Re: Mega Projek: Strange Questions, Weird Answers -> Stetelah Parinibbana

Started by El Sol, 22 August 2007, 03:40:12 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kelana

Quote from: Suchamda on 10 September 2007, 05:42:02 PM

Tentu!
Tapi masalahnya apakah bisa menjelaskan sesuatu (apalagi secara singkat) tentang sesuatu yang diluar kemampuan kita untuk menjelaskannya? Menurut saya, pertanyaan awal di topik ini bersifat menjebak.

Kita mungkin bisa menjelaskan berdasarkan "rambu-rambu" yang ada. Oleh karena itu penjelasannya pun bukan penjelasan biasa.

QuoteApa yang bisa kita lakukan adalah memberi arahan, bagaikan memberikan jari untuk menunjuk bulan. Selanjutnya orang itu sendiri yang harus memahami dengan kebijaksanaannya untuk mengerti arah yang dimaksud. Oleh karena itu, tidak masalah bila dikedepankan istilah-istilah 'padam', 'tak bersisa' dsb demikian juga istilah2 'perwujudan', 'emanasi' dsb sebagai alat bantu penjelasan. Permasalahannya adalah bukan pada istilahnya, tetapi apabila dalam menjelaskan itu kita tidak seimbang, atau tidak mengutarakan bahaya dari kedua kecenderungan pandangan tersebut.

Setidaknya jari pun harus diarahkan setepat mungkin ke arah bulan. Bukankah demikian?

QuoteTapi bila kita bisa menghilangkan kebingungan orang tsb dengan kata2 berarti kemungkinan besar kita memberi suatu jawaban yg keliru. :)

Baru kemungkinan iya kan Sdr. Suchamda? Dan dasar apa yang anda gunakan untuk menyatakan bahwa bila kita bisa menghilangkan kebingungan orang tsb dengan kata2 berarti kemungkinan besar kita memberi suatu jawaban yg keliru ?
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kelana

Quote from: Lex Chan on 10 September 2007, 08:03:26 PM
Maaf Bro Kelana,
Saya belum melihat Dhamma, maka saya belum melihat Buddha..

Saat ini cuma bisa menduga-duga.
Tapi dugaan itu adalah hasil pikiran, bukan realita. Oleh karena itu tidak perlu dipercaya..

Kalau sudah melihat Dhamma sekaligus Buddha, saya baru cerita ya..  ;)

Sdr. Lex, perasaan, saya tidak menanyakan apakah anda sudah melihat Dhamma ataupun Buddha, yang saya tanyakan adalah kata "Me" dari kalimat "Lord Buddha said "If you see Dhamma, you see Me"..." mengacu pada apa/siapa?
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Suchamda

Quote from: kelanaSetidaknya jari pun harus diarahkan setepat mungkin ke arah bulan. Bukankah demikian?

Bukankah itu yang telah saya katakan sejak kemaren?

Quote from: kelanaBaru kemungkinan iya kan Sdr. Suchamda? Dan dasar apa yang anda gunakan untuk menyatakan bahwa bila kita bisa menghilangkan kebingungan orang tsb dengan kata2 berarti kemungkinan besar kita memberi suatu jawaban yg keliru ?

Baru kemungkinan?......
Baiklah saya bertanya balik kepada anda: apakah anda (atau ada orang yg) pasti bisa menjelaskan tentang kondisi setelah parinibbana?
Setelah anda menjawab ini nanti akan saya kemukakan dasar2 mengapa saya mengatakan demikian.

Salam,
Suchamda
"We don't use the Pali Canon as a basis for orthodoxy, we use the Pali Canon to investigate our experience." -- Ajahn Sumedho

Lex Chan

Quote from: Kelana on 11 September 2007, 02:58:03 PM
Quote from: Lex Chan on 10 September 2007, 08:03:26 PM
Maaf Bro Kelana,
Saya belum melihat Dhamma, maka saya belum melihat Buddha..

Saat ini cuma bisa menduga-duga.
Tapi dugaan itu adalah hasil pikiran, bukan realita. Oleh karena itu tidak perlu dipercaya..

Kalau sudah melihat Dhamma sekaligus Buddha, saya baru cerita ya..  ;)

Sdr. Lex, perasaan, saya tidak menanyakan apakah anda sudah melihat Dhamma ataupun Buddha, yang saya tanyakan adalah kata "Me" dari kalimat "Lord Buddha said "If you see Dhamma, you see Me"..." mengacu pada apa/siapa?

Maksud saya adalah: saya tidak tahu "Me" yang dimaksud oleh Lord Buddha karena saya belum melihat Dhamma. Jika saya tetap dipaksa untuk menjawab, maka apapun jawaban saya itu hanyalah dugaan yang berasal dari pikiran saya. Dan dugaan itu belum tentu merupakan realita. Jika bukan realita, apakah layak dipercaya?

Kalau saya sih lebih baik ragu2 daripada yakin pada hal yang bukan realita. Ragu2 di sini bukan berarti langsung percaya, dan juga bukan berarti menolak untuk percaya. Dan ragu2 hanya berlaku sebelum dapat membuktikan. Jika sudah dapat membuktikan maka ke-ragu2-an akan luntur dengan sendirinya..

Bro Morpheus, pinjam kutipan ya..
RAGU PANGKAL CERAH!  ;D
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

Kelana

Quote from: Suchamda on 11 September 2007, 07:40:14 PM
Quote from: kelanaSetidaknya jari pun harus diarahkan setepat mungkin ke arah bulan. Bukankah demikian?

Bukankah itu yang telah saya katakan sejak kemaren?

Hanya untuk penegasan saja.

Quote from: kelanaBaru kemungkinan iya kan Sdr. Suchamda? Dan dasar apa yang anda gunakan untuk menyatakan bahwa bila kita bisa menghilangkan kebingungan orang tsb dengan kata2 berarti kemungkinan besar kita memberi suatu jawaban yg keliru ?

Baru kemungkinan?......
Baiklah saya bertanya balik kepada anda: apakah anda (atau ada orang yg) pasti bisa menjelaskan tentang kondisi setelah parinibbana?
Setelah anda menjawab ini nanti akan saya kemukakan dasar2 mengapa saya mengatakan demikian.[/quote]

Sdr. Suchamda kemarin anda mengatakan: "Tapi bila kita bisa menghilangkan kebingungan orang tsb dengan kata2 berarti kemungkinan besar kita memberi suatu jawaban yg keliru."
Jadi, saya berpikir akan adanya kemungkinan kecil. Dengan kata lain, mungkin saja ketika kita menjelaskannya, orang tersebut menjadi tidak bingung lagi karena penjelasan kita memicu kebijaksanaannya untuk muncul. Terpicunya kebijaksanaan di sini bukan berarti langsung tercerahkan sempurna.

Saya pikir, sepanjang tidak diminta berdasarkan pada pengalaman pribadi umat awam, kita bisa menjelaskan tentang "kondisi" setelah parinibbana, kita tinggal baca saja di buku, perkataan-perkataan yang disabdakan oleh Sang Bhagava yang berhubungan dengan hal itu. Saya berpendapat bahwa perkataan Sang Bhagava seperti jari yang berusaha setepat mungkin menunjuk bulan. Dan tentu saja jari bukanlah bulan.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kelana

Quote from: Lex Chan on 12 September 2007, 11:45:18 AM
Maksud saya adalah: saya tidak tahu "Me" yang dimaksud oleh Lord Buddha karena saya belum melihat Dhamma. Jika saya tetap dipaksa untuk menjawab, maka apapun jawaban saya itu hanyalah dugaan yang berasal dari pikiran saya. Dan dugaan itu belum tentu merupakan realita. Jika bukan realita, apakah layak dipercaya?

Kalau saya sih lebih baik ragu2 daripada yakin pada hal yang bukan realita. Ragu2 di sini bukan berarti langsung percaya, dan juga bukan berarti menolak untuk percaya. Dan ragu2 hanya berlaku sebelum dapat membuktikan. Jika sudah dapat membuktikan maka ke-ragu2-an akan luntur dengan sendirinya..

Hmmm...so, Sdr. Lex, sepertinya anda menuliskan suatu pernyataan (kutipan) yang anda sendiri tidak tahu persis apa maksudnya. Bukankah ini agak sedikit aneh??

QuoteBro Morpheus, pinjam kutipan ya..
RAGU PANGKAL CERAH!  ;D

Tergantung. ;)
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Lex Chan

Gampang... Ngga perlu bingung...
Nanti juga tahu sendiri dengan se-jelas2-nya kalau sudah tiba saatnya...
_/\_

Memang sangat sulit (baca: tidak mungkin) untuk menjelaskan hakikat dengan tepat melalui kata-kata..  ^-^
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

Predator

Quote from: Kelana on 12 September 2007, 01:47:24 PM
Quote from: Suchamda on 11 September 2007, 07:40:14 PM
Quote from: kelanaSetidaknya jari pun harus diarahkan setepat mungkin ke arah bulan. Bukankah demikian?

Bukankah itu yang telah saya katakan sejak kemaren?

Hanya untuk penegasan saja.

Quote from: kelanaBaru kemungkinan iya kan Sdr. Suchamda? Dan dasar apa yang anda gunakan untuk menyatakan bahwa bila kita bisa menghilangkan kebingungan orang tsb dengan kata2 berarti kemungkinan besar kita memberi suatu jawaban yg keliru ?

Baru kemungkinan?......
Baiklah saya bertanya balik kepada anda: apakah anda (atau ada orang yg) pasti bisa menjelaskan tentang kondisi setelah parinibbana?
Setelah anda menjawab ini nanti akan saya kemukakan dasar2 mengapa saya mengatakan demikian.

Sdr. Suchamda kemarin anda mengatakan: "Tapi bila kita bisa menghilangkan kebingungan orang tsb dengan kata2 berarti kemungkinan besar kita memberi suatu jawaban yg keliru."
Jadi, saya berpikir akan adanya kemungkinan kecil. Dengan kata lain, mungkin saja ketika kita menjelaskannya, orang tersebut menjadi tidak bingung lagi karena penjelasan kita memicu kebijaksanaannya untuk muncul. Terpicunya kebijaksanaan di sini bukan berarti langsung tercerahkan sempurna.

Saya pikir, sepanjang tidak diminta berdasarkan pada pengalaman pribadi umat awam, kita bisa menjelaskan tentang "kondisi" setelah parinibbana, kita tinggal baca saja di buku, perkataan-perkataan yang disabdakan oleh Sang Bhagava yang berhubungan dengan hal itu. Saya berpendapat bahwa perkataan Sang Bhagava seperti jari yang berusaha setepat mungkin menunjuk bulan. Dan tentu saja jari bukanlah bulan.

[/quote]

Jadi, saya berpikir akan adanya kemungkinan kecil. Dengan kata lain, mungkin saja ketika kita menjelaskannya, orang tersebut menjadi tidak bingung lagi karena penjelasan kita memicu kebijaksanaannya untuk muncul. Terpicunya kebijaksanaan di sini bukan berarti langsung tercerahkan sempurna.

Me :
Kalo memang memicu kebijaksanaannya itu baik... tapi kalo ternyata nambah bikin bingung atau persepsinya salah gimana??

Contoh :
Sekarang buddha sidharta dimana ya setelah parinibana??

trus dijawabnya ;
Ow buddha ada di nibana

dari jawaban itu saja belum tentu menangkap nibana dengan baik.. sebab "di" bisa menujukan tempat padahal nibana bukan juga berarti tempat

dari jawaban tersebut pula bisa saja sang pendengar akan menangkap bahwa sosok buddha dengan wajah dan tubuh sidharta yg sering dilihat di patung-patung (hasil visualisasi pikiran) ada di sebuah tempat yg bernama nibana.. padahal belum tentu juga buddha sidharta masih berbentuk "sidharta"

sow.. jadi gimana??
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Lex Chan

Sesuai dengan judulnya: Strange Questions, Weird Answers.. 
Pertanyaannya aja udah aneh, maka jawabannya lebih aneh lagi..

What do you expect anyway? =))
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

Kelana

Quote from: Lex Chan on 12 September 2007, 02:53:30 PM
Gampang... Ngga perlu bingung...
Nanti juga tahu sendiri dengan se-jelas2-nya kalau sudah tiba saatnya...
_/\_

Memang sangat sulit (baca: tidak mungkin) untuk menjelaskan hakikat dengan tepat melalui kata-kata..  ^-^

Hmmm... ada 2 kemungkinan dari pernyataan anda ini. Pertama Sdr. Lex mengetahui sesuatu tetapi tidak ingin memberitahu (dengan 2 kemungkinan alasan). Kedua. Sdr. Lex tidak mengetahui apapun yang disampaikannya. 8)
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kelana

Quote from: Radi_muliawan on 12 September 2007, 03:06:11 PM
Me :
Kalo memang memicu kebijaksanaannya itu baik... tapi kalo ternyata nambah bikin bingung atau persepsinya salah gimana??

Baru kalo.

QuoteContoh :
Sekarang buddha sidharta dimana ya setelah parinibana??

trus dijawabnya ;
Ow buddha ada di nibana

dari jawaban itu saja belum tentu menangkap nibana dengan baik.. sebab "di" bisa menujukan tempat padahal nibana bukan juga berarti tempat

dari jawaban tersebut pula bisa saja sang pendengar akan menangkap bahwa sosok buddha dengan wajah dan tubuh sidharta yg sering dilihat di patung-patung (hasil visualisasi pikiran) ada di sebuah tempat yg bernama nibana.. padahal belum tentu juga buddha sidharta masih berbentuk "sidharta"

sow.. jadi gimana??

Seperti yang saya sampaikan bahwa mengarahkan telunjuk setepat mungkin ke arah bulan. Dengan kata lain gunakan kata-kata (bahasa) sebaik, setepat  mungkin. Jawaban "Ow buddha ada di nibana" kurang menggunakan kata-kata sebaik, setepat mungkin. Dan berikutnya anda sendiri sudah menjelaskan bahwa kata depan "di-"  bisa menujukkan tempat padahal Nibbana bukan juga berarti tempat. Ini berarti anda sedang menjelaskan Nibbana yang tidak bisa disamakan sebagai tempat lebih dari sepuluh kata.
Jadi bagaimana? Jelaskan sejelas mungkin pertanyaan yang memang membutuhkan penjelasan kepada yang memang membutuhkan. Dan akhirnya ada 2 faktor yang menentukan yaitu keahlian si penjawab dalam menjawab dan karakter si penanya.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Lex Chan

Quote from: Kelana on 13 September 2007, 01:58:27 PM
Hmmm... ada 2 kemungkinan dari pernyataan anda ini. Pertama Sdr. Lex mengetahui sesuatu tetapi tidak ingin memberitahu (dengan 2 kemungkinan alasan). Kedua. Sdr. Lex tidak mengetahui apapun yang disampaikannya. 8)

Sadhu..  _/\_

Tampaknya dari awal Bro Kelana memancing saya terus..  :-?

Menurut yang saya ketahui, cara menjawab itu ada 4 macam:
1. menjawab secara singkat
2. menjawab secara panjang lebar
3. menjawab dengan bertanya kembali
4. menjawab dengan diam

Secara kebetulan, saya sudah pakai cara 1-3 pada postingan sebelumnya di dalam topik ini.
Baru sadar.. hehe..  ^-^

Kalau begitu, tinggal satu metode yang belum saya pakai sebagai jurus terakhir, yaitu: noble silence..
Saya akhiri posting saya untuk topik ini.. ;D
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

Kelana

Quote from: Lex Chan on 13 September 2007, 03:18:58 PM
Sadhu..  _/\_

Tampaknya dari awal Bro Kelana memancing saya terus..  :-?

Menurut yang saya ketahui, cara menjawab itu ada 4 macam:
1. menjawab secara singkat
2. menjawab secara panjang lebar
3. menjawab dengan bertanya kembali
4. menjawab dengan diam

Secara kebetulan, saya sudah pakai cara 1-3 pada postingan sebelumnya di dalam topik ini.
Baru sadar.. hehe..  ^-^

Kalau begitu, tinggal satu metode yang belum saya pakai sebagai jurus terakhir, yaitu: noble silence..
Saya akhiri posting saya untuk topik ini.. ;D

:lotus:  :)
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

san

Maaf kalo boleh saya kasih pendapat.
Pertanyaan ini sepertinya mirip dengan cerita beberapa orang buta yang bertanya "apa itu gajah?"
Mungkin teman2x sudah mengerti ceritanya bahwa masing-masing dari orang buta itu akhirnya mengambil kesimpulan sendiri-sendiri tentang gajah berdasarkan apa yang mereka rasakan melalui sentuhan dan daya imajinasi mereka.
Sehingga dari cerita tersebut saya mengambil kesimpulan bahwa untuk menjelaskan "apa itu gajah" cara terbaik adalah dengan membuat orang-orang buta tersebut dapat melihat dengan sendirinya "apa yang dimaksud dengan gajah".
Demikian pendapat saya.
Terima kasih.
be happy ^^

hendri

 _/\_

setelah parinibbana
kalau ada karma masih terlahir lagi,
kalau sdh habis karmanya ke nibhana

thx
Semoga Semua mahkluk hidup berbahagia