dosa, Moha saya setuju...

maksud saya gini...
karma baik/buruk baik cetana maupun vipaka tidak hanya tergantung dari moha saja...
contohnya...
kalau kita ingin kaya (cetana) dan kita bekerja dengan sungguh-sungguh sampai mendapatkan hasil yang di cita-citakan (vipaka), apakah ini ada unsur mohanya? (yg saya tau cuma ada lobha)

mohon penjelasan lebih lanjut, agar 'moha' yang ada pada saya saat ini 'sedikit terkikis'...

Namo Buddhaya...  _/\_ ...

dear citra,

senang melihat semangat anda.....  _/\_

Pertanyaan anda :

Quotekalau kita ingin kaya (cetana) dan kita bekerja dengan sungguh-sungguh sampai mendapatkan hasil yang di cita-citakan (vipaka), apakah ini ada unsur mohanya? (yg saya tau cuma ada lobha)

dan diatas saya sudah jawab :

Quotesetiap ada lobha, disana ada moha juga

kenapa bisa demikian?

karena lobha itu sendiri terbentuk karena adanya pandangan yg salah mengenai AKU sehingga cenderung utk melekati segala sesuatu yg menyenangkan bagi si AKU itu

dalam cetana itu sendiri, isinya adalah kusala dan akusala. Yang akusala yah salah satunya lobha

semoga penjelasan ini bisa sedikit mengikis moha kita semua  _/\_

Brado

Quote from: markosprawira on 12 December 2008, 08:37:29 AM
dalam cetana itu sendiri, isinya adalah kusala dan akusala. Yang akusala yah salah satunya lobha

Tanya donkz..
cetana itu terbagi berapa macam ?
adakah cetana yang netral ?

markosprawira

Quote from: Lokkhitacaro on 12 December 2008, 08:50:55 AM
Quote from: markosprawira on 12 December 2008, 08:37:29 AM
dalam cetana itu sendiri, isinya adalah kusala dan akusala. Yang akusala yah salah satunya lobha

Tanya donkz..
cetana itu terbagi berapa macam ?
adakah cetana yang netral ?


dear lokkhi

senang melihat semangat anda....

Cetana itu merupakan Sabbacittasadharana cetasika (7 cetasika/faktor batin yang selalu ada dalam semua citta/kesadaran)

Cetana sendiri bersifat netral, namun karena tidak bisa berdiri sendiri maka dia harus bersekutu dengan kusala atau akusala cetasika

Jadi sebenarnya 1 action saja, sudah melibatkan berbagai macam unsur jika dilihat secara batin

jika and berkenan baca lebih lanjut, bisa masuk ke thread Abhidhamma yah, disana sudah banyak dibahas mengenai batin ini

semoga bermanfaat

ika_polim

Quote from: Equator on 07 December 2008, 05:46:20 AM
_/\_ Saudara saudari seDhamma sebangsa dan setanah air..
Sengaja saya mengangkat tema ini, karena saya pernah berpikir dalam pikiran liarku ini..
Pertanyaan yang muncul di benak saya ini setelah mengenal Buddha Dhamma adalah begini ;

Jika ada orang yang tidak mengenal Dhamma, lalu ia berbuat yang tidak sesuai dengan Dhamma

dibandingkan dengan

orang yang telah mengenal Dhamma, lalu ia juga berbuat yang tidak sesuai dengannya

manakah yang lebih berat akibatnya?

contoh dalam hal pelanggaran sila;

Si A yang tak mengenal Dhamma melakukan pencurian ketimbang si B yang mengenal Dhamma lalu melakukan pencurian, manakah yang lebih fatal akibatnya ?

Tidak tahu akibat tapi melakukan, dibanding dengan tahu akan akibat tapi akhirnya dilakukan juga..

Mohon tanggapannya.. terima kasih sebelumnya  ^:)^


kenapa Hukum Karma "harus terkesan tidak pandang bulu" utk mengganjar suatu tindakan?

krn hal itu didasrkan pada asumsi bahwa "setiap mahkluk pasti sdh tahu semua akaiabt dr setiap tindakannya"!

bagaimana bisa dikatakan bahwa asumsi itu relatif benar?

krn disadari ataukah tidak setiap mahkluk sdh diberikan "modal awal" utk bisa mampu bertindak baik dan benar!

ika.

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Quote"setiap mahkluk pasti sdh tahu semua akaiabt dr setiap tindakannya"!
Quotekrn disadari ataukah tidak setiap mahkluk sdh diberikan "modal awal" utk bisa mampu bertindak baik dan benar!

ajaran apa itu? tolong jangan diperhatikan ajaran sesat seperti itu.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

ika_polim

Quote from: Equator on 07 December 2008, 05:46:20 AM
_/\_ Saudara saudari seDhamma sebangsa dan setanah air..
Sengaja saya mengangkat tema ini, karena saya pernah berpikir dalam pikiran liarku ini..
Pertanyaan yang muncul di benak saya ini setelah mengenal Buddha Dhamma adalah begini ;

Jika ada orang yang tidak mengenal Dhamma, lalu ia berbuat yang tidak sesuai dengan Dhamma

dibandingkan dengan

orang yang telah mengenal Dhamma, lalu ia juga berbuat yang tidak sesuai dengannya

manakah yang lebih berat akibatnya?

contoh dalam hal pelanggaran sila;

Si A yang tak mengenal Dhamma melakukan pencurian ketimbang si B yang mengenal Dhamma lalu melakukan pencurian, manakah yang lebih fatal akibatnya ?

Tidak tahu akibat tapi melakukan, dibanding dengan tahu akan akibat tapi akhirnya dilakukan juga..

Mohon tanggapannya.. terima kasih sebelumnya  ^:)^

Quote from: Equator on 07 December 2008, 05:46:20 AM
_/\_ Saudara saudari seDhamma sebangsa dan setanah air..
Sengaja saya mengangkat tema ini, karena saya pernah berpikir dalam pikiran liarku ini..
Pertanyaan yang muncul di benak saya ini setelah mengenal Buddha Dhamma adalah begini ;

Jika ada orang yang tidak mengenal Dhamma, lalu ia berbuat yang tidak sesuai dengan Dhamma

dibandingkan dengan

orang yang telah mengenal Dhamma, lalu ia juga berbuat yang tidak sesuai dengannya

manakah yang lebih berat akibatnya?

contoh dalam hal pelanggaran sila;

Si A yang tak mengenal Dhamma melakukan pencurian ketimbang si B yang mengenal Dhamma lalu melakukan pencurian, manakah yang lebih fatal akibatnya ?

Tidak tahu akibat tapi melakukan, dibanding dengan tahu akan akibat tapi akhirnya dilakukan juga..

Mohon tanggapannya.. terima kasih sebelumnya  ^:)^


pertanyaan mendasarnya adalah : apakah ada org yg mengaku tidak mengenal Dhamma?

ika.

Dhamma Sukkha

Quote from: ika_polim on 04 May 2009, 04:28:27 PM
Quote from: Equator on 07 December 2008, 05:46:20 AM
_/\_ Saudara saudari seDhamma sebangsa dan setanah air..
Sengaja saya mengangkat tema ini, karena saya pernah berpikir dalam pikiran liarku ini..
Pertanyaan yang muncul di benak saya ini setelah mengenal Buddha Dhamma adalah begini ;

Jika ada orang yang tidak mengenal Dhamma, lalu ia berbuat yang tidak sesuai dengan Dhamma

dibandingkan dengan

orang yang telah mengenal Dhamma, lalu ia juga berbuat yang tidak sesuai dengannya

manakah yang lebih berat akibatnya?

contoh dalam hal pelanggaran sila;

Si A yang tak mengenal Dhamma melakukan pencurian ketimbang si B yang mengenal Dhamma lalu melakukan pencurian, manakah yang lebih fatal akibatnya ?

Tidak tahu akibat tapi melakukan, dibanding dengan tahu akan akibat tapi akhirnya dilakukan juga..

Mohon tanggapannya.. terima kasih sebelumnya  ^:)^

pertanyaan mendasarnya adalah : apakah ada org yg mengaku tidak mengenal Dhamma?

ika.
tentu saja adaa ;D ;D ;D
mungkin saja org tsb sudah mengenal Dhamma tsb misalnya, hanya saja ia tidak tau klo hal yg ia laksanain itu sudah merupakan Dhamma...
dan kemudian kita menanyakan padanya: Anda kenal Dhamma gak?
pasti ia akan mengaku bahwa dirinya tidak mengenal Dhamma tsb... \;D/\;D/\;D/
karena ia tidak tau Dhamma yang dimaksud tsb itu apa... ;D ;D ;D

bro IP terquote 2kali quotenyaa ;D ;D ;D

Metta Cittena,
Citta _/\_
May All being Happy in the Dhamma ^^ _/\_

Karena Metta merupakan kebahagiaan akan org lain yg tulus \;D/

"Vinayo ayusasanam"
sasana/ajaran Buddha akan bertahan lama karena vinaya yg terjaga... _/\_ \;D/

Sunce™


Brado

Quote from: ryu on 07 December 2008, 08:22:42 AM
Sudah diterangkan oleh kainyn kalo gak salah, akibatnya sama, seperti orang yang makan racun, yang pertama tahu itu racun tapi tetap memakannya dengan orang yang tidak mengetahui itu racun juga memakannya, 2 2 nya tetap keracunan toh :)

Kalau seperti ini, apakah keuntungan kita mengenal Dhamma ? Toh efeknya tetap akan sama ?