KITA ATHEISSS ????

Started by truth seeker, 15 July 2008, 03:43:11 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Quote from: hudoyo on 18 July 2008, 02:12:56 AM
Quote from: truth seeker on 15 July 2008, 03:43:11 PM
Banyak orang menganggap agama Buddha itu atheis dan dan mereka menunjukkan bukti bahwa Buddha itu tak pernah berbicara tentang Tuhan, seperti kebanyakan agama yang lain.PEndapat teman2 ??

Kata 'ateisme' itu sendiri bermakna "penolakan terhadap ide tentang Tuhan". Jadi ateisme tidak lebih dari suatu REAKSI terhadap teisme. Keduanya berada di tataran PIKIRAN. Hasilnya adalah iman (kepada Tuhan), dan etika. Di sana-sini ada sedikit meditasi.

Pada dasarnya, karena sama-sama berada pada tataran pikiran, maka teisme tidak lebih daripada ateisme; kedua-duanya sama-sama pikiran, cuma yang satu positif (menerima), yang lain negatif (menolak).

Dalam wacana keagamaan, Agama Buddha disebut NONTEISTIK (lihat: Helmuth von Glasenapp). 'Non-teistik' berarti "tidak membicarakan Tuhan". Jadi, nonteisme bukanlah suatu reaksi, melainkan KEBEBASAN DARI SETIAP PANDANGAN APA PUN, baik teisme maupun ateisme. Ajaran pembebasan dari Sang Buddha mengatasi pikiran, mengatasi semua kepercayaan/iman (ditthi). Itulah vipassana.

Salam,
hudoyo

Akhirnya ada juga yang membahas fakta.  :)
Ketika kita mengatakan "Tuhan ada" ataupun "Tuhan tidak ada", maka tetap menggenggam satu konsep. Faktanya ajaran Buddha tidak ada hubungannya dengan ada atau tidaknya Tuhan, maka disebut sebagai Non-theisme.

Karena penggunaan non-theisme kemudian lebih kepada sekularisme (non-religi), maka sebagian orang menggolongkan Buddhisme pada Pantheisme klasik (di mana suatu keTuhanan tidak bisa/perlu didefinisikan, dan kemudian berkembang menjadi monoism); sebagian menggolongkan sebagai non-theisme, yang dengan kata lain, sebetulnya bukan agama/kepercayaan.



guanih

Tapi dalam Buddhism pandangan tentang adanya seorang makhluk yang abadi, kekal, pencipta semesta adalah salah satu dari 62 pandangan salah yang dibabarkan SB.

Jadi berarti Buddhism membahas tentang Maha Dewa ini, dan menganggap pandangan tersebut tidak benar.

CMIIW

K.K.

Quote from: guanih on 18 July 2008, 02:22:37 PM
Tapi dalam Buddhism pandangan tentang adanya seorang makhluk yang abadi, kekal, pencipta semesta adalah salah satu dari 62 pandangan salah yang dibabarkan SB.

Jadi berarti Buddhism membahas tentang Maha Dewa ini, dan menganggap pandangan tersebut tidak benar.

CMIIW

Satu pandangan salah yang dimaksud oleh Buddha Gotama dalam Brahmajala Sutta, adalah yang mengatakan bahwa dunia sebagian kekal dan sebagian tidak kekal (semi eternalis).
Theisme sangat beragam jenisnya, dan tidak semuanya mengacu pada persona yang kekal, ataupun pencipta.

Kalau dilihat lebih jauh, sebetulnya di situ Buddha Gotama membahas bahwa pandangan2 itu (baik theisme ataupun atheisme) asalnya adalah dari bentukan konsep pikiran manusia yang terkondisi oleh indera,
QuotePandangan-pandangan mereka itu hanya didasarkan pada kontak inderia saja.
Bilamana mereka mengalami perasaan tertentu tanpa adanya kontak dengan inderia maka keadaan demikian itu tidak ada.
Sedangkan ajaran Buddha Gotama adalah supaya kita keluar dari jerat konsep itu (maka dinamakan Sutta Jala Brahma)
Quote...Para bhikkhu, bagi Dia yang di luar jala. Ia telah mencapai kesempurnaan...

Demikianlah ajaran Tathagata dipuji, karena bukan didasarkan pada spekulasi dan keterkondisian kontak indera.

QuoteKarena Tathagata telah menyadari dan mengetahui hal-hal lain yang lebih jauh dari jangkauan pandangan mereka tersebut, dengan kekuatan batinNya ia merealisir jalan pembebasan dari pandangan-pandangan tersebut. Ia telah mengetahui hakekat, bagaimana muncul dan lenyapnya semua perasaan, rasa nikmatnya, bahayanya, yang tidak dapat dijadikan pegangan atau pun tumpuan. Tathagata telah terbebas dari pandangan-pandangan seperti itu.
Para bhikkhu, inilah hal-hal lain yang sangat dalam, sulit sekali dimengerti, sulit sekali dipahami, luhur dan mulia sekali, tidak dapat dijangkau oleh pikiran, halus sekali, itu hanya dimengerti atau dirasakan oleh para bijaksana. Hal-hal itu telah dimengerti, telah dilihat dengan jelas dan telah ditinggalkan oleh Tathagata. Berdasarkan pada sikap dan karena sesuai dengan kebenaran maka orang-orang memuji Tathagata".

Andreas

saya mo nanya nih..
kita di DC kan pada bilang tuhan itu gak ada. tuhan hanya permainan pikiran manuasia. tp bagaimana kalo kita mau ngejelasin sama orang yang baru mau mempelajari dhamma ?? kalo langsung bilang di buddhis itu tidak percaya akan adanya tuhan, sebagian besar pasti akan menganggap buddhis itu atheis, dan akan mengurungkan niatnya untuk mempelajri dhamma. tapi seandainnya bilang di buddhis percaya akan tuhan berarti kita menyelewengkan ajaran sang buddha. terus terang sampai saat ini saya sendiri masih percaya akan adanya tuhan (mungkin karena saya dari sekolah ka****k) dan rasanya keberadan tuhan tersebut sudah menjadi doktrin dalam pikiran saya  :-? :-? :-?

ryu

Buktikan saja dengan mematahkan teori2nya dulu, dah byk di bahaskan disini.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

hudoyo

Quote from: Andreas on 19 July 2008, 12:02:35 AM
saya mo nanya nih..
kita di DC kan pada bilang tuhan itu gak ada. tuhan hanya permainan pikiran manuasia. tp bagaimana kalo kita mau ngejelasin sama orang yang baru mau mempelajari dhamma ?? kalo langsung bilang di buddhis itu tidak percaya akan adanya tuhan, sebagian besar pasti akan menganggap buddhis itu atheis, dan akan mengurungkan niatnya untuk mempelajri dhamma. tapi seandainnya bilang di buddhis percaya akan tuhan berarti kita menyelewengkan ajaran sang buddha. terus terang sampai saat ini saya sendiri masih percaya akan adanya tuhan (mungkin karena saya dari sekolah ka****k) dan rasanya keberadan tuhan tersebut sudah menjadi doktrin dalam pikiran saya  :-? :-? :-?

Pertanyaan ini bagus dan sering kita alami dalam perjumpaan dengan teman-teman dari agama Islam dan Keristen (Protestan, Katholik). Sering teman-teman itu mencoba menyeret kita dalam diskusi tentang Tuhan.

Dalam diskusi seperti itu, seorang Buddhis janganlah melupakan ajaran Sang Buddha yang pokok, yakni ajaran tentang 'pikiran' dan tentang 'aku'. Sering kali saya ditanya teman-teman non-Buddhis tentang Tuhan. Selalu saya belokkan kepada diskusi tentang apa itu pikiran. Dengan mudah kita bawa pada diskusi tentang kepercayaan: ada orang yang percaya, ada orang yang tidak percaya, dan ada pula orang yang bukan-percaya-bukan-pula-tidak-percaya oleh karena ia telah memahami sepenuhnya gerak-gerik pikirannya sendiri.

Nah, kalau orang sudah memahami gerak-gerik pikirannya sendiri, entah dia Buddhis entah non-Buddhis, maka pembicaraan tentang Tuhan mempunyai persepsi dan makna lain. Kita mulai bertanya, apakah ada sesuatu di luar pengalaman pancaindra dan pikiran ini? Apakah ada sesuatu yang tidak perlu 'dipercaya' atau 'tidak dipercaya', karena sudah dialami sendiri di luar pengalaman pancaindra & pikiran?

Nah, di sinilah kita bisa membahas suatu topik bersama yang diakui dalam semua agama, yakni 'perjumpaan dengan sesuatu yang berada di luar pengalaman pancaindra & pikiran'. Di dalam Buddhisme ada meditasi vipassana, dalam agama-agama lain ada pula teknik-teknik mistikal untuk sampai pada pengalaman tentang "Tuhan" di luar pikiran/kepercayaan; di dalam Buddhisme ada Udana 8.3, di dalam agama-agama lain ada Tuhan.

Kalau sudah sampai ke sini, maka kontroversi antara 'teisme' vs 'ateisme' tidak lagi relevan. Seorang Buddhis bisa memahami jalan-jalan non-Buddhis untuk sampai pada pengalaman transendental (lokuttara) itu; dan menurut pengalaman saya, melalui diskusi seperti itu teman-teman non-Buddhis bisa memahami pendekatan Buddhis terhadap hal-hal yang bersifat transendental, tanpa merasa terancam kepercayaannya kepada Tuhan.

Tapi ada satu peringatan: teman-teman Buddhis hanya bisa menggunakan pendekatan ini bila Anda sudah benar-benar memahami liku-liku pikiran Anda sendiri, dan ini hanya bisa Anda peroleh dalam meditasi vipassana. Kalau Anda tidak pernah bermeditasi vipassana, Anda hanya akan terjebak dalam kontroversi pikiran (teisme vs ateisme) yang tidak bisa teruraikan selamanya. Dalam keadaan itu, sebaiknya berhenti dalam posisi kepercayaan masing-masing dengan saling menghormati.

Salam,
hudoyo


K.K.

Tambahan:

Mungkin selain memahami pikiran sendiri, juga coba mengenal maksud dari orang yang bertanya itu. Ada yang memang bertanya hanya untuk mendiskreditkan dan mencari-cari kesalahan. Dengan mereka ini, susah untuk berdiskusi karena selalu kembali pada dogma & doktrin. Mereka cenderung lebih "puas" dengan konsep Ketuhanan dalam Udana 8.3 ketimbang pembicaraan tentang pikiran yang di luar "theis vs atheis".

Selain orang seperti itu, ada juga yang memang berniat belajar. Dengan orang seperti itulah penjelasan panjang lebar tentang dhamma bisa bermanfaat.

Jadi, seperti kata willibordus, cara jawab yang tepat kadang tergantung pada yang nanya juga.


williamhalim

Quote from: hudoyo on 19 July 2008, 09:08:48 AM

Nah, di sinilah kita bisa membahas suatu topik bersama yang diakui dalam semua agama, yakni 'perjumpaan dengan sesuatu yang berada di luar pengalaman pancaindra & pikiran'. Di dalam Buddhisme ada meditasi vipassana, dalam agama-agama lain ada pula teknik-teknik mistikal untuk sampai pada pengalaman tentang "Tuhan" di luar pikiran/kepercayaan; di dalam Buddhisme ada Udana 8.3, di dalam agama-agama lain ada Tuhan.


Jika lawan bicara kita, yakni umat non-buddhist, berpikiran bahwa Tuhan adalah suatu entitas yg tidak bisa digambarkan, hanya bisa dialami (seperti yg Pak Hudoyo tulis diatas), sy pikir diskusi Buddhis dan Non-Buddhis akan bisa nyambung.

Tapi, bila umat non-buddhis yg diajak diskusi, berpikiran bahwa Tuhan adalah sesosok makhluk maha kuasa yg mempunyai ego seperti manusia (tuhan personal; pikiran seperti ini yg paling banyak sy jumpai pada umat non-buddhis), sy pikir diskusi bagaimanapun tidak akan bisa nyambung. Palingan diskusi hanya berhenti pada sikap saling menghargai dan tidak akan mencapai kesimpulan apa2.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Forte

Quote from: willibordus on 19 July 2008, 10:28:57 AM
Tapi, bila umat non-buddhis yg diajak diskusi, berpikiran bahwa Tuhan adalah sesosok makhluk maha kuasa yg mempunyai ego seperti manusia (tuhan personal; pikiran seperti ini yg paling banyak sy jumpai pada umat non-buddhis), sy pikir diskusi bagaimanapun tidak akan bisa nyambung. Palingan diskusi hanya berhenti pada sikap saling menghargai dan tidak akan mencapai kesimpulan apa2.

::

Dulu suka debat beginian.. tapi dipikir2.. memang gak ada tercapai kesimpulan apa2.. Soalnya susah dalam debat katakanlah 1 hari bisa mematahkan "doktrin" bertahun2 selama hidup..

micheriov

#54
Dulunya sy jg kaget pertama kali mengetahui tidak adanya tuhan dlm buddhism, hal inilah yg mendorong sy utk belajar lebih dalam ttg buddhism.
klo skrg sih sikap sy thp pertanyaan/pernyataan bhw buddhis itu atheis, maka jawaban sy adalah so what gitu loh? :)

topik mengenai 'tuhan' telah menelan korban yg amat banyak selama ribuan tahun yg lalu hingga saat ini, semuanya mengatasnamakan tuhan, lalu tuhan yg mana dan tuhannya siapa?allah, bapa, yahweh, dll

bahkan pertanyaan Epikouros(filsuf yunani, 300 SM) tentang tuhan belum terjawab hingga kini :

- Apakah Tuhan punya niat untuk mencegah kejahatan dan penderitaan di dunia, akan
tetapi Ia tidak mampu ?
(Jika ya), maka Tuhan tidaklah makakuasa.

-Apakah sebenarnya Tuhan mampu mencegah kejahatan dan penderitaan, tapi
tidak mau ?
(Jika ya), maka Tuhan amatlah jahat.

-Apakah Tuhan sebenarnya mampu dan berniat mencegah kejahatan dan
kesengsaraan ?
(Jika ya), lalu darimana datangnya kejahatan dan kesengsaraan itu?

-Apakah Tuhan sebenarnya, tidak mampu dan tidak berniat mencegah kejahatan
dan kesengsaraan ?
(Jika ya), mengapa kita sebut dia sebagai Tuhan ?


tesla

Quote from: micheriov on 22 August 2008, 07:31:02 PM
-Apakah Tuhan sebenarnya, tidak mampu dan tidak berniat mencegah kejahatan
dan kesengsaraan ?
(Jika ya), mengapa kita sebut dia sebagai Tuhan ?
karena kita adalah manusia yg tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menjadi Tuhan... ;D
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Anestan

Quote from: micheriov on 22 August 2008, 07:31:02 PM
Dulunya sy jg kaget pertama kali mengetahui tidak adanya tuhan dlm buddhism, hal inilah yg mendorong sy utk belajar lebih dalam ttg buddhism.
klo skrg sih sikap sy thp pertanyaan/pernyataan bhw buddhis itu atheis, maka jawaban sy adalah so what gitu loh? :)

topik mengenai 'tuhan' telah menelan korban yg amat banyak selama ribuan tahun yg lalu hingga saat ini, semuanya mengatasnamakan tuhan, lalu tuhan yg mana dan tuhannya siapa?allah, bapa, yahweh, dll

bahkan pertanyaan Epikouros(filsuf yunani, 300 SM) tentang tuhan belum terjawab hingga kini :

- Apakah Tuhan punya niat untuk mencegah kejahatan dan penderitaan di dunia, akan
tetapi Ia tidak mampu ?
(Jika ya), maka Tuhan tidaklah makakuasa.

-Apakah sebenarnya Tuhan mampu mencegah kejahatan dan penderitaan, tapi
tidak mau ?
(Jika ya), maka Tuhan amatlah jahat.

-Apakah Tuhan sebenarnya mampu dan berniat mencegah kejahatan dan
kesengsaraan ?
(Jika ya), lalu darimana datangnya kejahatan dan kesengsaraan itu?

-Apakah Tuhan sebenarnya, tidak mampu dan tidak berniat mencegah kejahatan
dan kesengsaraan ?
(Jika ya), mengapa kita sebut dia sebagai Tuhan ?



ini mirip ga ya sama statement aku.....hahhaah

(buat yang percaya adanya Tuhan)

saya ada pemikiran yang gimana gitu...(ini pemikiran saya lho)

Dikatakan bahwa Tuhan Maha Bisa? benar!
Dikatakan bahwa Tuhan Maha Pencipta? benar!

Apakah Tuhan mampu untuk menciptakan BATU yang Dia (Tuhan) sendiri tidak bisa mengangkatnya?

jika jawabannya...ya MAKA Tuhan tidak bisa mengangkat batu tersebut...(katanya maha bisa)
jika jawabannya...tidak MAKA Tuhan tidak bisa menciptakan batu tersebut...(katanya maha pencipta)

nah lho..

lykim176

Quote from: truth seeker on 15 July 2008, 03:43:11 PM
Banyak orang menganggap agama Buddha itu atheis dan dan mereka menunjukkan bukti bahwa Buddha itu tak pernah berbicara tentang Tuhan, seperti kebanyakan agama yang lain.PEndapat teman2 ??

egp yg penting gw jalanin sila, samadhi and panya. gak mau bela2in Tuhan, gak mau juga jelek2in. 
Dunia tidak runtuh dari langit

nyanadhana

Tuhan ada dan Tuhan tidak ada...kita terjebak oleh konsep dualitas yang tidak akan berakhir antara pertarungan si jahat dan si baik.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Edward

jadi inget kisah mahabharata, dalam tarian kecak, digambarkan bahwa si jahat dan si baik akan selalu bertarung tanpa henti...Gw berpikir, jika tidak ada jahat, dan tidak ada baik, maka siapa yang selalu bertarung itu?
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."