ASal MuLa MaNusiA

Started by MiZu_chang, 12 June 2008, 02:24:42 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Kokuzo

kalo dari asal muasal dunia, binatang dulu lah yang ngehuni bumi. manusia kan evolusi lanjutan dari mamalia... mamalia dari reptil. reptil dari ikan(makhluk air). makhluk air dari amuba... amuba dari plankton... plankton dari air... air dari...... (ujungnya dimana hayo ;D)

El Sol

air dari campuran oksigen dan karbondioksida...

dan bisa kecampur kalo gk salah dengan bantuan petir...

Edward

WAO BELAJAR KALI SOLLL!! MIDTERM, EMANKADA SOAL TENTANG AWAL MULA MANUSIA???  :)) :)) :))
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

GandalfTheElder

Hadirnya Para Makhluk
Dalam Aganna Sutta disebutkan bahwa pada masa Kalpa Pembentukan, para makhluk yang ada masih tidak mempunyai jenis kelamin. Hal ini sangat cocok dengan ilmu pengetahuan yang mengatakan bahwa organisme sel tunggal yang aseksual muncul pertama kali sekitar 3.000.000.000 tahun yang lalu, dan masa tersebut sekali lagi, cocok dengan Buddhisme, karena 3 milyar tahun lalu berarti dalam masa Kalpa Pembentukan.

Menurut John Mrydhin Reynolds, dalam Abhidharmakosha dan Shikshasamuccaya disebutkan bahwa kehidupan di planet bumi ini sebenarnya berasal dari tata surya lain. Matahari di tata surya lain tersebut meledak (nova), menghancurkan planet-planet yang mengorbit padanya dan membinasakan makhluk-makhluk hidup di sana. Setelah makhluk-makluk hidup tersebut semuanya meninggal, mereka terlahir lagi di alam Abhasvara, Jhana ke-2, salah satu alam Rupadhatu. (memang dalam agama Buddha disebutkan bahwa menjelang kiamat, para makluk pada saat itu akan banyak berbuat kebajikan dan melatih meditasi, sehingga mampu mencapai Jhana-Jhana, dan umur mereka pun menjadi sangat panjang).

Dunia Air
Aganna Sutta menyebutkan bahwa bumi pada mulanya terdiri dari air. Abhidharmakosha juga menyebutkan bahwa hewan pertama kali berasal dari air kemudian berpindah ke darat dan udara. Kedua pandangan tersebut juga bersesuaian dengan ilmu pengetahuan.

Evolusi Tumbuhan
Dalam Aganna Sutta juga disebutkan bahwa "tumbuhan" yang paling awal muncul adalah yang seperti cendawan (jamur) – (bhumipappatiko), kemudian tumbuhan menjalar(badalata) dan barulah padi (Sali). Hal ini juga sesuai dengan ilmu pengetahuan, yaitu jamur muncul 542-251 juta tahun yang lampau (Awal era Paleozoik) bahkan mungkin 1 milyar tahun yang lalu, kemudian tumbuhan menjalar muncul pada Akhir era Paleozoik dan era Mesozoik, 251-65 juta tahun yang lampau. Yang terakhir, padi muncul sekitar 4000-5000 SM. Olhe karena itulah urut-urutan munculnya tumbuhan di Aganna Sutta sangatlah tepat.

Evolusi Manusia
Yang jadi problem adalah, Homo sapiens (manusia sekarang ini) adanya mulai ratusan ribu tahun yang lampau, sedangkan Buddha-Buddha dalam Bhadrakalpa sepeti Krakucchanda, Kanakamuni dan Kasyapa semuanya muncul jutaan tahun yang lalu. Sampai sekarang tidak diketemukan Homo Sapiens muncul jutaan tahun yang lampau. Inilah problemnya.....

Namun dalam teks Buddhis Mani Kabum disebutkan asal muasal manusia yang lebih cocok dengan ilmu pengetahuan, ketimbang yang ada dalam Aganna Sutta. Teks Zamatok Mani Kabum "dikirimkan dari angkasa" oleh Yang Arya Avalokitesvara ke alam manusia dan diterima oleh Raja Lha Thothori Nyentsen (Raja Tibet ke-28) dan leluhur Raja Songtsan Gampo. Arya Avalokitesvara memberitahu Lhathothori bahwa setelah 5 generasi, akan ada orang yang mampu membaca dan menguraikan Mani Kabum. Kemudian Raja Lhathothori pun menyimpannya sebagai harta suci.

Mani Kabum adalah teks Buddhis pertama yang diterjemahkan dari bahasa India ke Tibet oleh Thonmi Sambhota, yang menemukan huruf-huruf Tibet. Alkisah Thonmi Sambhota dikirim ke India oleh Raja Songtsan Gampo untuk belajar 360 bahasa. Setelah kembali ke Tibet, ia mampu membaca dan menguraikan Mani Kabum yang muncul tiba-tiba dari angkasa. Teks Mani Kabum menggunakan bahasa Gubta Nagara, bahasa di daerah Himalaya.

Dalam teks Buddhis bernama  Ka Khol Ma, disebutkan bahwa pada awalnya di negara salju Tibet tidak ada manusia satupun. Negara salju Tibet hanya dihuni oleh binatang karnivora dan herbivora, serta berbagai macam tumbuh-tumbuhan. Negara salju Tibet dibagi menjadi tiga yaitu teritori atas (pegunungan salju), tengah (hutan dan padang rumput) dan bawah (padang rumput, danau, kolam).

Pada waktu itu di Lankapuri, tanah para Yaksha, raja para Dewa Ramana dan Yaksha Lanka "10 leher" saling bertarung untuk mendapatkan Dewi Zidanma. Kera sakti yang bernama Hanumada, murid dari emanasi Avalokitesvara pergi menghadap Avalokitesvara di gunung Potala untuk melaporkan pertarungan tersebut. Sang Avalokitesvara berkata pada si kera, "Kera. Apakah engkau memiliki kemampuan untuk bermeditasi di pegunungan batu bersalju di utara? Kera tersebut menjawab: "Saya nmemiliki kemampuan untuk bermeditasi di pegubnungan batu bersalju Tibet." Karena sang kera menjawab demikian, Avalokitesvara Yang Maha Welas asih mengajarkan si kera bagaimana bermeditasi untuk melenyapkan penderitaan, memberinya Sila untuk umat awam, memberikan instruksi Dharma yang luas dan menamainya sebagai Bodhisattva Kera. Kemudian Avalokitesvara mengirimnya ke pegunungan bersalju di utara. Setelah itu, Sang Bodhisattva Kera bermeditasi di sana.

Sejara ajaib, Bodhisattva Kera sampai di bagian utara Tibet yang bersalju dan bermeditasi di sebuah goa di tengah jurang atau ngarai yang curam. Seorang Yakshini datang menyamar menjadi kera dan datang menunjukkan alat kelaminnya pada Sang Bodhisattva Kera. Iblis wanita tersebut melempartkan dirinya ke tanah dan berposisi penuh nafsu, kemudian tak lama kemudian pergi. Iblis tersebut berkelakuan demikian selama 7 hari, tetapi Sang Bodhisattva Kera, yang sedang bermeditasi melenyapkan penderitaan, pikirannya tidak bergeming terhadap nafsu sang iblis. Pada hari kedelapan, sang iblis mengambil wujud wanita yang sangat cantik dan anggun, datang kepada Sang Bodhisattva Kera. Sang Bodhisattva kera melihat pertunjukan organ seksualnya dan melihatnya melepmparkan diri ke tanah dan berada dalam posisi penuh nafsu. Meditasinya pun goyah dan terganggu, seperti angina yang berhembus melalui retakan di dinding. Dalam pikiran Sang Bodhisttva Kera muncul kehendak untuk mengontrol sang iblis, namun tetap tidak melakukan apa-apa. Iblis wanita tersebut berkata: "Marilah kita menikah, engkau dan aku". Bodhisattva kera menjawab, "Aku adalah pengikut Avalokitesvara Aryapalo Yang Maha Welas Asih, menikah tidaklah diizinkan bagiku." Wanita cantik emanasi dari iblis tersebut berkata, "Oleh karena itulah aku marah kepadamu dan aku akan mati di sini, terlahir berulang kali di tiga alam apaya." Bodhisattva kera berpikir, "Jika aku menikah dengannya, maka aku akan melanggar ikrarku. Namun kalau tidak kulakukan, maka ia akan jatuh ke tiga alam sengsara, ini sungguh merupakan karma buruk". Kemudian, sadar bahwa hal ini bukanlah merupakan sikap seorang Bodhisattva, maka Sang Bodhisattva kera mengembangkan welas asih dan walaupun ia memandang mata sang iblis wanita sepanjang hari, ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.

Maka dari itu, si iblis berusaha menggoda Bodhisattva kera untuk berhubungan dengannya dengan mulai cara halus sampai cara yang kasar. Dan juga:

Bodhisattva kera berpikir bahwa sekarang ia akan bertanya kepada Avalokitesvara Aryapalo Yang Maha Welas Asih dan secara ajaib adatng ke gunung Potala, dan setibanya di sana, ia berbicara pada Aryapalo Yang Maha Welas Asih dengan cara: "Aryapalo Yang Maha Mulia, saya telah pergi  ke daerah bersalju dan bermeditasi di goa di tengah ngarai yang curam, namun seorang iblis wanita muncul di depanku dan berkata, "Marilah kita menikah, engkau dan aku". Saya ingin bertanya, "Apakah hal tersebut diperkenankan?" Aryapalo Yang Maha Mulia menjawab, "Menikahlah kalau begitu!" dan beliau memberikan tiga hadiah pada Bodhisattva kera. Avalokitesvara juga memberikan 5 macam beras dan berkah sehingga harta yang berharga dapat ditemukan. Kemudian Avalokitesvara berkata, "Bodhisattva Kera, kelak anak-anakmu dan cucu-cucumu akan menjadi para Buddha." Dewi Tara yang duduk di depannya juga berkata, "Semoga demikianlah adanya!"

Maka dari itulah Bodhisattva kera mendapatkan perintah dari Avalokitesvara Yang Maha Welas Asih dan Tara Yang Maha Mulia. Dan juga:

Bodhisattva Kera, takut kalau si iblis wanita akan meninggal, dengan segera kembali ke goa di Tibet tersebut dengan sihir (siddhi) dan menikahinya sesuai yang dijanjikan. Pada bulan kesepuluh, iblis wanita tersebut melahirkan seorang anak laki-laki, namun tidak mirip dengan ayahnya maupun ibunya, putra mereka tersebut tidak memiliki bulu di tubuhnya dan tidak memiliki buntut. Wajahnya merah dan makanan dan minumannya adalah daging merah dan darah hangat. Setelah melahirkan, iblis wanita tersebut kelaparan dan agar anaknya mendapatkan makanan, maka sang ayah (Bodhisattva Kera) membawanya ke komunitas para monyet yang hidup di hutan burung. Selama bertahun-tahun Bodhisattva kera memikirkan anaknya, "Apa yang dilakukan putraku?" Kemudian Bodhisattva Kera masuk ke hutan tersebut dan dilihatnya para monyet wanita telah melahirkan 400 anak. Ke-400 anak tersebut tidak mirip dengan kakeknya (Bodhisattva Kera) pun tidak mirip dengan ayahnya (anak Bodhisattva Kera dan Iblis wanita) maupun ibunya (para monyet wanita). Mereka tidak memiliki bulu maupun buntut, wajah mereka merah. Mereka tidak dapat keluar dari hutan dan dalam keadaan sekarat. Kakek Bodhisattva Kera merasakan welas asih kepada mereka dan mengumpulkan buah-buahan untuk dijadikan makanan mereka.

Avalokitesvara Yang Maha Mulia dan Maha Welas Asih berkata, "Bodhisattva Kera, bagilah makanan ini pada anakmu, cucumu dan cicitmu. Ambillah!" dan dengan mengatakan hal ini, Avalokitesvara melemparkan 5 macam biji-bijian yaitu gerst, gandum, beras, kacang dan miju-miju. Bodhisattva Kera, dengan membawa 5 macam biji-bijian, memandang kea rah pegunugan salju Tibet. Yang Maha Mulia (Avalokitesvara) memegang segenggam serbuk emas dan berkata: "Bodhisattva Kera, yang terburuk dari yang terburuk, anak-anakmu, cucu-cucu dan cicit-cicitmu akan mencari penghidupan dengan emas berharga, dan karena ini, terkadang satu persatu dari mereka akan secara tiba-tiba mencapai tingkat Bodhisattva. Hal tersebut menunjukkan sejarah awal mulanya pertanian di Tibet.

Kemudian Bodhisattva Kera pergi ke hutan burung di mana ia merawat anak-anak dan cucu-cucunya serta menginstruksikan mereka selama 3 bulan musim panas, bagaimana caranya menanam 5 macam biji-bijian dan menggunakan segenggam emas. 5 macam biji-bijian kemudian dengan segera matang dan tumbuh. Bodhisattva kera berkata pada anak-anak dan cucu-cucunya: "Anak-anakku dan cucu-cucuku, Avalokitesvara Aryapalo Yang Maha Mulia dan Welas Asih memberikan makanan ini untuk dibagi. Makanlah!" Empat ratus anak dan cucu Sang Bodhisattva Kera sangat bergembira. Maka penduduk di situ pada awalnya disebut Yarlungs Zothang. Maka sejak mereka makan, mereka menemukan jagung dan semacamnua adalah sesuatu yang enak, mereka menghitung jumlah biji-bijian yang tumbuh dan melihat bahwa ada ribuan dan ribuan biji. Oleh karena itulah tempat ini disebut Yarlung Tsesdang. Mereka juga memakan batang biji-bijian dan mereka pun menjadi kenyang dan mulai berpindah tempat (bermigrasi keluar dari hutan). Oleh karena itulah tempat tersebut dinamakan Yarlungs OlkhaGyugthang.

Namun kemudian, di antara anak-anak sang Bodhisattva Kera terjadi perselisihan, mereka saling takut satu sama lain dan kemudian merekapun terpecah menjadi 4 kelompok. Bodhisattva Kera kemudian mengadakan investigasi pada anak-anaknya, cucu-cucunya dan cicit-cicitnya dan menemukan bahwa 1 kelompok mempunyai hidung yang dalam sehingga dinamakan Klan Dong (18 Klan Besar). Kelompok selanjutnya memiliki pipi yang kurus dan ia menamainya klan Tong (Klan 4 Tuan dan 8 pelayan). Kelompok selanjutnya lagi memiliki rambut abu-abu dan dinamakan Klan Se (Klan 9 Mata). Kelompok terakhir memiliki bibiur dan hidung gelap sehingga dinamai Klan Mu (Klan 8 Warna Gelap). Dong, Tong, Se dan Mu adalah 4 Silsilah Asal, mereka adalah para masyarakat awal Tibet.

Beberapa teks Tibetan mengatakan bahwa perkawinan antara Bodhisattva Kera dan Iblis wanita berlangsung setelah Parinirvana Sang Buddha, yang berarti 2500 tahun lalu. Ini sangat tidak masuk akal apabila disejajarkan dengan teori evolusi, karena evolusi membutuhkan waktu ratusan ribu tahun sedangkan perubahan evolusi pada kisah Bodhisattva kera hanyalah 2500 tahun? Namun ini tak jadi soal, karena yang sebenarnya terjadi adalah kesalahan interpretasi terhadap kisah Bodhisattva Kera.

Kisah sebenarnya adalah :
Ketika Sang Buddha masih hidup di India, cahaya memancar menuju arah utara dari dahi Yang Terberkahi. Ketika Avalokitesvara dan beberapa Bodhisattva di Bodhgaya bertanya mengapa, Sang Buddha meramalkan : "Di masa depan sebuah dunia akan muncul di air kering di pegunungan salju utara. Di sana, generasi dari pernikahan antara Bodhisattva kera dan Iblis Wanita (pada zaman lampau)yang merupakan emanasi dari engkau, Avalokitesvara dan Tara, perlahan-lahan akan menyebar. Mereka akan menjadi makhluk hidup di dunia tersebut. Ketika kondisi dunia dan makhluk hidup yang sesuai telah dicapai, maka Buddha Dharma akan tumbuh berkembang di sana."

Jadi jelas ketika Sang Buddha meramalkan hal tersebut adalah jauh sesudah perkawinan Bodhisattva Kera dan Iblis Wanita. Dengan demikian evolusi manusia pada kisah tersebut terjadi sebelum Sang Buddha Sakyamuni hadir di dunia Jambudvipa ini. Maka dari itu tidak bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Sang Buddha hanya meramalkan tersebarnya penduduk Tibet dan tumbuh kembangnya Buddha Dharma di Tibet, BUKAN meramalkan bahwa emanasi Avalokitesvara dan tara yaitu Bodhisattva kera dan Iblis Wanita akan saling menikah. Karena pernikahan tersebut telah terjadi jauh sebelum Sang Buddha Sakyamuni hadir di dunia ini.

Kisah Singkat Asal Mula Manusia Dalam Versi Yg Lebih Singkat
Pada zaman dahulu kala, masa yang sangat lama, Avalokitesvara mengirim seorang dewa untuk bereinkarnasi menjadi seorang kera untuk mempraktekkan ajaran Buddha. Ketika ia berhasil dalam menjalankan ajaran Buddhis, seorang dewi iblis batu yang tinggal di daerah tersebut mengajaknya menikah. Kera tersebut menjawab: "Aku adalah umat Buddhis emanasi dari Avalokitesvara. Apabila aku menjadi suamimu, maka aku akan menghancurkan ikraku." Lalu dewi iblis batu tersebut berkata, "Apabila kamu menolak untuk menjadi suamiku, maka aku akan mati di depanmu." Ia mengatakannya sambil berbaring di depan si kera.

Oh! Raja keraku
Tolonglah dengar kata-kataku
Aku bereinkarnasi menjadi iblis karena karma
Dan aku hanya mencintaimu
Karena cinta aku memohon padamu
Bila aku tak menikah denganmu
Aku akan mengikut para iblis di masa depan
Menyakiti berjuta-juta makhluk hidup setiap harinya
Memakan ribuan makhluk hidup tiap malam
Dan melahirkan iblis-iblis muda yang jumlahnya tak terhingga
Memenuhi Negara salju ini,
Membuatnya menjadi kota iblis
Dan para iblis akan memakan setiap makhluk hidup
Oleh karena itu berikanlah belas kasihanmu padaku.


Kera tersebut bertanya pada Avalokitesvara untuk petunjuk. Avalokitesvara menyetujuinya dan kera tersebut menikah dengan dewi iblis batu tersebut dan melahirkan enam kera muda. Mereka bereinkarnasi ke tubuh baru enam kali.

Kera muda yang terlahir dari neraka mempunyai muka yang gelap. Kera muda yang terlahir dari alam hantu kelaparan, sangat serakah terhadap makanan dan minuman, sehingga mempunyai muka yang sangat jelek. Kera muda yang terlahir dari peternakan, sangat bodoh dan malas serta emosi yang berlebihan. Kera muda yang terlahir dari alam ini berpengetahuan dan teliti. Kera muda yang terlahir dari alam asura sangat sehat dan kuat, namun mudah iri atau cemburu. Kera muda yang terakhir terlahir dari alam surga para dewa bersifat bijaksana, cerdas dan emosinya stabil.

Keenam kera tersebut dikirim ayahnya ke sebuah daerah bernama Niaojiling yang kaya akan buah-buahan. 3 tahun kemudian, ayah mereka datang melihat mereka dan menemukan bahwa jumlah kera muda berjumlah 500, buah-buahan di pohon-pohon sudah habis dimakan. Tidak ada makanan bagi mereka dan keadaan mereka sangat menyedihkan.

Ayah keenam kera tersebut meminta pertolongan Avalokitesvara. Avalokitesvara lalu bangkit dari tahta-Nya dan mengambil dari retakan Gunung Sumeru lima macam biji-bijian, yaitu: gandum qingke, gandum, kacang, soba dan benih gandum bir, menebarkannya ke bumi dan berkembang biak menjadi tanaman biji-bijian. Avalokitesvara terakhir menambahkan padanya, "Bantulah dirimu sendiri!?"

Kera-kera tersebut kenyang dengan biji-bijian tersebut. Rambut badan mereka semakin pendek dan tulang buntut (ekor) mereka juga semakin pendek dan secara bertahap belajar menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan akhirnya menjadi manusia. Orang-orang Tibet percaya bahwa mereka adalah keturunan dari kera dan dewi iblis batu tersebut. Yang oleh Dalai lama ke-5, kera tersebut dianggap sebagai emanasi Avalokitesvara Bodhisattva dan dewi iblis batu adalah emanasi Tara Bodhisattva.

Terdapat fosil wajah-wajah kera di sisa peninggalan Neolitik di Desa Lhasa Gongqu. Masyarakat Tibet percaya bahwa penemuan tersebut berasal dari periode kera yang kemudian berlanjut ke periode di mana muncul makhluk Masang dengan kedelapan saudaranya yaitu setan malam, iblis, monster, naga, dewa pujian, dewa surga, dewa pohon,  dan hantu (mungkin yang dimaksud adalah Lha(deva), Ging (Peri gandharva/Apsara), Sadag(jin, asura), Mara, Tsen(dewa bumi), Nyen (Iblis rakshasa/elemental), Mamo(yaksha/ogre) dan Lu (naga)), yaitu era para makhluk-makhluk "ajaib". Lama kemudian, era manusia dimulai. Ada 4 klan utama, yaitu Ser, Mo, Tung, dan Tong yang kemudian terbagi menjadi enam kelompok suku. Kemudian untuk selanjutnya populasi rakyat Tibet semakin banyak.

Yang menarik dengan cerita di atas adalah miripnya dengan TEORI EVOLUSI!! Bahkan lebih mirip ketimbang Aganna Sutta. Yaitu dari manusia kera (manusia purba) berevolusi menjadi manusia (Homo sapiens). Proses perubahan oleh karena makanan dalam legenda kera di atas mirip juga dengan evolusi para makhluk alam Abhassara yang juga karena makanan.

Untuk periode makhluk-makhluk "ajaib", ini sangat umum dimiliki pula oleh legenda-legenda Negara lain, baik di Asia maupun Eropa.

Dalam legenda tersebut juga dideskripsikan pola hidup manusia purba yang dari mengumpulkan makanan sampai ke masa memproduksi makanan sendiri. Hal ini sesuai sejarah yang ditawarkan oleh ilmu pengetahuan. Termasuk dewi batu karang menyimbolkan Matriarki, yang seperti ada dalam legenda-legenda bangsa lain, di mana wanita sangat berperan. Dan lama-lama dari Matriark berubah menjadi Patriark (pria yang lebih berperan).


_/\_
The Siddha Wanderer
Theravada is my root. This is the body of my practice.... It [Tibetan Buddhism]has given me my Compassion practice. Vajrayana is my thunder, my power. This is the heart of my practice..True wisdom is simple and full of lightness and humor. Zen is my no-self (??). This is the soul of my practice.

Edward

"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

ryu

Jadi banyak versi nih, mending milih adam dan hawa deh.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

tesla

#36
well, saya sendiri sudah melihat bahwa ilmu pengetahuan sendiri dapat berubah.

jadi lebih baik saya tidak membanding2kan yg dijelaskan Buddha dg ilmu pengetahuan.
dulu manusia berpendapat bumi ini datar, kemudian berubah menjadi bulat seperti bola.
dulu manusia berpendapat bumi pusat tata surya, sekarang jadi matahari.

tidak tertutup kemungkinan besok berubah lagi...

lebih baik saya tidak meragukan Buddha Dharma dg membanding2kan pada ilmu pengetahuan yg terus berubah. :)
sekarang kita ada kesempatan ber-koar2 Buddha Dharma sesuai ilmu pengetahuan bla bla bla... agama lain dodol...
tetapi ketika ilmu pengetahuan menyatakan hal yg berbeda lagi, kita lagi yg dipermalukan :))

ingat ajaran Buddha
sabbe sankhara anicca
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Dhyanaputra

sabbe sankara anicca... bahkan "dharma" itu sendiri bisa berubah :)
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Edward

anicca bukannya baerti tidak kekal, yang artinya bisa musnah?Tapi esensi dhamma kan tetap ???
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Kokuzo

Quote from: Dhyanaputra on 13 June 2008, 09:26:53 AM
sabbe sankara anicca... bahkan "dharma" itu sendiri bisa berubah :)

wah, pendapat sesepuh gimana?

gajeboh angek

Temen saya namanya Dharma, dia berubah loh, dari bayi sampai sekarang besar.

Dharma sebagai Ajaran Sang Buddha, berubah juga loh, makanya ada banyak aliran ...
Konon suatu saat Ajaran ini akan hilang juga.

Tapi kebenaran seperti ada sebab maka ada akibat, saya gak yakin ini akan berubah.

Perbedaan istilah aja kalih ya?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

nyanadhana

#41
tul tul bro Karuna,

maksudnya Dhamma itu bisa berubah2 memang ada niyama yang mengatur dan berubah2 itu karena pada saat kejadian tertentu, hukum itu baru di apply. sama seperti soal Global Warming dan begitu banyak bencana terjadi. itu karena manusia yang mentrigger kejadian itu sehingga Niyama akan merespon dengan berbagai gejolak di muka bumi ini. tetep aja balik lagi ke hukum sebab akibat yang tidak bisa diganggu gugat.

karena kita belum tahu , baru tahu , belum ngalamin dan baru ngalamin, maka kita mengenal Dhamma itu berubah2 namun Dhamma itu sudah tetap dari awalnya. sama seperti ketika Buddha menggariskan Vinaya setelah ada kejadian-kejadian yang mentrigger(memicu).
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Dhyanaputra

[at]  Saudaraku Edward & Karuna Murti;

Jadi, ada "sesuatu" di semesta ini yg tidak dapat berubah / bisa dibilang "kekal" ??
yaitu "ESENSI DHARMA" dan "KEBENARAN" yg anda rujuk itu?

jadi sabbe sankara anicca perlu batasan? :)

mohon bimbingannya..

_/\_
Hatred does not cease by hatred, but only by love; this is the eternal rule.

Edward

IMO, dhamma bukannya tidak dapat musnah, justru dhamma bisa musnah.Tapi 'tetap' di sini sih menurut saya masih dapat musnah, tapi kaga berubah saja..
"Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

gajeboh angek

#44
Yang dikatakan adalah :
Quotesabbe sankhara dukkha, sabbe sankhara anicca, sabbe dhamma anatta
Ini yang salah :
Quotesabbe dhamma dukkha, sabbe dhamma anicca, sabbe dhamma anatta


Yang dikatakan adalah "yang berkondisi tidak kekal", ini yang salah : "semuanya tidak kekal"
Ada loh yang tidak berkondisi ...
Hayo coba cari contohnya ...
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days