Pertanyaan Mengenai Kelahiran Kembali

Started by Isaacus Newtonus, 02 October 2012, 09:24:25 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

senbudha

Yang bertanya itu,mendengar sepotong ajaran Buddha lalu mencoba memutar topik ini sedemikian rupa agar kelihatan "agak berisi".Maaf bro isac new,apakah anda sudah menghabiskan paling sedikit 1 tahun untuk membaca ajaran Buddha? Kalau sudah,sebutkan bagian sutta-sutta apa saja yang telah anda baca?Kalau sudah,saya yakin pertanyaan seperti itu tidak akan muncul,sebaliknya anda akan menemukan jawaban yang tidak bisa dijawab oleh kitab agama samawi.Pertanyaanmu akan terjawab dengan baik bila anda membaca dan merenungkan dengan niat baik. Orang bijak pasti pintar,tapi orang pintar belum tentu bijak malah kebanyakan jadi picik.Kebanyakan manusia kalau melihat sebatang pohon buah,yang dilihat adalah buahnya,daunnya,semakin maju batin seseorang maka mulai melihat batang ke bawah.Jarang ada manusia yang melihat akar dari sebuah pohon.

Isaacus Newtonus

#61
Quote from: Indra on 03 October 2012, 02:04:59 AM
mohon anda copaskan ke sini pernyataan "teman saya" bahwa "di dunia ini tidak ada kesempurnaan" agar saya bisa lebih memahami konteksnya.

Komentar bro Alucard di reply 21:
QuoteTidak ada didunia ini yang nama nya sempurna, kesempurnaan hanyalah sebuah persepsi pikiran manusia. Manusia berpikir untuk menjadi sempurna tetapi yang dia dapat hanya ketidak puasan. Tolak ukur seseorang untuk melakukan kebaikan adalah kebenaran itu sendiri. Saya selalu diajarkan untuk berbuat benar dari kesalahan kesalahan yang saya lakukan. Seperti yang tertuang di jalan mulia beruas 8 semua itu adalah cara untuk mencapai pencerahan. Pertanyaan saya pencerahan apa yang ada tanyakan seperti buddha kah? Atau hanya sebatas sotapanna?

Quote from: Indra on 03 October 2012, 02:04:59 AM
dari mana anda mendapatkan definisi ini bahwa orang makan artinya masih memiliki nafsu? Dalam Buddhisme, seorang dikatakan tercerahkan bukan berarti lantas berubah jadi batu atau kayu. boleh tau bagaimana definisi "tercerahkan" dalam paham anda?

Baik, saya akan coba sampaikan pemikiran saya:

Sidharta dalam Empat Kesunyataan Mulia poin ke (2) mengatakan bahwa "penderitaan disebabkan oleh nafsu". Nah, apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita? Ya, maka dapat disimpulkan bahwa "kebutuhan akan makan" juga termasuk nafsu.

Jika ingin konsisten kepada definisi Sidharta, maka "nafsu" hendaknya tidak hanya dipersempit pada sesuatu yang berkaitan dengan keserakahan, keinginan, dll, tetapi juga segala sesuatu yang bisa mendatangkan penderitaan, termasuk "kebutuhan akan makan".

Namun, jika "kebutuhan akan makan" ternyata termasuk "nafsu", bagaimana mungkin Sidharta mencapai pencerahan? Padahal ia masih perlu makan selama 45 tahun lagi?

Maka, hanya ada dua kemungkinan di sini:
1. Sidharta tidak mencapai pencerahan, atau
2. Pernyataan Sidharta di Empat Kesunyataan Mulia poin (2) itu salah.

Nah, dilema kan bro?


adi lim

#62
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:05:16 PM
Komentar bro Alucard di reply 21:

Maka, hanya ada dua kemungkinan di sini:
1. Sidharta tidak mencapai pencerahan, atau
2. Pernyataan Sidharta di Empat Kesunyataan Mulia poin (2) itu salah.

Nah, dilema kan bro?

ndak dilema kok !
kamu yang salah dan bodoh karena kebodohan kamu utk mencocokkan kepercayaan melalui asumsi dan pernyataan logika anda kepada penghuni DC, dimana pola dasar kepercayaan dan keyakinan memang berbeda.

kalau anda masih lanjut, sebentar lagi mahluk tuhan kesayangan anda akan jadi topik hujatan  :))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

kullatiro

#63
 [at] IN; apakah anda sudah mengetahui atau mempelajari cara makan yang sesuai dengan Buddhisme? bila belum pelajari lah dulu cara makan anggota sangha yang sebenarnya.

Isaacus Newtonus

Quote from: Alucard Lloyd on 03 October 2012, 06:18:23 AM
Saya tidak tulis energi Anda yang beranggap seperti itu. Saya tulis jiwa/ roh. Apakah Anda percaya adanya jiwa atau Anda percaya adanya roh? Maka itu saya lambangkan sebagai api. Sedangkan lilin saya lambangkan sebagai wujud fisik. Tetapi mengapa pembicaraannya jadi membahas energi?

Thanks bro.

1. Saya percaya jiwa adalah "kehidupan secara keseluruhan", bukan semacam mahluk halus yang ada dalam tubuh. Saya percaya roh adalah energi hidup (tetapi bukan suatu kepribadian / memiliki kepribadian). Jadi dalam keyakinan saya, baik jiwa maupun roh tidak pindah ke eksistensi berikutnya.

2. Yang kita bahas adalah konsep Buddhis (bukan keyakinan saya), dan dalam diskusi sebelumnya dengan teman yang menganut keyakinan Buddhis mengenai hal ini, ada di singgung tetang energi. Itulah sebabnya di pikiran saya langsung mengaitkan 'api' itu dengan energi. Maaf jika saya salah, atau jika ternyata pernyataan teman itu tidak mewakili keyakinan Buddhis secara official.

=================================================================================

Baik BTT, agar saya tidak keliru, tolong di klarifikasi: Jadi apakah yang berpindah dari si A ke si B adalah karmanya (perbuatannya)?


adi lim

#65
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:21:37 PM
Baik BTT, agar saya tidak keliru, tolong di klarifikasi: Jadi apakah yang berpindah dari si A ke si B adalah karmanya (perbuatannya)?

bukan pindah tapi loncat seperti kutu
kutu juga ciptaan tuhan.       :))
mahluk tuhan kok percaya kamma, aneh ?  ???
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Isaacus Newtonus

Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:10:51 PM
ndak dilema kok !
kamu yang salah dan bodoh karena kebodohan kamu utk mencocokkan kepercayaan melalui asumsi dan pernyataan logika anda kepada penghuni DC, dimana pola dasar kepercayaan dan keyakinan memang berbeda.

Thanks bro.

Saya kira ini tidak rumit. Tolong jawab pertanyaan saya: Apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita?

Bayangkan ini: Ada seorang pengikut ajaran Buddhis yang selalu melakukan kebajikan dan hatinya murni. Namun orang ini tidak memiliki makanan dan kelaparan (yang berarti mendatangkan penderitaan kepadanya). Dalam kondisi ini, bisakah ia mencapai pencerahan? Sedangkan pencerahan diperoleh jika tidak ada lagi penderitaan?

Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:10:51 PM
kalau anda masih lanjut, sebentar lagi mahluk tuhan kesayangan anda akan jadi topik hujatan  :))

Mungkin yang bro maksudkan Yesus? Sewaktu di bumi, Yesus memang makan. Tetapi Yesus tidak mengajarkan bahwa untuk mendapat keselamatan harus menghilangkan penderitaan. Ingat bro, poin penekanan saya pada "mencapai pencerahan dengan menghilangkan penderitaan".



bluppy

#67
Pertama, selamat untuk anda
karena lumayan rajin, sampai mencari ttg Empat Kesunyataan Mulia

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:05:16 PM
Baik, saya akan coba sampaikan pemikiran saya:
Sidharta dalam Empat Kesunyataan Mulia poin ke (2) mengatakan bahwa "penderitaan disebabkan oleh nafsu".

Empat Kesunyataan Mulia poin ke (2) mengatakan bahwa
"penderitaan disebabkan oleh nafsu".
pemakaian kata "nafsu" kurang sesuai
mungkin karena "lost in translation"

coba lihat lagi di http://en.wikipedia.org/wiki/Samudaya
the origin (Pali: samudaya) of dukkha is commonly explained as craving (Pali: tanha) conditioned by ignorance (Pali: avijja)

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:05:16 PM
Nah, apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita? Ya, maka dapat disimpulkan bahwa "kebutuhan akan makan" juga termasuk nafsu.

ini hanyalah pemikiran anda saja, mengambil kesimpulan anda sendiri

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:05:16 PM
Jika ingin konsisten kepada definisi Sidharta, maka "nafsu" hendaknya tidak hanya dipersempit pada sesuatu yang berkaitan dengan keserakahan, keinginan, dll, tetapi juga segala sesuatu yang bisa mendatangkan penderitaan, termasuk "kebutuhan akan makan".

tahu dari mana itu konsisten dengan definisi Sang Buddha ?
Sang Buddha sudah menjelaskan definisi ini dengan jelas
dan definisinya berlainan dengan kesimpulan anda
coba cari lagi datanya, sebagai home work

sanjiva

Kayaknya gw sudah menemukan stephen suleeman baru nih  :)) :))

Welcome back bro  ;D
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Isaacus Newtonus

Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:26:54 PM
bukan pindah tapi loncat seperti kutu
kutu juga ciptaan tuhan.       :))
mahluk tuhan kok percaya kamma, aneh ?  ???

Lho, bukannya sebelumnya teman bro mengilustrasikan adanya perpindahan 'api' karma?

Apa saya yang salah tangkap?

adi lim

#70
Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:32:05 PM
Thanks bro.

Saya kira ini tidak rumit. Tolong jawab pertanyaan saya: Apakah "ketiadaan makanan" bisa membuat seseorang menderita?
tidak makan pasti menderita
terlalu kenyang juga menderita

kalau tidak rumit jangan bertanya lagi  ^-^

Quote
Bayangkan ini: Ada seorang pengikut ajaran Buddhis yang selalu melakukan kebajikan dan hatinya murni. Namun orang ini tidak memiliki makanan dan kelaparan (yang berarti mendatangkan penderitaan kepadanya). Dalam kondisi ini, bisakah ia mencapai pencerahan? Sedangkan pencerahan diperoleh jika tidak ada lagi penderitaan?

saya juga membayangkan mengapa tuhan menciptakan anda yang bodoh ini

Quote
Mungkin yang bro maksudkan Yesus? Sewaktu di bumi, Yesus memang makan.

emank yesus sekarang dimana ?

Quote
Tetapi Yesus tidak mengajarkan bahwa untuk mendapat keselamatan harus menghilangkan penderitaan. Ingat bro, poin penekanan saya pada "mencapai pencerahan dengan menghilangkan penderitaan".

karena yesus nafsunya masih kuat, makanya tidak mendapat pencerahan
dan yesus sendiri aja tidak selamat bahkan mengalami penderitaan ketika menjelang kematian.
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

dhammadinna

 [at]  adi lim: sebelum berkomentar, pertimbangkan dulu baik-baik. Jangan "asbun".

adi lim

#72
Quote from: dhammadinna on 03 October 2012, 03:41:32 PM
[at]  adi lim: sebelum berkomentar, pertimbangkan dulu baik-baik.

saya sudah mempertimbangkan untuk melayani orang model begini
menghadap model begini harus asbun juga ?  ^-^
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

adi lim

Quote from: Isaacus Newtonus on 03 October 2012, 03:35:36 PM
Lho, bukannya sebelumnya teman bro mengilustrasikan adanya perpindahan 'api' karma?

Apa saya yang salah tangkap?

saya tidak tahu kapasitas mereka
saya hanya melayani anda
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Isaacus Newtonus

Quote from: adi lim on 03 October 2012, 03:39:30 PM
tidak makan pasti menderita
terlalu kenyang juga menderita

Thanks bro (Saya tidak akan menanggapi yang tidak relevan).

Bro, kalau boleh kasi masukan, anggaplah saya orang yang ingin tahu tetapi mungkin agak 'ngeyel'. Jadi tolong jangan dianggap musuh. Tetapi sekali lagi hanya masukan.

Baik, jadi seorang Buddhis yang melakukan kebajikan dan memiliki hati yang bersih namun kondisi hidupnya miskin (sehingga setiap hari tidur dengan perut lapar), tidak akan mencapai pencerahan?