Pembahasan ANGUTTARA NIKAYA

Started by seniya, 04 January 2013, 06:25:54 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

hemayanti

Quote from: will_i_am on 27 June 2013, 12:47:50 PM
mungkin pengakuan kali ya??
pengakuan dosa. ;D

Quote from: Indra on 27 June 2013, 12:57:30 PM

"loe memang udah melakukan pelanggaran, tapi ok deh gak apa2" -> ini namanya menerima pelanggarannya
oooh...  :)
sama dengan memaafkan ya om?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Indra

Quote from: hemayanti on 27 June 2013, 01:28:26 PM
pengakuan dosa. ;D
oooh...  :)
sama dengan memaafkan ya om?

"gue minta maaf ya", "iya gue maafkan" ---> ini namanya memaafkan

hemayanti

#17
"loe memang udah melakukan pelanggaran, tapi ok deh gue maafkan" -> ini namanya apa??

tapi gak benar juga yah jawaban "oke deh gua maafkan" karna kemungkinan besar pelanggaran itu gak ada hubungannya dengan dia.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Indra

Quote from: hemayanti on 27 June 2013, 01:57:50 PM
"loe memang udah melakukan pelanggaran, tapi ok deh gue maafkan" -> ini namanya apa??

tapi gak benar juga yah jawaban "oke deh gua maafkan" karna kemungkinan besar pelanggaran itu gak ada hubungannya dengan dia.

memaafkan dilakukan jika si pelanggar minta maaf, tapi jika si pelanggar tidak minta maaf, ya tidak perlu dimaafkan, walaupun juga tidak dipersoalkan.

hemayanti

Quote from: Indra on 27 June 2013, 02:39:12 PM
memaafkan dilakukan jika si pelanggar minta maaf, tapi jika si pelanggar tidak minta maaf, ya tidak perlu dimaafkan, walaupun juga tidak dipersoalkan.
ya...
thankq om. :D
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

The Ronald

klo menurutku makna kalimat ini "seorang yang tidak, menurut Dhamma, menerima pelanggaran dari orang yang mengakui pelanggarannya"

adalah..

seorg yg tidak menerima pelanggaran dari orang yg mengakui pelanggarannya, kata "menurut dhamma " di maksudkan untuk
" menurut dhamma dia tidak menerima pelanggaran dari org yg mengakui pelanggaran tsb "

soalnya di kalimat berikutnya :
"Para bhikkhu, ada dua jenis orang bijaksana ini. Apakah dua ini? Seorang yang melihat pelanggarannya sebagai suatu pelanggaran dan seorang yang, menurut Dhamma, menerima pelanggaran dari orang yang mengakui pelanggarannya. Ini adalah dua jenis orang bijaksana.

jd menurut dhamma dia menerima pelanggaran
...

Indra

menerima atau tidak menerima itu dilihat dari sudut pandang Dhamma, karena akan berbeda jika dilihat dari sudut pandang Dunia Mafia, dalam Dunia Mafia, menerima pelanggaran artinya "dor"

The Ronald

yup... begitu deh.. jd klo sederhananya..menurut dhamma dia tidak menerima pelanggaran dari orang yang mengakui pelanggarannya..

contohnya  sorg bhikkhu menerima uang..trus mengakui kesalahannya dihadapan bhikkhu lain, tp bhikkhu itu malah berkata..itu bukan pelanggaran...

kurang lebih kek gitu
...

dhammadinna

#23
Quote from: Indra on 27 January 2013, 03:22:26 AM
II. BAB BESAR

61 (1) Sektarian

"Para bhikkhu, ada tiga prinsip sektarian ini<429> yang, ketika dipertanyakan, diinterogasi, dan didebat oleh para bijaksana, dan dibawa menuju kesimpulan mereka, akan berakhir dalam tidak-berbuat.<430> Apakah tiga ini?

(1) "Ada, para bhikkhu, beberapa petapa dan brahmana yang menganut doktrin dan pandangan seperti ini: 'Apa pun yang dialami orang ini – apakah menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan – semuanya disebabkan oleh apa yang telah dilakukan di masa lalu.' (2) Ada para petapa dan brahmana lainnya yang menganut doktrin dan pandangan seperti ini: 'Apa pun yang dialami orang ini – apakah menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan – semuanya disebabkan oleh aktivitas Tuhan pencipta.' (3) Dan ada para petapa dan brahmana lain lagi yang menganut doktrin dan pandangan seperti ini: 'Apa pun yang dialami orang ini – apakah menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan – semuanya terjadi tanpa suatu sebab atau kondisi.'<431>

(1) "Para bhikkhu, Aku mendatangi para petapa dan brahmana itu yang yang menganut doktrin dan pandangan seperti ini: 'Apa pun yang dialami orang ini – apakah menyenangkan, menyakitkan, atau bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan – semuanya disebabkan oleh perbuatan-perbuatan masa lalu,'<432> dan Aku berkata kepada mereka: 'Benarkah bahwa kalian para mulia menganut doktrin dan pandangan demikian?' ketika Aku menanyakan hal ini kepada mereka, mereka menegaskannya. [174] Kemudian Aku berkata kepada mereka: 'Kalau begitu, adalah karena perbuatan masa lalu maka kalian mungkin melakukan pembunuhan, mengambil apa yang tidak diberikan, melakukan aktivitas seksual, berbohong, mengucapkan kata-kata yang memecah-belah, berkata kasar, bergosip; sehingga kalian mungkin penuh kerinduan, memiliki pikiran berniat buruk, dan menganut pandangan salah.'<433>

maksudnya?

kenapa kalau kita kira bahwa suatu perasaan disebabkan oleh perbuatan masa lalu, nanti kita jadinya berpikir bahwa perbuatan sekarang adalah mungkin karena perbuatan masa lalu juga?

seniya

Quote from: dhammadinna on 10 July 2013, 12:10:31 PM
maksudnya?

kenapa kalau kita kira bahwa suatu perasaan disebabkan oleh perbuatan masa lalu, nanti kita jadinya berpikir bahwa perbuatan sekarang adalah mungkin karena perbuatan masa lalu juga?

Dijelaskan dalam catatan kaki:

432 > Mp: "Mereka berpendapat bahwa seseorang mengalami perasaan-perasaan secara eksklusif disebabkan oleh kamma yang dilakukan di masa lalu." Sehubungan dengan hal ini, baca SN 36:21, IV 230-31, di mana Sang Buddha menjelaskan delapan penyebab bagi penyakit atau penderitaan, hanya salah satunya yang merupakan kematangan kamma masa lalu. Brahmāli menulis: "Poinnya di sini tampaknya adalah bahwa masing-masing dari cara berbuat tidak bermanfaat ini berhubungan dengan perasaan-perasaan tertentu, dan bahwa perasaan-perasaan (atau pengalaman-pengalaman) itu hanya dapat dialami melalui perbuatan-perbuatan itu. Yang berlanjut dengan jika kammamu adalah sedemikian sehingga engkau harus mengalami perasaan-perasaan yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan buruk itu, maka engkau harus melakukannya." Hal yang sama, dengan perubahan seperlunya, berlaku pada kedua pendirian berikutnya, yaitu, aktivitas Tuhan pencipta dan tanpa-penyebab. Dalam tiap-tiap kasus, para pelaku menghindari tanggung jawab atas perbuatan-perbuatan mereka.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

hemayanti

QuoteAN III
129 (7) Anuruddha (1)

Yang Mulia Anuruddha mendatangi Sang Bhagavā, bersujud kepada Beliau, duduk di satu sisi, dan berkata: "Sekarang, Bhante, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, aku melihat para perempuan, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, sebagian besar terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan  yang buruk, di alam rendah, di neraka. Kualitas-kualitas apakah yang dimiliki seorang perempuan yang karenanya, dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan  yang buruk, di alam rendah, di neraka?"

"Ketika ia memiliki tiga kualitas, Anuruddha, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan  yang buruk, di alam rendah, di neraka. Apakah tiga ini?

(1) "Di sini, Anuruddha, di pagi hari seorang perempuan berdiam di rumah dengan pikiran yang dikuasai oleh noda kekikiran. (2) Di siang hari ia berdiam di rumah dengan pikiran yang dikuasai oleh noda keiri-hatian. (3) Dan di malam hari ia berdiam di rumah dengan pikiran yang dikuasai oleh noda nafsu indria. Ketika ia memiliki tiga kualitas, maka dengan hancurnya jasmani, setelah kematian, ia terlahir kembali di alam sengsara, di alam tujuan  yang buruk, di alam rendah, di neraka."

Apa bedanya alam sengsara, alam tujuan yang buruk, alam rendah, dan neraka?
atau sama saja?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

seniya

Quote from: hemayanti on 15 July 2013, 08:43:30 AM
Apa bedanya alam sengsara, alam tujuan yang buruk, alam rendah, dan neraka?
atau sama saja?

Bahasa Pali-nya: apāyaṃ duggataṃ vinipātaṃ nirayaṃ

Sepertinya hampir bersinonim, karena ragam bahasa lisan sering menggunakan kata-kata yang hampir sama artinya untuk menekankan maknanya (misalnya: "Saya ingin mencari makanan yang enak, lezat, gurih....")
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

hemayanti

Quote from: ariyakumara on 15 July 2013, 12:11:11 PM
Bahasa Pali-nya: apāyaṃ duggataṃ vinipātaṃ nirayaṃ

Sepertinya hampir bersinonim, karena ragam bahasa lisan sering menggunakan kata-kata yang hampir sama artinya untuk menekankan maknanya (misalnya: "Saya ingin mencari makanan yang enak, lezat, gurih....")
makasih om. :)
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Shasika

#28
-----delete----
I'm an ordinary human only

hemayanti

"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."