Bagaimana baiknya mengundang Bhikkhu untuk makan siang

Started by Riky_dave, 10 September 2012, 10:55:29 AM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

siswahardy

Quote from: sanjiva on 10 September 2012, 12:32:42 PM
Ga jadi masalah koq, belilah daging / ikan yang sudah mati di pasar untuk dimasak di rumah.
bagaimana kalau ternyata tetap timbul di pikiran bhikkhu tsb 'kecurigaan terjadinya pembunuhan'?

Quote from: sanjiva on 10 September 2012, 12:32:42 PM
Biasanya bhikkhu lebih senang makan masakan rumahan yang dimasak sendiri oleh umat karena lebih sehat dan aman.  Kalau makanan jadi yang dibeli ada kemungkinan penggunaan bumbu penyedap / vetsin yang berlebihan dsb.
apa ini bukan termasuk 'pilih2 makanan'?

siswahardy

Quote from: Indra on 11 September 2012, 06:53:56 PM
Ketika Bhikkhu sudah sampai di rumah dan masih ada waktu sebelum makan, baik sekali jika pihak pengundang memohon tuntunan Tisarana dan Pancasila dari Bhikkhu dengan membacakan "Okassa ... Aham Bhante ..." spt yg ada di Buku Paritta. ini hanya untuk menegaskan bahwa pengundang menerima Tiratana sebagai Perlindungan, dan bertekad untuk menegakkan pancasila. dana dari seorang yg bermoral kepada orang yg juga bermoral akan berbuah sangat besar.

Setelah itu, jika sudah waktunya makan (jam 11), persilakan Bhikkhu untuk duduk di ruang makan, kemudian persembahkan makanan dan minuman dengan kedua tangan anda dan diterima oleh tangan Bhikkhu. Ritual ini dapat dipersingkat dengan mempersembahkan meja makan itu, dengan cara memegang pinggiran meja dan Bhikkhu juga memegang pinggiran meja, sebagai simbol bahwa dana telah dipersembahkan dan telah diterima. ketika mempersembahkan ini, boleh sambil mengucapkan, "Bhante, kami mempersembahkan makanan ini kepada Sangha melalui Bhante, mohon Bhante sudi menerima persembahan ini", dilanjutkan kalimat2 lain jika ada dan ditutup dengan "Bhante, silakan makan."

Selama Bhikkhu sedang makan, Ricky boleh berjalan mondar mandir, siap untuk melayani Bhikkhu, mungkin Bhikkhu memerlukan sesuatu, misalnya Sendok, air cuci tangan, dsb.

Setelah Bhikkhu selesai makan, Bhikkhu akan memberikan anumodana dan pelimpahan jasa, dengan membacakan "yatha varivaha ...", baik sekali jika pada saat pembacaan ini seluruh keluarga bisa berkumpul di ruang makan dan duduk bersujud dan beranjali di sekeliling Bhikkhu. Pada saat pembacaan paritta itu, Biasanya (menurut tradisi Thailand) umat melakukan ritual tuang air, yaitu menuang air dari satu gelas yg penuh air ke dalam gelas kosong.

Setelah selesai, Bhikkhu boleh dipersilakan untuk duduk di ruang tamu (ruang keluarga) jika tidak terburu2 mau pergi lagi. pada kesempatan itu pengundang boleh memohon ceramah singkat atau sekedar nasihat2 dari Bhikkhu.

IMO, banyak unsur ritual-nya
pikir2, bukan cuma mahayana saja yg banyak ritual

tuna putih

bolehkah mengatakan pd Bhikku...


Bhikku, kapan gw jemput ya utk berdana makan di rumah gw...
gw akan hidangkan yg ENAK !

1 nah apa ok menggunakan kata ENAK ?
2 kalau masakan yg mengandung spt GINSENG apakah boleh ?
3 kalau ngajak karaoke di rumah... apakah udah SALAH BESAR ?
4 apakah sopan kalau berkomunikasi dgn Bhikku mengatakan.... ini masakan PALING ENAK,... masakan paling fresh, paling mahal, dst ?

trims atas masukannya...

Indra

Quote from: siswahardy on 27 September 2012, 06:18:06 PM
IMO, banyak unsur ritual-nya
pikir2, bukan cuma mahayana saja yg banyak ritual

bisa lebih eksplisit bagian mana yg ritual?

siswahardy

Quote from: Indra on 11 September 2012, 06:53:56 PM
Ketika Bhikkhu sudah sampai di rumah dan masih ada waktu sebelum makan, baik sekali jika pihak pengundang memohon tuntunan Tisarana dan Pancasila dari Bhikkhu dengan membacakan "Okassa ... Aham Bhante ..." spt yg ada di Buku Paritta. ini hanya untuk menegaskan bahwa pengundang menerima Tiratana sebagai Perlindungan, dan bertekad untuk menegakkan pancasila. dana dari seorang yg bermoral kepada orang yg juga bermoral akan berbuah sangat besar.(1)

Setelah itu, jika sudah waktunya makan (jam 11), persilakan Bhikkhu untuk duduk di ruang makan, kemudian persembahkan makanan dan minuman dengan kedua tangan anda dan diterima oleh tangan Bhikkhu. Ritual ini dapat dipersingkat dengan mempersembahkan meja makan itu, dengan cara memegang pinggiran meja dan Bhikkhu juga memegang pinggiran meja, sebagai simbol bahwa dana telah dipersembahkan dan telah diterima. ketika mempersembahkan ini, boleh sambil mengucapkan, "Bhante, kami mempersembahkan makanan ini kepada Sangha melalui Bhante, mohon Bhante sudi menerima persembahan ini", dilanjutkan kalimat2 lain jika ada dan ditutup dengan "Bhante, silakan makan."(2)

Selama Bhikkhu sedang makan, Ricky boleh berjalan mondar mandir, siap untuk melayani Bhikkhu, mungkin Bhikkhu memerlukan sesuatu, misalnya Sendok, air cuci tangan, dsb.

Setelah Bhikkhu selesai makan, Bhikkhu akan memberikan anumodana dan pelimpahan jasa, dengan membacakan "yatha varivaha ...", baik sekali jika pada saat pembacaan ini seluruh keluarga bisa berkumpul di ruang makan dan duduk bersujud dan beranjali di sekeliling Bhikkhu. Pada saat pembacaan paritta itu, Biasanya (menurut tradisi Thailand) umat melakukan ritual tuang air, yaitu menuang air dari satu gelas yg penuh air ke dalam gelas kosong.(3)

Setelah selesai, Bhikkhu boleh dipersilakan untuk duduk di ruang tamu (ruang keluarga) jika tidak terburu2 mau pergi lagi. pada kesempatan itu pengundang boleh memohon ceramah singkat atau sekedar nasihat2 dari Bhikkhu.

imo, yg di-bold adalah ritual

Indra

Quote from: siswahardy on 27 September 2012, 08:29:08 PM
imo, yg di-bold adalah ritual

silakan anda berpendapat bahwa itu ritual, tapi saya sudah mencantumkan alasannya di atas
(1) Untuk menegaskan bahwa pengundang menerima Tiratana sebagai Perlindungan, dan bertekad untuk menegakkan pancasila. dana dari seorang yg bermoral kepada orang yg juga bermoral akan berbuah sangat besar

(2) Lucu juga jika anda meganggap hal ini sbg ritual. hal ini menambah kecurigaan saya bahwa anda memang bukan buddhis. karena jika anda buddhis anda pasti mengetahui bahwa bhikkhu tidak mengambil apa yg tidak diberikan, jika makanan tidak diserahkan, maka bhikkhu tidak akan makan.

(3) ini juga sudah jelas sekali saya sebutkan di atas yaitu "biasanya (menurut tradisi Thailand)", jadi bagian ini memang hanya pengaruh budaya.

di luar itu semua, seorang member (TS) meminta pendapat tentang "bagaimana baiknya ...", jika anda memiliki jawaban yg lebih baik, kenapa anda begitu pelit membagikan pengetahuan anda?

siswahardy

Quote from: Indra on 27 September 2012, 08:35:30 PM
(1) Untuk menegaskan bahwa pengundang menerima Tiratana sebagai Perlindungan, dan bertekad untuk menegakkan pancasila. dana dari seorang yg bermoral kepada orang yg juga bermoral akan berbuah sangat besar
dalam buku 'jadikan nibbana sebagai tujuanmu' secara tidak langsung Ajahn Chah mengkritisi aradhana tisarana-pancasila
saya pikir pembacaan aradhana tsb di atas tidak ada korelasinya dgn pencapaian moralitas seseorang
justru pencapaian moralitas tsb hanya dimungkinkan oleh praktek nyata di lapangan

Quote from: Indra on 27 September 2012, 08:35:30 PM
(2) Lucu juga jika anda meganggap hal ini sbg ritual. hal ini menambah kecurigaan saya bahwa anda memang bukan buddhis. karena jika anda buddhis anda pasti mengetahui bahwa bhikkhu tidak mengambil apa yg tidak diberikan, jika makanan tidak diserahkan, maka bhikkhu tidak akan makan.
dalam buku 'THE BROKEN BUDDHA - Critical Reflections on Theravada and a Plea for a New Buddhism', bhikkhu S. Dhammika mengkritisi praktek2 kaku spt ini, dan bahkan ia menganggap ini adalah ritual
saya pikir ada benarnya

Quote from: Indra on 27 September 2012, 08:35:30 PM
(3) ini juga sudah jelas sekali saya sebutkan di atas yaitu "biasanya (menurut tradisi Thailand)", jadi bagian ini memang hanya pengaruh budaya.
saya pikir demikian
dan di buku yg sama tsb di atas, hal ini pun dikritisi oleh Bhikkhu S. Dhammika dimana praktisi Buddhis diarahkan menjadi praktisi budaya (Thailand, Myanmar, & Srilanka)

Quote from: Indra on 27 September 2012, 08:35:30 PM
di luar itu semua, seorang member (TS) meminta pendapat tentang "bagaimana baiknya ...", jika anda memiliki jawaban yg lebih baik, kenapa anda begitu pelit membagikan pengetahuan anda?
kalau pengalaman pribadi langsung (mengundang secara pribadi) belum pernah, paling2 ikut orang atau yg diselenggarakan organisasi
imo, kalau berkesempatan lebih baik saya adakan jamuannya di vihara domisili Bhikkhu tsb deh, mungkin sebelumnya sudah buat janji dahulu
soalnya kalau diadakan di rumah, bagi saya jauh lebih merepotkan, dari transportasi, ruangan, dsb
atau mungkin pindapatta aja deh, ngak usah pakai aradhana & anumodana segala, bagi saya itu tidak penting, yg penting niatan saya berdana

sekali lagi semua ini cuma opini pribadi saya saja

hemayanti

Quote from: Indra on 27 September 2012, 04:16:21 PM
udah pernah dibahas di FB, cari aja di sana.
:hammer:
tidak mudah mencari topik yang udah tertimbun di FB.
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Indra

Quote from: siswahardy on 28 September 2012, 01:35:24 AM
dalam buku 'jadikan nibbana sebagai tujuanmu' secara tidak langsung Ajahn Chah mengkritisi aradhana tisarana-pancasila
kami adalah Buddhis, jadi kami mempelajari ajaran Sang Buddha bukan ajaran anda atau Tuan Chah.

Quote
saya pikir pembacaan aradhana tsb di atas tidak ada korelasinya dgn pencapaian moralitas seseorang
justru pencapaian moralitas tsb hanya dimungkinkan oleh praktek nyata di lapangan
tentu saja, moralitas memang adalah pedoman perilaku jasmani dan ucapan, bukan bacaan. tapi again, baca lah dengan lengkap. itu hanya bentuk penegasan.

Quote

dalam buku 'THE BROKEN BUDDHA - Critical Reflections on Theravada and a Plea for a New Buddhism', bhikkhu S. Dhammika mengkritisi praktek2 kaku spt ini, dan bahkan ia menganggap ini adalah ritual
saya pikir ada benarnya
saya pikir demikian
skali lagi, jawaban saya berlaku untuk sesama pengikut Sang Buddha bukan orang lain. apa yg anda pikir toh belum tentu benar melihat kapasitas anda yg sudah anda perlihatkan di topik2 lain.

Quote
dan di buku yg sama tsb di atas, hal ini pun dikritisi oleh Bhikkhu S. Dhammika dimana praktisi Buddhis diarahkan menjadi praktisi budaya (Thailand, Myanmar, & Srilanka)

apakah anda juga mengetahui latar belakang Tuan Dhammika dan kenapa ia menulis buku itu? saya sarankan anda untuk mencari tahu hal ini.

Quote
kalau pengalaman pribadi langsung (mengundang secara pribadi) belum pernah, paling2 ikut orang atau yg diselenggarakan organisasi

oh jadi anda belum pernah ya? praktik ini biasanya memang hanya dilakukan oleh umat Buddhis.

Quote
imo, kalau berkesempatan lebih baik saya adakan jamuannya di vihara domisili Bhikkhu tsb deh, mungkin sebelumnya sudah buat janji dahulu

Dalam banyak sutta, banyak umat yg mengundang Sang Buddha dan para bhikkhu untuk menerima makanan di rumah mereka, dan Sang Buddha tidak pernah mengatakan agar sebaiknya dilakukan di vihara. jadi menurut anda, apakah lebih baik mengikuti anda atau mengikuti Buddha?

Quote
soalnya kalau diadakan di rumah, bagi saya jauh lebih merepotkan, dari transportasi, ruangan, dsb
atau mungkin pindapatta aja deh, ngak usah pakai aradhana & anumodana segala, bagi saya itu tidak penting, yg penting niatan saya berdana

Bahkan Sang Buddha mengajarkan bahwa para bhikkhu seharusnya mengungkapkan Anumodana setelah menerima dana makanan baik di rumah umat maupun di vihara. tapi jika anda menganggap itu tidak penting, jadi sebaiknya ikut anda atau ikut Sang Buddha?

Quote
sekali lagi semua ini cuma opini pribadi saya saja

tenang saja, tidak ada yg akan percaya sebaliknya.

siswahardy

Quote from: Indra on 28 September 2012, 08:10:09 AM
tenang saja, tidak ada yg akan percaya sebaliknya.

tenang saja juga, bro
jika anda terbiasa dan suka melakukan cara2 tsb, ya lakukan saja seperti biasanya
apa yg saya sampaikan hanya opini saya doang, apa tidak boleh memberikan opini

Indra

Quote from: siswahardy on 28 September 2012, 12:40:17 PM
tenang saja juga, bro
jika anda terbiasa dan suka melakukan cara2 tsb, ya lakukan saja seperti biasanya
apa yg saya sampaikan hanya opini saya doang, apa tidak boleh memberikan opini

tapi kenapa saya tidak melihat bagiamana jawaban anda atas persoalan TS?

siswahardy

Quote from: Indra on 28 September 2012, 12:44:25 PM
tapi kenapa saya tidak melihat bagiamana jawaban anda atas persoalan TS?

kan spt yg saya bilang, saya tidak punya pengalaman langsung jadi bagaimana mau menolong TS
ok, bro

Indra

Quote from: siswahardy on 28 September 2012, 12:59:31 PM
kan spt yg saya bilang, saya tidak punya pengalaman langsung jadi bagaimana mau menolong TS
ok, bro

dalam situasi normal dan bagi orang normal, ketika ia bisa mengkritik solusi yg ditawarkan orang lain, seharusnya ia bisa menawarkan suatu solusi yg lebih baik

siswahardy

Quote from: Indra on 28 September 2012, 02:13:07 PM
dalam situasi normal dan bagi orang normal, ketika ia bisa mengkritik solusi yg ditawarkan orang lain, seharusnya ia bisa menawarkan suatu solusi yg lebih baik

pertama, saya bukan mengkritisi anda, cuma sekedar opini
kedua, saya sudah mengutarakan apa yg baiknya saya lakukan berkenaan dgn opini saya tsb (anggaplah solusi pribadi buat opini pribadi)
dan sedikitpun tidak terlintas di pikiran saya agar orang lain melakukan spt apa yg saya pikirkan,
bukankah semua orang bebas menentukan apa yg baik buat dirinya masing2

Indra

Quote from: siswahardy on 28 September 2012, 02:34:31 PM
pertama, saya bukan mengkritisi anda, cuma sekedar opini

bukankah anda meng-quote postingan saya? dan memberikan komentar "banyak ritual" dll, maka jelaskanlah bagaimana baiknya mengundang Bhikkhu untuk makan siang, menurut anda, yg tidak banyak ritual, dll

Quote
kedua, saya sudah mengutarakan apa yg baiknya saya lakukan berkenaan dgn opini saya tsb (anggaplah solusi pribadi buat opini pribadi)
apakah "soalnya kalau diadakan di rumah, bagi saya jauh lebih merepotkan, dari transportasi, ruangan, dsb
atau mungkin pindapatta aja deh, ngak usah pakai aradhana & anumodana segala, bagi saya itu tidak penting, yg penting niatan saya berdana" ini yg anda maksudkan sebagai opini anda itu? mohon konfirmasi

Quote
dan sedikitpun tidak terlintas di pikiran saya agar orang lain melakukan spt apa yg saya pikirkan,
bukankah semua orang bebas menentukan apa yg baik buat dirinya masing2

lalu apakah semua yg menjawab problema TS itu berniat agar orang lain melakukan spt yg mrk (termasuk saya) pikirkan?