Keberadaan Tuhan

Started by Petrus, 18 November 2008, 09:35:40 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

ryu

Quote from: Petrus on 19 November 2008, 09:24:46 AM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 09:13:44 AM
Quote from: upasaka on 19 November 2008, 12:04:45 AM
Mungkin lebih tepatnya begini :

Orang yg bijaksana, berani melepaskan sesuatu yang baik untuk mendapatkan sesuatu yg besar.
Ada beberapa hal di dunia ini yg harus dilepaskan untuk meraih hal lain yg lebih besar.
Seperti kita harus berani meninggalkan teman2 di kampung untuk berkerja di luar kota yg prospeknya cerah.
Seperti Pangeran Siddhata yg berani melepaskan kebahagiaan duniawinya untuk menemukan 'obat' yg dapat menyembuhkan penderitaan semua makhluk.

:)

kalau begitu, lepaskanlah keBuddhisan kalian, lepaskanlah kemusliman kalian, lepaskanlah kekritianian kalian, saya tau itu baik, dan jadilah bijaksana untuk berani melepaskan hal2 baik tersebut menuju seseuatu yang lebih besar, yaitu pendangan universal, yang tidak ada lagi strata, baik dari segi sosial,ekonomi dan yang lebih penting dari sisi religius.

Saya tau statement diatas belum tentu benar, tetapi belum tentu salah juga kan?

Sama bagi saya menggangap semua Agama,aliran dan pandangan di dunia ini, belum tentu salah tetapi belum tentu benar juga kan?

upasaka, anda sudah mengatakannya, beranikah anda melakukannya.

ini betul, lepaskan semua dan mari berbicara filsafat.
buktikan keberadaan Tuhan, jangan hanya membuktikan ke tidak beradaan Tuhan. Ini tidak bijak.
Mulai dari nol, mengapa anda hidup dan buat apa anda hidup ?



hehehe apa anda sudah melepaskan Tuhan :))


[at] red menurut ente aye ini Budhis kah :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Reenzia

Quotesayangnya masyarakat Buddhis kebanyakan terlalu menganggap mistis,dan sakral Buddhisme mereka, bahkan menganggap suatu agama. bahkan sampai ada fanatisme, bahkan sampai radikal (hal ini baru saya temukan di forum ini, sangat disayangkan).

menurut saya pandangan anda tentang buddhis terlalu sempit, terlalu subjektif, anda melihat buddhis bukan dari dhamma-nya, tapi dari umatnya, lagian tidak semua umat seperti itu, di agama lain pun sama, tidak mungkin semua baik dan semua jelek

bond

#152
Quote from: Petrus on 19 November 2008, 09:24:46 AM
Quote from: hatRed on 19 November 2008, 09:13:44 AM
Quote from: upasaka on 19 November 2008, 12:04:45 AM
Mungkin lebih tepatnya begini :

Orang yg bijaksana, berani melepaskan sesuatu yang baik untuk mendapatkan sesuatu yg besar.
Ada beberapa hal di dunia ini yg harus dilepaskan untuk meraih hal lain yg lebih besar.
Seperti kita harus berani meninggalkan teman2 di kampung untuk berkerja di luar kota yg prospeknya cerah.
Seperti Pangeran Siddhata yg berani melepaskan kebahagiaan duniawinya untuk menemukan 'obat' yg dapat menyembuhkan penderitaan semua makhluk.

:)

kalau begitu, lepaskanlah keBuddhisan kalian, lepaskanlah kemusliman kalian, lepaskanlah kekritianian kalian, saya tau itu baik, dan jadilah bijaksana untuk berani melepaskan hal2 baik tersebut menuju seseuatu yang lebih besar, yaitu pendangan universal, yang tidak ada lagi strata, baik dari segi sosial,ekonomi dan yang lebih penting dari sisi religius.

Saya tau statement diatas belum tentu benar, tetapi belum tentu salah juga kan?

Sama bagi saya menggangap semua Agama,aliran dan pandangan di dunia ini, belum tentu salah tetapi belum tentu benar juga kan?

upasaka, anda sudah mengatakannya, beranikah anda melakukannya.

ini betul, lepaskan semua dan mari berbicara filsafat.
buktikan keberadaan Tuhan, jangan hanya membuktikan ke tidak beradaan Tuhan. Ini tidak bijak.
Mulai dari nol, mengapa anda hidup dan buat apa anda hidup ?




Kalau begitu tunjukan tuhan mu PET (kalau memang Anda sudah bisa membuktikan ) , suruh dateng kesini dan kongkow-kongkow  ^-^
Filsafat apa yg ingin dibicarakan? Filsafat itu banyak sudut pandangnya lho. Dan ketika Anda menggengam satu mazhab filsafat maka itupun akan menjadi subjekif. Dan kelihatannya Anda mengalihkan pembicaraan dari keyakinan Anda kepada filsafat untuk menutupi tujuan Anda sendiri bukan  ^-^



Dalam ajaran Buddha, kita diajarkan untuk tidak berandai-andai, tetapi membuktikan melalui praktek Dhamma langsung. Apa yg benar adalah benar, dan yg merupakan salah adalah salah. Ajaran Sang Buddha bukanlah filsafat yg didasari pemikiran intelektualitas tetapi merupakan suatu kenyataan hidup yg sesungguhnya yg telah terbukti melalui pembuktian nyata yaitu praktek Dhamma.
_/\_



Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

hatRed

 [at] Petrus

saya sependapat dengan anda, sayangnya saya kurang setuju kalau kita meng-enforce untuk membuktikan keberadaan Tuhan.

karena untuk percaya (bagi saya) harus dibuktikan dari dua sisi

"benar
dan
tidak tidak benar"

mungkin terdengar rumit bagi anda, tetapi bila anda tau matematika mungkin seperti ini "jika dan hanya jika" kalian pasti pernah dengar ini di matematika.

dan membuktikan keberadaan Tuhan adalah buang2 waktu, karena lebih baik kita menyelesaikan persoalan hidup ini yang sedang terjadi.

saya analogikan cerita yang sudah pernah saya reply, dan juga dikatakan oleh ryu

"Ada suatu cerita tentang seorang pemburu yang masuk kehutan, tiba2 ada seseorang yang memanah dia, dia terluka parah bila tidak segera ditolong mungkin dia akan sekarat, lalu datanglah seseorang, dia adalah tabib/dokter. Dokter ini menawarkan kepada beliau si pemburu tersebut untuk diobati, tetapi anehnya si Pemburu tersebut menolak, dan mengatakan "Nanti saja pak Dokter, tolong anda cari si Pemanah tersebut, saya ingin tau siapa DIA dan KENAPA DIA MEMANAH SAYA, SIAPA ORANG TUANYA" dan si dokter pun mengatakan, saya mungkin bisa mencari si Pemanah tersebut, tetapi anda sudah sekarat, yang terbaik saya lakukan adalah mengobati anda"

nah Pak Petrus dan yang lainnya, hikmah dari cerita diatas adalah, kita adalah dalam posisi si pemburu tersebut. dan Pemanah itu adalah Tuhan/Buddha/Nibbana/Yesus dan lainnya. sedangkan si Dokter itu adalah pandangan kita.

bila kita terus memaksa pandangan kita untuk mencari hal2 yang kurang perlu dibanding hal2 yang sudah kritis, yang sebenarnya sudah kita alami, kita seperti Pemburu tersebut yang maunya mencari si Pemanah tersebut. bukannya kita meminta Pandangan kita agar melihat situasi kita yang kritis ini untuk mencari solusi yang dapat mengobati kita.

wasalam
i'm just a mammal with troubled soul



gajeboh angek

dilock dulu yah, sambil cari waktu buat bersih-bersihnya
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days