buktikan karma masa lalu ?

Started by suwarto8116f, 29 August 2012, 11:23:56 PM

Previous topic - Next topic

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

siswahardy

Quote from: suwarto8116f on 30 August 2012, 08:28:51 AM
ya gunanya untuk menjawab pertanyaan dari teman saja, gw cuma pengen 2nd opinion ajaa hahaaa tq tq
begini bro
anda mesti tahu (setidaknya rekaan) apa alasan teman anda menanyakan itu
baru anda pun dpt memutuskan jawaban apa yg harus anda berikan untuknya
bisa jadi jawabannya dlm bentuk pertanyaan balik ataupun tidak menjawabnya sama sekali

lebih lanjut kita mesti ingat yg kita bicarakan adalah ruang lingkup agama bukan ilmu pasti
dimana keyakinan adalah hal mendasar dalam agama manapun termasuk juga Buddhisme
namun di Buddhisme keyakinan haruslah disertai kebijaksanaan, bukan keyakinan membuta
perlu juga diketahui kalau yg dimaksud kebijaksanaan bukanlah logika semata

bahkan dalam ilmu pasti pun tidak selalu harus dibuktikan, contoh:
A: berapa massa bumi?
B: berdasarkan penelitian para ilmuwan 59.760 miliar ton
A: buktikan!
B: garuk2 kepala
walaupun kita tidak membuktikannya secara langsung tapi apa yg telah dilakukan para ilmuwan sudahlah cukup membuktikan buat semua orang
kalau harus membuktikannya sendiri bukankah membutuhkan banyak pengetahuan, peralatan, tenaga, waktu, dan biaya?
jadi pertanyaan tsb sangatlah dibuat-buat/mengada-ada, mungkin juga hanya bermaksud untuk memojokkan

siswahardy

Quote from: suwarto8116f on 30 August 2012, 08:26:11 AM
bukan berkutat tapi ingin memahami lebih dalam
kalau sekedar memahaminya tidaklah terlalu sulit, contoh:
boleh dibilang karma mirip dgn nasib, bedanya kalau nasib ditentukan oleh Tuhan, sedang karma disebabkan diri sendiri
kebanyakan orang Buddhis menerima karma karena alasan lebih masuk akal terutama dalam konteks 'keadilan'-nya

namun setelah mendapatkan pemahaman (dari banyak sisi) pun seseorang harus meyakininya (menyimpulkannya)
saya pikir 'pembuktian' adalah tanda2 kurang/belum ada keyakinan (kemampuan membuat kesimpulan)
dan bahayanya kalau ternyata karma tidak mungkin untuk dibuktikan, bagaimana selanjutnya?
padahal menurut saya yg terpenting dlm Buddhisme adalah Catur Ariya Satyani (4 kesunyataan mulia)
dan ada yg lebih berat dari karma yaitu tilakhana terutama anatta, bagaimana memahaminya?

Quote from: suwarto8116f on 30 August 2012, 08:26:11 AM
kan disuruh ehipassiko bro  ;D  _/\_
kalau intrepretasi saya, ehipassiko -> datang dan lihat
jadi datanglah dengan keyakinan dan lihatlah dengan kebijaksanaan
apa yg seharusnya dilihat? menurut saya nibbana, bukan karma
untuk itu perlu mengamalkan Dhamma, tepatnya lagi JMB8
untuk mengamalkan Dhamma butuh keyakinan (bahwa hal ini bermanfaat)

cmiiw

will_i_am

Quote from: siswahardy on 31 August 2012, 01:41:29 AM
kalau sekedar memahaminya tidaklah terlalu sulit, contoh:
boleh dibilang karma mirip dgn nasib, bedanya kalau nasib ditentukan oleh Tuhan, sedang karma disebabkan diri sendiri
kebanyakan orang Buddhis menerima karma karena alasan lebih masuk akal terutama dalam konteks 'keadilan'-nya

namun setelah mendapatkan pemahaman (dari banyak sisi) pun seseorang harus meyakininya (menyimpulkannya)
saya pikir 'pembuktian' adalah tanda2 kurang/belum ada keyakinan (kemampuan membuat kesimpulan)
dan bahayanya kalau ternyata karma tidak mungkin untuk dibuktikan, bagaimana selanjutnya?
padahal menurut saya yg terpenting dlm Buddhisme adalah Catur Ariya Satyani (4 kesunyataan mulia)
dan ada yg lebih berat dari karma yaitu tilakhana terutama anatta, bagaimana memahaminya?
nah lho, darimana kesimpulan karma 'mirip' dengan takdir, hanya beda di Tuhannya doang???
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

siswahardy

Quote from: will_i_am on 03 September 2012, 11:13:00 PM
nah lho, darimana kesimpulan karma 'mirip' dengan takdir, hanya beda di Tuhannya doang???

setahu saya nasib berbeda dengan takdir
sejauh ini saya hanya berbicara tentang kemiripan karma dengan nasib, belum sampai ke takdir

kalau saya katakan karma mirip dengan nasib, bukan berarti tidak ada perbedaan2 lainnya,
namun saya pikir perbedaan2 tsb tidak fundamentil sehingga saya anggap tidak ada
dan bahkan saya pikir lebih baik fokus pada persamaan2 daripada perbedaan2

jadi semuanya kembali ke individu masing2, apakah ingin selalu berpikiran diskriminatif atau tidak
kalau saya pribadi sebisa mungkin menghindari pemikiran tsb
lebih jauh lagi kalau banyak individu2 (sekalipun seorang Buddhis) yg suka diskriminatif,
secara Buddhisme itu tidak mengherankan karena telah tertuang di dalam 'kesunyataan mulia tentang asal mula dukkha'

hemayanti

Quote from: siswahardy on 17 September 2012, 02:36:08 PM
setahu saya nasib berbeda dengan takdir
sejauh ini saya hanya berbicara tentang kemiripan karma dengan nasib, belum sampai ke takdir

kalau saya katakan karma mirip dengan nasib, bukan berarti tidak ada perbedaan2 lainnya,
namun saya pikir perbedaan2 tsb tidak fundamentil sehingga saya anggap tidak ada
dan bahkan saya pikir lebih baik fokus pada persamaan2 daripada perbedaan2

jadi semuanya kembali ke individu masing2, apakah ingin selalu berpikiran diskriminatif atau tidak
kalau saya pribadi sebisa mungkin menghindari pemikiran tsb
lebih jauh lagi kalau banyak individu2 (sekalipun seorang Buddhis) yg suka diskriminatif,
secara Buddhisme itu tidak mengherankan karena telah tertuang di dalam 'kesunyataan mulia tentang asal mula dukkha'
nah kalo begitu apa persamaannya?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

K.K.

#20
Quote from: siswahardy on 31 August 2012, 12:07:50 AM
bahkan dalam ilmu pasti pun tidak selalu harus dibuktikan, contoh:
A: berapa massa bumi?
B: berdasarkan penelitian para ilmuwan 59.760 miliar ton
A: buktikan!
B: garuk2 kepala

Hukum Newton memberikan hubungan dari gravitasi, massa dan percepatan (F=m.a), juga gravitasi yang mempengaruhi 2 massa, yaitu F=G.M.m/(R*R).

Kita bisa menimbang massa benda dan mengukur percepatannya ketika jatuh. Maka didapatkan berapa F. Kemudian dengan mengukur sudut bayangan matahari di dua tempat pada waktu yang sama, juga jarak antara 2 tempat itu, maka bisa didapatkan jari-jari bumi, yang berarti adalah jarak antara pusat massa bumi dan massa benda. Sementara G adalah konstanta gravitasi yang didapatkan dari penelitian interaksi 2 massa. Konstanta ini tidak berubah.

Dengan hitungan SMU begini, bisa didapatkan massa dari bumi. Namun tentu para ilmuwan tidak menghitung sesederhana ini, namun dengan variable lain dan dukungan teknologi, sehingga akurasinya pun jauh lebih tinggi.

Jadi jangan samakan pembuktian kamma yang tidak akan pernah bisa dibuktikan dengan sains yang memang bisa dibuktikan.

siswahardy


siswahardy

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 September 2012, 04:33:29 PM
Hukum Newton memberikan hubungan dari gravitasi, massa dan percepatan (F=m.a), juga gravitasi yang mempengaruhi 2 massa, yaitu F=G.M.m/(R*R).

Kita bisa menimbang massa benda dan mengukur percepatannya ketika jatuh. Maka didapatkan berapa F. Kemudian dengan mengukur sudut bayangan matahari di dua tempat pada waktu yang sama, juga jarak antara 2 tempat itu, maka bisa didapatkan jari-jari bumi, yang berarti adalah jarak antara pusat massa bumi dan massa benda. Sementara G adalah konstanta gravitasi yang didapatkan dari penelitian interaksi 2 massa. Konstanta ini tidak berubah.

Dengan hitungan SMU begini, bisa didapatkan massa dari bumi. Namun tentu para ilmuwan tidak menghitung sesederhana ini, namun dengan variable lain dan dukungan teknologi, sehingga akurasinya pun jauh lebih tinggi.

Jadi jangan samakan pembuktian kamma yang tidak akan pernah bisa dibuktikan dengan sains yang memang bisa dibuktikan.

dalam beberapa kasus seseorang yang mempunyai kemampuan melihat masa lalu bisa membuktikan karma
namun walaupun demikian sepertinya tidak memungkinkan untuk membuktikannya kepada orang lain kecuali untuk dirinya sendiri
lalu sejauh mana karma bisa dibuktikan tentunya tergantung kemampuan orang tsb, ada yang mampu melihat 1,2, dst kehidupan masa lalu

K.K.

Quote from: siswahardy on 17 September 2012, 06:14:18 PM
dalam beberapa kasus seseorang yang mempunyai kemampuan melihat masa lalu bisa membuktikan karma
namun walaupun demikian sepertinya tidak memungkinkan untuk membuktikannya kepada orang lain kecuali untuk dirinya sendiri
lalu sejauh mana karma bisa dibuktikan tentunya tergantung kemampuan orang tsb, ada yang mampu melihat 1,2, dst kehidupan masa lalu

Ada dua jenis orang yang bisa membuktikan kamma:
1. Seorang Samma Sambuddha
2. Orang dengan pikiran terganggu (baca: gila)

Saya pastinya tidak percaya pada orang gila.

will_i_am

memangnya bisa melihat kehidupan masa lalu=bisa melihat kamma ya??
hiduplah hanya pada hari ini, jangan mengkhawatirkan masa depan ataupun terpuruk dalam masa lalu.
berbahagialah akan apa yang anda miliki, jangan mengejar keinginan akan memiliki
_/\_

siswahardy

Quote from: will_i_am on 17 September 2012, 08:35:12 PM
memangnya bisa melihat kehidupan masa lalu=bisa melihat kamma ya??

mungkin saja ya, spt menyambung potongan puzzle
contoh: si A sekarang ini bodoh, setelah diselidiki ketika si A masih sekolah ternyata dia malas belajar, maka ketemulah sebab akibat (karma)-nya
tapi tolong jangan bahas contoh ini, cuma sekedar gambaran saja

siswahardy

Quote from: Kainyn_Kutho on 17 September 2012, 06:23:54 PM
Ada dua jenis orang yang bisa membuktikan kamma:
1. Seorang Samma Sambuddha
2. Orang dengan pikiran terganggu (baca: gila)

Saya pastinya tidak percaya pada orang gila.

rasanya terlalu naif kalau mensejajarkan orang gila dengan Buddha

Predator

#27
Orang gilla tidak bisa dimasukan kedalam jenis orang yg bisa membuktikan kamma, karena orang gila untuk fokus dengan pikirannya sendiri saja sulit terlebih jika ditanya mengenai kamma.. Kalau ditanya mengenai kamma mungkin  yang  ada orang gila yg kebetulan sedikit waras menjawab "lu lebih gila dari gw ternyata, nanya kamma ke gw" :))



Quote from: siswahardy on 18 September 2012, 12:10:16 AM
rasanya terlalu naif kalau mensejajarkan orang gila dengan Buddha
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

Predator

Quote from: will_i_am on 17 September 2012, 08:35:12 PM
memangnya bisa melihat kehidupan masa lalu=bisa melihat kamma ya??

Dari beberapa kisah dalam menceritakan kamma seseorang, Buddha meceritakan juga kehidupan lampau

Sehingga jika dilihat dari beberapa kisah sepertinya alasan hanya samma sambuddha yang mampu melihat kamma seseorang seperti lebih dikarenakan Buddha memiliki kemampuan melihat masa lampau yang tak terbatas, berbeda dengan beberapa muridnya yg hanya mampu melihat masa lampau yg terbatas
susah dan senang, sakit dan sehat selalu silih berganti

hemayanti

"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."