Hubungan Antara Sunyata dan Paticcasamuppada

Started by seniya, 25 November 2012, 06:40:15 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

ryu

 [at] om kelana, mau bagaimanapun juga sang master pasti mencari pembenaran untuk pemikirannya. Dia akan mencari dari sumber2 yang mendukung dia, jafi yang sangsekerta gak sah lah bagi dia.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Kelana

Quote from: ryu on 02 December 2012, 07:43:35 AM
[at] om kelana, mau bagaimanapun juga sang master pasti mencari pembenaran untuk pemikirannya. Dia akan mencari dari sumber2 yang mendukung dia, jafi yang sangsekerta gak sah lah bagi dia.

Yup, pasti akan demikian.
Dan mengingat istilah kosong=isi ini kemungkinan sudah ratusan tahun bahkan tidak menutup kemungkinan sudah tertanam dalam pemikiran beberapa Master Mahayana serta dalam tulisan-tulisan mereka, maka hal ini wajar saja. Namun sepengetahuan saya semua sepakat bahwa Prajnaparamita Hrdaya Sutra tersebut mengacu pada ajaran anatta, termasuk para Master Mahayana yang harus merumitkan diri dengan menggunakan istilah kosong=isi.
GKBU

_/\_ suvatthi hotu


- finire -

hendrako

Quote from: Kelana on 01 December 2012, 10:51:49 PM

Kalau isi adalah kosong, kosong adalah isi, maka silahkan bertelanjang saat hendak pergi kerja, sekolah atau kemana juga. Silahkan melakukan kejahatan karena kejahatan adalah kebaikan. Ini adalah suatu pemikiran yang tidak dibenarkan. Bahkan Prajnaparamita tidak menyebutkan adanya kosong adalah isi (sunya adalah purna/asunya), tetapi sunya tidak terpisahkan dari rupa (sunya na prthak rupa).

Ketika kita berbicara bahwa benda padat tidak benar-benar padat, kekosongan tidak benar-benar kosong, ini berarti seharusnya kita tahu bahwa ada perbedaan antara rupa dan kosong. Meskipun keduanya memiliki satu sifat/karakter/laksana yang sama bukan berarti kosong adalah rupa.

Ketika kita memberbicara mengenai anicca, dukkha dan anatta (kosong/sunya),  kita berbicara mengenai ciri/sifat/karakter (Pali: lakkhana, Sanskerta:laksana) dari skandha/khandha, dan hanya sifat anatta untuk sunya. 

Jika isi adalah kosong, kosong adalah isi, ini berarti kita menyamakan antara sifat/laksana dengan skandha.

Contoh: Salah satu sifat emas adalah keras, salah satu sifat berlian adalah keras, keras adalah emas – emas adalah keras, berlian adalah keras - keras adalah berlian, maka berlian adalah emas atau emas adalah berlian. Ini tidak benar.

Yang benar adalah salah satu sifat emas = salah satu sifat berlian adalah keras

Jadi yang benar persamaannya adalah sunyata-nya kekosongan = sunyata-nya rupa. Ini adalah persamaan yang setara, antara laksana dengan laksana.


Intinya adalah segala sesuatu (kecuali Nibbana) adalah "sankhara"..................................................itu saja.
yaa... gitu deh

Sunya

Quote from: Sunyata on 30 November 2012, 09:14:00 PM
Bagaimana penjelasannya om? Kalau segala sesuatu tidak punya sesuatu yang bisa dibedakan ataupun disamakan karena tidak punya entitas diri? Mengapa sekarang om dapat menulis dan membedakan a, b dan c? Mengapa saya bisa menyamakan o dan o? Meskipun mereka tidak punya entitas diri? Mohon pencerahannya...

Saya bantu jawab (maaf bukan cloning-an dari Dj**).

Pikiran yang dapat menulis dan membedakan a, b dan c.

Pikiran juga yang menyamakan o dan o.

Penyamaan dan pembedaan lahir karena ada Pikiran. Ketika tidak ada pikiran, lalu "siapa" yang berpikir? (Kutipan Zen)

Ketika diri telah terbebas (dari shankara dan dukkha), apa yang harus disamakan dan dibedakan?

Bahkan segala intelektualitas dan subjektivitas berpikir adalah sunya, tidak memiliki inti/entitas yang hakiki. Apalagi yang harus dicari persamaan dan perbedaan, karena kita tahu persamaan dan perbedaan lahirnya dari pikiran (salah satu faktor mental dari 5 agregat/khanda).

Semoga selangkah menuju pencerahan.

Salam.

Sunya

Quote from: hendrako on 02 December 2012, 02:04:24 PM
Intinya adalah segala sesuatu (kecuali Nibbana) adalah "sankhara"..................................................itu saja.

Berhubung ini di sub Tradisi Mahayana, maka pernyataan di atas tidak tepat.

Dalam aliran lain, kebenaran dibagi dua (Paramattha Sacca dan Samutti Sacca), yang meliputi citta, cetasika, rupa, dan nibbana.

Di aliran Mahayana, keempat faktor di atas pun, tidak lepas dari Sunya (kekosongan dari inti hakiki).

Singkatnya, nibbana pun lahir dari hasil (entah itu Jalan Mulia Beruas Delapan, Brahma Vihara, dst). Intinya: "Segala sesuatu di dalam keberadaan ini adalah sunya, tidak berdiri secara independen."

Seperti itu kira-kira maksud dari Sunyata, dan kaitannya dengan Patticca Samuppada (sebab-musabab saling bergantungan).

Mohon koreksinya. Terima kasih.

hendrako

Quote from: Sunya on 02 December 2012, 09:24:28 PM
Berhubung ini di sub Tradisi Mahayana, maka pernyataan di atas tidak tepat.

Dalam aliran lain, kebenaran dibagi dua (Paramattha Sacca dan Samutti Sacca), yang meliputi citta, cetasika, rupa, dan nibbana.

Di aliran Mahayana, keempat faktor di atas pun, tidak lepas dari Sunya (kekosongan dari inti hakiki).

Singkatnya, nibbana pun lahir dari hasil (entah itu Jalan Mulia Beruas Delapan, Brahma Vihara, dst). Intinya: "Segala sesuatu di dalam keberadaan ini adalah sunya, tidak berdiri secara independen."

Seperti itu kira-kira maksud dari Sunyata, dan kaitannya dengan Patticca Samuppada (sebab-musabab saling bergantungan).

Mohon koreksinya. Terima kasih.

Nibbana bukan termasuk sankhara karena bukan merupakan perpaduan.

"Sabbe sankhara anicca
Sabbe sankhara dukkha
Sabbe dhamma anatta"

Segala sesuatu (sankhara + Nibbana) pada syair di atas disebut sebagai Dhamma.
Segala sesuatu (sankhara + Nibbana) bersifat anatta............sunya.
yaa... gitu deh

Sunyata

Quote from: Sunya on 02 December 2012, 08:30:50 PM
Saya bantu jawab (maaf bukan cloning-an dari Dj**).

Pikiran yang dapat menulis dan membedakan a, b dan c.

Pikiran juga yang menyamakan o dan o.

Penyamaan dan pembedaan lahir karena ada Pikiran. Ketika tidak ada pikiran, lalu "siapa" yang berpikir? (Kutipan Zen)

Ketika diri telah terbebas (dari shankara dan dukkha), apa yang harus disamakan dan dibedakan?

Bahkan segala intelektualitas dan subjektivitas berpikir adalah sunya, tidak memiliki inti/entitas yang hakiki. Apalagi yang harus dicari persamaan dan perbedaan, karena kita tahu persamaan dan perbedaan lahirnya dari pikiran (salah satu faktor mental dari 5 agregat/khanda).

Semoga selangkah menuju pencerahan.

Salam.
Pikiran membedakan/menyamakan berdasarkan apa? Bukankah dibedakan/disamakan berdasarkan "sesuatu"? Emas adalah bata dan bata adalah emas. Kesimpulan: Jualah bata ke toko emas?

Sunya

Quote from: hendrako on 03 December 2012, 12:23:43 AM
Nibbana bukan termasuk sankhara karena bukan merupakan perpaduan.

"Sabbe sankhara anicca
Sabbe sankhara dukkha
Sabbe dhamma anatta"

Segala sesuatu (sankhara + Nibbana) pada syair di atas disebut sebagai Dhamma.
Segala sesuatu (sankhara + Nibbana) bersifat anatta............sunya.

Segala sesuatu sunya/kosong dari sifat hakiki, termasuk Buddha, Dhamma, Sangha dan juga Nibbana.

Sunya

Quote from: Sunyata on 03 December 2012, 06:52:34 AM
Pikiran membedakan/menyamakan berdasarkan apa? Bukankah dibedakan/disamakan berdasarkan "sesuatu"? Emas adalah bata dan bata adalah emas. Kesimpulan: Jualah bata ke toko emas?

Jangan mencampuradukkan kebenaran mutlak dan kondisional.

Salam.

K.K.

Quote from: Kelana on 01 December 2012, 10:51:49 PM

Kalau isi adalah kosong, kosong adalah isi, maka silahkan bertelanjang saat hendak pergi kerja, sekolah atau kemana juga. Silahkan melakukan kejahatan karena kejahatan adalah kebaikan. Ini adalah suatu pemikiran yang tidak dibenarkan. Bahkan Prajnaparamita tidak menyebutkan adanya kosong adalah isi (sunya adalah purna/asunya), tetapi sunya tidak terpisahkan dari rupa (sunya na prthak rupa).
[...]
Bugil tidak benar2 bugil, berpakaian juga tidak benar2 berpakaian.
Tidak ada yang benar2 bugil, dan tidak ada yang benar2 berpakaian.
Bugil & berpakaian adalah perpaduan, keduanya tidak kekal.
Dalam konteks ini, maka bugil = berpakaian, berpakaian = bugil.

Mau lebih ekstrem?
[spoiler]Buddha tidak benar2 Buddha, penipu juga tidak benar2 penipu.
Tidak ada yang benar2 buddha, dan tidak ada yang benar2 penipu.
Buddha & penipu adalah perpaduan, keduanya tidak kekal.
Dalam konteks ini, maka Buddha = penipu, penipu = Buddha.

:|[/spoiler]



Quote from: Kelana on 01 December 2012, 11:13:05 PM
Emptiness and the phenomenal world are not two distinct things. They are rather two characterizations of the same thing

Saya mengindikasikan adanya salah terjemahan. Entah kenapa orang barat menggunakan istilah distinct yang kemudian diartikan dalam bahasa Indonesia jadi berarti "berbeda", padahal ada pengertian lain:

Oxford:
•  recognizably different in nature from something else of a similar type: the patterns of spoken language are distinct from those of writing there are two distinct types of sickle cell disease
•  physically separate: the gallery is divided into five distinct spaces
Origin:
late Middle English (in the sense 'differentiated'): from Latin distinctus 'separated, distinguished', from the verb distinguere (see distinguish)

Jadi kata distinct itu berdasarkan asal kata berarti separated (terpisah) sama halnya dengan arti dari prthak = separate = terpisah
Teks awal Prajnaparamita adalah Sanskerta bukan bahasa Inggris atau Mandarin sehingga Sanskerta-lah yang seharusnya menjadi acuan. Dan nampaknya "master" kita ini lebih suka istilah yang memang membuat bingung ria dan berakhir paradoks dari pada kata yang dapat mudah dimengerti . :whistle:
Iya, betul. "Terpisah" nampaknya lebih tidak ambigu. Terlepas dari itu pun, yang bikin aneh adalah ketidaksesuaian konteksnya, bahwa (sehubungan dengan rupa,) rupa tidak terpisah dari sunya dan sunya tidak terpisah dari rupa, dan juga keliru memahami sunya (kosong) di sini yang bukan lawan kata dari rupa, sehingga muncul pola pikir berikut:

-kosong (sunya) itu isi (rupa), isi (rupa) itu kosong (sunya) [a =  b,  b =  a]
E.g. Gelas setengah kosong = setengah isi; bukit = lembah.

Kemudian keluar dari konteks, 2 objek yang berbeda disamakan dengan menghilangkan persepsi (x).
E.g. Karena melihat pisik (ada persepsi, x), maka pria beda dengan wanita (b != !b).
Tapi menutup mata (!x), maka pria dan wanita sama (b = !b).

Dengan demikian, kosong/tidak kosong juga ditentukan persepsi.
Karena persepsi, maka kosong beda dengan tidak kosong (a != !a)
kalau tanpa persepsi, maka kosong sama dengan tidak kosong (a = !a)

Ringkasan.
Jika telah memahami "sunyata" (tanpa x):
* a = b ;  b =  a
* a = !b; !b =  a
*!a = b ;  b = !a
*!a = !b; !b = !a

Tinggal diaplikasikan:
* Gorilla adalah mamalia; mamalia adalah gorilla
* Gorilla adalah kadal; kadal adalah gorilla
* Ubur-ubur adalah mamalia; mamalia adalah ubur-ubur
* Ubur-ubur adalah kadal; kadal adalah ubur-ubur

Penjelasan:
-Gorilla bergantung pada mamalia, mamalia bergantung pada gorilla.
Ubur-ubur adalah mamalia; Gorilla pun kadal.
Gorilla, ubur2, kadal, mamalia, semua bergerak silih berganti, saling mempengaruhi.
[spoiler]
Quote from: **** on 27 November 2012, 03:50:09 PM
Berhentinya wujud bukanlah tanpa eksistensi
dan munculnya wujud bukanlah eksistensi

wujud dan kosong adalah satu rangkaian yang bergerak silih berganti,
Kekosongan mengkondisikan kemunculan wujud dan wujud mengkondisikan kemunculan kekosongan, Bergerak terus menerus, saling mempengaruhi
[/spoiler]

-Gorilla dan ubur2 terpisahkan hanyalah karena masalah penamaan.
[spoiler]
Quote from: **** on 30 November 2012, 03:59:33 PM
Jika kita membeda bedakan dan melekat pada penamaan, maka ada entitas terpisah dalam hal ini kosong dan rupa berbeda, tetapi pada dasarnya mereka berdua adalah sunya dan bukan entitas yg berdiri sendiri.
[/spoiler]

-Gorilla ga bener2 gorilla, ubur-ubur juga ga bener2 ubur2.
[spoiler]
Quote from: ******** on 01 December 2012, 12:21:50 PM
benda padat tidak benar-benar padat
kekosongan tidak benar-benar kosong
tidak ada benda yang benar-benar padat
tidak ada kekosongan yang benar-benar kosong
[/spoiler]

dan terakhir, Mendebatkan gorilla terpisah atau tidak terpisah dari ubur2 atau kadal adalah pandangan terdelusi.
[spoiler]
Quote from: **** on 26 November 2012, 10:52:55 AM
Mengatakan bukit dan lembah tidak terpisahkan ataupun terpisahkan hanyalah pandangam terdelusi. Mereka hanyalah seperti itu karena mereka tidak punya sifat terpisahkan ataupun tidak terpisahkan.
[/spoiler]


Filosofi tingkat tinggi ini memang luar biasa sulit dipahami.


hendrako

#40
Quote from: Kainyn_Kutho on 03 December 2012, 11:18:00 AM
Bugil tidak benar2 bugil, berpakaian juga tidak benar2 berpakaian.
Tidak ada yang benar2 bugil, dan tidak ada yang benar2 berpakaian.
Bugil & berpakaian adalah perpaduan, keduanya tidak kekal.
Dalam konteks ini, maka bugil = berpakaian, berpakaian = bugil.

Mau lebih ekstrem?
[spoiler]Buddha tidak benar2 Buddha, penipu juga tidak benar2 penipu.
Tidak ada yang benar2 buddha, dan tidak ada yang benar2 penipu.
Buddha & penipu adalah perpaduan, keduanya tidak kekal.
Dalam konteks ini, maka Buddha = penipu, penipu = Buddha.

:|[/spoiler]


Iya, betul. "Terpisah" nampaknya lebih tidak ambigu. Terlepas dari itu pun, yang bikin aneh adalah ketidaksesuaian konteksnya, bahwa (sehubungan dengan rupa,) rupa tidak terpisah dari sunya dan sunya tidak terpisah dari rupa, dan juga keliru memahami sunya (kosong) di sini yang bukan lawan kata dari rupa, sehingga muncul pola pikir berikut:

-kosong (sunya) itu isi (rupa), isi (rupa) itu kosong (sunya) [a =  b,  b =  a]
E.g. Gelas setengah kosong = setengah isi; bukit = lembah.

Kemudian keluar dari konteks, 2 objek yang berbeda disamakan dengan menghilangkan persepsi (x).
E.g. Karena melihat pisik (ada persepsi, x), maka pria beda dengan wanita (b != !b).
Tapi menutup mata (!x), maka pria dan wanita sama (b = !b).

Dengan demikian, kosong/tidak kosong juga ditentukan persepsi.
Karena persepsi, maka kosong beda dengan tidak kosong (a != !a)
kalau tanpa persepsi, maka kosong sama dengan tidak kosong (a = !a)

Ringkasan.
Jika telah memahami "sunyata" (tanpa x):
* a = b ;  b =  a
* a = !b; !b =  a
*!a = b ;  b = !a
*!a = !b; !b = !a

Tinggal diaplikasikan:
* Gorilla adalah mamalia; mamalia adalah gorilla
* Gorilla adalah kadal; kadal adalah gorilla
* Ubur-ubur adalah mamalia; mamalia adalah ubur-ubur
* Ubur-ubur adalah kadal; kadal adalah ubur-ubur

Penjelasan:
-Gorilla bergantung pada mamalia, mamalia bergantung pada gorilla.
Ubur-ubur adalah mamalia; Gorilla pun kadal.
Gorilla, ubur2, kadal, mamalia, semua bergerak silih berganti, saling mempengaruhi.
[spoiler][/spoiler]

-Gorilla dan ubur2 terpisahkan hanyalah karena masalah penamaan.
[spoiler][/spoiler]

-Gorilla ga bener2 gorilla, ubur-ubur juga ga bener2 ubur2.
[spoiler][/spoiler]

dan terakhir, Mendebatkan gorilla terpisah atau tidak terpisah dari ubur2 atau kadal adalah pandangan terdelusi.
[spoiler][/spoiler]


Filosofi tingkat tinggi ini memang luar biasa sulit dipahami.



Benar anda emang tidak mengerti keknya.  :)
Rancu antara konvensi dan realiti.

yaa... gitu deh

K.K.

Quote from: hendrako on 03 December 2012, 01:30:01 PM
Benar anda emang tidak mengerti keknya.  :)
Rancu antara konvensi dan realiti.


Konvensi tidak benar-benar konvensi
Realiti tidak benar-benar realiti
Tidak ada yang benar-benar konvensi
Tidak ada yang benar-benar realiti

Maka disebut konvensi adalah realiti, realiti adalah konvensi.

Nampaknya anda yang tidak mengerti apa yang anda katakan. ;D

hendrako

Quote from: Kainyn_Kutho on 03 December 2012, 01:39:13 PM
Konvensi tidak benar-benar konvensi
Realiti tidak benar-benar realiti
Tidak ada yang benar-benar konvensi
Tidak ada yang benar-benar realiti

Maka disebut konvensi adalah realiti, realiti adalah konvensi.

Nampaknya anda yang tidak mengerti apa yang anda katakan. ;D


:)
yaa... gitu deh

K.K.


djoe

Quote from: Kelana on 01 December 2012, 11:13:05 PM
Emptiness and the phenomenal world are not two distinct things. They are rather two characterizations of the same thing

Saya mengindikasikan adanya salah terjemahan. Entah kenapa orang barat menggunakan istilah distinct yang kemudian diartikan dalam bahasa Indonesia jadi berarti "berbeda", padahal ada pengertian lain:

Oxford:
•  recognizably different in nature from something else of a similar type: the patterns of spoken language are distinct from those of writing there are two distinct types of sickle cell disease
•  physically separate: the gallery is divided into five distinct spaces
Origin:
late Middle English (in the sense 'differentiated'): from Latin distinctus 'separated, distinguished', from the verb distinguere (see distinguish)

Jadi kata distinct itu berdasarkan asal kata berarti separated (terpisah) sama halnya dengan arti dari prthak = separate = terpisah
Teks awal Prajnaparamita adalah Sanskerta bukan bahasa Inggris atau Mandarin sehingga Sanskerta-lah yang seharusnya menjadi acuan. Dan nampaknya "master" kita ini lebih suka istilah yang memang membuat bingung ria dan berakhir paradoks dari pada kata yang dapat mudah dimengerti . :whistle:



Coba lihat yang di bold,

Yang berbingung ria dan berakhir berparadoks ria sudah jelas lewat tulisan tersebut.
:)) :)) :))