Mengenal Dhamma atau tidak, mana yang lebih berat ?

Started by Equator, 07 December 2008, 05:46:20 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Equator

 _/\_ Saudara saudari seDhamma sebangsa dan setanah air..
Sengaja saya mengangkat tema ini, karena saya pernah berpikir dalam pikiran liarku ini..
Pertanyaan yang muncul di benak saya ini setelah mengenal Buddha Dhamma adalah begini ;

Jika ada orang yang tidak mengenal Dhamma, lalu ia berbuat yang tidak sesuai dengan Dhamma

dibandingkan dengan

orang yang telah mengenal Dhamma, lalu ia juga berbuat yang tidak sesuai dengannya

manakah yang lebih berat akibatnya?

contoh dalam hal pelanggaran sila;

Si A yang tak mengenal Dhamma melakukan pencurian ketimbang si B yang mengenal Dhamma lalu melakukan pencurian, manakah yang lebih fatal akibatnya ?

Tidak tahu akibat tapi melakukan, dibanding dengan tahu akan akibat tapi akhirnya dilakukan juga..

Mohon tanggapannya.. terima kasih sebelumnya  ^:)^
Hanya padaMu Buddha, Kubaktikan diriku selamanya
Hanya untukMu Buddha, Kupersembahkan hati dan jiwaku seutuhnya..

FZ

IMO seh lebih berat yang sudah mengenal dhamma ya.

Misalnya sehabis mencuri, Si A yang tidak mengenal dhamma akan santai2 aja.. karena dia tidak tahu yang dia lakukan itu salah. Tapi kalau si B yang sudah mengenal dhamma.. maka akan cemas.. akan menyesal.. akan merasa bersalah karena dia tahu dia melakukan perbuatan buruk. Penyesalan, dsb itu termasuk dalam faktor batin (cetasika) yang buruk.

Dari sini terkesan, koq lebih enak ya gak mengenal dhamma daripada mengenal. Tapi sebenarnya dhamma itu sendiri berguna sebagai rambu2 dalam kehidupan sehari2 agar kita tidak terlahir lagi.

Ilustrasi yang lain yang bisa saya bawakan : Ada kolam berisi seekor buaya. Si A yang tidak tahu di dalam itu ada buaya berenang dengan santai.. (padahal itu fatal akibatnya kalau berenang di sana), tapi apakah si A cemas ? si A menyesal ? Tidak.. karena dia tidak tahu.. Dia baru akan menyesal / cemas ketika buaya bersiap memakannya.

Berbeda dengan si B, yang sudah tahu.. tapi tetap berenang di sana. Si B akan merasa cemas.. Jangan2.. buayanya lagi dibelakang.. Jangan2.. Jangan2.. Penuh dengan jangan2 itu sebenarnya juga merupakan kamma buruk melalui pikiran. Jadi idealnya ketika sudah mengenal dhamma, baiknya dilaksanakan. Sama hal nya seperti si B yang sudah tahu kolam itu ada buaya, baiknya ya jangan terjun ke kolam itu.. CMIIW

ryu

Sudah diterangkan oleh kainyn kalo gak salah, akibatnya sama, seperti orang yang makan racun, yang pertama tahu itu racun tapi tetap memakannya dengan orang yang tidak mengetahui itu racun juga memakannya, 2 2 nya tetap keracunan toh :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

adi lim

Dalam Dhamma, tidak ada yang namanya 'tahu atau tidak tahu dalam suatu perbuatan'.
Perbuatan Buruk berbuah Penderitaan, Perbuatan Baik berbuah Kebahagiaan, ini berlaku bagi siapa saja, baik yang mengenal Dhamma atau pun yang tidak mengenal Dhamma, tidak ada istilah yang mengenal Dhamma berbuat buruk hasilnya lebih berat dari pada yang tidak mengenal Dhamma, begitu sebaliknya juga yang melakukan perbuatan baik.
Tapi Bagi yang mengenal dan menghayati BUDDHA Dhamma dengan baik dan benar, setiap melakukan perbuatan baik, bisa menikmati hasil yang 'maksimal', sedangkan untuk melakukan perbuatan buruk pasti sudah akan berkurang atau hati-hati setiap melakukan tindakan.

namaste
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

hendrako

Ada satu ilustrasi yang berhubungan dengan topik thread pada salah satu referensi, saya lupa tulisan yang mana.

Ilustrasinya adalah kurang lebih begini:

Ada sebuah besi panas, dan ada seorang anak kecil.
Karena anak ini tidak mengetahui kalau besi yang merah menyala adalah sangat panas.
Pada saat si anak iseng, dan memegang besi panas tersebut, karena ketidaktahuannya, si anak memegang besi tersebut layaknya memegang benda lain yang tidak berbahaya, sehingga hasilnya adalah luka bakar yang sangat parah.

Berbeda apabila si anak telah mengetahui bahwa besi merah menyala itu panas. Sehingga apabila ke-isengannya masih ada, pada saat memegang atau menyentuh besi tersebut, si anak tidak akan menggenggamnya, mungkin hanya menyentuhnya sedikit, dan merasakan sedikit panasnya.

Namun apabila si anak terlalu tebal keisengannya, maka sebelum ia menggenggamnya, si anak sudah mengetahui akibat dari perbuatannya.

yaa... gitu deh

Denny_dnksl

Setuju sama sdr hendrako.
Klo mau lebih jelas tanya sama guru Abidhamma.

Reenzia

bagi orang yang udah tau kan tentunya dia masih mikir ulang mau melakukan sesuai atau tidak sesuai dhamma, bisa aja sih dia lakukan karena terpaksa, minimal dia tahu lah itu uda gak sesuai dhamma, maka lain kali ia bisa menghindari hal tsb

bagi orang yg tidak tahu, walaupun tidak sesuai dhamma dan mendapatkan karmanya namun karena moha-nya maka ia bisa mengulangi perbuatan itu lagi lain kali....

_/\_

Nevada

Orang yg belum mengetahui akan kesalahan, namun melakukannya, hanya salah sekali.
Orang yg sudah mengetahui akan kesalahan, namun melakukannya, sudah salah dua kali.


Reenzia

 [at] upasaka

namun org yg blm mengetahui kesalahan berpeluang lebih besar untuk mengulangi kesalahannya dari pada yang mengetahui [tergantung orangnya sih]

cthnya kyk yg bsk akan terjadi, tak tau maka tiap tahun diulangi lagi :))

Nevada

[at] reenzia

Orang yg belum tahu akan kesalahan, mungkin (mungkin loh...) akan sadar bahwa dia pernah melakukan kesalahan. Semoga saja dia tidak akan mengulanginya lagi... Kalau masih, berarti bodoh. Keledai aja gak akan jatuh di lubang yg sama. Tapi karena ybs adalah orang (manusia), maka mungkin bisa jatuh lagi di lubang yg sama...  :whistle:

Orang yg sudah tahu akan kesalahan, seharusnya tidak akan lagi terjatuh atau menjatuhkan diri ke kesalahan yg sama. Orang ini cuma butuh komitmen dan tekad untuk menghindari tindakan salah itu. Ironisnya, orang itu tidak peduli... (auban)

ryu

pertanyaannya ini :

Jika ada orang yang tidak mengenal Dhamma, lalu ia berbuat yang tidak sesuai dengan Dhamma

dibandingkan dengan

orang yang telah mengenal Dhamma, lalu ia juga berbuat yang tidak sesuai dengannya

manakah yang lebih berat akibatnya?

contoh dalam hal pelanggaran sila;

Si A yang tak mengenal Dhamma melakukan pencurian ketimbang si B yang mengenal Dhamma lalu melakukan pencurian, manakah yang lebih fatal akibatnya ?

Tidak tahu akibat tapi melakukan, dibanding dengan tahu akan akibat tapi akhirnya dilakukan juga..

------------------------------------------------------------------------------------------------------

bukan setelah nya akan menyesal/mengulangi lagi/ada pertimbangan yah, tapi akibatnya sama atao beda :)
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

g.citra

QuoteSi A yang tak mengenal Dhamma melakukan pencurian ketimbang si B yang mengenal Dhamma lalu melakukan pencurian, manakah yang lebih fatal akibatnya ?

Kalau pencurian tersebut belum atau bahkan tidak terungkap sama sekali kasusnya...Akibatnya sih sama saja... sama sama menuggu hasil dari kamma buruk yang di perbuat...

Kalau pencurian tersebut terungkap kasusnya, Si B yg lebih fatal... karena sebelumnya si B sdh mengenal Dhamma (dalam hal ini masyarakat mengetahuinya), pastilah ia akan mendapatkan 'EKSTRA BONUS'... yakni penilaian masyarakat terhadap dirinya...

Namo Buddhaya...  _/\_ ...


Reenzia

tapi kalo gak tau............dan gk tau....................dan gak tau...................

akan terus...............terus......................terus......................terus.....................

lakukan itu lagi..................lagi.....................lagi........................lagi........................

kalo yg tau kan minimal dia bs menghindari

kalo gak tau........[dengan kapasitas memang gk tau........yg berarti sebelum dia tau.......]

maka akan melakukannya  lagi.................lagi................lagi........................

seperti hari ini..........................lakukan lagi..................lagi.............................:))

lebay ahhhhhhhhhh :hammer:

tesla

dalam hal akibat, sama saja. akibat ditentukan oleh cetana pelaku, bukan masalah dia tau atau tidak tau dhamma.

hanya saja dg mengenal dhamma orang sudah tau bahwa niat yg buruk akan menghasilkan hasil yg buruk jg, dengan demikian ia menghindari perbuatan buruk itu selama ia ingat akan dhamma.

ilustrasinya, A sudah tau api itu panas & dapat membakar, sedang B tidak tahu.
baik A & B akan mengalami luka bakar bila tangannya terkena api bukan?
hanya saja karena A sudah tahu perbuatan itu akan melukai dirinya sendiri, masihkah ia mau meletakkan tangannya di atas api?

pada prakteknya sehari2, hanya dg mengetahui dhamma tidak menyelamatkan seseorang dari melakukan perbuatan akusala. pikiran sering kali lengah / tidak sadar shg melakukan perbuatan yg sebenarnya kita tau tidak bermanfaat. disinilah diperlukan latihan agar pikiran dapat selalu waspada (sati), tidak lengah.
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

fran

Apakah kita setuju dgn pernyataan :
Karma Baik dan Karma Buruk tergantung dari Ketidaktahuan seseorg (kebodohan/kegelapan bathin seseorg).. (?)


Apa yg bisa saya "lepaskan" jika saya memilih agama Buddha ?