Berdana utk penyebaran ajaran non-Buddhis?

Started by pengelana_abadi, 17 December 2013, 01:53:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

pengelana_abadi

Quote from: juanpedro on 18 December 2013, 06:57:25 PM
kalo kita bantu orang yang mau menghilangkan semua ajaran yang tidak benar di dunia ini... dapat kamma baikkah?

bukan mau menghilangkan,
tapi tidak mau ikut terlibat dalam penyebaran ajaran tidak benar..
beda lho...
^o^**May All living beings be always happy and kind**^o^

seniya

"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

sl99

Quote from: Kainyn_Kutho on 18 December 2013, 08:28:44 AM
Kalau di MN 56, Buddha malah suruh Upali tetap berdana dan menyokong Nigantha Nataputta dan para petapanya, walaupun secara doktrin, Buddha menyatakan pandangannya itu keliru. Sekarang ini membantu pembangunan panti asuhan adalah karma buruk hanya karena panti dikepalai orang beragama lain?

Beda kasus kayaknya. Upali sebelumnya donatur tetap si Nigantha Nataputta. Kemudian tiba-tiba
stop jadi donatur tetap gara-gara pindah iman, dampaknya jadi buruk.
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

sl99

Tujuan berdana adalah mengurangi kemelekatan.
-Tidak berdana kepada ajaran lain dengan tujuan agar agama lain tidak berkembang, bisa berdampak menambah
kemelekatan terhadap ajaran sendiri. Apakah karma buruk? Sepertinya bukan karma buruk.
- Berdana kepada ajaran lain dengan tujuan mengurangi kemelekatan, jika benar niatnya mengurangi kemelekatan,
hasilnya mudah-mudahan bisa mengurangi kemelekatan kita. Hasil lain bisa membantu kehidupan
manusia lain. Apakah karma buruk? Sepertinya bukan karma buruk. Apakah membantu manusia lain menjadi memiliki
pandangan salah? Ya gak ada yang tau :)
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

juanpedro

Quote from: pengelana_abadi on 18 December 2013, 07:14:19 PM
bukan mau menghilangkan,
tapi tidak mau ikut terlibat dalam penyebaran ajaran tidak benar..
beda lho...
yea. sy lg lebay saja :P
kira2 buah kamma buruk jenis ini apa ya bro?

Kelana

Kita perlu memilah antara berdana untuk non-Buddhis dengan berdana untuk PENYEBARAN AJARAN non-Buddhis yang termasuk 62 PANDANGAN SALAH (PS). Ini adalah 2 hal yang berbeda dengan kemungkinan maksud dan tujuan yang berbeda juga. Dalam sutta yang diberikan rekan-rekan jelas bahwa Sang Buddha tetap menyarankan membantu mantan guru agama, bukan membantu penyebaran ajarannya. 

Untuk itu dalam kasus panti asuhan, saya bertanya terlebih dulu bagaimana bisa dana yang kita sumbangkan ke panti tsb bisa ikut membantu sang pendeta Karesten menyebarkan ajarannya, padahal kita hanya berdana untuk anak yatim piatu di dalamnya bukan untuk PENYEBARAN AJARAN 62 PS. Jika ternyata ada penyelewengan dana, maka itu bukanlah tanggung jawab kita, karena kita tidak bertujuan awal untuk ikut menyelewengkan dana.

Kekhawatiran adanya penyelewengan dana, membuat nama agama lain menjadi terkenal, dll adalah wajar untuk muncul saat untuk berdana bagi kita umat awam. Namun kita perlu menyingkirkannya karena kekhawatiran tersebut belum tentu menjadi kenyataan. Jika kita memupuk kekhawatiran seperti itu maka kita akan berpikir seorang bhikkhu pun bisa menjadi "ancaman" kehidupan, agama kita saat kita berdana kepadanya dengan berpikir: "Bhikkhu ini nanti akan lepas jubah dan menjadi pemeluk agama lain dan mengajarkan 62 PS. Saya tidak mau terlibat menyebarkan ajaran PS"

Oleh karena itu arahkan pikiran kita ke tujuan awal kita berdana dan manfaat darinya.

Demikian.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

juanpedro

bukankah di panti berbasis agama kemungkinan besar dilakukan penyebaran ajaran (sasarannya anak-anak tsb)? :whistle:

K.K.

Quote from: sl99 on 18 December 2013, 11:02:41 PM
Beda kasus kayaknya. Upali sebelumnya donatur tetap si Nigantha Nataputta. Kemudian tiba-tiba
stop jadi donatur tetap gara-gara pindah iman, dampaknya jadi buruk.
Oh begitu... jadi kalau bukan bekas gurunya, pastinya tidak dianjurkan berdana. Ada kabar begini:

"... Petapa Gotama mengatakan sebagai berikut: 'Persembahan harus diberikan hanya kepadaKu; persembahan tidak boleh diberikan kepada orang lain. Persembahan harus diberikan hanya kepada para siswaKu; persembahan tidak boleh diberikan kepada para siswa orang lain. Hanya persembahan yang diberikan kepadaKu yang menghasilkan buah, bukan apa yang diberikan kepada orang lain. Hanya persembahan yang diberikan kepada para siswaKu yang menghasilkan buah, bukan apa yang diberikan kepada para siswa orang lain.'"

Ternyata kabar itu benar adanya.


Kelana

Quote from: juanpedro on 19 December 2013, 08:52:27 AM
bukankah di panti berbasis agama kemungkinan besar dilakukan penyebaran ajaran (sasarannya anak-anak tsb)? :whistle:

Masih kemungkinan bukan? :whistle:
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

btj

1. Kok kasusnya seperti seolah-olah tidak ada pilihan lain lagi selain panti asuhan tersebut yang membutuhkan dana sumbangan?

2. Jika metta adalah cinta kasih universal yang berarti tidak boleh membeda-bedakan termasuk dalam berdana, lalu apakah kita harus memberikan bantuan dana juga kepada orang yang dananya digunakan untuk memenuhi kesenangan inderanya, misalnya seorang pengemis yang sebagian hasilnya untuk membeli rokok ataupun bir?

3. Bagaimana jika dibalik, umat atau lembaga nonbuddhis yang memberikan sumbangan untuk pembangunan vihara?

4. Jika kita memberikan dana kepada orang lain, bukankah ini adalah memupuk ikatan karma (jodoh) sehingga jika suatu saat kita telah berhasil dalam mendalami Dhamma (ceritanya kita adalah murid yang serius belajar Dhamma), orang tersebut dapat lebih mudah kita bimbing juga ke arah Dhamma?

Sementara ini dulu pertanyaannya.

K.K.

Kalau di Tzu Chi, walaupun pakai "merk" Buddha, berusaha membuang sekat keagamaan, hanya berlandaskan kasih (maitri). Banyak Buddhis yang membanggakan hal ini. Tapi lucunya kalau panti asuhan pakai "merk" agama lain, langsung keluar semua teori karma, dana, dharma, bahkan teori konspirasi "penyebaran agama lain lewat panti", dsb. Teori maitrinya masuk tong sampah.

Shasika

Quote from: juanpedro on 18 December 2013, 06:57:25 PM
kalo kita bantu orang yang mau menghilangkan semua ajaran yang tidak benar di dunia ini... dapat kamma baikkah?
:)) :))

Ini pasti gara2 canda oma ama bro Cumpol  :hammer:
I'm an ordinary human only

btj

#27
Ketika kita melihat acara ritual aliran agama Buddha tertentu seperti api homa dari Buddhis Tibetan, yang prosesinya dengan cara membakar makanan instan kemasan dalam jumlah tertentu, maka segera timbul rasa protes, mengapa kok makanan dibuang-buang secara mubazir.
Tapi ketika melihat sejumlah restoran yang setiap hari membuang sisa makanan jauh lebih banyak tapi kita bisa memakluminya secara wajar.

ryu

Quote from: btj on 19 December 2013, 05:18:13 PM
Ketika kita melihat acara ritual aliran agama Buddha tertentu seperti api homa dari Buddhis Tibetan, yang prosesinya dengan cara membakar makanan instan kemasan dalam jumlah tertentu, maka segera timbul rasa protes, mengapa kok makanan dibuang-buang secara mubazir.
Tapi ketika melihat sejumlah restoran yang setiap hari membuang sisa makanan jauh lebih banyak tapi kita bisa memakluminya secara wajar.
??
cara pandang yg aneh, kalau ada biku kawin juga berarti ngikut ajaran lain ga apa2 ya.

mantap.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Shasika

Quote from: ryu on 20 December 2013, 10:41:35 AM
??
cara pandang yg aneh, kalau ada biku kawin juga berarti ngikut ajaran lain ga apa2 ya.

mantap.
Mau ikutan bro ?  ;D
I'm an ordinary human only