Einstein: Percaya Tuhan Itu Takhayul

Started by Sumedho, 14 May 2008, 02:06:36 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

gajeboh angek

Quote"The religion of the future will be a cosmic religion.It should transcend a personal god and avid dogmas and theology.Convergiveng both the natural and the spritual.It should be based on a religious sense arising from the experience of all things,natural and spritual as a meaningful unity.Buddhism answer this description.If there is any religion that could cope with modern scientific needs,it would be  Buddhism."

Berarti Albert Einstein memang Buddhis yak? Kira-kira Theravada, Mahayana, Tantrayana, atau Zen?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Riky_dave

Quote from: karuna_murti on 16 May 2008, 09:17:43 AM
Quote"The religion of the future will be a cosmic religion.It should transcend a personal god and avid dogmas and theology.Convergiveng both the natural and the spritual.It should be based on a religious sense arising from the experience of all things,natural and spritual as a meaningful unity.Buddhism answer this description.If there is any religion that could cope with modern scientific needs,it would be  Buddhism."

Berarti Albert Einstein memang Buddhis yak? Kira-kira Theravada, Mahayana, Tantrayana, atau Zen?

Soal dia Buddhis/gk kurang tau...
Jika dia Buddhis dia aliran Thera...
Setau gw dia membandingkan semua ajaran yg ada Is,Kris,Hin,Bud...
Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

gajeboh angek

Bagaimana kalau ada Ilmuwan / Filsuf / Petapa, cocok dengan Ajaran Sang Buddha, lantas menjalani kehidupan yang sesuai dengan Dhamma, tapi dia tidak berlindung kepada tiga permata?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

williamhalim

Quote from: Riky_dave on 16 May 2008, 08:02:52 PM

Kemudian semua teori2 yg ada(mksdnya hukum2 yg dia temukan) dia dpt dr filsafat ajaran Buddha...
_/\_

Einstein mendapatkan hukum2nya dari filsafat ajaran Buddha?
kekna bukan begitu deh...

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Riky_dave

Kan gw blg menurut gw...
Gw sich pernah dengar...
Tp uda lupa...
Lagian kl gk slh dia kan yg nemuin nuklir???
Dia nyesal tuch nemuin nuklir...
_/\_
Langkah pertama adalah langkah yg terakhir...

hudoyo

#20
Quote from: nyanadhana on 15 May 2008, 10:55:47 AM
Bro willi, sebenarnya kemunculan implementasi Tuhan karena negara RI telah mengatur perundangundangannya. Pancasila Sila 1 dengan tegas udah "Ketuhanan Yang Maha Esa",mau tak mau untuk menjadi agama yang diakui negara, Buddhism harus memiliki "Tuhan", merasa munafik memang namun itulah langkah akhir yang diambil oleh Sukong Ashin. [...]

Menurut sejarah, ternyata kemudian kekhawatiran sementara kalangan Buddhis di Indonesia yang membuat mereka mengadopsi "Sanghyang Adi Buddha" tidak terbukti. Justru pengadopsian "Sanghyang Adi Buddha" itu langsung MENYEBABKAN lahirnya Sangha Theravada Indonesia dan Mapanbudhi yang tidak menerima "Sanghyang Adi Buddha". Dan ternyata kedua lembaga Agama Buddha Theravada itu aman-aman dan sah-sah saja hidup di Indonesia sampai sekarang.

Salam,
hudoyo

gajeboh angek

HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Lex Chan

Kalau menurut Pak Wowor, pada frase "Ketuhanan yang Maha Esa" yang dimaksud dengan kata "Esa" adalah "mutlak", bukan "tunggal" seperti yang sering diajarkan di sekolah2.. (tunggal di sini dapat berarti suatu materi yang dapat dihitung)..

Jadi, Ketuhanan tidak perlu diwujudkan sebagai materi.. ;D
"Give the world the best you have and you may get hurt. Give the world your best anyway"
-Mother Teresa-

hudoyo

#23
Quote from: willibordus on 15 May 2008, 11:14:49 AM
[...]
Yang saya sayangkan adalah kondisi sekarang.

Setelah Agama Buddha distempel sah di negeri ini, sebenarnya tidak ada yg peduli lagi kita mau pake nama Shangyang, Adi, ataupun kata2 lainnya. Kenapa mesti dilestarikan 'sesuatu yg terpaksa' dulu?

Contohnya undangan waisak yg saya dapatkan barusan ini:
"Kami menjumpai Bapak/Ibu sekeluarga... dengan doa yang tulus, semoga Bapak/Ibu senantiasa sehat, sejahtera dalam Berkah dan Lindungan Sanghyang Adi Buddha/Tuhan Yang Maha Esa....."

Untuk saat sekarang ini, tidak ada pengamat intelijen yg mengharuskan kita menambahkan kata2 yg di bold itu ke dalam selebaran undangan. Tidak ada pengamat intelijen yg ikut kebaktian untuk mendengar apakah pandita berkata "Semoga Shangyang Adi Buddha, tuhan yg maha esa melindungi kita semua"

Selepas kebaktian, umat akan semakin giat cung2cep memohon berkah dan lindungan tuhan yme, ketimbang merenungi perbuatannya sendiri.

Apa tidak lebih baik kata2 tsb diganti dengan:
"Jadikanlah dirimu pulau pelindungmu..."
"Perbuatanmu adalah milikmu sendiri..."
"Setiap orang mewarisi kamma/perbuatannya masing2..."
"kehendak, itulah yg disebut kamma, berhati2lah dalam berkehendak"

Menurut saya kata2 diatas jauh lebih powerful bagi umat.

Inilah perkembangan yg saya sayangkan pada kondisi sekarang ini.

Saya sangat setuju dengan pendapat Rekan Willibordus ini. :)

Saya juga merasa geli medengar para Romo Pandita Theravada mengatakan: "Semoga Tuhan YME/Sang Tiratana melindungi kita semua ... dst dst," atau bahkan, "Semoga Sang Tiratana melindungi kita semua." ... Ini merupakan pemutarbalikan secara halus terhadap makna sesungguhnya dari Ti-sarana. ... Jelas di sini terlihat bahwa emosi & aspirasi yang mendorong penganut agama-agama monoteistik menyembah "Tuhan" juga terdapat dengan sangat kuat di kalangan umat Buddha yang agamanya katanya tidak mengajarkan adanya "Tuhan pribadi yang disembah" ... emosi berupa ketakutan & ketidakpastian menghadapi masa depan, dan aspirasi berupa kebutuhan akan rasa aman.

Sebaiknya bagi umat Buddha maksimal ucapan berikut: "Semoga Dhamma melindungi & menjadi pelita bagi kita semua." (dari: atta-dipa, atta-sarana, anannya-sarana, dhamma-dipa, dhamma-sarama.")

Salam,
hudoyo




Kelana

Quote from: Lex Chan on 19 May 2008, 10:26:19 PM
Kalau menurut Pak Wowor, pada frase "Ketuhanan yang Maha Esa" yang dimaksud dengan kata "Esa" adalah "mutlak", bukan "tunggal" seperti yang sering diajarkan di sekolah2.. (tunggal di sini dapat berarti suatu materi yang dapat dihitung)..

Jadi, Ketuhanan tidak perlu diwujudkan sebagai materi.. ;D

Betul. Esa bukan berarti satu atau tunggal dalam jumlah. Esa sendiri berasal dari kata 'etad' yang berarti mutlak. Dan kalau kita mau meruntun etimologi kata 'tuhan' sendiri berasal dari kata 'tuan' berarti yang ditinggikan atau junjungan. Tapi ketika sudah ditambah imbuhan maka artinya berubah. Awalan ke- dan akhiran -an yang ditambahkan ke dalam kata dasar tuhan membuat makna kata tuhan berubah menjadi bentuk sifat dari kata dasar tersebut. Jadi 'ketuhanan' berarti 'sifat-sifat yang tinggi'. Tapi sayangnya pengaruh monoteis telah cukup kental terhadap sila 1 Pancasila Dasar Negara RI ini, sehingga mayoritas orang menganggap sila 1 berarti tuhan yang 1.

GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

gajeboh angek

kalau pakai awalan maha seperti mahaesa?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Kelana

Einstein rupanya mengikuti jejak Spinoza
Quote from: hudoyo on 19 May 2008, 10:29:39 PM


Sebaiknya bagi umat Buddha maksimal ucapan berikut: "Semoga Dhamma melindungi & menjadi pelita bagi kita semua." (dari: atta-dipa, atta-sarana, anannya-sarana, dhamma-dipa, dhamma-sarama.")

Salam,
hudoyo


Bagaimana kalau "Good Kamma Bless Us" , pak Hud  ;D
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Kelana

Quote from: karuna_murti on 19 May 2008, 10:52:42 PM
kalau pakai awalan maha seperti mahaesa?

Menurut saya, kalau tidak salah ini berasal dari 2 kata maha dan esa, ya secara kasarnya kira-kira berarti kemutlakan yang besar atau teragung.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

hudoyo

Quote from: Riky_dave on 15 May 2008, 08:52:54 PM
Salah satu kata dr Albert Einstein tentang agama Buddha :
"The religion of the future will be a cosmic religion.It should transcend a personal god and avid dogmas and theology.Convergiveng both the natural and the spritual.It should be based on a religious sense arising from the experience of all things,natural and spritual as a meaningful unity.Buddhism answer this description.If there is any religion that could cope with modern scientific needs,it would be  Buddhism.

Terjemahannya "Agama masa depan akan merupakan suatu agama alam semesta,yaitu agama yg melampaui konsep/doktrin tentang TUhan Allah sbg pribadi,serta menghindari dogma dan teologi.Agama harus berdsrkan pengertian Keagamaan yg muncul dr pengalaman akan segala hal,baik yg bersifat alami/batiniah,yg merupakan satu kesatuan yg berati.Agama Buddha menjawab gambaran tersebut."

_/\_

Ada dua-tiga ungkapan yang disebut-sebut berasal dari Albert Einstein tentang Agama Buddha, tetapi tidak ada bukti-bukti yang definitif bahwa Einstein pernah mengatakannya. Ungkapan-ungkapan itu sekarang bertebaran di banyak situs-situs Buddhis. ... Tetapi ada satu situs Buddhis yang cukup obyektif menyanggahnya ... dan mengatakan umat Buddha tidak perlu menggantungkan kredibilitas agamanya pada kata-kata orang terkenal: "... But you don't have to be a Confucian to want to set the record straight on Buddhism and the quotes about it attributed to various luminaries and used to promote (or defend?) the dharma."

Memang betul, itu cuma menunjukkan kurang percaya diri akan nilai agama kita sendiri. ... Dalam Wikiquote malah terang-terangan dinyatakan bahwa ungkapan tersebut 'misattributed' (dikaitkan secara salah) kepada Einstein.

salam,
hudoyo

Lihat:
(1) TRICYCLE EDITORS' BLOG - Einstein's Quotes on Buddhism October 26, 2007
(2) Wikiquote - Einstein



hudoyo

Quote from: Kelana on 19 May 2008, 10:59:03 PM
Einstein rupanya mengikuti jejak Spinoza

Bagaimana kalau "Good Kamma Bless Us" , pak Hud  ;D

Einstein berbeda dengan Spinoza. Einstein seorang ilmuwan, Spinoza seorang filsuf. Einstein terutama melihat manusia dalam hubungan dengan alam semesta; Spinoza melihat manusia dalam hubungan dengan batinnya sendiri.

"Good kamma bless us" - sudah jauh lebih bagus (daripada "Semoga Sang Tiratana melindungi kita semua") ... ;D ... tapi masih terlalu "dangkal" ... :) ... Bukankah 'good kamma' tidak bisa membebaskan kita dari dukkha?

Salam,
hudoyo