AN 5:161 Pelenyapan Kekesalan

Started by Indra, 26 February 2013, 09:06:05 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Indra

AN 5:161 Paṭhamaāghātapaṭivinayasuttaṃ (Pelenyapan Kekesalan)

"Para bhikkhu, ada lima cara ini untuk melenyapkan kekesalan yang dengannya seorang bhikkhu harus sepenuhnya melenyapkan kekesalan yang muncul terhadap siapa pun.  Apakah lima ini?

(1) Ia harus mengembangkan cinta-kasih terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(2) Ia harus mengembangkan belas-kasihan terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(3) Ia harus mengembangkan keseimbangan terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(4) Ia harus mengabaikan orang yang kepadanya ia merasa kesal dan tidak memperhatikannya; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(5) Ia harus menerapkan gagasan kepemilikan kamma pada orang yang kepadanya ia merasa kesal, sebagai berikut: 'Yang Mulia ini adalah pemilik kammanya, pewaris kammanya, ia memiliki kamma sebagai asal-mulanya, kamma sebagai sanak-saudaranya, kamma sebagai pelindungnya; ia akan menjadi pewaris kamma apa pun yang ia lakukan, baik atau buruk.' Dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.

Ini adalah kelima cara itu ini untuk melenyapkan kekesalan yang dengannya seorang bhikkhu harus sepenuhnya melenyapkan kekesalan yang muncul terhadap siapa pun."

Problem Solving

Quote from: Indra on 26 February 2013, 09:06:05 PM
AN 5:161 Paṭhamaāghātapaṭivinayasuttaṃ (Pelenyapan Kekesalan)

"Para bhikkhu, ada lima cara ini untuk melenyapkan kekesalan yang dengannya seorang bhikkhu harus sepenuhnya melenyapkan kekesalan yang muncul terhadap siapa pun.  Apakah lima ini?

(1) Ia harus mengembangkan cinta-kasih terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(2) Ia harus mengembangkan belas-kasihan terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(3) Ia harus mengembangkan keseimbangan terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(4) Ia harus mengabaikan orang yang kepadanya ia merasa kesal dan tidak memperhatikannya; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(5) Ia harus menerapkan gagasan kepemilikan kamma pada orang yang kepadanya ia merasa kesal, sebagai berikut: 'Yang Mulia ini adalah pemilik kammanya, pewaris kammanya, ia memiliki kamma sebagai asal-mulanya, kamma sebagai sanak-saudaranya, kamma sebagai pelindungnya; ia akan menjadi pewaris kamma apa pun yang ia lakukan, baik atau buruk.' Dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.

Ini adalah kelima cara itu ini untuk melenyapkan kekesalan yang dengannya seorang bhikkhu harus sepenuhnya melenyapkan kekesalan yang muncul terhadap siapa pun."

cara 1-3 perlu perjuangan dalam prakteknya :D
memadamkan api emang pake air bkn dgn api ;)
utk cara ke 4 (mengacuhkan) pernah sy praktikan tp malah membuat makhluk yg mengesalkan sy semakin agresif....mohon pendapat dr Shifu Indra ttg cr ke4 ini?  _/\_

Indra

Quote from: Problem Solving on 27 February 2013, 01:29:08 PM
cara 1-3 perlu perjuangan dalam prakteknya :D
memadamkan api emang pake air bkn dgn api ;)
utk cara ke 4 (mengacuhkan) pernah sy praktikan tp malah membuat makhluk yg mengesalkan sy semakin agresif....mohon pendapat dr Shifu Indra ttg cr ke4 ini?  _/\_

tidak tepat jika anda meminta penjelasan dari saya, karena itu bukan ajaran saya, saya hanya mengutip dari sutta. tapi baiklah, saya akan berkomentar sedikit tentang cara ke 4 itu. Jika anda terpengaruh/terganggu karena makhluk mengesalkan itu yg semakin agresif, itu menunjukkan bahwa anda belum mempraktikkan cara ke 4, bahwa anda sebenarnya tidak mengacuhkannya, melainkan masih memperhatikannya.

M14ka

Quote from: Indra on 27 February 2013, 01:34:01 PM
tidak tepat jika anda meminta penjelasan dari saya, karena itu bukan ajaran saya, saya hanya mengutip dari sutta. tapi baiklah, saya akan berkomentar sedikit tentang cara ke 4 itu. Jika anda terpengaruh/terganggu karena makhluk mengesalkan itu yg semakin agresif, itu menunjukkan bahwa anda belum mempraktikkan cara ke 4, bahwa anda sebenarnya tidak mengacuhkannya, melainkan masih memperhatikannya.
Quote
Ia harus mengabaikan orang yang kepadanya ia merasa kesal dan tidak memperhatikannya; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.

Maksudnya di kalimat di atas yang tidak memperhatikannya sapa ya?

adi lim

Quote from: Problem Solving on 27 February 2013, 01:29:08 PM

utk cara ke 4 (mengacuhkan) pernah sy praktikan tp malah membuat makhluk yg mengesalkan sy semakin agresif....mohon pendapat dr Shifu Indra ttg cr ke4 ini?  _/\_

Shifu = suhu = guru = laose = teacher = master  :)
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Indra

Quote from: M14ka on 27 February 2013, 02:21:06 PM
Maksudnya di kalimat di atas yang tidak memperhatikannya sapa ya?

subjek tidak memperhatikan objek, orang yg merasa kesal tidak memperhatikan orang yg membuatnya kesal

M14ka

Quote from: Indra on 27 February 2013, 02:35:21 PM
subjek tidak memperhatikan objek, orang yg merasa kesal tidak memperhatikan orang yg membuatnya kesal

ohhh td salah tangkap... uda ngerti....

Quote from: Indra on 27 February 2013, 01:34:01 PM
tidak tepat jika anda meminta penjelasan dari saya, karena itu bukan ajaran saya, saya hanya mengutip dari sutta. tapi baiklah, saya akan berkomentar sedikit tentang cara ke 4 itu. Jika anda terpengaruh/terganggu karena makhluk mengesalkan itu yg semakin agresif, itu menunjukkan bahwa anda belum mempraktikkan cara ke 4, bahwa anda sebenarnya tidak mengacuhkannya, melainkan masih memperhatikannya.

acuh    [v] peduli; mengindahkan: ia tidak -- akan larangan orang tuanya

mengacuhkan kan ga sinonim dengan mengabaikan kan?

juanpedro

Quote from: Indra on 26 February 2013, 09:06:05 PM
AN 5:161 Paṭhamaāghātapaṭivinayasuttaṃ (Pelenyapan Kekesalan)

"Para bhikkhu, ada lima cara ini untuk melenyapkan kekesalan yang dengannya seorang bhikkhu harus sepenuhnya melenyapkan kekesalan yang muncul terhadap siapa pun.  Apakah lima ini?

(1) Ia harus mengembangkan cinta-kasih terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(2) Ia harus mengembangkan belas-kasihan terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(3) Ia harus mengembangkan keseimbangan terhadap orang yang kepadanya ia merasa kesal; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(4) Ia harus mengabaikan orang yang kepadanya ia merasa kesal dan tidak memperhatikannya; dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.
(5) Ia harus menerapkan gagasan kepemilikan kamma pada orang yang kepadanya ia merasa kesal, sebagai berikut: 'Yang Mulia ini adalah pemilik kammanya, pewaris kammanya, ia memiliki kamma sebagai asal-mulanya, kamma sebagai sanak-saudaranya, kamma sebagai pelindungnya; ia akan menjadi pewaris kamma apa pun yang ia lakukan, baik atau buruk.' Dengan cara inilah ia harus melenyapkan kekesalan terhadap orang itu.

Ini adalah kelima cara itu ini untuk melenyapkan kekesalan yang dengannya seorang bhikkhu harus sepenuhnya melenyapkan kekesalan yang muncul terhadap siapa pun."
yang di bold kurang paham Om. mohon penjelasannya ^:)^

Indra

Quote from: juanpedro on 27 February 2013, 02:54:50 PM
yang di bold kurang paham Om. mohon penjelasannya ^:)^

nah ini baru benar2 sulit, mengembangkan keseimbangan artinya bersikap netral, tidak perlu jadi sayang tapi juga tidak benci/dendam.

seniya

"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

s.l

Mau tanya ya om, misalnya kita tanpa sengaja menyakit orang lewat perkataan, orang yang kita sakiti itu misal contoh mempunyai penyakit kulit seperti kusta atau penyakit panu seluruh badan. Karena sudah merasa tersakit jadi pasti mau balas dendam dengan berbagai cara, dengan menularkan penyakitnya atau apalah, pokok berusaha sekuat tenaga balas dendam. Pertanyaanya gini, kira-kira apa yang bisa kita lakukan kalau mengikuti sutta diatas, kalau bersembunyi juga pasti suatu saat bisa ditemukan, atau dia sengaja mengirim barang-barang miliknya untuk menularkan ke kita?
Jika ke 4 cara diatas telah di terapkan atau kita coba lakukan, apa kita masih tetap mengakui itu karma kita juga?
Terimakasih om, kalau salah tolong dikoreksi

M14ka

Quote from: s.l on 28 February 2013, 02:02:34 PM
Mau tanya ya om, misalnya kita tanpa sengaja menyakit orang lewat perkataan, orang yang kita sakiti itu misal contoh mempunyai penyakit kulit seperti kusta atau penyakit panu seluruh badan. Karena sudah merasa tersakit jadi pasti mau balas dendam dengan berbagai cara, dengan menularkan penyakitnya atau apalah, pokok berusaha sekuat tenaga balas dendam. Pertanyaanya gini, kira-kira apa yang bisa kita lakukan kalau mengikuti sutta diatas, kalau bersembunyi juga pasti suatu saat bisa ditemukan, atau dia sengaja mengirim barang-barang miliknya untuk menularkan ke kita?
Jika ke 4 cara diatas telah di terapkan atau kita coba lakukan, apa kita masih tetap mengakui itu karma kita juga?
Terimakasih om, kalau salah tolong dikoreksi

minta maaf aja kk kl ada salah... maksudnya 4 cara pelenyapan kekesalan? bukannya ad 5 y?

juanpedro

Quote from: Indra on 27 February 2013, 03:00:13 PM
nah ini baru benar2 sulit, mengembangkan keseimbangan artinya bersikap netral, tidak perlu jadi sayang tapi juga tidak benci/dendam.
supaya tidak jadi sayang kira-kira apa ya yang perlu dikembangkan Om? kalo dari dulu saya mengembangkan apati supaya jadi netral... tapi saya belum tahu apakah ini cara yang benar.

Indra

Quote from: s.l on 28 February 2013, 02:02:34 PM
Mau tanya ya om, misalnya kita tanpa sengaja menyakit orang lewat perkataan, orang yang kita sakiti itu misal contoh mempunyai penyakit kulit seperti kusta atau penyakit panu seluruh badan. Karena sudah merasa tersakit jadi pasti mau balas dendam dengan berbagai cara, dengan menularkan penyakitnya atau apalah, pokok berusaha sekuat tenaga balas dendam. Pertanyaanya gini, kira-kira apa yang bisa kita lakukan kalau mengikuti sutta diatas, kalau bersembunyi juga pasti suatu saat bisa ditemukan, atau dia sengaja mengirim barang-barang miliknya untuk menularkan ke kita?
Jika ke 4 cara diatas telah di terapkan atau kita coba lakukan, apa kita masih tetap mengakui itu karma kita juga?
Terimakasih om, kalau salah tolong dikoreksi

yah kalo udah menyakiti orang ya minta maaf lah, kalo perlu kasih sogokan biar dia gak marah. tapi kalo dia masih marah, suruh dia baca sutta ini, biar dia yg mengatasi kemarahannnya

Indra

Quote from: juanpedro on 28 February 2013, 02:56:56 PM
supaya tidak jadi sayang kira-kira apa ya yang perlu dikembangkan Om? kalo dari dulu saya mengembangkan apati supaya jadi netral... tapi saya belum tahu apakah ini cara yang benar.

kalau sikap apati itu sukses, silakan gunakan cara itu, ini adalah cara ke-4 dalam sutta di atas