News:

Semoga anda berbahagia _/\_

Main Menu

Dasaraha & Pasak

Started by K.K., 19 October 2012, 06:35:02 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

K.K.

Quote from: ariyakumara on 19 October 2012, 09:30:51 PM
Biar tambah "hot":

Apakah Abhidhamma itu termasuk pasak yg disisipkan ke dalam genderang ajaran Buddha?

Quote from: tuwino gunawan on 19 October 2012, 10:44:12 PM
Ikut nyemplung :

Bagaimana dengan Milinda Panha, cerita jataka.....

apakah termasuk pasak juga??
Kembali ke masing-masing untuk menilainya. Tidak usah jauh-jauh, kalau mau ngomong objektif, bahkan sutta-vinaya pun bukan berarti bebas dari masuknya 'pasak'. Intinya memang kita harus 'teliti' sebelum 'menelan' ajaran.


sanjiva

#16
Quote from: Sumedho on 19 October 2012, 07:37:38 PM
kan ada disini http://dhammacitta.org/dcpedia/SN_20.7:_Āṇi_Sutta

Gw tertarik akan perbedaan versi terjemahan DC dengan yg dikutip Kainin Kutho-KK (terjemahan DC juga kah?)
-  Versi DC menyebutkan: "...khotbah Sang Tathagata yang dalam maknanya, lokuttara, menjelaskan kekosongan ...."
-  Dari KK mengutip: "Ketika khotbah dari ajaran Tathagata yang -dalam, dalam maknanya, transenden, berhubungan dengan kesunyataan- ..."

IMHO terjemahan DC koq kayaknya kurang pas untuk mengartikan suññata sebagai "kekosongan" dan lebih pas kalau menggunakan seperti dari kutipan KK.

Kesunyataan (suññata) yang gw pahami adalah kebenaran tertinggi bahwa segalanya anicca, dukkha, dan anatta.***  Penggunaan terjemahan dengan kata "kekosongan" bisa menimbulkan arti dan makna yang berbeda. CMIIW.
_/\_



*** Sabbe sankhara anicca dan dukkha, sabbe dhamma anatta.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

K.K.

Quote from: sanjiva on 20 October 2012, 11:31:40 AM
Gw tertarik akan perbedaan versi terjemahan DC dengan yg dikutip Kainin Kutho-KK (terjemahan DC juga kah?)
-  Versi DC menyebutkan: "...khotbah Sang Tathagata yang dalam maknanya, lokuttara, menjelaskan kekosongan ...."
-  Dari KK mengutip: "Ketika khotbah dari ajaran Tathagata yang -dalam, dalam maknanya, transenden, berhubungan dengan kesunyataan- ..."

IMHO terjemahan DC koq kayaknya kurang pas untuk mengartikan suññata sebagai "kekosongan" dan lebih pas kalau menggunakan seperti dari kutipan KK.

Kesunyataan (suññata) yang gw pahami adalah kebenaran tertinggi bahwa segalanya anicca, dukkha, dan anatta.***  Penggunaan terjemahan dengan kata "kekosongan" bisa menimbulkan arti dan makna yang berbeda. CMIIW.
_/\_



*** Sabbe sankhara anicca dan dukkha, sabbe dhamma anatta.

Kalau yang saya tahu, memang "suññata" adalah 'kekosongan', maksudnya 'kekosongan dari segala pengaruh kekotoran bathin', berbeda dengan persepsi kekosongan (akincanayatana) yang adalah ketiadaan. Memang agak rancu, tapi sepertinya masih 'kena' juga sih.


Sumedho

benar sekali, sunyata itu artinay memang kosong

shunyata |ˈSHo͞onyəˌtä|(also sunyata )
nounBuddhism
the doctrine that phenomena are devoid of an immutable or determinate intrinsic nature.


Jadi Cattari Ariya Saccani itu memang yg benar empat KEBENARAN mulia, bukan empat KESUNYATAAN/KEKOSONGAN mulia
There is no place like 127.0.0.1

Indra

entah siapa yg memulai penyesatan 4 kekosongan mulia itu

K.K.

Quote from: Indra on 20 October 2012, 01:13:44 PM
entah siapa yg memulai penyesatan 4 kekosongan mulia itu
"Kekosongan tentang dukkha;
Kekosongan asal mula dukkha;
Kekosongan lenyapnya dukkha;
Kekosongan jalan menuju lenyapnya dukkha."

Ikan kribo jadinya.

sanjiva

#21
Quote from: Indra on 20 October 2012, 01:13:44 PM
entah siapa yg memulai penyesatan 4 kekosongan mulia itu

deleted.
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Indra

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 October 2012, 01:22:56 PM
"Kekosongan tentang dukkha;
Kekosongan asal mula dukkha;
Kekosongan lenyapnya dukkha;
Kekosongan jalan menuju lenyapnya dukkha."

Ikan kribo jadinya.

jadi CatuAriyaSacca = 4 omong kosong?

K.K.

Quote from: Indra on 20 October 2012, 01:25:45 PM
jadi CatuAriyaSacca = 4 omong kosong?
Kurang lengkap, mungkin jadinya "Empat Omong-kosong Mulia".

(Lebih ikan kribo lagi.)

adi lim

Quote from: Indra on 20 October 2012, 01:13:44 PM
entah siapa yg memulai penyesatan 4 kekosongan mulia itu

sepertinya aliran khas di Indonesia
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Afoe286

Quote from: Kainyn_Kutho on 20 October 2012, 09:14:37 AM
Memang tidak ada 'baku'-nya dalam membedakan 'Anaka' dan 'pasak'. Kalau saya pribadi melihat dengan cara kembalikan lagi kepada diri kita sendiri apakah dengan memahami dan melaksanakan satu ajaran, LDM berkembang atau LDM terkikis.

Misalnya kita bicara saddha, yang tentu positif. Tapi saddha ini hanya beda tipis dengan fanatik buta, yang biasa juga diklaim sebagai saddha. Bagaimana kita membedakannya? Coba direnungkan apakah bermanfaat dan adakah bahaya dari saddha ini? Apakah dengan saddha ini saya jadi orang yang lebih baik ataukah saya malah jadi marah kalau orang menghina agama saya? Apakah saya menjadi subjektif dan percaya buta tanpa observasi dulu?
Saya kira saddha juga harus diimbangi dg panna,yaitu hasil dari belajar & praktek Dhamma.Cuma bisakah saddha ini saya anggap sebagai 'kemelekatan' pada Pandangan Benar & pandangan2 yg bermanfaat membawa pencerahan bro?Sebagai lawan dari kemelekatan pada pandangan salah & pandangan2 yg tidak bermanfaat membawa pencerahan yg dpt menyebabkan kelahiran berulang.Dg mempunyai saddha/'melekat' pd Buddha,Dhamma & Sangha justru membawa kebebasan.Kira2 bisa ngak begitu?
Khanti paramam tapo titikkha

K.K.

Quote from: Afoe286 on 21 October 2012, 02:56:24 PM
Saya kira saddha juga harus diimbangi dg panna,yaitu hasil dari belajar & praktek Dhamma.Cuma bisakah saddha ini saya anggap sebagai 'kemelekatan' pada Pandangan Benar & pandangan2 yg bermanfaat membawa pencerahan bro?Sebagai lawan dari kemelekatan pada pandangan salah & pandangan2 yg tidak bermanfaat membawa pencerahan yg dpt menyebabkan kelahiran berulang.
Betul, menurut saya saddha yang benar muncul dari pemahaman atas kebenaran (yang didapat dari praktik kehidupan sehari-hari), sehingga kebenaran itu menjadi dasar dari keyakinan kita. Saddha yang ngaco itu tidak berdasarkan pada kebenaran, hanya kesenangan pada pandangan saja, maka cenderung pada percaya buta dan mudah menjurus pada fanatisisme.


QuoteDg mempunyai saddha/'melekat' pd Buddha,Dhamma & Sangha justru membawa kebebasan.Kira2 bisa ngak begitu?
IMO, melekat pada "Buddha-Dhamma-Sangha" tidak akan membawa pada pembebasan, bahkan bisa membawa pada fanatisisme. Secara sederhana, pembebasan dimulai dari penyelidikan, maka timbul pengetahuan. Setelah ada pengetahuan, direalisasi, maka dicapailah kebebasan. Setelah melihat & mengalami sendiri kebebasan tersebut, maka timbullah keyakinan tak tergoyahkan itu.

Jadi jangan dibalik dimulai dari keyakinan tak tergoyahkan, lalu bisa mencapai pembebasan. Sederhananya, ketika kita mencapai Sotapatti, melihat sendiri kebenaran itu, barulah timbul keyakinan tak tergoyahkan pada Tiratana. Namun orang fanatik menggila pada doktrin Tiratana, tidak akan mengantarkan seseorang melihat kebenaran, apalagi mencapai pembebasan.

Kalau analogi sederhana, setelah seorang anak memahami "1+1=2" maka ia punya keyakinan tak tergoyahkan. Namun anak yang tidak mengerti, hanya hafalan mati "1+1=2", betapapun ia lekati dan pertahankan hafalan itu, tidak akan membuatnya mengerti.