mungkin certa ini dah lama... tapi buat sekedar share bagi yang blum tau neh...
Athet Pyan mantan Rahib Budha (Myanmar) kembali dari neraka
Kesaksian yang luar biasa dari seorang Rahib Budha di Myanmar ( Burma) yang hidup kembali menjadi seorang yang diubahkan. Prakata Kisah berikut adalah terjemahan bebas dari kesaksian yang direkam dari seorang yang hidupnya diubahkan. Ini bukan sebuah wawancara atau Biografi, tapi kisah yang dituturkan oleh orang tersebut sendiri. Reaksi tiap-tiap orang berbeda-beda ketika mendengar kisah ini. Ada yang dapat semangat, ada yang ragu, beberapa bahkan mengejek dan mentertawakan, bahkan ada beberapa dengan penuh kegusaran dan marah, yakin bahwa kisah ini adalah 'ocehan' dari seorang gila atau suatu penipuan yang cermat. Ada umat kr****n yang menentang karena kejadian yang radikal dan ajaib ini tidak cocok untuk mereka, mengesankan seolah-olah Allah yang maha kuasa itu lemah. Pada awalnya kami mengetahui kisah ini dari beberapa pemimpin Gereja yang berbagi pengalaman dengan kami. Para pemimpin itu sudah meneliti kisah ini dan tidak menemukan kisah ini sebagai suatu kebohongan. Dengan pemikiran ini kami memutuskan untuk berani melangkah mengabarkan kisah ini. Kami lakukan ini bukan untuk mencari uang atau untuk mempromosikan diri. Kami hanya ingin kisah ini diketahui dan membuat orang kr****n yang percaya menilainya secara Alkitabiah.
Jika Tuhan menginginkan bagian dari kisah ini untuk KemuliaanNya atau untuk membangun UmatNya, maka kami berdoa agar Roh Kudus bekerja di dalam hati setiap pembaca. Beberapa orang menceritakan pada kami bahwa mereka berfikir bahwa Rahib itu tidak benar-benar mati tetapi hanya ada dalam ketidak sadaran (mati suri), dan hal-hal yang dia lihat dan dengar adalah bagian dari halusinasi orang yang kena demam.
Apapun yang anda pikirkan, faktanya tetap bahwa kejadian ini secara drastis telah menjadikan orang ini hidupnya berubah 180 derajat sesudah kejadian di bawah ini. Dia tanpa rasa takut, dengan berani mengisahkan pengalamannya, dengan resiko besar, termasuk dipenjara. Dia juga dicaci maki oleh saudara-saudaranya, teman-teman, rekan-rekannya dan diancam dibunuh karena ketidak sediaannya untuk mengkompromikan kisahnya. Apa yang memotivasi orang ini untuk berisiko? Kita mempercayainya atau tidak, kisah ini layak untuk didengarkan dan dipertimbangkan. Dalam masyarakat barat yang sinis banyak orang mendambakan bukti yang kuat untuk hal-hal tersebut Bukti yang berani dihadapkan di pengadilan. Dapatkah kita yakin tanpa ragu bahwa semua ini betul betul terjadi? Tidak, kita tidak dapat. Tetapi kami tetap merasa berkewajiban untuk mengabarkan kisah orang ini dengan kata-katanya sendiri di mana pembaca dapat menilainya sendiri.
Halo, nama saya Athet Pyan Shinthaw Paulu. Saya dari negara Myanmar. Saya ingin berbagi dengan anda kesaksian saya ini tentang apa yang terjadi pada saya, tetapi sebelumnya saya ingin menceritakan sedikit latar belakang saya sejak saya kecil. Saya dilahirkan tahun 1958 di kota Bogale, di daerah delta Irrawaddy Myanmar selatan (dahulu Burma). Orang tua saya penganut agama Budha yang beriman (taat) seperti kebanyakan orang di Myanmar, memanggil saya si Thitphin (yg artinya pohon). Kehidupan di mana saya bertumbuh sangat sederhana.
Pada umur 13 tahun saya keluar sekolah dan mulai bekerja di perahu nelayan. Kami menangkap ikan juga udang di beberapa sungai besar dan kecil di daerah Irrawaddy. Pada umur 16 saya jadi pemimpin perahu. Saat itu saya tinggal di utara pulau Mainmahlagyon (Mainmahlagyon artinya pulau wanita cantik), di bagian utara Bogale dimana saya dilahirkan. Tempat ini kira kira 100 mil barat daya Yangoon (Rangoon) ibu kota negara kami.
Suatu hari waktu saya berumur 17 tahun, kami menangkap banyak sekali ikan dalam jala kami. Saking banyaknya ikan yang kami tangkap, seekor buaya besar tertarik perhatiannya. Buaya itu mengikuti perahu kami dan mencoba menyerang kami. Kami jadi ketakutan sehingga dengan panik kami mendayung perahu kami menuju tepian sungai secepatnya. Buaya itu mengikuti kami dan menyerang perahu kami dengan ekornya.Walaupun tidak ada yang mati dalam kejadian ini, serangan itu mempengaruhi kehidupan saya. Saya tidak mau lagi menangkap ikan. Perahu kecil kami tenggelam kena serangan buaya itu. Malam itu kami pulang ke kampung naik perahu tumpangan. Tak lama sesudah itu, bos ayah saya memindahkan ayah saya ke kota Yangoon (sebelum disebut Rangoon).
Pada umur 18 saya dikirim kesebuah biara menjadi Rahib muda. Kebanyakan orang tua di Myanmar berusaha mengirimkan anak laki-laki mereka ke biara Budha, setidaknya satu kali, karena merupakan suatu kehormatan mempunyai anak laki-laki melayani dengan cara ini. Kami telah mengikuti adat ini ratusan tahun. Seorang murid yang bersemangat Pada saat saya mencapai umur 19 tahun 3 bulan (thn 1977) saya jadi Rahib. Rahib atasan saya di biara itu memberi saya sebuah nama Budha baru yang sudah menjadi adat/kebiasaan di negara saya. Saya dipanggil U Nata Pannita Ashinthuriya. Pada waktu kami menjadi Rahib kami tidak lagi menggunakan nama yang diberikan orang tua pada waktu lahir.
Biara tempat saya tinggal disebut Mandlay Kyaikasan Kyaing. Nama Rahib kepala ialah U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (U Zadila adalah gelar). Dia Rahib yang sangat terkenal di seluruh Myanmar pada waktu itu. Setiap orang tahu siapa dia.
Dia sangat dihargai oleh orang-orang dan disegani sebagai guru besar. Saya katakan dulu karena pada tahun 1983 dia tiba-tiba mati dalam kecelakaan mobil yang fatal. Kematiannya mengejutkan semua orang. Saat itu saya sudah 6 tahun jadi Rahib. Saya berusaha jadi Rahib terbaik dan mengikuti semua ajaran Budha. Pada suatu tingkat tertentu saya pindah ke sebuah kuburan yang kemudian saya tinggali dan bermeditasi secara kontinyu. Beberapa Rahib yang sungguh-sungguh mengikuti kebenaran Budha melakukan hal yang saya lakukan ini. Beberapa bahkan pindah ke hutan dimana mereka hidup menyangkal diri dan miskin. Saya cari penyangkalan diri, fikiran dan keinginan, untuk menghindari penyakit dan penderitaan dan membebaskan diri dari kehidupan duniawi. Di kuburan saya tidak takut setan, saya berusaha untuk mencapai kadamaian batin dan sadar diri sampai sampai bila ada nyamuk hinggap ditangan saya membiarkannya menggigit tangan saya dari pada mengusirnya. Bertahun-tahun saya berusaha untuk jadi Rahib terbaik dan tidak menyakiti mahluk hidup.
Saya belajar pelajaran Budha suci ini seperti semua nenek moyang kami lakukan sebelum saya. Kehidupan saya sebagai Rahib berjalan terus sampai suatu waktu saya menderita sakit keras. Saya ada di Mandalay waktu itu dan harus dibawa ke rumah sakit untuk perawatan. Dokter melakukan beberapa pengecekan pada saya dan memberitahu saya bahwa saya terjangkit penyakit kuning dan malaria bersamaan. Sesudah sebulan di rumah sakit saya malah makin gawat. Dokter memberi tahu saya bahwa tak ada harapan sembuh untuk saya dan mengeluarkan saya dari rumah sakit untuk mempersiapkan kematian. Inilah penjelasan singkat masa lalu saya.
Sekarang saya ingin menceritakan beberapa hal luar biasa yang terjadi pada diri saya sesudahnya. Penglihatan Yang Mengubah Hidup Saya Selamanya Sesudah saya dikeluarkan dari rumah sakit saya kembali ke tempat di mana para Rahib yang lain mengurus saya. Saya makin hari makin lemah dan makin susut karena badan busuk dan bau kematian, dan akhrinya jantung saya berhenti berdenyut. Tubuh saya dipersiapkan untuk kremasi dan melalui tata cara pemurnian agama Budha. Walaupun tubuh saya mati tapi saya ingat dan sadar dalam fikiran dan roh saya. Saya ada dalam badai besar. Angin kencang meniup seluruh daratan sampai tidak ada pohon atau apapun yang berdiri, semua rata, saya berjalan sangat cepat di jalan rata itu untuk beberapa lama.
Tak ada orang lain, hanya saya sendiri, kemudian saya menyeberang sebuah sungai. Di seberang sungai itu saya melihat danau api yang sangat sangat besar. Dalam agama Budha kami tidak ada gambaran tempat seperti ini. Pada mulanya saya bingung dan tak tahu bahwa itu adalah neraka sampai saya lihat Yama, raja neraka (Yama adalah nama untuk raja neraka dalam kebudayaan Asia) mukanya seperti singa, badannya seperti singa , tetapi kakinya seperti seekor naga (roh naga). Dia mempunyai beberapa tanduk di kepalanya. Wajahnya sangat mengerikan dan saya sangat ketakutan. Dengan gemetar, saya tanya namanya. Dia jawab "Saya adalah raja neraka, si Perusak!" Danau Api Yang Sangat Mengerikan Raja neraka memberi tahu saya untuk melihat ke danau api itu.
Saya memandang dan melihat jubah warna kunyit yang biasa dipakai rahib Budha di Myanmar. Saya memandang dan melihat kepala gundul seorang laki-laki. Waktu saya lihat wajah orang itu saya mengenalinya sebagai U Zadila Kyar Ni Kan Sayadaw (rahib terkenal yang mati kecelakaan mobil tahun 1983). Saya tanya raja neraka mengapa pemimpin saya, diikat dalam danau penyiksaan ini. Saya tanya "Mengapa dia ada dalam danau api ini? Dia seorang guru yang baik." Dia bahkan mempunyai kaset pengajaran yang berjudul 'Apakah anda manusia atau anjing?' Yang sudah membantu ribuan orang mengerti bahwa sebagai manusia sangat berharga jauh dibandingkan binatang. Raja neraka itu menjawab, "Betul, dia seorang guru yang baik, tetapi dia tidak percaya pada Yesus Kristus.
Itulah sebabnya dia ada di neraka." Saya diberi tahu untuk melihat orang lain yang ada di dalam api itu. Saya lihat seorang laki-laki dengan rambut panjang dililitkan dibagian kiri kepalanya. Dia juga mengenakan jubah. Saya tanya raja neraka "Siapa orang itu?" Dia menjawab, "Inilah yang kau sembah, Gautama (Budha)". Saya sangat terganggu melihat Gautama di neraka. Saya protes, "Gautama orang baik, mempunyai karakter moral yang baik, mengapa dia menderita di dalam danau api ini?" Raja neraka menjawab saya "Tak peduli bagaimana baiknya dia. Ia ada di tempat ini karena dia tidak percaya pada Allah yang kekal" Saya kemudian melihat seorang yang lain yang tampaknya memakai seragam tentara.
Dia terluka di dada-nya. Saya tanya "Siapa dia?" Raja neraka berkata "Ini Aung San, pemimpin revolusi Myanmar ". Saya kemudian diberi tahu, "Aung San di sini karena dia menyiksa dan membunuh orang-orang kr****n, tapi terutama karena dia tidak percaya Yesus Kristus." Di Myanmar ada pepatah, "Tentara tak pernah mati, hidup terus." Saya diberitahu bahwa tentara neraka mempunyai pepatah "Tentara tak pernah mati, tapi ke neraka selamanya." Saya amati dan melihat orang lain didanau api itu. Dia orang yang sangat tinggi dan memakai baju baja militer. Dia juga menyandang pedang dan perisai. Orang ini terluka di dahinya.
Orang ini lebih tinggi dari siapapun yang pernah saya lihat. Saya kemudian diberi tahu, "Aung San di sini karena dia menyiksa dan membunuh orang-orang kr****n, tapi terutama karena dia tidak percaya Yesus Kristus." Di Myanmar ada pepatah, "Tentara tak pernah mati, hidup terus." Saya diberitahu bahwa tentara neraka mempunyai pepatah "Tentara tak pernah mati, tapi ke neraka selamanya." Saya amati dan melihat orang lain didanau api itu. Dia orang yang sangat tinggi dan memakai baju baja militer. Dia juga menyandang pedang dan perisai. Orang ini terluka di dahinya.
Orang ini lebih tinggi dari siapapun yang pernah saya lihat. Saya bingung karena saya tidak tahu siapa itu Goliath dan Daud. Raja neraka berkata, "Goliath tercatat di Alkitab orang kr****n. Kamu tidak tahu dia sekarang, tapi kalau kamu jadi kr****n, kamu akan tahu siapa dia. Saya dibawa ke sebuah tempat di mana saya lihat orang kaya dan miskin menyiapkan makan malam mereka. Saya tanya "siapa yang memasak makanan untuk orang-orang itu?" Raja itu menjawab "Yang miskin harus menyiapkan makanan mereka, tapi yang kaya menyuruh yang lain untuk memasak untuk mereka."