MMD (Meditasi Mengenal Diri)

Started by hudoyo, 18 April 2008, 05:58:17 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Quote from: hatRed on 15 January 2009, 12:32:35 PM
jawaban itu memang dikondisikan dengan yg penanya tetapi bukan berarti jawabannya boong.

Ya, memang begitu. :)

nyanadhana

kembali lagi kepada faktor kedewasaan seseorang dalam menerima.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

hudoyo

Quote from: hatRed on 15 January 2009, 08:54:16 AM
for hudoyo


mmd bisa bikin i tahu kehidupan lampau gak?

ada step by step nya gak?

Sudah dijawab dengan telak oleh Rekan Nyanadhana. :)

hudoyo

#1308
Quote from: nyanadhana on 15 January 2009, 08:50:32 AM
_/\_ Hm ternyata seru juga yah antara pengkotakan MMD dan pengkotakan agama Buddha disini.

Well sedikit sharing, coba belajar dari seorang bhikkhu yang menjalani Dhutanga Vinaya atau kita sebut bhikkhu hutan. mereka tidak pernah mengikatkan diri pada pengkotakan Pitaka. setelah mereka belajar teoritis dari Wat maka mereka memutuskan untuk masuk ke hutan dan menjalankan apa yang persis dijalankan Gotama Buddha di masa lampau.

Di hutan , tidak ada Pitaka,tidak ada juga ayat ayat Sutta,tidak ada juga dupa,tidak ada juga rupang Buddha, tidak ada juga ritual segala macam, hanya ada seorang bhikkhu itu sendiri dan alam. bagaimana mereka mempraktekan Ajaran Buddha ? apakah terus2an membuka Pitaka Sutta, terus2an mengkotakan diri dengan adanya 1,2,3,4,5,6,7,8?

Mereka mengalami langsung, meditasi yang membawa pemahaman Samadhi. Kebenaran di luar dari konsep yang telah dibukukan. kalau anda bertemu seorang Ajahn,katakanlah dari buku Ajahn Chah,maka anda akan menemukan bahwa Ajahn Chah sangat jarang membahas kotak2,apa yang dia terima langsung adalah ekspresi langsung tanpa konsep.

Konsep digunakan untuk pemula dalam belajar namun ketika turun ke lapangan, konsep hanyalah sebatas panduan yang bisa dipegang namun ketika mahir tidak lagi dipegang.

Kita terkotak2, belalang yang ditaruh dalam kotak hanya akan loncat setinggi kotak itu,bedakan dengan belalang yang tumbuh di luar.

Saya tidak membela siapapun,hanya ingin kalian melihat kembali ke dalam praktik kalian, banyak pemahaman yang kalian tahu kecil tapi dianggap sangat besar. belum tentu...recheck kembali kata2 sebelum anda memuntahkan segalanya dalam tulisan.

Wah, anumodana untuk sharing renungannya. ... bagus sekali.
Saya copas ke situs MMD & ke milis-milis Buddhis. :)

nyanadhana

Silahkan,semoga membawa manfaat
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 14 January 2009, 01:04:13 PM
Quote from: ryu on 14 January 2009, 12:57:56 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 14 January 2009, 12:45:22 PM
Lalu apakah ajaran menyadari itu adalah salah? Sekali lagi, ajarannya, bukan orangnya. Seperti saya bilang kita juga menjelaskan hal-hal yang sebetulnya belum kita realisasikan. Lagipula setahu saya, Pak Hud ga pernah ngomong bahwa dirinya adalah sosok ideal untuk ditiru kok.

Itu menandakan ada sesuatu yang salah dalam ajarannya ;D

Dulu seorang guru pernah berkata pada saya, "apapun perilaku saya yang baik, teladanilah, tetapi apapun yang buruk, seperti saya adalah perokok, jangan ditiru!". Saya sih tidak melihat ada yang aneh dengan orang menyadari kekurangannya dan mengajarkan kepada muridnya agar tidak meniru kekurangannya.



dapet sutta yang menarik nih :

SALLEKHA SUTTA (8)

Sumber : Sutta Pitaka Majjhima Nikaya I,
Oleh : Tim Penterjemah Kitab Suci Agama Buddha,
Penerbit : Proyek Sarana Keagamaan Buddha Departemen Agama RI, 1993

Demikian yang saya dengar.
Pada suatu ketika Sang Bhagava berada di Jetavana, Anathapindika Arama, Savatthi. Di waktu malam Bhikkhu Mahacunda bangun dari meditasi, ia pergi menemui Sang Bhagava, memberi hormat kepada Beliau dan ia duduk. Setelah ia duduk ia berkata:
"Bhante, ada banyak pandangan yang muncul di dunia, di antaranya adalah pandangan-pandangan yang berkaitan dengan atta ditthi (pandangan tentang ada jiwa) dan loka ditthi (pandangan tentang dunia). Apakah pelenyapan atau pemusnahan pandangan-pandangan seperti itu dilakukan oleh bhikkhu karena ia hanya memperhatikan tentang permulaan?"
"Bagaimanapun pandangan-pandangan itu muncul, dasarnya dan pelaksanaannya, bilamana seorang melihat (dasarnya) sebagaimana itu apa adanya, dengan pengertian benar seperti: 'Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan jiwaku,' maka dengan cara ini ia membuang pandangan itu, demikian pula ia melenyapkan pandangan-pandangan itu.
Mungkin seseorang bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak berguna, mencapai dan berada pada Jhana I dengan vitakka, vicara, piti dan sukkha karena ketenangan. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan'. Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam ariya vinaya; hal ini disebut: 'keadaan yang menyenangkan di sini dan sekarang' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan menghilangkan vitaka dan vicara, ia mencapai dan berada pada Jhana II dengan keyakinan, pikiran terpusat (ekagata), piti, sukha yang muncul karena meditasi, tanpa vitaka dan vicara. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan'. Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam ariya vinaya, hal ini disebut: 'keadaan menyenangkan di sini dan sekarang' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan piti, ia berada dalam keadaan seimbang, sadar dan sangat waspada, bahagia dengan tubuh ia mencapai dan berada pada Jhana III. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan', Tetapi ... dalam Ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan kesusahan. Ia mencapai dan berada pada Jhana IV dengan tanpa kebahagiaan, tanpa ketidakbahagiaan, kesadarannya bersih karena keseimbangan ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahkan.' Tetapi... dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui penerangan tentang jasmani (rupa) dengan lenyapnya pencerapan ... tanpa perhatian pada pencerapan dan perbedaan (menyadari bahwa) 'ruang tanpa batas', ia mencapai dan berada pada 'kondisi ruang tanpa batas'. Ia mungkin berpikir: ... ini yang disebut 'ketenangan' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampau kondisi ruang tanpa batas (menyadari bahwa): 'kesadaran tanpa batas', ia mencapai dan berada pada keadaan kesadaran tanpa batas, ia berpikir ... ini yang disebut keadaan ketenangan dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui kondisi kesadaran tanpa batas; (menyadari bahwa) 'kekosongan', ia mencapai dan berada pada 'kondisi kekosongan'. Ia berpikir: ... ini yang disebut keadaan 'ketenangan' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melampaui alam kekosongan; ia mencapai dan berada pada kondisi 'bukan pencerapan atau bukan tidak pencerapan' ia berpikir: saya berada pada pemusnahan; Tetapi pencapaian ini bukan disebut pemusnahkan dalam ariya dhamma; ini disebut 'keadaan tenang' dalam ariya vinaya.
Pemusnahan akan efektif dalam:

  1. Orang lain kejam; kita tidak akan kejam.
  2. Orang lain membunuh; kita menghindar dari membunuh.
  3. Orang lain mengambil barang yang tak diberikan, kita tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
  4. Orang lain tidak mau hidup brahmacari, kita hidup brahmacari.
  5. Orang lain bicara bohong, kita menghindarkan diri untuk bohong.
  6. Orang lain memfitnah, kita menghindarkan diri untuk memfitnah.
  7. Orang lain bicara kasar, kita menghindarkan diri untuk bicara kasar.
  8. Orang lain melakukan gosip, kita menghindarkan diri untuk melakukan gosip.
  9. Orang lain serakah, kita tidak serakah.
 10. Orang lain iri hati, kita tidak iri hati.
 11. Orang lain berpandangan salah, kita berpandangan benar.
 12. Orang lain berpikir salah, kita berpikir benar.
 13. Orang lain berucap salah, kita berucap benar.
 14. Orang lain berperbuatan salah, kita berperbuatan benar.
 15. Orang lain bermata pencaharian salah, kita bermata pencaharian benar.
 16. Orang lain berusaha salah, kita berusaha benar.
 17. Orang lain berperhatian salah, kita berperhatian benar ...
 18. Orang lain bermeditasi salah, kita bermeditasi benar ...
 19. Orang lain berpengetahuan salah, kita berpengetahuan benar...
 20. Orang lain berpembebasan salah, kita berpembebasan benar ...
 21. Orang lain dikuasai ngantuk dan tidur, kita tidak dikuasi ngantuk dan tidur ...
 22. Orang lain kacau, kita tidak kacau ...
 23. Orang lain tak tentu, kita pasti ...
 24. Orang lain marah, kita tidak marah...
 25. Orang lain bermusuhan, kita bersahabat ...
 26. Orang lain menghina, kita tidak menghina ...
 27. Orang lain menguasai, kita tidak menguasai ...
 28. Orang lain cemburu, kita tidak cemburu ...
 29. Orang lain kikir, kita tidak kikir ...
 30. Orang lain penipu, kita tidak menipu ...
 31. Orang lain pembohong, kita tidak membohong...
 32. Orang lain keras kepala (bandel), kita tidak keras kepala...
 33. Orang lain angkuh, kita tidak angkuh ...
 34. Orang lain sulit dinasehati, kita mudah dinasehati ...
 35. Orang lain berkawan dengan orang jahat, kita berkawan dengan orang baik ...
 36. Orang lain lalai, kita rajin ...
 37. Orang lain tak berkeyakinan, kita berkeyakinan ...
 38. Orang lain tidak hati-hati, kita hati-hati ...
 39. Orang lain tidak tahu malu, kita tahu malu ...
 40. Orang lain belajar sedikit, kita belajar banyak ...
 41. Orang lain malas, kita bersemangat ...
 42. Orang lain tak waspada, kita waspada ...
 43. Orang lain berpengertian kurang, kita berpengertian ...
 44. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-pandangan pribadinya, ngotot, mempertahankan pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu; kita tidak akan salah mengerti pada pandangan-pandangan pribadi itu dan akan mudah memusnahkan pandangan-pandangan itu; ...

Walaupun perkembangan batin dalam kusala dhamma (dhamma yang baik) adalah sangat penting, maka apakah yang harus dikatakan untuk aktivitas tubuh dan ucapan sebagai akibat hal-hal itu? Kita harus berpikir sebagai berikut:

  1. Orang lain kejam, kita tidak akan kejam.
  2. Orang lain salah mengerti sesuai dengan pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan ...

Misalnya, ada jalan tak rata dan tak ada jalan rata yang dapat digunakan untuk menghindari jalan tak rata itu. Maka begitu pula:

  1. Orang kejam, karena tak memiliki sifat tak kejam untuk menghindarkannya.
  2. Orang pembunuh, karena tak memiliki pantangan membunuh untuk menghindarkannya.
  3. ... mengambil barang yang tak diberikan, karena tak memiliki pantangan untuk tak mengambil barang yang tak diberikan untuk menghindarkannya.
  4. Orang tidak hidup brahmacari, karena hidup brahmacari untuk menghindarkannya.
  5. Orang yang berbohong, karena tak memiliki kejujuran untuk menghindarkannya.
  6. ... memfitnah, karena ... dan seterusnya.
  7. ... dst. .... 43 (materi dasarnya seperti di atas).

Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan pandangan seperti itu dan sulit memusnahkan pandangan itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak ngotot dan mudah memusnahkannya, sebagai cara untuk menghindarinya.
Bagaimanapun akusala dhamma (dhamma tak baik) itu, dhamma seperti itu mengarah ke kondisi yang rendah; sebaliknya, bagaimanapun kusala dhamma (dhamma baik) itu, dhamma seperti itu mengarah ke kondisi lebih tinggi. Dengan demikian:

  1. Orang yang kejam, tidak memiliki tanpa-kekejaman sebagai kondisi lebih tinggi.
  2. Orang yang membunuh, tidak memiliki pantangan membunuh sebagai kondisi lebih tinggi.
  3. - 43 ...

44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian, benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak ngotot dan mudah memusnahkannya, adalah kondisi lebih tinggi.

Orang yang menggapai-gapai (menyelamatkan diri) dalam rawa untuk menyelamatkan orang lain yang mengapai-gapai dalam rawa adalah tidak mungkin; orang yang tidak berada dalam rawa dapat menyelamatkan orang yang menggapai-gapai dalam rawa adalah mungkin. Orang tidak terlatih, tidak disiplin dan tidak mencapai nibbana akan melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah tidak mungkin; orang yang terlatih, disiplin dan telah mencapai nibbana bila melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah mungkin.
Begitu pula:

  1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejaman adalah cara untuk mencapai nibbana.
  2. Orang pembunuh berubah menjadi pantang membunuh adalah cara untuk mencapai nibbana.
  3. - 43 ...

 44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

Demikianlah, jalan untuk memusnahkan, jalan untuk mengembangkan batin, jalan untuk menghindari, jalan untuk mencapai pencapaian lebih tinggi dan jalan untuk mencapai nibbana telah saya tunjukkan.
Apa yang harus dilakukan untuk siswanya berdasarkan pada kasih sayang Guru yang mengharapkan kesejahteraan dan kasihnya, telah saya kerjakan untuk-Mu, Cunda. Itulah akar dari pohon-pohon, ini pondok-pondok kosong. Cunda kembangkanlah Jhana, jangan menunggu, itu akan mengakibatkan penyesalan. Inilah pesan kami untukmu."

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Mahacunda merasa puas dan gembira mendengar uraian Sang Bhagava.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

nyanadhana

ntar tanya ke romo Cunda ah....huehuehueheheue...bro Ryu tulisannya gede2 dan berwarna biru...hohohoh
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

ryu

Silahkan,semoga membawa manfaat :P
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

nyanadhana

Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

K.K.

Quote from: ryu on 15 January 2009, 03:17:12 PM
44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian, benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak ngotot dan mudah memusnahkannya, adalah kondisi lebih tinggi.

Orang yang menggapai-gapai (menyelamatkan diri) dalam rawa untuk menyelamatkan orang lain yang mengapai-gapai dalam rawa adalah tidak mungkin; orang yang tidak berada dalam rawa dapat menyelamatkan orang yang menggapai-gapai dalam rawa adalah mungkin. Orang tidak terlatih, tidak disiplin dan tidak mencapai nibbana akan melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah tidak mungkin; orang yang terlatih, disiplin dan telah mencapai nibbana bila melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah mungkin.
Begitu pula:

  1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejaman adalah cara untuk mencapai nibbana.
  2. Orang pembunuh berubah menjadi pantang membunuh adalah cara untuk mencapai nibbana.
  3. - 43 ...

 44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

Demikianlah, jalan untuk memusnahkan, jalan untuk mengembangkan batin, jalan untuk menghindari, jalan untuk mencapai pencapaian lebih tinggi dan jalan untuk mencapai nibbana telah saya tunjukkan.
Apa yang harus dilakukan untuk siswanya berdasarkan pada kasih sayang Guru yang mengharapkan kesejahteraan dan kasihnya, telah saya kerjakan untuk-Mu, Cunda. Itulah akar dari pohon-pohon, ini pondok-pondok kosong. Cunda kembangkanlah Jhana, jangan menunggu, itu akan mengakibatkan penyesalan. Inilah pesan kami untukmu."

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Mahacunda merasa puas dan gembira mendengar uraian Sang Bhagava.

Ya, betul. Berarti Bhikkhu yang belum Arahat, yang masih menggapai-gapai dalam lumpur, ga layak mengajar 'kan?! Begitu maksudnya? 
;D

Sumedho

QuoteMungkin seseorang bebas dari nafsu indera, bebas dari dhamma yang tak berguna, mencapai dan berada pada Jhana I dengan vitakka, vicara, piti dan sukkha karena ketenangan. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan'. Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam ariya vinaya; hal ini disebut: 'keadaan yang menyenangkan di sini dan sekarang' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan menghilangkan vitaka dan vicara, ia mencapai dan berada pada Jhana II dengan keyakinan, pikiran terpusat (ekagata), piti, sukha yang muncul karena meditasi, tanpa vitaka dan vicara. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan'. Tetapi bukan pencapaian ini yang disebut 'pemusnahan' dalam ariya vinaya, hal ini disebut: 'keadaan menyenangkan di sini dan sekarang' dalam ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan piti, ia berada dalam keadaan seimbang, sadar dan sangat waspada, bahagia dengan tubuh ia mencapai dan berada pada Jhana III. Ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahan', Tetapi ... dalam Ariya vinaya.
Mungkin seseorang dengan melenyapkan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, dengan lebih dahulu melenyapkan kesenangan dan kesusahan. Ia mencapai dan berada pada Jhana IV dengan tanpa kebahagiaan, tanpa ketidakbahagiaan, kesadarannya bersih karena keseimbangan ia mungkin berpikir: 'Saya berada dalam pemusnahkan.' Tetapi... dalam ariya vinaya.

OOT sih, tapi Menarik.... ternyata dalam jhana 1-4 masih ada pikiran......
There is no place like 127.0.0.1

ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 15 January 2009, 03:44:24 PM
Quote from: ryu on 15 January 2009, 03:17:12 PM
44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, ngotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian, benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak ngotot dan mudah memusnahkannya, adalah kondisi lebih tinggi.

Orang yang menggapai-gapai (menyelamatkan diri) dalam rawa untuk menyelamatkan orang lain yang mengapai-gapai dalam rawa adalah tidak mungkin; orang yang tidak berada dalam rawa dapat menyelamatkan orang yang menggapai-gapai dalam rawa adalah mungkin. Orang tidak terlatih, tidak disiplin dan tidak mencapai nibbana akan melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah tidak mungkin; orang yang terlatih, disiplin dan telah mencapai nibbana bila melatih, mendisiplinkan dan membimbing orang lain untuk mencapai nibbana adalah mungkin.
Begitu pula:

  1. Orang kejam berubah menjadi tanpa kekejaman adalah cara untuk mencapai nibbana.
  2. Orang pembunuh berubah menjadi pantang membunuh adalah cara untuk mencapai nibbana.
  3. - 43 ...

 44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

Demikianlah, jalan untuk memusnahkan, jalan untuk mengembangkan batin, jalan untuk menghindari, jalan untuk mencapai pencapaian lebih tinggi dan jalan untuk mencapai nibbana telah saya tunjukkan.
Apa yang harus dilakukan untuk siswanya berdasarkan pada kasih sayang Guru yang mengharapkan kesejahteraan dan kasihnya, telah saya kerjakan untuk-Mu, Cunda. Itulah akar dari pohon-pohon, ini pondok-pondok kosong. Cunda kembangkanlah Jhana, jangan menunggu, itu akan mengakibatkan penyesalan. Inilah pesan kami untukmu."

Itulah yang dikatakan Sang Bhagava. Bhikkhu Mahacunda merasa puas dan gembira mendengar uraian Sang Bhagava.

Ya, betul. Berarti Bhikkhu yang belum Arahat, yang masih menggapai-gapai dalam lumpur, ga layak mengajar 'kan?! Begitu maksudnya? 
;D
setidaknya ada orang yang terlatih, disiplin dan ......


trus :   44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

K.K.

Quote from: ryu on 15 January 2009, 03:59:17 PM
trus :   44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

Ya, betul. Berlaku untuk semua orang.


ryu

Quote from: Kainyn_Kutho on 15 January 2009, 04:12:08 PM
Quote from: ryu on 15 January 2009, 03:59:17 PM
trus :   44. Orang yang berpengertian salah karena pandangan-pandangan pribadinya, mengotot mempertahankan pandangan seperti itu; karena tidak memiliki pengertian benar sesuai dengan pandangan pribadi, tidak mengotot dan mudah memusnahkannya, adalah cara untuk mencapai nibbana.

Ya, betul. Berlaku untuk semua orang.


Ya semoga kita semua bisa :) _/\_
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

markosprawira

Quote from: hudoyo on 15 January 2009, 02:02:46 AM
Quote from: Kemenyan on 14 January 2009, 10:10:10 PM
Quote from: hudoyo on 14 January 2009, 09:26:44 PM
Quotedan bahkan tidak mungkinlah TIPITAKA terbentuk........karena ada "ide"/ "aku" yang ingin menuliskan Tipitaka itu ke Daun.

Yang menghafalkan dan menulis Tipitaka itu bukan arahat, bukan orang yang telah bebas. Orang yang telah bebas tidak punya motivasi untuk menulis kitab suci.
Jadi penasaran...
Siapa yah yang mengajarkan Dhamma, dan mempopulerkan dhamma,
Siapa pula yang mengkotbahkan sutta-sutta yang didalam tipitaka...

Apa pula motivasi'nya?
Masa iya orang yang telah bebas punya motivasi untuk berkhotbah?

Seorang yang telah bebas sempurna --seperti Buddha, Krishnamurti-- tidak akan mengajarkan kebenaran dengan merek tertentu. Mereka sekadar bicara tentang kebenaran, dan kebenaran mereka tidak bisa dibedakan satu dari yang lain ...  tapi para pendengarnyalah yang sibuk memberi merek dan mempertentangkan merek-merek.

betul sekali..... memang bnyk yg sibuk dengan merek seperti :

QuoteSubject posting ini kurang tepat, seharusnya berbunyi: "Dasar-dasar
meditasi vipassana menurut Mahasi Sayadaw".

Soalnya ada banyak teknik meditasi vipassana lain yang non-Mahasi
Sayadaw, misalnya: vipassana a la Goenkaji, vipassana a la Pa-Auk
Sayadaw, vipassana a la Ajahn Buddhadasa, dan vipassana/MMD.

Salam,
Hudoyo

QuoteMemang Anda menguasai kitab Abhidhamma Pitaka, tapi Anda tidak memahami ajaran Buddha Gotama

Tapi mengklaim :

Quotepemahaman saya sebagai pemeditasi vipassana, yang di dalam meditasi vipassana kitab suci mana pun tidak relevan lagi, termasuk kitab suci Buddhis

Mengaku lepas dari merek, tidak melekat.... tapi ternyata masih perlu "merek" dan ngomongin "merek" yah  :P

Jadi siapa yg menngkotak2an yah?  :whistle: