Persembahan jubah Kathina (Sayadaw U Silananda)

Started by Indra, 21 October 2012, 07:44:11 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 October 2012, 09:11:06 AM
Ini saya sangat setuju, sebetulnya bisa juga ditanyakan pada sangha kira-kira butuh jubah berapa, lalu umat bisa bersama-sama mengumpulkan dana untuk jumlah itu. Walaupun nanti masing-masing umat hanya menyumbang Rp.7,- perak per orang, tetap tidak akan mengurangi niat baik, objek yang tepat, tidak mubazir, dan penerima yang tepat. Saya pikir esensi dana adalah yang seperti itu, bukan mengembangkan sikap 'tamak dana'.

tapi bagaimana dengan umat yg tidak mengetahui mekanisme ini dan tiba2 datang dengan membawa seribu jubah, apakah dana ini harus ditolak?

K.K.

Quote from: siswahardy on 29 October 2012, 10:59:49 PM
IMHO, kalau bicara amisa dana, dalam bentuk uang jauh lebih baik, tinggal sangha yg menentukan apa yg memang sangat dibutuhkannya
tentunya ini suatu terobosan baru, di mana kita ketahui Theravada sangat ketat dgn vinaya (bhikkhu tidak boleh pegang uang)
namun kita juga tidak boleh menutup mata dgn perubahan/perkembangan zaman, di mana sangha/bhikkhu pun tidak lepas darinya
contoh: asumsi saya di masa Buddha belum ada budaya mandi pakai sabun, tapi sekarang ini apakah ada bhikkhu yg mandi tidak pakai sabun?
padahal inipun bisa jadi masalah baru, ketika dipertanyakan apakah membunuh kuman di tubuh tidak termasuk pelanggaran sila panatipata
jadi jelas kan yg saya maksud, kalau semua tunduk pada perubahan zaman, alangkah baiknya kita menyikapinya dgn bijaksana

Ini postingan paling fenomenal.

Betul sekali, kasih aja duitnya, nanti ga usah pake pindapata atau dana makanan lagi. Biar si bhikkhu yang masuk restoran pesen makanan, kalau butuh jubah bisa pesen & jahit sendiri, kalau sakit tinggal pilih rumah sakit sendiri, kalau pergi ke mana-mana juga tinggal pilih hotel sendiri.  :jempol:


Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 October 2012, 09:19:27 AM
Ini postingan paling fenomenal.

Betul sekali, kasih aja duitnya, nanti ga usah pake pindapata atau dana makanan lagi. Biar si bhikkhu yang masuk restoran pesen makanan, kalau butuh jubah bisa pesen & jahit sendiri, kalau sakit tinggal pilih rumah sakit sendiri, kalau pergi ke mana-mana juga tinggal pilih hotel sendiri.  :jempol:



the "so-called" buddhist

bluppy

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 October 2012, 09:19:27 AM
Ini postingan paling fenomenal.

Betul sekali, kasih aja duitnya, nanti ga usah pake pindapata atau dana makanan lagi. Biar si bhikkhu yang masuk restoran pesen makanan, kalau butuh jubah bisa pesen & jahit sendiri, kalau sakit tinggal pilih rumah sakit sendiri, kalau pergi ke mana-mana juga tinggal pilih hotel sendiri.  :jempol:



ironisnya, hal ini sudah terjadi
udah pernah liat bhikkhu yg ke restoran pilih makanan sendiri
ke mana2 jalan, bayar ongkos sendiri
pilih tempat tinggal di luar kota juga bayar sendiri

dipasena

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 October 2012, 09:19:27 AM
Ini postingan paling fenomenal.

Betul sekali, kasih aja duitnya, nanti ga usah pake pindapata atau dana makanan lagi. Biar si bhikkhu yang masuk restoran pesen makanan, kalau butuh jubah bisa pesen & jahit sendiri, kalau sakit tinggal pilih rumah sakit sendiri, kalau pergi ke mana-mana juga tinggal pilih hotel sendiri.  :jempol:


trus klo jubah bhikkhu robek, bs bikin jas sendiri, beli kemeja dan celana panjang...

wah, makin ngaco dah... :))

dipasena

Quote from: bluppy on 30 October 2012, 09:24:23 AM
ironisnya, hal ini sudah terjadi
udah pernah liat bhikkhu yg ke restoran pilih makanan sendiri
ke mana2 jalan, bayar ongkos sendiri
pilih tempat tinggal di luar kota juga bayar sendiri

sapa yg brani kritik tindakan bhikkhu tersebut ? pasti akan mendapatkan kritikan pedas dan caci maki, itu lah mental umat bhikkhu yg berkedok umat buddhist.

K.K.

Quote from: Indra on 30 October 2012, 09:15:33 AM
tapi bagaimana dengan umat yg tidak mengetahui mekanisme ini dan tiba2 datang dengan membawa seribu jubah, apakah dana ini harus ditolak?
Kalau soal 'seribu jubah', kalau memang kompakan pada ide awal, maka seharusnya tidak ada stock untuk itu karena sudah dikomunikasikan ke produsen. Lain halnya kalau seribu jubah itu dibuat sendiri.

Jika memang sudah datang dengan 1000 jubah itu, maka pilihannya:
1. Bisa diterima oleh sangha untuk disimpan, dan ini kembali lagi pada persoalan awal: kalau sudah punya simpanan berlebih, apakah berikutnya masih buka 'penerimaan dana'?
2. Ditolak. Menurut saya, ini adalah solusi yang lebih baik sebab kalau satu orang boleh dana 1000 jubah dan diterima, maka ratusan ribu atau jutaan umat lain juga berhak dana masing-masing 1000 jubah dan harus diterima.

Yang manapun itu, sebaiknya untuk berikutnya lebih disosialisasikan lagi. Panitia gunanya 'kan untuk itu, agar dana menjadi manfaat optimal bagi sangha & umat, bukan malah jadi marketing untuk cari omzet segede-gedenya. Tapi itu menurut saya sih, kalau memang panitia tujuannya untuk itu, saya minta maaf.

bluppy

#127
kayanya dalam fenomena persembahan jubah ini
yang mendapat manfaatnya bukan sangha
bukan pula umat yang menyumbang
tapi produsen jubah yang mendapat manfaat terbesar

mudah untuk melihat titik masalah ini dan itu
tapi susah melihat solusinya
ada solusi patungan jubah...
tetep aja bingung solusi apa lagi yag?

K.K.

Quote from: Indra on 30 October 2012, 09:22:42 AM
the "so-called" buddhist
Sorry, vinaya dengan jelas melarang uang. Tapi sekarang ini ada yang namanya debit card, ini tidak melanggar vinaya (kalau bilang melanggar, silahkan tunjukkan referensinya ;D ). Jadi seharusnya bhikkhu bawa debit card saja.


Quote from: bluppy on 30 October 2012, 09:24:23 AM
ironisnya, hal ini sudah terjadi
udah pernah liat bhikkhu yg ke restoran pilih makanan sendiri
ke mana2 jalan, bayar ongkos sendiri
pilih tempat tinggal di luar kota juga bayar sendiri
Wah... Itu baru bhikkhu 'fenomenal'. Kira-kira bedanya sama umat awam, di mana yah?


Quote from: dato' tono on 30 October 2012, 09:29:32 AM
trus klo jubah bhikkhu robek, bs bikin jas sendiri, beli kemeja dan celana panjang...

wah, makin ngaco dah... :))
Tetep ga boleh pakai jas, bang, tapi silahkan pilih sendiri kain yang paling halus dan mahal.


Jadi definisi bhikkhu adalah "yang meninggalkan rumah (dan mendapatkan vihara), menanggalkan jubah putih dan mengenakan jubah kuning (dari sutra), meninggalkan rekening [lama] (dan pakai rekening baru yang bisa terisi sendiri)." Sutta2 bilang kehidupan petapa cuma kondusif pada hal-hal nekkhama, ternyata sutta memang sudah ketinggalan jaman.


M14ka

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 October 2012, 09:11:06 AM

Ini saya sangat setuju, sebetulnya bisa juga ditanyakan pada sangha kira-kira butuh jubah berapa, lalu umat bisa bersama-sama mengumpulkan dana untuk jumlah itu. Walaupun nanti masing-masing umat hanya menyumbang Rp.7,- perak per orang, tetap tidak akan mengurangi niat baik, objek yang tepat, tidak mubazir, dan penerima yang tepat. Saya pikir esensi dana adalah yang seperti itu, bukan mengembangkan sikap 'tamak dana'.
Kalau ini entahlah karena kamma baik menghindari saya dari urusan begituan. Harus tanya yang mengenal komunitas Buddhis dari dalam.


Kalau untuk bhikkhu uda cukup, kita sumbang ke viharanya aja gimana? Biasa vihara butuh dana juga kan?

Mas Tidar

benar  :)

Quote from: bluppy on 30 October 2012, 09:42:48 AM
kayanya dalam fenomena persembahan jubah ini
yang mendapat manfaatnya bukan sangha
bukan pula umat yang menyumbang
tapi produsen jubah yang mendapat manfaat terbesar


mudah untuk melihat titik masalah ini dan itu
tapi susah melihat solusinya
ada solusi patungan jubah...
tetep aja bingung solusi apa lagi yag?
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha

K.K.

Quote from: M14ka on 30 October 2012, 09:53:04 AM
Kalau untuk bhikkhu uda cukup, kita sumbang ke viharanya aja gimana? Biasa vihara butuh dana juga kan?
Kathina dana harusnya ke bhikkhu, bukan ke vihara.

Sebetulnya dana ke vihara itu sangat baik, bahkan membangun vihara saja dikatakan lebih unggul dibandingkan memberi dana tetap pada petapa yang baik. Tapi umat di sini memang sudah 'terprogram' oleh 'lahan jasa yang tiada taranya', dan disertai dengan mental 'tamak dana', agak susah diajak untuk melakukan dana yang nilainya lebih "kecil". 

dipasena

Quote from: bluppy on 30 October 2012, 09:42:48 AM
kayanya dalam fenomena persembahan jubah ini
yang mendapat manfaatnya bukan sangha
bukan pula umat yang menyumbang
tapi produsen jubah yang mendapat manfaat terbesar


mudah untuk melihat titik masalah ini dan itu
tapi susah melihat solusinya
ada solusi patungan jubah...
tetep aja bingung solusi apa lagi yag?


tidak juga seperti itu, ada kala nya jubah2 kathina yg numpuk di gudang digunakan oleh para samanera, ketika di adakan pabbaja samanera di vihara tersebut.

kesimpulan itu muncul karena kita melihat nya secara langsung, yaitu ada nya keuntungan berupa uang yang diterima oleh produsen jubah. sedangkan ketika umat memberikan dana jubah ke bhikkhu, tidak nampak keuntungan secara langsung, bukan berarti tidak bermanfaat dana jubah.

sebenarnya dana jubah yang melimpah di indonesia, bisa pula di sumbangkan ke negara2 buddhist lain nya (sebagai salah satu solusi), karena disana banyak samanera dan bhikkhu.

M14ka

Quote from: Kainyn_Kutho on 30 October 2012, 09:58:40 AM
Kathina dana harusnya ke bhikkhu, bukan ke vihara.

Sebetulnya dana ke vihara itu sangat baik, bahkan membangun vihara saja dikatakan lebih unggul dibandingkan memberi dana tetap pada petapa yang baik. Tapi umat di sini memang sudah 'terprogram' oleh 'lahan jasa yang tiada taranya', dan disertai dengan mental 'tamak dana', agak susah diajak untuk melakukan dana yang nilainya lebih "kecil".

ooo ok, soalnya pernah baca bole juga berdana untuk perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha. Tapi menurutku kalau mereka berdana tidak disertai dengan mental itu boleh dong ya?

Mas Tidar

#134
jubah yang digunakan oleh samanera dari tahun ke tahun akan selalu sama:
- 2 pasang jubah
- jumlah samanera akan selalu dibawah 50 untuk sekali pabbajja samanera
- setelah acara pabbajja samanera selesai, jubah akan dikembalikan lagi

sedangkan jumlah dana jubah tiap tahun akan selalu meningkat dibandingkan peningkatan samanera yang mengikuti program pabbajja
masing2 vihara melakukan acara khatina-nya masing2, peluang umat dana jubah lebih tinggi dibandingkan peluang samanera yang mengikuti program pabajja samanera dengan jumlah terbatas sampai akhirnya ditahbiskan menjadi bhikkhu.

sebagai pertimbangan dana akan dikirimkan ke negara buddhist adalah jubah yang ada di Indo adalah impor dari negara tersebut (thailand & burma)


Quote from: dato' tono on 30 October 2012, 10:00:14 AM
tidak juga seperti itu, ada kala nya jubah2 kathina yg numpuk di gudang digunakan oleh para samanera, ketika di adakan pabbaja samanera di vihara tersebut.

kesimpulan itu muncul karena kita melihat nya secara langsung, yaitu ada nya keuntungan berupa uang yang diterima oleh produsen jubah. sedangkan ketika umat memberikan dana jubah ke bhikkhu, tidak nampak keuntungan secara langsung, bukan berarti tidak bermanfaat dana jubah.

sebenarnya dana jubah yang melimpah di indonesia, bisa pula di sumbangkan ke negara2 buddhist lain nya (sebagai salah satu solusi), karena disana banyak samanera dan bhikkhu.
Saccena me samo natthi, Esa me saccaparamiti

"One who sees the Dhamma sees me. One who sees me sees the Dhamma." Buddha