News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Bhavaviveka "vs" Hinayana

Started by GandalfTheElder, 01 November 2008, 03:18:41 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

dilbert

Quote from: chingik on 25 November 2008, 05:09:56 PM
Memang kondisinya dunia sini sedang akan muncul Buddha Sakyamuni, maka tentu Buddha Amitabha tidak perlu mengutus orang. Sebenarnya ada kok, hehe..ya Avokitesvara orangnya. Tentu semua ada semacam sistem aturan yg tidak kita pahami.   

Ya saya mana tahu

darimana ada avalokitesvara kecuali kalau bukan "dikenalkan" di saddharmapundarika sutra...

Anda tidak tahu anda datang dari mana, tetapi anda tahu anda akan kemana ??
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

#316
Quote from: GandalfTheElder on 25 November 2008, 10:06:21 PM
Hahaha.... Nagarjuna yang tidak sejalan, atau batin anda yang tidak sejalan??  ^-^  ^-^
_/\_
The Siddha Wanderer

Lha, lindtner mengatakan bahwa karya yang PASTI (definitely) dari Nagarjuna hanya seperti yang saya quote, yang lain dikatakan maybe (mungkin), berarti diragukan. Pola Pikir orang barat tentunya khas berdasarkan NALAR dan LOGIKA berpikir LOGIS. (Ataukah anda akan berdebat bahwa orang barat yang satu ini/Lindtner berbeda ?)

Lindtner sendiri pasti sudah mempelajari semua karya yang "DIKATAKAN" karya Nagarjuna, tetapi orang yang NALAR dan LOGIKA-nya jalan, akan tahu persis bahwa tidak mungkin seorang BESAR seperti NAGARJUNA akan menghasilkan karya yang bertentangan satu sama lain ? Coba anda baca dulu mulamadhyamikakarika, darimana bisa timbul pemikiran NAGARJUNA akan sesuatu hal seperti SURGA SUKHAWATI, ditambah lagi jalur jalur diluar ARAHAT ??


Quote from: GandalfTheElder on 25 November 2008, 10:06:21 PM
Bagi seorang Mahayana sejati, ia tentu akan memahami bahwa Tathagatagarbha dan Shunyata itu tidaklah saling bertentangan, karena pada hakekatnya SAMA.......
Namun kalau sampai ada orang yang menerima Shunyata tapi nggak bisa menerima Tathagatagarbha, dan demikian juga sebaliknya, maka ia akan terjerumus ke dalam pandangan nihilisme ataupun eternalisme.

Tathagathagarbha didalam MAHAYANA adalah konsep untuk mendukung konsep TRIKAYA dan konsep-konsep emanansi ataupun konsep tentang "KEMBALI"-nya ARAHAT dan PARA BODHISATVA atau bahkan para BUDDHA untuk MENYELAMATKAN MAKHLUK HIDUP.

SUNYATA sendiri lebih dekat kepada konsep An-atta ??
"Oleh karena itu, di dalam kekosongan, tiada bentuk, perasaan, pencerapan, pikiran, dan kesadaran. Tiada juga mata (caksuh), telinga (srotram), hidung (grahnam), lidah (jihva), badan (kaya), batin (manasa). Tiada bentuk (rupa), suara (sabda), bau (gandah), rasa, sentuhan (sparstavyam), maupun dhamma. Tiada unsur penglihatan (caksu dhatu), hingga tiada unsur pikiran dan kesadaran (mano-vinnanam dhatu). Tiada kebodohan (avijja), tiada akhir kebodohan (avijja-ksayo), hingga tiada usia tua dan kematian (jaramaranam-ksayo), tiada akhir dari usia tua dan kematian. Demikian pula, tiada penderitaan (dukkha), asal mula dukkha (samudayah), lenyapnya dukkha (nirodha), jalan menuju lenyapnya dukkha (marga). Tiada kebijaksanaan (jahna), pencapaian (prapti), dan akhir pencapaian (abhi samaya)."

Coba dimasukkan konsep Tathagarbha di dalam konsep SUNYATA seperti yang diquote dari Sutra hati... mau dipersamakan bagaimana ??


Quote from: GandalfTheElder on 25 November 2008, 10:06:21 PM
Bahkan konon setelah Nagarjuna meninggal, Ia terlahir kembali di alam Sukhavati. Sebelum meninggal Nagarjuna berkata: "Sekarang aku akan pergi menuju Tanah Suci Sukhavati, namun aku akan kembali ke dalam tubuh ini lagi."
Anda bisa temui kata-kata ini di biografi Arya Nagarjuna di kalangan Vajrayana oleh Sera sMad  Geshe Lobsang Tharchin.

Mungkin ini berasal dari teks Pradipodyotana:
"Acarya Nagarjuna, dengan jalan Tantra, mengaktualisasikan tingkatan Vajradhara dalam waktu hidupnya, seperti dikatakan: 'Acarya yang hebat, Nagarjuna yang agung, berhadap-hadapan dengan tujuan-Nya, dan telah mengajarkan tentang pengetahuan dunia dari dalam diri sendiri, ini adalah samadhi Vajradhara agung, ia telah melangkah jauh di atas kebahagiaan para dewa dan manusia. ia telah melangkah jauh di atas kebahagiaan meditasi dari para heterodoks (tirthika), para Sravaka dan Pratyekabuddha........... ia pergi menuju Sukhavati dan menetap di sana, dengan memiliki delapan kekuatan sebagai kualitas-Nya."

Bahkan Sang Buddha sendiri dalam Lankavatara Sutra mengatakan bahwa Nagarjuna akan pergi menuju Sukhavati.

Lalu kalau Sukhavati-vyuhopadesa-nya (Amitayus-upadesha) Vasubandhu kan tidak ada penolakan tuh. Sejarawan iya-iya aja tuh....

Jadi ada dong master Zen India yang mengakui ke-Eksis-an Tanah Suci Sukhavati?

Bahkan sudah sangat meluas dalam sekte Tanah Suci, yaitu bahwa Nagarjuna dan Vasubandhu diakui sebagai Patriark Tanah Suci di India dan termasuk dalam kelompok 7 Patriark Tanah Suci.


Arya Nagarjuna sebagai pendiri aliran Madhyamika (jalan tengah), kemudian diakui sebagai patriakh tanah suci, diakui pula sebagai patriakh tantra. Kalau semua (yang jujur) membaca karya Nagarjuna yang paling terkemuka seperti mulamadhyamikkakarika, akan merasa sulit menerima bahwa seorang Nagarjuna yang bisa menghasilkan karya sekelas Mulamadhyamikakarika akan kemudian mengungkapkan konsep konsep TANAH SUCI dan TANTRA. dimana konsep TANAH SUCI itu terlalu METAFISIKA dan TANTRA itu terlalu MISTERIUS.

Dalam mulamadhyamikakarika, penuh dengan berbagai filosofis yang LOGIS. Walaupun sangat sulit dimengerti karena Nagarjuna menggunakan logika 4 sisi, yaitu BENAR, TIDAK BENAR, BUKAN BENAR DAN BUKAN TIDAK BENAR serta BUKAN BENAR ATAUPUN BUKAN TIDAK BENAR. yang sulit dipahami bahkan oleh para filsuf BARAT, tetapi karya ini jauh dari pernyataan METAFISIKA.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: GandalfTheElder on 25 November 2008, 10:25:23 PM
Hahaha.... dari masalah keinginan... lagi-lagi malah lari ke Sutra Intan.

La wong tafsir anda aja terhadap kata-kata "KEINGINAN untuk MENYELAMATKAN MAKHLUK" udah salah kaprah...  ^-^  ^-^  ^-^

Tuh tafsiran bro. chingik yang bagi saya lebih logika, lebih nalar, dan tentu lebih sesuai dengan pandangan Mahayana yang sejati-jatinya.

Dalam periode pembabaran, maka Sutra Intan dan Sutra Hati adalah periode ke-4 (Prajnaparamita) dari 5 periode. Pembabaran di masa ini belumlah lengkap. Kalau anda ingin melihat ajaran Mahayana yang sejati-jatinya, yang mencakup keseluruhan inti ajaran Sang Buddha, bacalah 2 sutra yang berasal dari periode ke-5 (akhir) pembabaran Dharma:

1. Saddharmapundarika Sutra
2. Mahayana Mahaparinirvana Sutra

Yang mengandung makna inti, yang merupakan dua sutra utama dalam Mahayana.

Bahkan pemutaran roda Dharma (Dharmacakra) Sang Buddha dibagi menjadi tiga tahap:
1. Ajaran Hinayana yang merupakan dasar (Empat Kebenaran Mulia)
2. Prajnaparamita (Sunyata)
3. Yogacara dan Tathagatagarbha

Jadi pemutaran roda Dharma yang paling terakhir adalah yang paling sempurna dan yang paling ultimit.

Tapi kalau misalnya anda tidak setuju, ya udah...  ^-^  ^-^

QuoteKalau yang berkeinginan menjadi sammasambuddha itu mah bukan ARAHAT (SAVAKA BUDDHA)... contoh barangnya PETAPA SUMEDHA tuh

Pernyataan anda ini kan dari segi Hinayana Theravada...   dan ini board Mahayana, ya tentu saya bahasnya dari segi Mahayana... jadi menurut Mahayana, Arahat masih dapat memiliki "Chanda" untuk menjadi Samyaksambuddha.

Pernyataan anda ini jangan diulang-ulang terus. Saya dan teman-teman di sini sudah tahu persis bahwa pandangan Theravada seperti itu.

Dan perlu anda ketahui, di dalam Mahayana, memang dikenal 2 jenis tipe Bodhisattva:
1. Umat biasa yang berikrar menjadi Bodhisattva dan Samyaksambuddha (jadi sejak awal sudah masuk ke jalan Mahayana), dan pencapaian pertamanya adalah Bhumi pertama. Petapa Sumedha adalah contoh dari tipe Bodhisattva pertama ini.
2. Para Sravaka yang kemudian memasuki jalan Mahayana, pencapaian pertamanya sudah langsung Bhumi ketujuh. Contohnya adalah Mahakasyapa, Mahaprajapati, Yasodhara, dsb.

Jadi kalau di Theravada HANYA dikenal tipe 1, maka di Mahayana dikenal 2 tipe.

_/\_
The Siddha Wanderer

Dari awal pembahasan, saya tidak berusaha mempertentangkan konsep antara Theravada dan Mahayana, karena memang dari sono-nya kedua aliran menggunakan KITAB yang CUKUP BERBEDA. Yang saya katakan sendiri dari awal adalah adanya in-konsistensi antara satu kitab Mahayana dengan kitab Mahayana yang lain.

Saya gunakan referensi 2 sutra utama Mahayana yaitu Sutra Hati dan Sutra Intan. Di dalam Sutra Hati jelas sekali dijelaskan konsep SUNYATA seperti apa... Coba bandingkan konsep SUNYATA dengan konsep mahayana lainnya seperti TATHAGATAGARBHA. Bertentangan kan.

Kemudian SUTRA INTAN mengemukakan dengan jelas sekali bagaimana SEORANG BODHISATVA harus BERTINDAK dan TIDAK ADANYA PENYELAMATAN MAKHLUK HIDUP bahkan oleh seorang TATHAGATHA sekalipun. (bedakan Tathagatha dengan Tathagatagarbha). Lantas darimana bisa muncul IKRAR-IKRAR oleh Para BODHISATVA dan para BUDDHA ?? Kalau Ikrar dilakukan oleh seorang PUTHUJANA seperti saya, dan bahkan oleh individu sekaliber petapa sumedha, itu masih ok ok saja.

Kalau saya lihat, justru dari 2 sutra terakhir MAHAYANA yaitu Saddharmapundarika dan MahaParinirvana Sutra yang banyak menuai kontroversi.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

chingik

Quote from: dilbert on 26 November 2008, 12:13:25 PM
Quote from: chingik on 25 November 2008, 05:09:56 PM
Memang kondisinya dunia sini sedang akan muncul Buddha Sakyamuni, maka tentu Buddha Amitabha tidak perlu mengutus orang. Sebenarnya ada kok, hehe..ya Avokitesvara orangnya. Tentu semua ada semacam sistem aturan yg tidak kita pahami.   

Ya saya mana tahu

darimana ada avalokitesvara kecuali kalau bukan "dikenalkan" di saddharmapundarika sutra...

Anda tidak tahu anda datang dari mana, tetapi anda tahu anda akan kemana ??

Ga perlu tahu darimana ada avokitesvara. Sama seperti juga ga perlu tau dari mana ada Buddha Gotama, sejauh dia mengajarkan dhamma, dialah orang yang pantas disebut para ariya.

Walau saya tidak tahu datang dari mana, emangnya ga bisa tahu akan kemana ?
Dalam alur hukum kamma, setidaknya kita sudah bisa mendapatkan gambaran ke mana kita akan dilahirkan, sejauh kita mengikuti dengan BENAR instruksi yg diajarkan Buddha.
Kalo Anda masih ga punya gambaran akan terlahir di mana maka sungguh sia2 anda belajar dhamma.   :(

nyanadhana

Kalau Ikrar dilakukan oleh seorang PUTHUJANA seperti saya, dan bahkan oleh individu sekaliber petapa sumedha, itu masih ok ok saja.

Ketika Ksitigarbha berikar,dia masih seorang putri kok,ini adalah ikrar yang mengangkat dirinya menjadi Bodhisatva.

Lantas darimana bisa muncul IKRAR-IKRAR oleh Para BODHISATVA dan para BUDDHA ??

kalau membaca referensi Sutra Mahayana menerangkan Bodhisatva berikrar adalah Buddha menceritakan dari awal riwayat Bodhisatva itu dan bagaimana ikrarnya membawa dia pada pencerahan nantinya.so bukan pada saat udah Bodhisatva tingkat ke tujuh baru berikrar. Ikrar adalah langkah pertama.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

nyanadhana

#320
konsep TANAH SUCI itu terlalu METAFISIKA dan TANTRA itu terlalu MISTERIUS.

Nagarjuna tidak mengungkap konsep yang misterius dalam Tantra,silahkan pelajari karya Nagarjuna mengenai Tantra.

http://www.berzinarchives.com/web/en/archives/approaching_buddhism/teachers/lineage_masters/biography_nagarjuna.html
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

chingik

Quote from: nyanadhana on 26 November 2008, 04:29:11 PM
Kalau Ikrar dilakukan oleh seorang PUTHUJANA seperti saya, dan bahkan oleh individu sekaliber petapa sumedha, itu masih ok ok saja.

Ketika Ksitigarbha berikar,dia masih seorang putri kok,ini adalah ikrar yang mengangkat dirinya menjadi Bodhisatva.

Lantas darimana bisa muncul IKRAR-IKRAR oleh Para BODHISATVA dan para BUDDHA ??

kalau membaca referensi Sutra Mahayana menerangkan Bodhisatva berikrar adalah Buddha menceritakan dari awal riwayat Bodhisatva itu dan bagaimana ikrarnya membawa dia pada pencerahan nantinya.so bukan pada saat udah Bodhisatva tingkat ke tujuh baru berikrar. Ikrar adalah langkah pertama.

:jempol: :jempol:
Sip deh. Ikrar juga harus diiringi dengan praktik yg selaras dgn ikrar kita. Sungguh baik bila kita berikrar utk berperilaku altruis.  :jempol:

nyanadhana

#322
Saya gunakan referensi 2 sutra utama Mahayana yaitu Sutra Hati dan Sutra Intan. Di dalam Sutra Hati jelas sekali dijelaskan konsep SUNYATA seperti apa... Coba bandingkan konsep SUNYATA dengan konsep mahayana lainnya seperti TATHAGATAGARBHA. Bertentangan kan.

ini mungkin masalah translate. ketika Sutra Mahayana tiba di tiongkok terdapat beberapa translate. contoh Parinirvana Sutra atau Nie Ban Cing memiliki 3 versi,versi utara dan versi selatan Tiongkok,setelah itu ada gabungan 2 revisi menjadi satu yang kita baca hari ini. ini ada sejarahnya juga Bro dilbert ketika Maha Parinirvana Sutra masuk ke Tiongkok,coba cari sejarah lengkapnya dulu.di Taisho kalo ga salah ada penjelasannya,sayang bahasa Mandarin gw kurang mendalam. saya dapat materi ini ketika mendengar ceramah Bhiksuni Yi Gong,muridnya Xin Yin Fa Shi di LTV.Fo Guan TV. ada diejlaskan juga kontroversi Mahayana dan Hinayana pada waktu itu. yang sebenarnya bukan merendahkan namun pencapaian masih bisa dilanjutkan.yang aneh adalah terjemahan Indo yang lebih banyak bikin emosi kalo baca.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

dilbert

Quote from: chingik on 26 November 2008, 03:28:52 PM
Quote from: dilbert on 26 November 2008, 12:13:25 PM
Quote from: chingik on 25 November 2008, 05:09:56 PM
Memang kondisinya dunia sini sedang akan muncul Buddha Sakyamuni, maka tentu Buddha Amitabha tidak perlu mengutus orang. Sebenarnya ada kok, hehe..ya Avokitesvara orangnya. Tentu semua ada semacam sistem aturan yg tidak kita pahami.   

Ya saya mana tahu

darimana ada avalokitesvara kecuali kalau bukan "dikenalkan" di saddharmapundarika sutra...

Anda tidak tahu anda datang dari mana, tetapi anda tahu anda akan kemana ??

Ga perlu tahu darimana ada avokitesvara. Sama seperti juga ga perlu tau dari mana ada Buddha Gotama, sejauh dia mengajarkan dhamma, dialah orang yang pantas disebut para ariya.

Walau saya tidak tahu datang dari mana, emangnya ga bisa tahu akan kemana ?
Dalam alur hukum kamma, setidaknya kita sudah bisa mendapatkan gambaran ke mana kita akan dilahirkan, sejauh kita mengikuti dengan BENAR instruksi yg diajarkan Buddha.
Kalo Anda masih ga punya gambaran akan terlahir di mana maka sungguh sia2 anda belajar dhamma.   :(

GOTAMA itu BUDDHA HISTORIS... Sedangkan avalokitesvara, amitabha dsbnya hanya "HIDUP" dari SUTRA...
Anda tidak tahu anda datang dari mana ? tetapi anda tahu anda akan terlahir di Tanah Suci Sukhawati (kalau sesuai petunjuk) ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

nyanadhana

ada Samboghakaya,Nirmanakaya dan Dhammakaya lagi om Dilbert,mungkin bisa jadikan referensi melihat Amitabha Sutra ini.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

dilbert

Quote from: nyanadhana on 26 November 2008, 04:29:11 PM
Kalau Ikrar dilakukan oleh seorang PUTHUJANA seperti saya, dan bahkan oleh individu sekaliber petapa sumedha, itu masih ok ok saja.

Ketika Ksitigarbha berikar,dia masih seorang putri kok,ini adalah ikrar yang mengangkat dirinya menjadi Bodhisatva.

Lantas darimana bisa muncul IKRAR-IKRAR oleh Para BODHISATVA dan para BUDDHA ??

kalau membaca referensi Sutra Mahayana menerangkan Bodhisatva berikrar adalah Buddha menceritakan dari awal riwayat Bodhisatva itu dan bagaimana ikrarnya membawa dia pada pencerahan nantinya.so bukan pada saat udah Bodhisatva tingkat ke tujuh baru berikrar. Ikrar adalah langkah pertama.

Makanya benar tuh...yang berikrar tuh yang masih puthujana... Sedangkan posisi Bodhisatva sendiri di dalam SUTRA INTAN dijelaskan dengan baik sekali bagaimana perilaku Bodhisatva yang sebenarnya. Coba baca SUTRA INTAN sendiri (Sutra Mahayana).

Jadi apakah individu sekaliber Bodhisatva Kshitigarbha itu masih mengikuti IKRAR-nya kalau dipandang dari SUTRA INTAN ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

#326
Quote from: nyanadhana on 26 November 2008, 04:54:32 PM
Saya gunakan referensi 2 sutra utama Mahayana yaitu Sutra Hati dan Sutra Intan. Di dalam Sutra Hati jelas sekali dijelaskan konsep SUNYATA seperti apa... Coba bandingkan konsep SUNYATA dengan konsep mahayana lainnya seperti TATHAGATAGARBHA. Bertentangan kan.

ini mungkin masalah translate. ketika Sutra Mahayana tiba di tiongkok terdapat beberapa translate. contoh Parinirvana Sutra atau Nie Ban Cing memiliki 3 versi,versi utara dan versi selatan Tiongkok,setelah itu ada gabungan 2 revisi menjadi satu yang kita baca hari ini. ini ada sejarahnya juga Bro dilbert ketika Maha Parinirvana Sutra masuk ke Tiongkok,coba cari sejarah lengkapnya dulu.di Taisho kalo ga salah ada penjelasannya,sayang bahasa Mandarin gw kurang mendalam. saya dapat materi ini ketika mendengar ceramah Bhiksuni Yi Gong,muridnya Xin Yin Fa Shi di LTV.Fo Guan TV. ada diejlaskan juga kontroversi Mahayana dan Hinayana pada waktu itu. yang sebenarnya bukan merendahkan namun pencapaian masih bisa dilanjutkan.yang aneh adalah terjemahan Indo yang lebih banyak bikin emosi kalo baca.

Kalau saya pribadi bukan pada masalah terjemahan yang bikin emosi atau tidak... tetapi dari LOGIKA berpikirnya... BEgini saja... Di dalam Mahayana, ada dikenal Agama Sutra (yang merupakan sutra periode 2 dari 5 periode pembabaran) yang notabene dikatakan adalah sama dengan PALI KANON. Kemudian selanjutnya ada Vaipulya Sutra, Mahaprajnaparamitra Sutra, dan yang terakhir Saddharmapundarika Sutra dan MAhaparinirvana Sutra.

Apakah di dalam Agama Sutra itu, ada dijelaskan bagaimana seorang SRAVAKA itu bagaimana ? Apakah benar notabene Agama Sutra itu sama dengan PALI KANON ? Jika ternyata Agama Sutra itu sama dengan PALI KANON, berarti ada in-konsistensi antara Agama Sutra dengan Sutra Sutra Terakhir Mahayana (khususnya periode ke-5). Dimana pada Agama Sutra (jika ternyata sama dengan PALI KANON) itu ARAHAT (SRVAKA) itu sesuai dengan konsep-nya THERAVADA itu tidak terlahir kembali lagi. TIDAK ADA LANJUTAN LAGI...

Tetapi Jika ternyata tidak sama, maka AGAMA SUTRA tidak dapat dikatakan notabene sama dengan PALI KANON. Dan boleh saya katakan MAHAYANA itu TIDAK SAMA dengan THERAVADA dan TIDAK DAPAT DIKATAKAN THERAVADA dan MAHAYANA berada pada KENDARAAN YANG SAMA (KENDARAAN AJARAN BUDDHA).
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

dilbert

Quote from: nyanadhana on 26 November 2008, 05:43:44 PM
ada Samboghakaya,Nirmanakaya dan Dhammakaya lagi om Dilbert,mungkin bisa jadikan referensi melihat Amitabha Sutra ini.

Terus ada lagi anggapan bahwa BUDDHA GOTAMA itu salah satu KAYA (ntah sambhogakaya, nirmanakaya atau dharmakaya) dari BUDDHA AMITABHA... berarti dengan demikian BUDDHA GOTAMA itu sudah MENCAPAI KEBUDDHAAN DARI JAMAN DAHULU (karena ada beberapa teks MAHAYANA juga menyatakan demikian). Jika demikian, berarti perjalanan hidup dari seorang petapa sumedha itu tidaklah berarti dalam konteks pembebasan seorang makhluk. KARENA DARI BUDDHA GOTAMA SUDAH MENJADI BUDDHA BERKALPA KALPA YANG LALU...

Dengan demikian saya, anda, kita kita ini antara 2 kemungkinan..
1. Dari dulu sudah mencapai KEBUDDHAAN, karena pada saatnya kita mencapai ANNUTARA SAMMASAMBUDDHA, kita juga akan mengatakan hal semacam ini... BAHWA KITA SUDAH MENCAPAI KEBUDDHA-AN DARI JAMAN BERKALPA KALPA YANG DULU.
2. Ada kemungkinan bahwa kita ini TIDAK BAKALAN MENCAPAI KEBUDDHAAN, karena BUDDHA YANG ADA ITU DARI JAMAN DAHULU SUDAH ADA, yang terlahir dan kemudian mencapai KEBUDDHAAN itu adalah EMANASI DARI BUDDHA JAMAN DAHULU.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

truth lover

QuotePenunjukkkan Arah itu 'kan cuma sifatnya utk memudahkan pengertian saja.
Seperti misalnya pembagian wilayah kota madya DKI, ada Jakarta Barat, Jakarta Utara , Jakarta Timur. Memangnya ada Jakarta yang benar2 terletak di BARAT??? Bukankah dilihat dari arah utara, maka dia menjadi Selatan? Dilihat dari arah Barat, dia menjadi di Timur?

Nah ini yang saya juga bingung dengan pernyataan mas chingik. Apakah rumah mas Chingik bisa berpindah-pindah? tentu tidak kan? kecuali rumah mas chingik punya kaki. Jadi penilaian berbagai arah Jakarta tentu dinilai berasal darimana mas Chingik tinggal, demikian juga dengan kedudukan relatif bumi terhadap alam semesta.

Sama seperti Sang Buddha mengatakan arah barat ketika itu Beliau berada di bumi bukan di planet lain kan?

QuoteMengapa pemerintah propinsi DKI mengatakan arah ya? padahal arah kan bisa berubah? apa waktu itu pemerintah propinsi DKI tidak mengerti bahwa bumi berputar pada porosnya? mengapa pemerintah bukan mengatakan "di Jakarta situ lho..."  jadi tak perlu menyebut arah.

nah Itulah mas Chingik, suatu arah bisa ditetapkan bila ada titik referensi yang menjadi acuan, pemerintah DKI menetapkan batas wilayah tentu berdasarkan acuan yang tetap. Bila tak ada acuan yang tetap mungkinkah kita menetapkan arah?

QuoteYang namanya pelabelan istilah itu kadang ada yg bersifat utk memudahkan pemahaman manusia awam.  Sama seperti dalam ajaran Buddha mengatakan tentang "Tanpa Aku", mengapa seluruh Sutta diawali dengan "Demikianlah yg telah AKU dengar" , mengapa tidak mengatakan "Demikianlah yg telah Nama-Rupa dengar". Tidak aku , tapi masih selalu menyebutkan aku sedang ini aku sedang itu..

Mas Chingik, maaf lho rasanya dimensi ruang adalah suatu perhitungan yang seharusnya agak eksak sifatnya, tentu berbeda dengan pelabelan.

QuoteBegitu juga ketika menyebutkan arah barat, timur, itu juga utk pemahaman awam saja.
Saya yakin jika Buddha tidak menyebutkan arah pada waktu itu, maka sekarang pasti orang2 malah bertanya: Di mana arahnya? Kalau Buddha benar2 Tahu mengapa tidak bilang di mana arahnya? bla..bla..bla..

Demikianlah kebingungan saya mas Chingik, jika Sang Buddha tidak mengatakan arah tentu tak ada pertanyaan saya seperti sekarang dan tak perlu ada spekulasi mengenai dimana adanya surga Sukhavati, sama seperti ketika Sang Buddha menolak mengatakan dimana adanya Nibbana.

Mungkin mas Chingik ada penjelasan lain mengapa Sang Buddha mengatakan surga Sukhavati berada di barat?

terima kasih sebelumnya lho atas segala penjelasannya, mohon penjelasan lebih lanjut.

The truth, and nothing but the truth...

truth lover

Quote from: nyanadhana on 26 November 2008, 10:55:10 AM
bukankah di Amitabha Sutra itu Sang Buddha mengatakan bukan menunjuk bahwa melewati ribuan mil dari arah Barat terletak Sukhavati.jadi Buddha tidak menunjuk dengan tangan,lagipula di akhir Sutra,digambarkan Buddha daris egala penjuru arah memberikan pujian atas Sukhavati dan Buddha menutup dengan Mantra Hati Amitabha.
Oh iya.. yah, Sang Buddha hanya menunjuk. Oh ya mas Nyanadhana benarkah Sang Buddha mengatakan dalam Amitabha sutra bahwa surga Sukhavati melewati ribuan mil arah barat? Apakah pernyataan ini sumbernya jelas? dimana bisa saya dapatkan?

terima kasih atas koreksinya dan mohon penjelasannya.
The truth, and nothing but the truth...