News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Bhavaviveka "vs" Hinayana

Started by GandalfTheElder, 01 November 2008, 03:18:41 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

chingik

Quote
devadatta juga makan, minum dan pindapata
Ulang lagi:
Tentu tidak sama. Semua kualitas seorang Buddha sudah dijabarkan dalam naskah suci. Buddha adalah makhluk yg telah mencapai sabbanuta nana (pengetahuan mahatahu).
Buddha melakukan aktivitas sehari-hari,makan, minum, berpindapata, bukankah tampak seperti tidak ada beda dengan makhluk putthujana (Devadatta) ?[/u] namun tidak demikian bukan?

truth lover

Quote
Quote from: chingik on 08 December 2008, 06:25:25 PM
QuoteTerima kasih mas Chingik,

Bila seorang Buddha terus-menerus melakukan aktivitas Dharma, maka bukankah itu sama saja dengan pemikiran bahwa Sang Buddha kekal abadi (nitya/nicca)? apa bedanya dengan dewa yang ada di alam surga?
Tentu tidak sama. Semua kualitas seorang Buddha sudah dijabarkan dalam naskah suci. Buddha adalah makhluk yg telah mencapai sabbanuta nana (pengetahuan mahatahu).
Buddha melakukan aktivitas sehari-hari,makan, minum, berpindapata, bukankah tampak seperti tidak ada beda dengan makhluk putthujana? namun tidak demikian bukan?

Quote
Wah bagaimana jelasnya yang dimaksud dengan diluar konsep fenomena ada atau tiada, wujud maupun tanpa wujud? bisa tolong dijelaskan mas chingik?
Seperti memegang tanduk kelinci.

dijamin sdr.truth lover kagak tahu apa itu memegang tanduk kelinci...

:o  ???  jujur sih memang iya, mas Dilbert kalau tahu kasih tahu dong. Sebabnya saya baru tahu dari mas Chingik bahwa kelinci bisa memiliki tanduk.

terima kasih     _/\_
The truth, and nothing but the truth...

truth lover

#422
Quote from: chingik on 09 December 2008, 10:34:56 AM
Quote
devadatta juga makan, minum dan pindapata
Ulang lagi:
Tentu tidak sama. Semua kualitas seorang Buddha sudah dijabarkan dalam naskah suci. Buddha adalah makhluk yg telah mencapai sabbanuta nana (pengetahuan mahatahu).
Buddha melakukan aktivitas sehari-hari,makan, minum, berpindapata, bukankah tampak seperti tidak ada beda dengan makhluk putthujana (Devadatta) ?[/u] namun tidak demikian bukan?

Terima kasih atas keterangannya mas Chingik,

Mengenai Sabbanuta nana (pengetahuan maha tahu) nampaknya diluar dari pembahasan mengenai Nirvana nih, kembali ke pertanyaannya bila Nirvana dan tidak Nirvana sama saja lantas apa bedanya dengan alam dewa? oh ya bukankah Nirvana dan Parinirvana beda? setahu saya Parinirvana adalah memasuki Nirvana dalam keadaan mangkat.
Yang saya tanyakan adalah Nirvana sesudah mangkat, bukan Nirvana sebelum mangkat.
Bila menurut mas Chingik sesudah Parinirvana sama saja dengan mereka yang tidak Parinirvana, apa bedanya?

mohon penjelasannya,

terima kasih

_/\_
The truth, and nothing but the truth...

chingik

Quote from: truth lover on 09 December 2008, 11:58:04 AM
Quote from: chingik on 09 December 2008, 10:34:56 AM
Quote
devadatta juga makan, minum dan pindapata
Ulang lagi:
Tentu tidak sama. Semua kualitas seorang Buddha sudah dijabarkan dalam naskah suci. Buddha adalah makhluk yg telah mencapai sabbanuta nana (pengetahuan mahatahu).
Buddha melakukan aktivitas sehari-hari,makan, minum, berpindapata, bukankah tampak seperti tidak ada beda dengan makhluk putthujana (Devadatta) ?[/u] namun tidak demikian bukan?

Terima kasih atas keterangannya mas Chingik,

Mengenai Sabbanuta nana (pengetahuan maha tahu) nampaknya diluar dari pembahasan mengenai Nirvana nih, kembali ke pertanyaannya bila Nirvana dan tidak Nirvana sama saja lantas apa bedanya dengan alam dewa? oh ya bukankah Nirvana dan Parinirvana beda? setahu saya Parinirvana adalah memasuki Nirvana dalam keadaan mangkat.
Yang saya tanyakan adalah Nirvana sesudah mangkat, bukan Nirvana sebelum mangkat.
Bila menurut mas Chingik sesudah Parinirvana sama saja dengan mereka yang tidak Parinirvana, apa bedanya?

mohon penjelasannya,

terima kasih

_/\_

Tidak ada bedanya. Lalu bukankah sama saja dengan alam dewa? Juga tidak sama.

Apa yg dimaksud dgn : tidak ada bedanya, namun juga tidak sama?
Maksudnya: pemahaman ini diluar logika awam. Kondisi ini tidak dapat dijelaskan secara verbal. So, Hanya dapat diselami sendiri secara langsung. Sama seperti mempertanyakan rasanya minum air asin, hanya dapat dirasakan tetapi tidak dapat dijelaskan dengan sempurna.
Makanya dikatakan Buddha tidak benar2 Parinirvana, ini juga ditujukan pada mereka yg melekat pada anggapan Buddha telah parinirvana. Ketika kita melekat pada anggapan Buddha tidak parinirvana, ini juga bentuk pemamahan ekstrim. Sebagai gambaran umum maka dikatakan diluar konsep fenomena ada atau tiada, wujud maupun tanpa wujud
Seperti apakah itu? Tanduk kelinci. Kelinci masak bertanduk? silakan berzazen sendiri.  :P

GandalfTheElder

Quotedear gandalf
yang menyatakan mahayana adalah pembodohan siapa? "demikian klaim para hinayana"
sampai kapan mau terjebak dalam lingkaran ini....
adalah suatu pembodohan.

Wah... saya bingung dengan anda.... la itu kan catatan sejarah... saya ya kutip doang.... la kok nyasar ke pembodohan segala...

Wkwkwk.....  ^-^  ^-^  ^-^

Namaste,
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

GandalfTheElder

Quote from: dilbert on 30 November 2008, 11:10:00 AM
berarti mahayana tdk cocok buat puthujana.. Krn hanya para bodhisatva yg bisa mengerti.

Mengapa? Karena sesuai apa yg diungkapkan sebelumnya bahwa esensi Mahayana ada di pembabaran periode 5 yaitu saddharma pundarika sutra dan maha parinirvana sutra.
Jika avatamsaka sutra saja sudah tdk bisa dimengerti, apalagi yg paling ultimit ?

Makanya kan Sang Buddha ngajarin Mahayana dari tingkat dasar yaitu Vaipulya dulu, biar para prthagjana (putthujana) bisa paham!! Terus runut ke Prajnaparamita dan akhirnya balik ke inti yaitu Saddharmapundarika Sutra!

Gitu aja kok repot mikirnya!  ^-^ 

Namaste,
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

GandalfTheElder

Quote from: truth lover on 29 November 2008, 11:20:16 AM
Mau nambah pertanyaan nih mas Gandalf,

Sebenarnya apa sih yang telah dicapai oleh Arahat menurut Mahayana? apakah seorang Arahat telah melenyapkan kekotoran batin atau belum? jika sudah, apa saja kekotoran batin yang telah dilenyapkan?

mohon penjelasannya, terima kasih

_/\_

Yah lihat saja deh 10 tingkatan Bodhisattva yang telah saya posting lalu.... atau kalau mau ya lihat tuh versi Theravada kan ada Sotapanna mencapai ini, Arahat sudah melenyapkan 10 samyojana dsb.....

Yang pasti Sravaka Arahat sudah melenyapkan Kilesa (klesha). Baik Thera, Maha ataupun Vajrayana semuanya menerima itu.

Namaste,
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

GandalfTheElder

Quote from: marcedes on 01 December 2008, 06:28:57 PM
QuoteNah Arahat masih memiliki kemelekatan akan kondisi "terlepas dari kondisi". 

maaf ^:)^

tapi sudahkah anda mencapai tingkat kesucian arahat dan berani memastikan kata-kata anda?
atau hanya asumsi belaka....

ketika seorang bertemu sang buddha bahkan berkata "aku tidak menyukai semua bentuk pikiran apapun"

lalu sang buddha berkata "apakah kamu juga tidak menyukai bentuk pikiran ("aku tidak menyukai semua bentuk pikiran apapun") pikiran melihat pikiran.

"terlepas dari kondisi".....
bahkan seorang arahat pun seperti "Y.M Sariputta" pernah berkata "sungguh bahagia pikiran yang bebas dari semua-nya " termasuk pikiran yang mengatakan bebas dari semua-nya "

mudah-mudahan di mengerti _/\_

La anda sudah mencapai Arahat nggak? Kok kayanya tahu banget tentang Arahat ??  ^-^  ^-^

Namaste,
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

GandalfTheElder

QuoteInilah ARAHAT sejati...

Seorang Putthujana mampu mengetahui tingkat kesucian orang lain!!!  :o  :o  :o

La wong yang Sotapanna aja nggak bisa tahu tingkat pencapaian orang yang sudah Sakadagamin kok....

Quotemasalah vinaya maupun tatacara...sutta-sutta yang berbeda...memang ada perbedaan antara T dan M
sekali lagi theravada dan mahayana itu cuma merek RAKIT.....dan "rakit di pakai untuk menyeberang"

jadikanlah nibbana sebagai tujuan hidupmu.

Tenang bro. mercedes.... kalau yang ini I juga tahu dari zaman bahula... wkwkwk.....

La pertanyaannya, sampai seberapa bagus merknya itu? La kalau di tengah jalan rakitnya kesangkut batu karang? Kan nggak sampe pantai seberang tuh......

Nggak usah repot-repot puanjang lebarrrr deh..... Yang pasti Arahat dalam Mahayana masih punya kenginan, demikian juga Bodhisattva..... dan keinginan ini adalah CHANDA.

Kok anda maksa Bodhisattva yang ingin menolong para makhluk terus menerus itu tanha sih?

Kalau anda mengatakan bahwa Arahat: "menolong hanyalah menolong"

Kalau Bodhisattva: "terus menolong hanyalah terus menolong."

QuoteCoba tinggalkan dulu pola pikir keharusan untuk mengunakan kebijaksanaan seorang ARAHAT dsbnya... Pernyataan saya bahwa ARAHAT dalam HINAYANA (THERAVADA) adalah FINAL, tidak ada kelahiran lagi. APAKAH SAMA DENGAN pernyataan bahwa ARAHAT dalam MAHAYANA belum berakhir, hanya setara dengan bodhisatva tkt ke-7, masih ada jalur tambahan bagi ARAHAT yang ingin mencapai annutara sammasambuddha.

Anda masih suka muterrr di sini yah?? Karena anda suka ngulang pertanyaan ini, maka jawaban saya ya ikutan ngulang deh:

Kalau bagi Mahayana, ya tentu SAMA dan NGGAK BERSEBRANGAN.

Karena Mahayana setuju bahwa Arahat sudah FINAL dalam pembersihan Klesha, sudah bebas dari samsara dan sudah FINAL dalam pencapaian Nirvana. Ini Theravada juga setuju kan?? Maka dari itu, SAMPAI SEJAUH INI, konsep Mahayana dan Theravada itu SAMA.

Hanya saja menurut Mahayana, FINAL Nirvana seorang Arahat itu sejatinya belum FINAL karena hanya satu sisi saja.

Arahat belum FINAL dalam pencapaian Non-Abiding Nirvana, masih harus melenyapkan Jneyavarana.

Mahayana menyinggung semua pencapaian Arahat dan pelenyapan klesha.

Sedangkan Theravada nggak pernah nyinggung soal Jneyavarana yang disinggung dalam Mahayana!!!

La kalau mau bandingin ini sampai akhir ya nggak akan selesai-selesai, karena memang nggak bisa, kalau mau bandingin, maka kedua belah pihak harus mengenal apa itu jneyavarana dan kleshavarana.

Tapi hanya satu pihak saja yang mengenal keduanya. Satu pihak yang lain (Theravada) hanya mengenal satu saja (klesha).
QuoteKesimpulan : krn agama sutra = pali sutra dan merupakan bagian dari 5 masa pembabaran sutra mahayana. Kemudian terdapat kontradiksi pernyataan ttg arahat parinibbana. Maka terdapat in-konsistensi pernyataan / konsep tentang arahat parinibbana dari agama sutra dan sutra lainnya (baca : saddharmapundarika dan mahaparinirvana)

La kok kontadiksi.... La Arahat Parinibbana itu termasuk dalam 3 jenis Nirvana dalam Mahayana kok!

1. Sopadisesa Nirvana
2. Anupadisesa Nirvana ( ini nih Parinirvana Arhat)
3. Apratishtita Nirvana (Nirvana Samyaksamobodhi)

Jadi Mahayana ya tentu tahu konsep Parinirvana Arahat!!

Ini disebutkan juga lo dalam bukunya Patriark Chan, Ven. Sheng yen dari Dharma Drum...hehe...

QuoteBe real & get real aja deh.
Kenyataannya zaman sekarang ini, hari ini, tidak ada para bodhisattava/buddha turun ke dunia menolong berkoti-koti (koti=1juta eh?) manusia, dewa, dan makhluk2 lain utk mencapai pencerahan seperti yg sering di tuliskan dlm sutta/sutra.
Kalau hari gini ada berita demikian, tolong beritahu saya, krn mao berangkat ke sana jg utk dicerahkan 

Bagian2 tertentu adlh part of buddhism yg berkembang sejalan jaman dan dongeng rakyat.

mettacittena

Mau bukti kalau Bodhisattva turun ke dunia?

Lihat ayah, ibu, saudara dan teman-teman yang mengasihi anda dan ingin yang terbaik buat anda. Itulah contoh nyata para Bodhisattva yang hadir di dunia ini.

Atau lihatlah para pembabar Dharma yang aktif dan bersemangat dalam membabarkan Dharma demi kebahagiaan banyak makhluk... atau relawan Tzu Chi yang penuh cinta kasih.... itulah para Bodhisattva hidup!

Pencerahan adalah usaha diri sendiri. Bodhisattva menolong para makhluk dengan berbagai upaya-nya, mendorong kita agar mau dan mampu mencapai pencerahan, bukan menciptakan pencerahan instan bagi diri kita.

Gitu kok repot!

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Jerry

Ha? Gitu? It`s okay.. berpulang kembali ke masing2 orang :)

mettacittena
_/\_
appamadena sampadetha

hendrako

Quote from: GandalfTheElder on 25 December 2008, 08:22:14 AM

Pencerahan adalah usaha diri sendiri. Bodhisattva menolong para makhluk dengan berbagai upaya-nya, mendorong kita agar mau dan mampu mencapai pencerahan, bukan menciptakan pencerahan instan bagi diri kita.

Gitu kok repot!

_/\_
The Siddha Wanderer


Jalan "Pencerahan Instan" tersebut bukan diciptakan, melainkan ditemukan oleh seorang Bodhisatva sehingga menjadi Sammasambuddha dan diajarkan untuk kebahagiaan semua mahluk.

Pendapat saya tentang Mahayana dan Theravada adalah sebagaimana yang disimpulkan di beberapa referensi, yaitu, Mahayana cenderung menjalani jalan ke-Bodhisatva-an dan Theravada cenderung menjalani jalan ke-Arahat-an.

Kalo saya memang cenderung pada Theravada karena ajarannya yang konsisten (sebagaimana dijelaskan oleh bro Dilbert pada post2 sebelumnya).

Apabila nantinya Arahat memang benar2 belum final, toh masih bisa melanjutkan perjalanan.

Namun bukan karena alasan pada kalimat di atas yang mengkondisikan saya memilih mempelajari ajaran Theravada, namun lebih pada alasan pada kalimat sebelum kalimat di atas.

Kelihatannya thread ini sudah cukup berhasil dan dapat menunjukkan pengertian dari kedua aliran dengan baik. Saya berterimakasih kepada rekan sekalian pada thread ini karena sangat menambah pengetahuan saya.

Ada perbedaan menjadikan 2 aliran (atau lebih), tidak ada perbedaan maka cukup 1 aliran.

Saya setuju dengan bro Xuvie, kembali kepada masing2.

_/\_
yaa... gitu deh

Edward

thread yang panjang, yang pembahasannya benar2 tepat....
turut bermuditacitta...
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

dilbert

Quote from: GandalfTheElder on 25 December 2008, 06:58:14 AM
Quote from: dilbert on 30 November 2008, 11:10:00 AM
berarti mahayana tdk cocok buat puthujana.. Krn hanya para bodhisatva yg bisa mengerti.

Mengapa? Karena sesuai apa yg diungkapkan sebelumnya bahwa esensi Mahayana ada di pembabaran periode 5 yaitu saddharma pundarika sutra dan maha parinirvana sutra.
Jika avatamsaka sutra saja sudah tdk bisa dimengerti, apalagi yg paling ultimit ?

Makanya kan Sang Buddha ngajarin Mahayana dari tingkat dasar yaitu Vaipulya dulu, biar para prthagjana (putthujana) bisa paham!! Terus runut ke Prajnaparamita dan akhirnya balik ke inti yaitu Saddharmapundarika Sutra!

Gitu aja kok repot mikirnya!  ^-^ 

Namaste,
The Siddha Wanderer

Bro.gandalf...

Mana yang benar... dari satu sumber dikatakan bahwa dalam masa pembabaran Dharma (versi Mahayana) urutannya adalah
1. Sutra Avatamsaka pada 21 hari pertama.
2. Sutra Agama memakan waktu 12 tahun.
3. Sutra Vaipulya memakan waktu 8 tahun.
4. Mahayana (Maha Prajna Paramitra Sutra) memerlukan waktu 22 tahun.
5. Sutra Teratai (Saddharmapundarika Sutra) dan Sutra Nirvana (Mahaparinibbana Sutra versi Mahayana)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: GandalfTheElder on 25 December 2008, 08:22:14 AM

Mau bukti kalau Bodhisattva turun ke dunia?

Lihat ayah, ibu, saudara dan teman-teman yang mengasihi anda dan ingin yang terbaik buat anda. Itulah contoh nyata para Bodhisattva yang hadir di dunia ini.


gak yakin saya kalau ayah, ibu, saudara dan teman teman yang mengasihi saya adalah bodhisatva yang "turun" ke dunia... jika begitu, berarti neraka kosong tuh dari awal, karena semua orang pasti bisa menjadi salah satu di antara yang disebutkan di atas, kalau tidak menjadi ayah atau ibu... menjadi saudara... atau setidaknya menjadi teman yang mengasihi temannya.
PERNYATAAN RETORIKA...


Quote from: GandalfTheElder on 25 December 2008, 08:22:14 AM

Mau bukti kalau Bodhisattva turun ke dunia?
Atau lihatlah para pembabar Dharma yang aktif dan bersemangat dalam membabarkan Dharma demi kebahagiaan banyak makhluk... atau relawan Tzu Chi yang penuh cinta kasih.... itulah para Bodhisattva hidup!

Pembabar Dharma... hmmm... masih make sense...

RELAWAN TZU CHI ? yang mana satu ? yang beragama BUDDHA ? atau yang non-BUDDHIS ? karena banyak tuh relawan tzu chi yang non-buddhis yang pasti belum mendapatkan ajaran MAHAYANA (tidak tahu jalur bodhisatva), lantas apakah bisa disebut bodhisatva hidup (kalau dikatakan bodhisatva hidup, tentunya yang dipakai JALUR BODHISATVA ala MAHAYANA) ?

???

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

GandalfTheElder

#434
Quote from: dilbert on 25 December 2008, 10:43:59 PM
Quote from: GandalfTheElder on 25 December 2008, 06:58:14 AM
Quote from: dilbert on 30 November 2008, 11:10:00 AM
berarti mahayana tdk cocok buat puthujana.. Krn hanya para bodhisatva yg bisa mengerti.

Mengapa? Karena sesuai apa yg diungkapkan sebelumnya bahwa esensi Mahayana ada di pembabaran periode 5 yaitu saddharma pundarika sutra dan maha parinirvana sutra.
Jika avatamsaka sutra saja sudah tdk bisa dimengerti, apalagi yg paling ultimit ?

Makanya kan Sang Buddha ngajarin Mahayana dari tingkat dasar yaitu Vaipulya dulu, biar para prthagjana (putthujana) bisa paham!! Terus runut ke Prajnaparamita dan akhirnya balik ke inti yaitu Saddharmapundarika Sutra!

Gitu aja kok repot mikirnya!  ^-^ 

Namaste,
The Siddha Wanderer

Bro.gandalf...

Mana yang benar... dari satu sumber dikatakan bahwa dalam masa pembabaran Dharma (versi Mahayana) urutannya adalah
1. Sutra Avatamsaka pada 21 hari pertama.
2. Sutra Agama memakan waktu 12 tahun.
3. Sutra Vaipulya memakan waktu 8 tahun.
4. Mahayana (Maha Prajna Paramitra Sutra) memerlukan waktu 22 tahun.
5. Sutra Teratai (Saddharmapundarika Sutra) dan Sutra Nirvana (Mahaparinibbana Sutra versi Mahayana)

La iya memang seperti itu urutannya kan?

Saya jadi bingung sebenarnya apa sih yang anda tanyakan?

Ajaran Mahayana mulai dibabarkan pada khalayak umum (prthagjana) yaitu pada periode Vaipulya. Waktu periode Avatamsaka hanya pada para Bodhisattva.

La kalau anda tanyain Mahayana apa cocok buat Prthagjana.... Ya cocok lah.... makanya Sang Buddha habis ngajarin Avatamsaka dan Agama nggak tinggal diem... Beliau ngajarin Vaipulya agar para prthagjana dapat mengerti Mahayana, kemudian dilanjut ke Prajnaparamita dan Saddharmapundarika Sutra..... yah secara bertahap gitu deh!

Masih nggak ngerti nih?

Ya sudah gini lho:

1. Avatamsaka ----- Tathagatagarbha(Inti)
2. Agama ----Dasar
3. Vaipulya ----- Mahayana Dasar
4. Prajnaparamita ---- Shunyata
5. Saddharmapundarika ---- Tathagatagarbha (Inti)

Mulai dari ini analisa sendiri ya!

_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.