News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

ALAM NERAKA

Started by Lily W, 15 April 2008, 05:10:56 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Lily W

Quote from: willibordus on 06 June 2008, 02:52:50 PM
Quote from: Kainyn_Kutho on 06 June 2008, 02:31:09 PM
willibordus,

Quote~ Jika seseorang tidak tahu bahwa yang ia bunuh adalah seorang Buddha, apakah si pembunuh ini juga akan tetap masuk Neraka Avici?

Baik tau atau tidak tahu, namanya ada niat membunuh tetap saja kena akibatnya. Dalam Milinda Panha, Nagasena mengatakan bahwa ada 2 jenis ketidak tahuan di mana yang satu membebaskan orang dari akibatnya (seperti kisah Chakkuphala yang buta tidak tahu ada serangga dan menginjaknya sewaktu melakukan meditasi jalan), dan ada yang tidak membebaskan orang dari akibatnya, ibarat orang minum racun, tahu atau tidak tahu, tetep mati.
Yang definisi ke dua ini contohnya adalah Yakkha yang memukul kepala Sariputta, tidak mengetahui siapa itu Sariputta. Contoh lain adalah kisah Dhammapada 72, di mana seorang melempar batu kepada seorang 'gelandangan', masuk ke telinga satu dan keluar dari telinga satu lagi sehingga meninggal. Yang dikira 'gelandangan' itu adalah seorang Pacceka Buddha, dan pelempar batu itu terlahir di Avici.


Iya Bro.

Cuman aku masih bingung, begini:
~ si A adalah Arahat
~ si B adalah orang biasa
~ si pembunuh adalah seorang perampok yg nggak ngerti buddhism

Jadi, kalau dinilai dari NIAT si perampok, ya sama saja ketika membunuh A atau B.
Nah, karena NIAT (Cetana) nya sudah sama, lantas faktor lain apa yg memungkinkan hasilnya berbeda? Membunuh A PASTI lahir ke Avicci, sedangkan membunuh B BELOM PASTI lahir ke Avicci.

Apakah selain NIAT, 'What/Who is The Object' juga berpengaruh? Padahal teorinya semua objek -baik atau buruk- adalah netral.

???

::

Berat ringannya membunuh tidak hanya ditentukan oleh kehendak, tapi juga bisa dipengaruhi oleh objeknya.  Membunuh Arahat(A) adalah membunuh mahluk yang sangat bermanfaat dan kualitas moral yang tinggi sehingga pasti jauh lebih berat dibandingkan org biasa(B).

Jadi sangat situasional... sedang apa saat itu objeknya dan sedang mendatangkan manfaat apa?

Memang... kamma itu kompleks, merupakan kombinasi dari berbagai kondisi yang hadir saat itu, maka itulah yang menentukan berat ringannya kamma...

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Mangkok

Quote
kalo nga salah sih kan selain faktor internal (niat dari si pelaku itu), ada faktor external, si objeknya itu jg.

Pernah di posting oleh Karuna di:

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,2343.0.html

Di Liberation in Our Hands, vol 2, hal 254, ada beberapa hal yang menentukan kekuatan suatu karma:

1. Karma yang kuat karena sifat perbuatannya sendiri (I: karma that is heavy because of its essential nature)
membunuh lebih berat daripada mencuri (orang lebih rela kehilangan materi daripada nyawa)

2. Karma yang kuat karena komponen mentalnya (I: its mental component)
ucapan kasar relatif lebih ringan dibandingkan karma fisik, namun bisa menjadi berat bila diucapkan dengan penuh kemarahan. (kuatnya faktor mental bajik / non-bajik yang muncul)

3. Karma yang kuat karena tindakan pendahuluannya (I: its preliminary action)
membunuh dengan menyiksa terlebih dahulu lebih berat daripada langsung membunuh.

4. Karma yang kuat karena basisnya (I: its basis)
melakukan perbuatan "ringan" kepada orang2 seperti guru spiritual pribadi kita, sangha, atau orang tua kita akan menjadi kuat dibandingkan perbuatan yang sama pada orang2 secara umum.

5. Karma yang kuat karena selalu dilakukan (I: it is always being performed)
ucapan tidak berguna yang dilakukan terus menerus dapat menjadi berat.

6. Karma yang kuat berhubungan dengan tidak adanya antidot (I: due to the absence of any antidote)
perbuatan negatif orang yang tidak pernah melakukan perbuatan bajik apapun akan menjadi sangat berat.

Karma dapat menjadi berat karena hadirnya satu atau pun lebih dari satu faktor-faktor ini, bahkan bisa semua faktor ini hadir.


NB: yang di atas hanya ringkasnya saja, tidak dikutip persis dan juga tidak mengutip secara keseluruhan penjelasan dari buku Liberation. Ada hal lain juga yang perlu diperhatikan yaitu jalan karmanya lengkap atau tidak, dan juga ada beberapa karma yang secara khusus sangat kuat (hal 260): berkaitan dengan ladangnya (misal: orang biasa dengan orang tua kita), karena agen/pelakunya (misal: orang yang memegang sila dengan orang yang tidak memegang sila), sifat dari objeknya (misal: berdana materi dengan berdana dharma), dan karena sikap mental di baliknya (motivasi)


Semoga bermanfaat  _/\_

Terima kasih  :|
Semoga kebijaksanaan dan kebaikan hati tumbuh dan berkembang dalam batin semua makhluk

williamhalim

Anumodana Bro Mangkok, juga Bro Karuna atas postingannya di thread lain itu.

Dari Penentu Berat Ringannya Kamma yg dipaparkan diatas, dapat kita lihat bahwa yang menentukan sebenarnya adalah BATIN (cetana) kita. Sedangkan objeknya (siapa, apa yg sedang dilakukan, dimana, kapan) hanyalah bersifat mengkondisikan.

Jadi IMO, dalam menentukan bobot kamma:
~ BATIN (NIAT) yg paling menentukan
~ OBJEK hanya mengkondisikan (mengkondisikan kuat/ringan-nya dorongan niat kita)

CMIIW

::




Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Mangkok

Quote from: willibordus on 07 June 2008, 12:53:22 PM
Anumodana Bro Mangkok, juga Bro Karuna atas postingannya di thread lain itu.

Dari Penentu Berat Ringannya Kamma yg dipaparkan diatas, dapat kita lihat bahwa yang menentukan sebenarnya adalah BATIN (cetana) kita. Sedangkan objeknya (siapa, apa yg sedang dilakukan, dimana, kapan) hanyalah bersifat mengkondisikan.

Jadi IMO, dalam menentukan bobot kamma:
~ BATIN (NIAT) yg paling menentukan
~ OBJEK hanya mengkondisikan (mengkondisikan kuat/ringan-nya dorongan niat kita)

CMIIW

::

Kita mungkin sudah pada tahu bahwa karma sifatnya sangat halus dan hanya bisa diketahui dengan tepat dan tanpa kesalah oleh seorang Buddha. Hanya seorang Buddha yang tahu persis apa yang terjadi.
Dan sebenarnya penjelasan karma dalam berbagai falsafah Buddhis juga tidak semua sama.

Sekedar contoh, dalam tradisi mahayana tibetan, ada banyak cerita dalam Sutra tentang Yang Bijak dan Yang Dungu yang mana dalam cerita2 tersebut ada berbagai kasus yang kelihatannya sederhana, tetapi efeknya luar biasa. Misal ada yang dilahirkan sebagai kera sebanyak lima ratus kehidupan hanya karena dia mengucapkan kata2 yang bagi kita mungkin sepele. Dia karena melihat seorang bhiksu melompat menyebrangi sebuah saluran air, mengatakan kepadanya bahwa bhiksu itu melompat seperti seekor kera. Dan ternyata bhiksu ini sudah mencapai empat buah seorang bhiksu (Arahat, red). Karena dia minta maaf dan mengakui kesalahannya setelah tahu bhiksu tersebut seorang Arahat, dia tidak terlahir di neraka. Namun, karena dia menertawakan bhiksu tersebut (yang adalah Arahat), dia terlahir 500 kehidupan sebagai kera. (baca cerita Madu Unggul di sutra tersebut)

Terlepas dari semua itu, halusnya cara kerja karma, pantas untuk membuat kita benar2 berhati-hati dalam berperilaku baik melalui fisik, ucapan, maupun mental.

Terima kasih  :|
Semoga kebijaksanaan dan kebaikan hati tumbuh dan berkembang dalam batin semua makhluk

Umat Awam

Oleh krn itu janganlah meremehkan perbuatan buruk walaupun kecil,
Dengan berpikir, perbuatan ini tak akan berakibat apa2 buat saya..
Ibarat air yg jatuh setetes demi setetes ke dalam tempayan,
sedikit demi sedikit akan terisi penuh oleh air yg jatuh setetes demi setetes..

Waspadalah..... waspadalah....

_/\_

nyanadhana

dia tetap membunuh seekor gajah lah   

*gubraks*
Membunuh gajah is membunuh gajah, ini objek nggak bakal berubah 

Yg didiskusikan sekarang adalah effectnya, hasilnya....
kenapa hasilnya bisa berbeda (avicci or not avicci), padahal penyebabnya (batin) sama.


Bro Willi,

maaf telat replynya. Saya ingin tanyakan mengenai bila seseorang tidak sengaja membunuh orang yang ternyata Arahat apakah ia masuk Avici. begini ilustrasinya

Lebih sakit mana , Bro willi mengenggam sebuah bola besi panas ditangan dengan sadar atau tidak sadar?
Pasti akan lebih sakit tidak sadar mengapa?karena bola besi panas ini dipegang tanpa sadar maka lama2 tanganpun akan hangus. Berbeda dengan memegang bola panas dengan sadar,kita sadar maka kita akan membuang.

Devadatta dengan sadar ingin membunuh Buddha dan dimasukkan ke Avici namun pada kalpa berlalu ia akan menjadi Pacceka Buddha, karena ia sadar akan Dhamma namun sengaja. berbeda dengan kasus dimana orang tidak sengaja membunuh Arahat, kapan ia akan sadar dan setelah Avici berlalu, apakah ia akan mengenal Dhamma?

Betul kata bro Kainyn, tingkatkan kewaspadaan ucapan,perbuatan dan pikiran agar kita terhindar dati perbuatan yang aneh seperti ini.  _/\_
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

williamhalim

Quote from: nyanadhana on 09 June 2008, 09:04:35 AM
Bro Willi,

maaf telat replynya. Saya ingin tanyakan mengenai bila seseorang tidak sengaja membunuh orang yang ternyata Arahat apakah ia masuk Avici. begini ilustrasinya

Lebih sakit mana , Bro willi mengenggam sebuah bola besi panas ditangan dengan sadar atau tidak sadar?
Pasti akan lebih sakit tidak sadar mengapa?karena bola besi panas ini dipegang tanpa sadar maka lama2 tanganpun akan hangus. Berbeda dengan memegang bola panas dengan sadar,kita sadar maka kita akan membuang.

Devadatta dengan sadar ingin membunuh Buddha dan dimasukkan ke Avici namun pada kalpa berlalu ia akan menjadi Pacceka Buddha, karena ia sadar akan Dhamma namun sengaja. berbeda dengan kasus dimana orang tidak sengaja membunuh Arahat, kapan ia akan sadar dan setelah Avici berlalu, apakah ia akan mengenal Dhamma?

Betul kata bro Kainyn, tingkatkan kewaspadaan ucapan,perbuatan dan pikiran agar kita terhindar dati perbuatan yang aneh seperti ini.  _/\_

Anumodana Bro Nyanadhana atas penjelasannya.
IMO, ada sedikit bias dalam bahasan ini, akan sy coba untuk memperjelasnya:

~ Devadatta: si pelaku
~ Buddha: objek
~ Niat melukai/tindakan melukai: kamma si devadatta
~ Neraka Avicci: vipaka

Jadi si Devadatta MENGETAHUI Objeknya adalah seorang Buddha dan ia MENYADARI melakukan Kamma tsb, hasilnya: Neraka Avicci.

Bagaimana jika kasusnya begini:

~ Tentara A dan B: si pelaku
~ warga C (seorang arahat): objek
~ warga D (seorang koruptor): objek
~ Niat membunuh/tindakan membunuh: kamma si A

Dua orang tentara (A) dan (B) masuk ke sebuah desa melakukan teror dengan menembaki beberapa orang. Tentara (A) menembaki seseorang yg sedang duduk2 (B), tanpa mengetahui (B) ini adalah seorang suci (arahat). Dipihak lain, tentara (B) menembaki seseorang yg sedang menggendong anaknya (D), tentara yg menmbak tidak tau bahwa (D) adalah seorang koruptor.

Yang jadi pertanyaan, kira2 yg mana BOBOT KAMMA BURUKnya lebih berat?
~ Si A yg menembak seorang yg sedang duduk (yg ternyata adalah arahat)
atau
~ Si B yg menambak seseorang yg menggendong anaknya (yg ternyata adalah seorang koruptor)

Ilustrasi yg ekstrim ini adalah usaha sy untuk menggambarkan perbedaan diantara: Apakah OBJECT atau BATIN yg sesungguhnya menentukan BOBOT suatu KAMMA.

-----

Harap dibedakan dengan "Banyak faktor yg mengkondisikan suatu Vipaka berbuah'.
Ini memang betul karena PENYEBAB suatu VIPAKA tidaklah dapat ternalarkan oleh pemikiran kita.

_/\_

::

Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

nyanadhana

Pertanyaan ini ditanyakan oleh Raja Milinda kepada Bhikku Nagasena dan diberikan ilustrasi mengenai bola panas yang digenggam dengan sadar atau tanpa sadar.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

williamhalim

Dikutip dari Milinda Panha, percakapan ini timbul sewaktu membahas "perbuatan baik" dan "perbuatan tercela".

Quote
8. "Mana yang lebih jelek, perbuatan tercela yang disadari atau yang tidak disadari?"

        "Perbuatan tercela yang tidak disadari, Baginda".

        "Kalau begitu kita harus menghukum dua kali lebih berat orang-orang yang melakukan perbuatan tercela tanpa menyadarinya".

        "Bagaimana menurut Baginda. Apakah seseorang akan terbakar lebih parah jika ia menggenggam besi yang merah membara tanpa mengetahui bahwa itu panas, dibandingkan dengan orang yang mengetahuinya?"

        "Ia akan terbakar lebih parah jika tidak tahu bahwa besi itu panas".

        "Demikian juga, O Baginda. Sama seperti orang yang melakukan perbuatan tercela tanpa menyadarinya".


Jadi sewaktu YM Nagasena dan Sang Raja membahas manakah yg lebih bermakna:
~ mengetahui sesuatu perbuatan itu baik/buruk dan melakukannya
atau
~ tidak mengetahui sesuatu perbuatan itu baik/buruk dan melakukannya

Jawabannya adalah:
~ Mengetahui   sesuatu perbuatan itu baik dan melakukannya adalah paling bermanfaat
~ Tidak mengetahui suatu perbuatan itu baik , namun melakukannya, tetap bermanfaat namun maknanya agak kurang.
~ Mengetahui sesuatu perbuatan itu buruk dan tetap melakukannya kammanya tidak seberat jika:
~ Tidak Mengetahui perbuatan itu buruk dan melakukannya. <--- ini yg paling berat.

Pembahasan ini adalah soal: Moha / Miccha Ditthi

Logikanya:
jika mengetahui efek dari suatu perbuatan, maka kita cenderung untuk melakukannya lagi jika itu perbuatan baik dan tidak akan melakukannya jika itu perbuatan buruk.

Inilah pentingnya mengikis kebodohan / pandangan salah.

-----

Mengenai bahasan SIAPAKAH si OBJEK / Sedang mengapa si OBJEK, IMO:
~ Tidak menentukan vipaka kita
~ Hanya bersifat MENGKONDISIKAN OBJECTIVITAS BATIN kita sehingga nantinya akan Menentukan BOBOT KAMMA yg kita produksi.


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

nyanadhana

 _/\_saya mungkin menarik cerita itu dan merelevansikan dengan pertanyaan kamu,karena salah satu faktor tersebut ada sangkut pautnya mengenai ketidaktahuan membunuh Arahat. sengaja atau tidak sengaja, Avici juga sudah menunggu.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

K.K.

nyanadhana,

Dalam kasus "bola panas", mungkin itu lebih menjurus kepada kesalahan yang dilakukan tanpa mengetahui itu adalah kesalahan. Jika orang tidak mengetahui itu adalah kesalahan, maka dia akan terus2an berbuat dan menikmatinya tanpa penyesalan, ataupun tanpa usaha menahan diri, yang tentu saja akibatnya bisa jauh lebih parah.

Kalo yang willibordus maksudkan, mungkin sedikit berbeda, yaitu kita melakukan hal yang sama, dengan kondisi bathin yang sama, tetapi yang berbeda hanya objeknya, namun hasilnya sungguh jauh berbeda.


QuoteMengenai bahasan SIAPAKAH si OBJEK / Sedang mengapa si OBJEK, IMO:
~ Tidak menentukan vipaka kita
~ Hanya bersifat MENGKONDISIKAN OBJECTIVITAS BATIN kita sehingga nantinya akan Menentukan BOBOT KAMMA yg kita produksi.
Subjektivitas bathin dan ketidaktahuan kita sendiri menurut saya adalah produk dari kebodohan bathin, dan kebodohan bathin itu tentu saja menentukan vipaka. Ketika dia tidak punya kebijaksanaan dalam menilai, maka kesalahan tetap saja ada padanya. Itu sama seperti anak kecil yang iseng memperlakukan serigala buas sama seperti anjing jinak.

Pukkusati, seorang raja yang ketika mengetahui ajaran Buddha Gotama meninggalkan kehidupan duniawi dan menjadi bhikkhu (walaupun belum ditahbiskan dan belum bertemu dengan Buddha), suatu saat bermalam di tempat yang sama dan diajarkan tentang pembagian elemen. Kemudian Pukkusati meminta maaf karena terlambat menyadarinya. Di sini Buddha Gotama pun juga mengatakan memang kesalahan ada pada Pukkusati karena terlambat menyadari pertapa itu adalah Buddha Gotama itu sendiri. Jadi di sini ketidaktahuan akan objek adalah kesalahan orang itu juga (yang menurut saya adalah berdasarkan moha, dalam hal ini sifat tidak mau tahu).


williamhalim

Quote from: nyanadhana on 09 June 2008, 02:20:11 PM
_/\_saya mungkin menarik cerita itu dan merelevansikan dengan pertanyaan kamu,karena salah satu faktor tersebut ada sangkut pautnya mengenai ketidaktahuan membunuh Arahat. sengaja atau tidak sengaja, Avici juga sudah menunggu.

Nah, disini letak bedanya Bro...

~ Milinda Panha membahas: Tidak mengetahui manfaat/akibat dari suatu perbuatan <--- ini adalah moha/miccha ditthi

~ Yg kita bahas: Tidak mengetahui Siapakah yg kita bunuh <--- ini bukan moha / miccha ditthi, melainkan semata2 tidak tau SIAPA si Objek, namun kita tau bahwa membunuh itu salah.

Pada Moha/Miccha Ditthi, kita tidak mengetahui membunuh itu salah / benar atau kita melakukan pembunuhan dengan didasari pengetahuan bahwa membunuh itu dibenarkan asal demi kebaikan. Kira2 begitu.

Sedangkan topik kita kali ini adalah:
Kita Mengetahui bahwa membunuh itu adalah salah. Kita juga tahu bahwa membunuh seorang arahat vipakanya adalah avicci. Yang tidak kita ketahui adalah orang yg kita bunuh itu adalah seorang arahat/bukan, apakah kita akan tetap masuk avicci?

Pendapat sy adalah kita tidak akan masuk avicci jika kita tidak tau objek yg kita bunuh adalah seorang arahat.

Ada kesalahpahaman sedikit Bro  :) sy lihat Bro Kainyn sudah bantu meluruskannya

_/\_

willi

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

nyanadhana

 _/\_ oh kalo begitu, coba tarik dari cerita Kauna mengenai Arahat yang mati diseruduk sapi yang tak lain tak bukan adalah arwah gentayangan yang membalas dendam kematiannya karena dulu pernah dibunuh sebelum manusia itu mencapai Arahat. apakah sapi itu masuk Avici?

Nah kalo dijelaskan masuk Avici,mungkin relevansinya ke sini adalah hantu itu tau bunuh itu tidak baik,hantu itu tau dia adalah bhikku namun hantu itu tidak tahu yang dia bunuh adalah Arahat. coba tanya ke Karuna.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one's own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

williamhalim

Quote from: nyanadhana on 09 June 2008, 03:43:28 PM
_/\_ oh kalo begitu, coba tarik dari cerita Kauna mengenai Arahat yang mati diseruduk sapi yang tak lain tak bukan adalah arwah gentayangan yang membalas dendam kematiannya karena dulu pernah dibunuh sebelum manusia itu mencapai Arahat. apakah sapi itu masuk Avici?

Nah kalo dijelaskan masuk Avici,mungkin relevansinya ke sini adalah hantu itu tau bunuh itu tidak baik,hantu itu tau dia adalah bhikku namun hantu itu tidak tahu yang dia bunuh adalah Arahat. coba tanya ke Karuna.

Ogut juga nggak tau cerita tentang sapi ini, baru taunya hari ini setelah membaca di thread lain (judul: Setelah jadi Arahat, minimal 7 hari harus masuk Sangha)  ;D

Mengenai sapi ini, ada yg tau pada akhirnya dia masuk avicci / tidak? Atau mungkin cerita lengkapnya saja biar kita baca dulu....

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

K.K.

nyanadhana,

Kalo dari beberapa sumber, itu adalah mahluk peta yang menyamar sebagai sapi, tetapi sumber lain mengatakan bahwa itu emang sapi 'beneran' yang merupakan kelahiran kembali wanita itu. Saya tidak tahu juga, tetapi mungkin kisah ini tidak bisa dipakai karena bathin binatang dan manusia tidaklah sama. Sapi itu membunuh 1 Arahat, 1 Anagami dan 2 Sotapanna, tetapi tidak dikisahkan sapi itu ditelan bumi.  :)

Kalo dari kisah2 di Tipitaka, saya sudah beri contoh di mana seorang yang berniat membunuh 'gelandangan' tapi ternyata seorang pacceka Buddha, tetap terlahir di Avici. Jadi tahu atau tidak tahu, tetap kena akibatnya.