Seberapa jauh Nibbana?

Started by Sukma Kemenyan, 30 August 2008, 01:18:32 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

nyanadhana

Kuntilanak mode on

Kalo suaranya dekat dengan kita berarti Nibbana itu masih jauh
Kalo suaranya jauh dari kita berarti Nibbana sudah sangat dekat dengan kita.

Nyambung ga yah gw?hehehehe....yah gitu deh...pokoke kalo Sang Buddha bilang
berusaha mati2an mengejar yang ada hanyalah babak belur
tidak berusaha dan diam di tempat yang ada hanyalah kemalasan dan kemunduran
tidak ekstrim dan tidak malas,sambil berjalan disitulah Kebenaran ditemukan.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

markosprawira

Quote from: Kristin_chan on 15 September 2008, 01:13:58 PM
Nibanna...

Saat ku kejar... Kau menjauh...
Saat ku diam... Kau datang...

diam dalam arti apa dulu nih? kalo diam dalam arti tidur dan bermalas2an, itu artinya memperbanyak thina middha (malas dan lamban).....

Nibbana akan muncul pada mereka yang menjalankan Jalan Utama beruas 8  :D

ilalang

NIBBANA DI SINI DAN SEKARANG

(Oleh: Y.M. Buddhadasa Mahathera)

Manfaat terbesar yang mungkin diperoleh dari praktik perhatian-penuh (mindfullnes)
dengan pernapasan ialah bahwa tanpa harus meninggal dunia dulu kita dapat
mengalami 'nibbana' dalam hidup ini. Di sini dimaksud adalah 'nibbana' di sini dan
sekarang, yang tidak ada kaitannya dengan kematian. 'Nibbana' berarti 'dingin,
sejuk' (cool). Kata 'nibbana' juga berarti 'dingin' yang mengacu pada dingin
yang bersifat sementara, belum permanen, belum sempurna. Namun citarasanya
adalah sama dengan 'nibbana' yang sempurna. 'Nibutto' adalah seperti sampel yang
ditunjukkan oleh seorang salesman tentang sebuah produk yang mungkin kita beli.
Sampel itu harus serupa. Jadi kita mempunyai sampel dari 'nibbana' untuk
dicicipi sebentar. Ini disebut 'nibbana sementara' atau 'saamaayika-nibbaana'.

Keadaan dingin bisa juga 'nibbana' yang muncul karena "faktor itu". Dalam
bahasa Pali itu disebut "faktor itu", yang berarti sesuatu yang mirip "terjadi
bersamaan " (coincidental). Misalnya, bila terdapat 'sati' (perhatian-penuh)
terfokus pada pernapasan, 'citta' (batin) dingin. Maka 'anapanasati' (perhatian
pada napas) adalah "faktor itu", agen, penyebab, yang menghasilkan dingin itu di
sini dan sekarang. Ini disebut 'tadanga-nibbana', 'nibbana' yang muncul
bersamaan (coincidental). Dingin itu muncul oleh karena tidak ada kotoran batin;
bila tidak ada kotoran batin, 'citta' (batin) dingin. Bila tidak ada api,
terdapat dingin. Di sini 'anapanasati' melenyapkan api, artinya, kotoran batin.
Sekalipun itu hanya bersifat sementara, api itu padam dan terdapat dingin untuk
sementara. Terdapat 'nibbana' untuk suatu waktu tertentu karena adanya "faktor
itu", alat itu, yakni 'anapanasati'. Sekalipun berlangsung sesaat (momentary),
belum sempurna dan menetap, citarasa 'nibbana' dikecap sebagai sampel, suatu
citarasa. 'Anapanasati' membantu kita mencicipi 'nibbana' sedikit demi sedikit,
saat demi saat, dalam hidup ini juga. Dan tidak perlu mati! Maka, durasi dingin
itu semakin panjang, semakin luas, dan frekuensinya semakin meningkat, sampai
terdapat 'nibbana' sempurna. Jika tercapai, manfaat inilah yang paling
memuaskan, paling berharga.

Adalah penting bahwa kita memahami kata 'nibbana' dengan benar. Itu berarti
"dingin", dan tidak ada kaitannya dengan kematian. Kita menggunakan kata
'parinibbana' jika kita bermaksud mengacu pada 'nibbana' yang berkaitan dengan
kematian, misalnya kematian seorang 'arahat'. Kata 'nibbana' saja tanpa awalan
'pari-' sekadar berarti "dingin", tidak adanya panas. Bayangkan bahwa segala
sesuatu berjalan sebagaimana mestinya buat Anda: Anda sehat, secara ekonomis
terjamin, punya keluarga yang baik, sahabat-sahabat yang baik, dan lingkungan
yang baik. Maka, sesuai dengan arti kata 'nibbana', kehidupan Anda ini 'dingin'.
Itu mungkin bukan 'nibbana' yang sempurna, oleh karena agar sempurna harus
mencakup batin yang 'dingin' pula, namun itu pun bisa dikatakan 'dingin'.

'Nibbana' berarti "dingin, sejuk". Kita bahkan bisa menggunakan kata ini
dalam kaitan dengan hal-hal material. Sebuah arang yang berangsur-angsur menjadi
dingin sampai tidak panas lagi, dikatakan 'nibbana'. Ketika sebuah sup terlalu
panas untuk dimakan, kita menunggunya sampai mendingin; lalu kita katakan sup
itu cukup 'nibbana' untuk dimakan. Kita bahkan bisa menggunakan kata itu untuk
binatang buas dan berbahaya yang ditangkap dari hutan; lalu dijinakkan dan
dilatih sehingga bisa hidup di tengah-tengah manusia. Binatang-binatang itu juga
bisa disebut 'nibbana'. Dalam kitab-kitab Pali, kata 'nibbana' digunakan dalam
kaitan dengan hal-hal material, binatang dan manusia. Jika sesuatu itu dingin
dan tidak panas, itu adalah 'nibbana' dalam satu atau lain makna,.Dan itu tidak
perlu mati. Melalui praktik 'anapanasati' kita akan memperoleh jenis 'nibbana'
yang paling memuaskan--dingin dalam tubuh jasmani, dingin dalam batin, dingin
dalam semua aspek.

Singkatnya, kita mempunyai kehidupan yang dingin di sini dan sekarang;
hidup kita 'nibbana', dalam arti yang diuraikan di atas. Dalam bahasa Pali, ini
disebut 'nibutto', artinya "orang yang menjadi dingin" atau "orang yang
mempunyai nibbana". Realitas ini disebut 'nibbana'. Orang seperti ini disebut
'nibutto'. "

(Dari: "MINDFULNESS WITH BREATHING -- A Manual for Serious Beginners", oleh:
Y.M. Buddhadasa Mahathera, halaman 104-6.)

fran

Mengingat Nibbana adalah tujuan akhir dari setiap makhluk, maka mungkinkah suatu hari, 31 alam kehidupan itu kosong penghuninya ?


Apa yg bisa saya "lepaskan" jika saya memilih agama Buddha ?

Lily W

~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

markosprawira

Quote from: Lily W on 22 September 2008, 05:33:28 PM
May be Yes....May be NO.... ;D

saya yakin : ga mungkin

ga usah jauh2 nibbana, silahkan dihitung aja, berapa banyak mahluk2 alam apaya?? semut, serangga2 kecil2, ikan teri??? belum mahluk2 dari alam apaya lain

kelahiran di alam manusia aja, digambarkan seperti penyu yang naek ke permukaan setiap 100 thn sekali, yang berusaha memasukkan kepalanya ke gelang yang terombang ambing di lautan

untuk lahir menjadi manusia saja, sudah sesusah itu loh....... belum masuk ke alam Brahma, yang membutuhkan konsentrasi

Pesan moralnya : marilah kita mempercepat dan memperbanyak perbuatan baik, agar bisa mempercepat pencapaian Nibbana juga  _/\_

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Bro Markosaprawira,
sayangnya bukan itu yang dicatat dalam Tipitaka.

Sang Buddha tidak menjawab pertanyaan : apakah dunia terbatas, apakah dunia tidak terbatas, apakah jumlah makhluk terbatas, apakah jumlah makhluk tidak terbatas. Hal ini tidak dijawab, dan pertanyaan yang tidak seharusnya ditanyakan. Contohnya dalam Brahmajala Sutta, dalam Cula-Malunkyovada Sutta (http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.063.than.html), dan seingat saya dalam satu Sutta lagi yang memperlihatkan Sang Buddha diam mengenai jumlah makhluk terbatas atau tidak terbatas, tetapi Ananda mengatakan apapun jalannya, hanya ada satu gerbang pembebasan yang diajarkan Sang Buddha.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

markosprawira

dear karuna,

anumodana untuk sutta yang and berikan, namun bukan perhitungan satu persatu yang menjadi inti postingan saya

moral dari post saya adalah bahwa lebih banyak mahluk yang menderita dibanding mahluk yang menyenangkan.

Pemikiran/opini saya ini sehubungan dengan kecenderungan mahluk untuk akusala dimana ini membuat umur semakin pendek, terlihat dari usia manusia dahulu yang mencapai 84.000 tahun dan turun terus........

Singkatnya ini hanya opini/kesimpulan saya aja   _/\_

ilalang

Quote from: markosprawira on 24 September 2008, 09:24:21 AM
Quote from: Lily W on 22 September 2008, 05:33:28 PM
May be Yes....May be NO.... ;D

saya yakin : ga mungkin

ga usah jauh2 nibbana, silahkan dihitung aja, berapa banyak mahluk2 alam apaya?? semut, serangga2 kecil2, ikan teri??? belum mahluk2 dari alam apaya lain

kelahiran di alam manusia aja, digambarkan seperti penyu yang naek ke permukaan setiap 100 thn sekali, yang berusaha memasukkan kepalanya ke gelang yang terombang ambing di lautan

untuk lahir menjadi manusia saja, sudah sesusah itu loh....... belum masuk ke alam Brahma, yang membutuhkan konsentrasi

Pesan moralnya : marilah kita mempercepat dan memperbanyak perbuatan baik, agar bisa mempercepat pencapaian Nibbana juga  _/\_

Hati-hati Bro...orang bisa salah paham dengan pernyataan Anda.
Moral (perbuatan baik dst) tidak relevan sejauh menyangkut Nibbana. Saya kira angulimala sutta sudah cukup jelas (mohon jangan terus diartikan saya menganjurkan amoral lho)

Jadi menurut saya pesan moral...eh pesan meditatifnya adalah:  meditasilah saat ini juga dengan menyadari setiap tindakan, ucapan, dan pikiran setiap saat...jangan ditunda-tunda lagi karena berbagai alasan duniawi, kurang Sila dsb...

ilalang

Quote from: karuna_murti on 24 September 2008, 10:03:01 AM
Sang Buddha tidak menjawab pertanyaan : apakah dunia terbatas, apakah dunia tidak terbatas, apakah jumlah makhluk terbatas, apakah jumlah makhluk tidak terbatas. Hal ini tidak dijawab, dan pertanyaan yang tidak seharusnya ditanyakan...

Betul Bro. Sesuatu yang tidak terbatas tidak bisa dijangkau oleh pikiran manusia yang terbatas...bisa gila nanti :(.  Susahnya memang pikiran ini ga mau diam, selalu penasaran mencari-cari jawaban yang memuaskan dirinya... Kalau Sang Buddha memilih tidak menjawab, ini ada referensi lain yang mudah-mudahan "menjawab" pertanyaan sang pikiran:

"Nibbana ada, tapi tidak ada yang memasukinya"
(Visuddhi Magga)

"Betapa pun banyak jenis makhluk hidup ... kita harus menuntun semua makhluk hidup ini menuju nirvana tertinggi sehingga mereka terbebaskan. Dan ketika makhluk yang tak terhitung banyaknya ini telah terbebaskan, sesungguhnya kita tidak berpikir bahwa ada satu makhluk pun terbebaskan".
...
"Subhuti, janganlah berkata, Sang Tathagata memiliki ide, 'Saya akan menuntun makhluk-makhluk hidup ke seberang pantai pembebasan.' Jangan berpikir seperti itu, Subhuti. Mengapa? Sesungguhnya tidak ada satu pun makhluk yang bisa diseberangkan oleh Sang Tathagata. Jika Sang Tathagata berpikir itu ada, maka ia akan terperangkap dalam ide tentang suatu diri/aku, suatu pribadi, suatu makhluk hidup, suatu jangka hidup.
(Prajna Paramitha Sutra, "Sutra Pemecah Intan")

"Nibbana adalah samsara, samsara adalah Nibbana" (Nagarjuna)

Kalau ini sungguh-sungguh direnungkan dan dibarengi dengan meditasi, mudah-mudahan sang pikiran bisa diam dan enggak lagi mencari-cari jawaban.  Karena dalam diam itulah barangkali "jawaban" yang dicari dapat ditemukan.

Delusion

Nibbana ngak nibbana sama saja, sama-sama merasakan derita fisik.
Hanya saja berbeda pada batinnya...
:)

markosprawira

Quote from: ilalang on 24 September 2008, 11:19:16 AM
Quotesaya yakin : ga mungkin

ga usah jauh2 nibbana, silahkan dihitung aja, berapa banyak mahluk2 alam apaya?? semut, serangga2 kecil2, ikan teri??? belum mahluk2 dari alam apaya lain

kelahiran di alam manusia aja, digambarkan seperti penyu yang naek ke permukaan setiap 100 thn sekali, yang berusaha memasukkan kepalanya ke gelang yang terombang ambing di lautan

untuk lahir menjadi manusia saja, sudah sesusah itu loh....... belum masuk ke alam Brahma, yang membutuhkan konsentrasi

Pesan moralnya : marilah kita mempercepat dan memperbanyak perbuatan baik, agar bisa mempercepat pencapaian Nibbana juga  _/\_

Hati-hati Bro...orang bisa salah paham dengan pernyataan Anda.
Moral (perbuatan baik dst) tidak relevan sejauh menyangkut Nibbana. Saya kira angulimala sutta sudah cukup jelas (mohon jangan terus diartikan saya menganjurkan amoral lho)

Jadi menurut saya pesan moral...eh pesan meditatifnya adalah:  meditasilah saat ini juga dengan menyadari setiap tindakan, ucapan, dan pikiran setiap saat...jangan ditunda-tunda lagi karena berbagai alasan duniawi, kurang Sila dsb...

dear Ilalang,

Sila, samadhi dan panna hendaknya dilaksanakan.... itu sudah jelas... hubungan ketiganya akan saling mendukung

hal termudah yang bisa dilakukan oleh seorang pemula, adalah SILA....... memang ada sebagian orang yang batinnya sudah cukup matang, bisa langsung bermeditasi........

namun sebagian besar, kondisinya masih harus dikondisikan dahulu dengan perbuatan yang baik

Ini bisa dilihat pada Angulimala dimana batin beliau sebenarnya sudah cukup matang, sehingga bisa langsung "tersadar" hanya dengan ucapan Buddha
"Wahai Angulimala, Aku sudah dari tadi tidak bergerak, engkaulah yang masih terus bergerak."

dan dalam kehidupan itu juga, Angulimala langsung menjadi Arahat.

Ini sering disalah artikan bahwa kesucian begitu mudah didapat, hanya dengan bermeditasi saja.

Sama seperti menisbikan arti pengalaman2 dari kehidupan Buddha Gautama sebelum menjadi buddha, yang melalui 4 assankheya kappa dan 100.000 maha kappa, menjadi "hanya" bermeditasi 6 tahun, sudah menjadi samma sambuddha

Jadi sebenarnya adalah bahwa kesiapan batin adalah melalui pengalaman pada kehidupan2 yang lampau

semoga ini tidak diartikan bahwa saya anti meditasi yah  ;D

markosprawira

Quote from: ilalang on 24 September 2008, 11:43:41 AM

"Nibbana ada, tapi tidak ada yang memasukinya"
(Visuddhi Magga)


Kalau ini sungguh-sungguh direnungkan dan dibarengi dengan meditasi, mudah-mudahan sang pikiran bisa diam dan enggak lagi mencari-cari jawaban.  Karena dalam diam itulah barangkali "jawaban" yang dicari dapat ditemukan.

Maaf bro Ilalang,

bisa kasih referensi lengkapnya mengenai vissudhi magga yang anda maksud diatas???  _/\_
karena kadang ada sebagian orang yang hanya mencuplik sebagian isi sutta, sehingga berpotensi membuat keliru

Mengenai pikiran diam : maaf kalau saya berbeda pendapat, karena dalam meditasi itu sebenarnya adalah melatih konsentrasi........ diam dan konsentrasi/fokus itu beda loh..... diam itu doing nothing, terkonsentrasi adalah tetap pada 1 objek

Jika berkenan, silahkan baca mengenai micca samadhi (meditasi yg keliru) di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4204.0

Jadi bisa tahu bagaimana ciri-ciri meditasi yang keliru

semoga bermanfaat dalam melakukan meditasi  _/\_

Sunkmanitu Tanka Ob'waci

Quote from: ilalang on 24 September 2008, 11:43:41 AM
"Nibbana ada, tapi tidak ada yang memasukinya"

Quote di atas memang ada, saya pernah membacanya. Untuk mencantumkan visuddhi magga tampaknya agak susah, karena versi online/digital susah dicari.
Quote itu menunjukkan anatta. Tetapi hal ini merupakan hal yang tidak dapat dialami makhluk biasa, melainkan dialami pada saat mencapai tingkat kesucian.
_/\_
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

ilalang

Quote from: markosprawira on 24 September 2008, 01:39:01 PM
Quote from: ilalang on 24 September 2008, 11:43:41 AM

"Nibbana ada, tapi tidak ada yang memasukinya"
(Visuddhi Magga)


Kalau ini sungguh-sungguh direnungkan dan dibarengi dengan meditasi, mudah-mudahan sang pikiran bisa diam dan enggak lagi mencari-cari jawaban.  Karena dalam diam itulah barangkali "jawaban" yang dicari dapat ditemukan.

Maaf bro Ilalang,

bisa kasih referensi lengkapnya mengenai vissudhi magga yang anda maksud diatas???  _/\_
karena kadang ada sebagian orang yang hanya mencuplik sebagian isi sutta, sehingga berpotensi membuat keliru

Mengenai pikiran diam : maaf kalau saya berbeda pendapat, karena dalam meditasi itu sebenarnya adalah melatih konsentrasi........ diam dan konsentrasi/fokus itu beda loh..... diam itu doing nothing, terkonsentrasi adalah tetap pada 1 objek

Jika berkenan, silahkan baca mengenai micca samadhi (meditasi yg keliru) di http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=4204.0

Jadi bisa tahu bagaimana ciri-ciri meditasi yang keliru

semoga bermanfaat dalam melakukan meditasi  _/\_

Visuddhi-magga:

"Mere suffering exists, no sufferer is found;
The deed is, but no doer of the deed is there;
Nibbána is, but not the man that enters it;
The path is, but no traveler on it is seen." (Vis.M.XVI)
(terjemahan: Ven. Nyanatiloka Mahathera)

Visuddhi-Magga XVI:
"Penderitaan ada, tapi tak ada si penderita;
Perbuatan ada, tapi tak ada si pembuat;
Nibbana ada, tapi tak ada orang yang memasukinya;
Jalan ada, tapi tak ada orang yang menempuhnya."

Nah rekan Markosprawira,
Sebelum kita diskusi lebih lanjut, sy ingin tahu bagaimana pendapat Anda tentang kutipan diatas?