[ASK]Sotapanna

Started by Riky_dave, 12 July 2008, 03:38:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Sumedho

maksudnya bukan hidup sebagai umat awam (lawan katanya bhikkhu), tapi umat awam puthujjhana (lawannya ariya)
There is no place like 127.0.0.1

luis

Yup mengerti :) thanks buat penjelasannya Sdr Sumedho. Kalau sebagai umat awam puthujjhana, jelas tidak bisa.

Mettacittena,
Luis
Do not blame nor criticise anyone, as there is no one to blame in the first place.

Lily W

#47
SOTAPANNA ada tiga macam, yaitu :

1. Sattakhattu-Parama-Sotapanna : Sotapanna paling banyak tujuh kali lagi dilahirkan di Alam Sugati-Bhumi.
~ kalo Sotapanna tersebut tidak mempunyai Jhana, paling banyak tujuh kali lagi lahir di Alam Kamasugati-Bhumi 7.
~ kalo Sotapanna tersebut mempunyai Jhana, paling banyak tujuh kali lagi lahir di Alam Brahma-Bhumi.

2. Kolankola-Sotapanna : Sotapanna yang akan dilahirkan dua sampai enam kali lagi, setelah itu akan menjadi Arahat dan parinibbana.

3. Ekabiji-Sotapanna : Sotapanna yang akan dilahirkan hanya sekali lagi, setelah itu akan menjadi Arahat dan Parinibbana.

Sebab-sebab Sotapanna terbagi menjadi tiga macam...yaitu :
1.  Sattakhattu-Parama-Sotapanna : Dalam kehidupan yang lampau Beliau melaksanakan Paramita yang "Kurang Tekun", maka itu bila menjadi Sotapanna, menjadi  Sattakhattu-Parama-Sotapanna.

2. Kolankola-Sotapanna : Dalam kehidupan yang lampau beliau melaksanakan Paramita yang "Setengah Tekun", maka itu bila menjadi Sotapanna, menjadi Kolankola-Sotapanna.

3. Ekabiji-Sotapanna : Dalam kehidupan yang lampau beliau melaksanakan Paramita dengan "Tekun", maka itu bisa menjadi Sotapanna,menjadi Ekabiji-Sotapanna.

N.B :
~Alam Kamasugati-Bhumi 7 :
1. Manussa Bhumi
2. Catummaharjika Bhumi
3. Tivatimsa Bhumi
4. Yama Bhumi
5. Tusita Bhumi
6. Nimmanarati Bhumi
7. Paranimmita Vasavatti Bhumi

~Alam Brahma-Bhumi 20 : Rupa Bhumi 16 & Arupa Bhumi 4

~ Alam Kamasugati Bhumi 7 +  Alam Brahma Bhumi 20  = Alam Sugati Bhumi 27 (27 Alam Kehidupan yang menyenangkan).

Sumber : Dhamma Sakacca (Berbincang Dhamma) - Panjika

_/\_ :lotus:




~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

hudoyo

Menurut hemat saya, tingkat-tingkat ariya tidak ada hubungannya sama sekali dengan menjadi bhikkhu atau tidak. Tingkat ariya adalah keadaan batin. Sedangkan kebhikkhuan adalah sekadar status lahiriah, sedangkan secara batiniah cuma menyangkut sila yang berbeda dari non-bhikkhu, tidak ada kaitannya dengan tingkat ariya.

Salam,
Hudoyo

hudoyo

Quote from: Edward on 12 July 2008, 09:49:00 PM
ow iya,tau dari mana yah kalo kita sudah memasuki arus? atau sudah mencapai pencerahan tertentu?

Saya rasa, orang yang benar-benar bebas tidak memikirkan soal itu lagi. Pertama, karena sudah tidak ada lagi keraguan dalam batinnya. Kedua, karena ia tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi dengan dirinya; ia tidak lagi bertanya: "Apakah SAYA sudah sampai atau belum, ya?"

Salam,
hudoyo

nyanadhana

 _/\_ Betul Pak Hudoyo,
"Apakah SAYA sudah sampai atau belum, ya?"
Karena orang yang sudah tercerahkan,ia sudah sampai disini dan berhenti.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Indra

Setuju untuk Yang Tercerahkan Sepenuhnya (Fully Enlightend), tapi bagaimana dengan yang 1/4 cerah sesuai dengan pertanyaan dalam thread ini?

Indra

Tambahan:

Dalam Sutta-Sutta, setelah Sang Buddha membabarkab khotbah dan si pendengar mencapai Kesucian, selalu ada kalimat-kalimat spt berikut: "Hidup suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang harus dilakukan". kalimat renungan ini menyiratkan bahwa mereka tahu (walaupun tidak mau tahu) pencapaian mereka.

nyanadhana

Setuju untuk Yang Tercerahkan Sepenuhnya (Fully Enlightend), tapi bagaimana dengan yang 1/4 cerah sesuai dengan pertanyaan dalam thread ini?]

Berbekal Saddha yang telah dimilikinya, apakah ia mempertanyakan keraguannya setelah mencapai magga dan phala. Saya pikir ini adalah pertanyaan ego seorang putthujana yang belum sepenuhnya mempraktikkan Jalan, jadi pikirannya tidak konstan,selalu berubah,khawatir,namun ketika ia mempraktikkan Jalan, Pandangan Benar muncul, Pikiran yang layaknya kolam lumpur kembali jernih, pikiran buruk terendapkan.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

hudoyo

Quote from: Indra on 17 July 2008, 08:57:20 AM
Setuju untuk Yang Tercerahkan Sepenuhnya (Fully Enlightend), tapi bagaimana dengan yang 1/4 cerah sesuai dengan pertanyaan dalam thread ini?

Seorang puthujjana saja, ketika berada dalam keadaan vipassana, tidak "sempat" berpikir, "Saya sudah ariya atau belum, ya?" ... Apalagi seorang ariya dalam keadaan vipassana, sama sekali tidak ada pikiran seperti itu dalam batinnya. ...

Yang mempersoalkan tingkat-tingkat kesucian itu kan cuma puthujjana yang tidak bermeditasi, tapi cuma belajar Tipitaka dengan inteleknya.

Salam,
hudoyo

hudoyo

Quote from: Indra on 17 July 2008, 09:07:44 AM
Tambahan:
Dalam Sutta-Sutta, setelah Sang Buddha membabarkab khotbah dan si pendengar mencapai Kesucian, selalu ada kalimat-kalimat spt berikut: "Hidup suci telah dijalani, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, tidak ada lagi yang harus dilakukan". kalimat renungan ini menyiratkan bahwa mereka tahu (walaupun tidak mau tahu) pencapaian mereka.

"Khina jati, vusitam brahmacariyam, katam karaniyam, na param itthataya'ti". -- Maaf saja, mengingat bahwa kalimat stereotip ini diucapkan oleh semua arahat ketika baru mencapai pembebasan, begitu konon menurut Tipitaka, saya tidak percaya bahwa memang begitulah keadaan sebenarnya. Para arahat bukanlah robot. Menurut hemat saya, kalimat itu disisipkan oleh para bhikkhu penghafal Tipitaka yang datang belakangan.

Istilah "pencapaian mereka" tidak punya arti bagi seorang arahat, karena tidak ada siapa pun yang mencapai apa pun. Yang berpikir begitu cuma para puthujjana.

Salam,
hudoyo

Sumedho

Quote from: hudoyo on 17 July 2008, 08:24:23 PM
Quote from: Indra on 17 July 2008, 08:57:20 AM
Setuju untuk Yang Tercerahkan Sepenuhnya (Fully Enlightend), tapi bagaimana dengan yang 1/4 cerah sesuai dengan pertanyaan dalam thread ini?

Seorang puthujjana saja, ketika berada dalam keadaan vipassana, tidak "sempat" berpikir, "Saya sudah ariya atau belum, ya?" ... Apalagi seorang ariya dalam keadaan vipassana, sama sekali tidak ada pikiran seperti itu dalam batinnya. ...

Yang mempersoalkan tingkat-tingkat kesucian itu kan cuma puthujjana yang tidak bermeditasi, tapi cuma belajar Tipitaka dengan inteleknya.

Salam,
hudoyo
kalau ariya tidak dalam keadaan vipassana bagaimana pak?
There is no place like 127.0.0.1

hudoyo

#57
Quote from: Sumedho on 17 July 2008, 08:40:14 PM
kalau ariya tidak dalam keadaan vipassana bagaimana pak?

Katanya sih, sebelum arahat, dia masih memiliki aku, jadi masih ada pikiran, tapi sudah sangat halus.

Dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha mengajarkan bahwa seorang ariya, sebelum bebas sempurna, hendaknya berlatih agar tidak membiarkan pikiran (mulai konseptualitasi, ma~n~nati, langkah ke-2 dari proses berpikir) muncul, melainkan menjaga agar pikirannya tetap berada pada langkah ke-1 saja (persepsi murni, sa~njanati).

Salam,
hudoyo

Sumedho

Quote from: hudoyo on 18 July 2008, 01:46:21 AM
Quote from: Sumedho on 17 July 2008, 08:40:14 PM
kalau ariya tidak dalam keadaan vipassana bagaimana pak?

Katanya sih, sebelum arahat, dia masih memiliki aku, jadi masih ada pikiran, tapi sudah sangat halus.

Dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha mengajarkan bahwa seorang ariya, sebelum bebas sempurna, hendaknya berlatih agar tidak membiarkan pikiran (mulai konseptualitasi, ma~n~nati, langkah ke-2 dari proses berpikir) muncul, melainkan menjaga agar pikirannya tetap berada pada langkah ke-1 saja (persepsi murni, sa~njanati).

Salam,
hudoyo
tapi for sake of communication, masih tetap ada bicara menggunakan kata aku, pencapaian arahat, dll kan pak?
There is no place like 127.0.0.1

Predator

Quote from: hudoyo on 18 July 2008, 01:46:21 AM
Quote from: Sumedho on 17 July 2008, 08:40:14 PM
kalau ariya tidak dalam keadaan vipassana bagaimana pak?

Katanya sih, sebelum arahat, dia masih memiliki aku, jadi masih ada pikiran, tapi sudah sangat halus.

Dalam Mulapariyaya-sutta, Sang Buddha mengajarkan bahwa seorang ariya, sebelum bebas sempurna, hendaknya berlatih agar tidak membiarkan pikiran (mulai konseptualitasi, ma~n~nati, langkah ke-2 dari proses berpikir) muncul, melainkan menjaga agar pikirannya tetap berada pada langkah ke-1 saja (persepsi murni, sa~njanati).

Salam,
hudoyo

hmm.. Jika pikiran di ibaratkan gelombang.. gelombang yang halus sudah tidak menghasilkan suara beresonansi tinggi maupun suara yang beresonansi rendah.. bener2 tenang
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti